Anda di halaman 1dari 14

BLOK 13 SISTEM DIGESTI

AKUT ABDOMEN
PANKREATITIS
Pankreatitis adalah suatu penyakit inflamasi pankreas yang identik menyebabkan nyeri perut dan
terkait dengan fungsinya sebagai kelenjar eksokrin.
Pankreatitis Akut
Pankreatitis akut adalah pankreatitis yang dikarakterisasi oleh nyeri berat di perut bagian atas dan
meningkatnya level enzim pankreas di dalam darah. Pankreatitis akut bisa ringan ataupun berat
tergantung manifestasi klinis, tes laboratorium, dan diagnosa. Perjalanan penyakit dari ringan self
limited sampai berat yang disertai renjatan gangguan ginjal dan paru-paru yang bisa berakibat fatal.
Etiologi
Batu empedu menjadi penyebab terbesar dari semua kasus pankreatitis yang ada, menyusul
berikutnya penggunaan alkohol. Namun pada beberapa pasien tidak diketahui penyebabnya
(idiophatic). Pankreatitis akut juga dapat terjadi setelah pasien menjalani endoscopic retrograde
cholangiography (ERCP) ataupun setelah mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis bervariasi tergantung keparahan penyakit dan bagian yang mengalami kerusakan,
meskipun demikian pada umumnya terdapat gejala klasik yaitu nyeri midepigastrik, mual dan
muntah. Keluhan yang sangat menyolok adalah rasa nyeri yang timbul tiba-tiba, intens, terus
menerus dan makin lama makin bertambah; lokasinya kebanyakan di epigastrium, dapat menjalar ke
punggung, kadang-kadang ke perut bagian bawah, nyeri berlanngsung beberapa hari. Gejala lain
yakni mual, muntahmuntah dan demam. Pada pemeriksaan jasmani didapatkan nyeri tekan di perut
bagian atas, tanda-tanda peritonitis lokal, kadang-kadang bahkan peritonitis umum.
Diagnosis
Diagnosis: yang paling tepat adalah histologi pankreas, jika tidak diagnosis berdasarkan faktor
etiologi, gejala, tes laboratorium, dan imaging technology.
a. Tes Laboratorium
Amylase
Total serum amylase adalah tes yang paling sering digunakan.
Nilainya meningkat pada 6 - 12 jam setelah onset of symptoms dan tetap tinggi selama 3
- 5 hari pada kebanyakan kasus, kembali normal setelah 8-14 hari. Jika tetap tinggi
kemungkinan terjadi nekrosis pankreas dan komplikasi lain
Lipase Serum lipase assays, spesifik untuk pankreas. Peningkatan Level serum lipase
bertahan lebih lama dibanding amilase.
Tes Lain
Serum immunoreactive cationic trypsin, elastase, dan phospholipase A2 ,trypsin
activation peptide dan serum anionic trypsinogen
Diagnosis urin: rasio amylase dan creatinine clearance ratio (Cam/Ccr) tidak memberikan
keuntungan
Leukocytosis; lebih dari 25,000 cells/mm3 terdapat pada 80% pasien
Hypocalcemia terjadi pada lebih dari 30% pasien akibat kombinasi hypoalbuminemia dan
pengendapa kalsium di area nekrosis lemak.
b. Imaging test
Pemeriksaan foto rontgen perut standar bisa memperlihatkan pelebaran usus atau
memperlihatkan satu atau lebih batu empedu.
Pemeriksaan USG bisa menunjukkan adanya batu empedu di kandung empedu dan
kadang-kadang dalam saluran empedu, selain itu USG juga bisa menemukan adanya
pembengkakan pankreas.
CT scan bisa menunjukkan perubahan ukuran dari pankreas dan digunakan pada kasuskasus yang berat dan kasus-kasus dengan komplikasi (misalnya penurunan tekanan
darah yang hebat).
ERCP (tehnik sinar X yang menunjukan struktur dari saluran empedu dan saluran
pankreas) biasanya dilakukan hanya jika penyebabnya adalah batu empedu pada saluran
empedu yang besar.

Endoskopi dimasukkan melalui mulut pasien dan masuk ke dalam usus halus lalu menuju
ke sfingter Oddi. Kemudian disuntikkan zat warna radioopak ke dalam saluran tersebut.
Zat warna ini terlihat pada foto rontgen. Bila pada rontgen tampak batu empedu, bisa
dikeluarkan dengan menggunakan endoskop.
Penatalaksanaan
Pasien pankreatitis menerima terapi suportif yang teridiri dari kontrol nyeri secara efektif,
penggantian cairan, dan nutrisi pendukung.
Pemberian nutrisi pendukung dilakukan untuk mengistirahatkan saluran cerna sehingga
mengurangi stimulasi terhadap pankreas juga karena terjadinya malnutrisi. Malnutrisi diakibatkan
metabolisme pada pasien dengan pankreatitis akut berat menyerupai keadaan sepsis, yang ditandai
dengan hiperdinamik, hipermetabolik, dan hiperkatabolik.
Tindakan bedah diindikasikan pada pankreatitis akut berat: 1. Pankreatitis nekrotik akut
terinfeksi, 2. Pankreatitis nekrotik steril dengan pankreatitis akut fulminan (ditandai dengan
menurunnya kondisi pasien akibat gagal organ multipel yang muncul dalam beberapa hari sejak
onset gejala), 3. Pankreatitis akut dengan perdarahan usus. Tujuan tindakanbedah adalah untuk
membersihkan jaringan nekrotik sebersih mungkin dengan menyisakan jaringan pankreas yang
masih viabel.
Tindakan debridement (necrotomy) merupakan gold standard pada pankreatitis nekrosis akut
terinfeksi dan nekrosis peripankreatik. Pankreatitis nekrotik akut steril tidak perlu tindakan bedah,
cukup konservatif kecuali terjadi pankreatitis akut fulminan.
KOLESISTITIS
Kolesistitis adalah peradangan pada kandung empedu. Sesuai dengan namanya, kandung empedu
berfungsi menampung cairan empedu yang diproduksi hati (liver) kemudian memompanya ke dalam
usus halus saat ada makanan masuk. Fungsi cairan empedu adalah membantu mencerna lemak.
Etiologi
Ada beberapa penyebab kolesistitis, tapi yang paling sering adalah karena penyumbatan muara
kandung empedu atau saluran empedu oleh batu. Jenis batu dalam saluran empedu ada dua, yaitu
batu kolesterol dan batu pigmen empedu. Akibat penyumbatan oleh batu, cairan empedu akan
menumpuk, selanjutnya menyebabkan iritasi, pembengkakan, dan peradangan pada kandung
empedu. Selain oleh batu, penyumbatan juga dapat terjadi karena penekanan tumor pada saluran
empedu. Penyebab lain kolesistitis adalah cedera perut, komplikasi operasi, dan infeksi oleh bakteri.
Gejala dan tanda
Gejala utama kolesistitis adalah nyeri perut kanan atas yang kadang-kadang menjalar sampai
punggung atau bahu kanan. Nyeri umumnya terjadi tiba-tiba, semakin bertambah saat menarik
napas dalam, dan berlangsung lebih dari 6 jam. Gejala kolesistitis lainnya adalah mual, muntah,
demam, berkeringat, atau perut kembung.
Pengobatan
Biasanya penderita kolesistitis perlu dirawat inap di rumah sakit. Selama perawatan, dilakukan
beberapa tindakan yang bertujuan untuk meringankan keluhan yang timbul dan mengontrol
peradangan pada kandung empedu. Pengobatan kolesistitis meliputi:
1.
Puasa, bertujuan untuk mengistirahatkan lambung selanjutnya mengistirahatkan kandung
empedu. Kebutuhan zat gizi dan cairan untuk tubuh dipenuhi melalui pemasangan infus;
2.
Pemberian antibiotik, bertujuan untuk mengatasi infeksi kandung empedu. Contoh antibiotik
adalah sefadroksil, sefotaksim, dan lain-lain;
3.
Obat nyeri, bertujuan untuk mengurangi nyeri dari kandung empedu yang meradang. Contoh
obat nyeri adalah asetaminofen, ibuprofen, asam mefenamat, tramadol, dan lain-lain;
4.
Jika kolesistitis sangat parah atau terjadi kebocoran, kandung empedu perlu diangkat melalui
pembedahan. Demikian pula jika kolesistitis bersifat menahun dan sering kambuh.
APPENDISITIS
Apendisitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks).
Etiologi

Sumbatan pada lumen apendiks merupakan faktor penyebab dari apendisitis akut, di samping
hiperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, timbuan tinja/feces yang keras (fekalit), tumor apendiks,
cacing ascaris, benda asing dalam tubuh (biji cabai, biji jambu, dll) juga dapat menyebabkan
sumbatan.
Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya
sebagai penyebab appendisitis adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan
limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang
biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh
bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada
peradangan usus buntu.

Maninfestasi klinis
Untuk menegakkan diagnosa pada apendisitis didasarkan atas anamnese ditambah dengan
pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya. 3 anamnesa penting yakni:
1.
Anoreksia biasanya tanda pertama.
2.
Nyeri, permulaan nyeri timbul pada daerah sentral (viseral) lalu kemudian menjalar ketempat
appendics yang meradang (parietal). Retrosekal/nyeri punggung/pinggang. Postekal/nyeri
terbuka.
3.
Diare, Muntah, demam derajat rendah, kecuali ada perforasi.
Pemeriksaan Diagnosa
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menentukan dan mendiagnosa
adanya penyakit radang usus buntu (Appendicitis). Diantaranya adalah pemeriksaan fisik,
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiology:
Pemeriksaan fisik.
1.
Inspeksi: akan tampak adanya pembengkakan (swelling) rongga perut dimana dinding perut
tampak mengencang (distensi).
2.
Palpasi: didaerah perut kanan bawah bila ditekan akan terasa nyeri dan bila tekanan dilepas
juga akan terasa nyeri (Blumberg sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis
akut.
3.
Dengan tindakan tungkai kanan dan paha ditekuk kuat / tungkai di angkat tinggi-tinggi, maka
rasa nyeri di perut semakin parah (psoas sign)
4.
Kecurigaan adanya peradangan usus buntu semakin bertambah bila pemeriksaan dubur dan
atau vagina menimbulkan rasa nyeri juga.
5.
Suhu dubur (rectal) yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya
radang usus buntu.
6.
Pada apendiks terletak pada retro sekal maka uji Psoas akan positif dan tanda perangsangan
peritoneum tidak begitu jelas, sedangkan bila apendiks terletak di rongga pelvis maka Obturator
sign akan positif dan tanda perangsangan peritoneum akan lebih menonjol.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darah, yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari sel darah putih
(leukosit) hingga sekitar 10.000 18.000/mm3. Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu, maka
kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi (pecah).
Pemeriksaan Radiologi
Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit. Namun pemeriksaan ini jarang membantu
dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan
diagnosis apendisitis, terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling
tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93 98 %). Dengan CT scan dapat terlihat jelas
gambaran apendiks. Pada kasus yang kronik dapat dilakukan rontgen foto abdomen, USG abdomen
dan apendikogram.

Penatalaksanaan
Tidak ada penatalaksanaan appendisitis, sampai pembedahan dapat di lakukan. Cairan intra vena
dan antibiotik diberikan intervensi bedah meliputi pengangkatan appendics dalam 24 jam sampai 48
jam awitan manifestasi. Pembedahan dapat dilakukan melalui insisi kecil/laparoskop. Bila operasi
dilakukan pada waktunya laju mortalitas kurang dari 0,5%. Penundaan selalu menyebabkan ruptur
organ dan akhirnya peritonitis. Pembedahan sering ditunda namun karena dianggap sulit dibuat dan
klien sering mencari bantuan medis tapi lambat. Bila terjadi perforasi klien memerlukan antibiotik
dan drainase.

GASTRITIS
Gastritis adalah peradangan pada dinding lambung. Dilihat dari waktu terjadinya, gastritis dibagi
menjadi dua:

Gastritis akut atau muncul secara mendadak dan cepat reda.


Gastritis kronis atau terjadi secara perlahan dan berlangsung lama.

Pada sebagian penderita, gejala bisa muncul dan berupa rasa nyeri atau ngilu pada perut bagian
atas, mual, muntah, serta kehilangan nafsu makan.Pada kasus gastritis yang terbilang parah, yaitu
akibat terjadinya pengikisan dan pendarahan pada lapisan lambung. Gejala yang timbul bisa berupa
tinja berwarna merah atau hitam dan muntah darah.
Gastritis akut umumnya disebabkan oleh:

Makanan yang mengandung kadar asam tinggi (makanan bercuka atau buah-buah-buahan
telalu asam).
Makanan yang terlalu pedas.
Efek samping penggunaan obat-obatan pereda rasa sakit, seperti ibuprofen, aspirin, dan obat
anti inflamasi non steroid (OAINS).

Jika dibiarkan, semua kasus gastritis akut bisa berubah menjadi gastritis kronik. Gastritis kronis pada
umumnya disebabkan oleh:

Infeksi bakteri H. pylori


Refluks cairan empedu (arus balik cairan empedu dari usus halus ke lambung)
Kondisi yang mendasari, seperti anemia pernisiosa (anemia akibat lambung tidak mampu
mencerna vitamin B12)
Konsumsi alkohol yang berlebihan.
Pemakaian narkoba jenis kokain.

Diagnosis
Dalam melakukan diagnosis gastritis, hal pertama yang biasanya dilakukan dokter adalah
menanyakan pada pasien mengenai gejala yang dirasakannya. Dokter juga akan menanyakan
mengenai riwayat kesehatan pasien, misalnya apakah pasien pernah menderita kondisi yang
mungkin menjadi penyebab dasar gastritis atau apakah pasien aktif mengonsumsi obat-obatan
pereda rasa sakit seperti ibuprofen, aspirin, atau obat anti inflamasi non steroid (OAINS). Dari
keterangan-keterangan tersebut, dokter akan menarik kesimpulan awal mengenai kondisi yang
sedang dialami oleh pasien.
Karena gastritis merupakan sebuah kondisi dan bukan penyakit, penyebab dasarnya perlu diketahui
agar penanganan yang sesuai dapat dilakukan. Untuk mendukung kesimpulan, dokter biasanya juga
akan melakukan sejumlah pemeriksaan fisik seperti:

Tes napas, tes darah atau pemeriksaan tinja untuk mendeteksi keberadaan bakteri H. pylori.
Tes barium untuk melihat adanya perubahan pada lapisan lambung.
Endoskopi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan endoskop (alat kecil menyerupai selang
yang dilengkapi dengan kamera) yang dimasukkan ke kerongkongan hingga perut. Manfaat
pemeriksaan ini adalah untuk memeriksa adanya gangguan dalam sistem pencernaan, termasuk
untuk memastikan jika terdapat peradangan atau tukak pada dinding lambung.
Biopsi, yaitu pemeriksaan yang sebenarnya masih merupakan bagian dari endoskopi. Jika
dokter menemukan adanya radang, sampel jaringan dinding lambung mungkin akan diambil
untuk diteliti di laboratorium. Melalui biopsi ini, dokter juga bisa mendeteksi keberadaan
bakteri H. pylori.

Pengobatan
Untuk mengobati gastritis akut yang disebabkan oleh meningkatnya produksi zat asam, Anda dapat
menggunakan obat-obatan seperti berikut ini:

Obat-obatan
penghambat
pompa
proton
(PPP),
seperti esomeprazole, lansoprazole,dan omeprazole. PPP mampu menghambat sel-sel penghasil
asam yang terdapat pada lapisan lambung. Dengan begitu, kadar asam di dalam lambung bisa
turun. Obat ini pada umunya memerlukan resep dari dokter.
Obat-obatan antasida, yaitu obat yang mampu menetralkan kandungan asam di dalam
lambung. Efek samping obat ini masih tergolong ringan, misalnya diare dankonstipasi. Obat ini
dapat dibeli tanpa memerlukan resep dokter.
Obat-obatan antihistamin H-2 seperti cimetidine, famotidine, dan ranitidin. Sama seperti
penghambat pompa proton, antihistamin H-2 mampu menurunkan kadar asam di dalam saluran
pencernaan. Obat ini memerlukan resep dokter.
Untuk mengatasi gastritis akut yang disebabkan oleh jadwal makan yang tidak teratur dan
konsumi makanan yang terlalu pedas, Anda bisa lakukan dengan cara menghentikan kedua
kebiasaan buruk tersebut. Namun jika gastritis akut Anda disebabkan oleh efek samping obatobatan pereda rasa sakit yang Anda konsumsi, sebaiknya tanyakan dahulu pada dokter sebelum
Anda menghentikannya dan mencari obat alternatif.
Jika gastritis disebabkan oleh infeksi bakteri H. pylori, kombinasi 3 obat akan digunakan untuk
mengatasinya, yaitu 2 antibiotik dan 1 PPI. Antibiotik yang umum digunakan adalah
clarithromycin, amoxicillin dan metronidazole. Kombinasi obat-obat ini diberikan selama
seminggu.

PENYAKIT REFLUKS GASTROESOFAGUS


Penyakit refluks gastroesofagus (PRGE) merupakan kelainan saluran cerna bagian atas yang
disebabkan oleh refluks gastroesofagus patologik yang frekuensinya cukup tinggi di negara maju.
Refluks gastroesofagus adalah peristiwa masuknya isi lambung ke dalam esofagus yang terjadi
secara intermiten pada setiap orang, terutama setelah makan.
Etiologi
Penyakit refluks gastroesofagus disebabkan oleh proses yang multifaktor. Pada orang dewasa faktorfaktor yang menurunkan tekanan sfingter esofagus bawah sehingga terjadi refluks gastroesofagus
antara lain coklat, obat-obatan (misalnya aspirin), alkohol, rokok, kehamilan. Faktor anatomi seperti
tindakan bedah, obesitas, pengosongan lambung yang terlambat dapat menyebabkan hipotensi
sfingter esofagus bawah sehingga menimbulkan refluks gastroesofagus.
Gejala
Gejala yang timbul kadang-kadang sukar dibedakan dengan kelainan fungsional lain dari traktus
gastrointestinal, antara lain:
-Rasa panas di dada (heart burn), terutama post prandial heart burn.

-Nyeri dada substernal


-Sendawa
-Mual
-Muntah
-Cegukan
-Disfagia
-Odinofagia
-Suara serak
Diagnosis
Diagnosis PRGE ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan khusus, seperti:
1. Pemeriksaan Radiologi Roentgen esofagus dengan kontras Barium (esofagogram) atau
fluoroskopi dan pemeriksaan serial traktus gastrointestinal bertujuan untuk menyingkirkan
penyakit penyakit seperti striktur esofagus, akalasia, dll. Bila tidak ada kelainan, bukan berarti
tidak ada PRGE.
2. Pemeriksaan Manometri
3. Pemeriksaan Endoskopi Pemeriksaan endoskopi dapat menilai kelainan mukosa esofagus dan
melakukan biopsi esofagus untuk mendeteksi adanya esofagus Barret atau suatu keganasan.
4. Tes Provokatif Tes perfusi asam dari Bernstein merupakan tes sederhana dan akurat untuk
menilai kepekaan mukosa esofagus terhadap asam.
5. Pengukuran pH dan tekanan esofagus Pengukuran ini menggunakan alat yang dapat mencatat
pH intra-esofagus post prandial selama 24 jam dan tekanan manometrik esofagus. Bila pH < 4
dianggap ada PRGE. 6. Tes Skintigrafi gastroesofagus. Bertujuan untuk menilai pengosongan
esofagus dengan menggunakan radioisotop dan bersifat non invasif.
Penatalaksanaan
Tahap I
Bertujuan untuk mengurangi refluks, menetralisasi bahan refluks, memperbaiki barrier anti refluks
dan mempercepat proses pembersihan esofagus dengan cara :
1. Posisi kepala atau ranjang ditinggikan (6-8 inci)
2. Diet dengan menghindari makanan tertentu seperti makanan berlemak, berbumbu, asam, coklat,
alkohol, dll.
3. Menurunkan berat badan bagi penderita yang gemuk
4. Jangan makan terlalu kenyang
5. Jangan segera tidur setelah makan dan menghindari makan malam terlambat
6. Jangan merokok dan menghindari obat-obat yang dapat menurunkan SEB seperti kafein, aspirin,
teofilin, dll.
Tahap II
Menggunakan obat-obatan, seperti :
1. Obat prokinetik yang bersifat mempercepat peristaltik dan meninggikan tekanan SEB, misalnya
Metoklopramid : 0,1 mg/kgBB 2x sehari sebelum makan dan sebelum tidur dan Betanekol : 0,1
mg/kgBB 2x sehari sebelum makan dan sebelum tidur.
2. Obat anti-sekretorik untuk mengurangi keasaman lambung dan menurunkan jumlah sekresi
asam lambung, umumnya menggunakan antagonis reseptor H2 seperti Ranitidin : 2 mg/kgBB
2x/hari, Famotidin : 20 mg 2x/hari atau 40 mg sebelum tidur (dewasa), dan jenis penghambat
pompa ion hidrogen seperti Omeprazole: 20 mg 1-2x/hari untuk dewasa dan 0,7 mg/kgBB/hari
untuk anak.
3. Obat pelindung mukosa seperti Sukralfat: 0,5-1 g/dosis 2x sehari, diberikan sebagai campuran
dalam 5-15 ml air.
4. Antasida. Dosis 0,5-1 mg/kgBB 1-2 jam setelah makan atau sebelum tidur, untuk menurun-kan
refluks asam lambung ke esofagus.
Tahap III
Pembedahan anti refluks pada kasus-kasus tertentu dengan indikasi antara lain mal-nutrisi berat,
PRGE persisten, dll. Operasi yang tersering dilakukan yaitu fundo-plikasi Nissen, Hill dan Belsey.
PERITONITIS
Peritonitis adalah suatu penyakit yang terjadi akibat peradangan yang biasanya disebabkan oleh
infeksi pada selaput ronggs perut (Peritoneum).

Etiologi
1.
Penyebaran infeksi dari organ perut yang terinfeksi.
Yang sering menyebabkan peritonitis adalah perforasi lambung, usus, kandung empedu atau
usus
buntu.
Sebenarnya peritoneum sangat kebal terhadap infeksi. Jika pemaparan tidak berlangsung terus
menerus, tidak akan terjadi peritonitis, dan peritoneum cenderung mengalami penyembuhan
bila diobati.
2.
Penyakit radang panggul pada wanita yang masih aktif melakukan kegiatan seksual
3.
Infeksi dari rahim dan saluran telur, yang mungkin disebabkan oleh beberapa jenis kuman
(termasuk yang menyebabkan gonore dan infeksi chlamidia)
4.
Kelainan hati atau gagal jantung, dimana cairan bisa berkumpul di perut (asites) dan
mengalami infeksi
5.
Peritonitis dapat terjadi setelah suatu pembedahan.
Cedera pada kandung empedu, ureter, kandung kemih atau usus selama pembedahan dapat
memindahkan bakteri ke dalam perut. Kebocoran juga dapat terjadi selama pembedahan untuk
menyambungkan bagian usus.
6.
Dialisa peritoneal (pengobatan gagal ginjal) sering mengakibatkan peritonitis. Penyebabnya
biasanya adalah infeksi pada pipa saluran yang ditempatkan di dalam perut.
7.
Iritasi tanpa infeksi. Misalnya peradangan pankreas (pankreatitis akut) atau bubuk bedak
pada sarung tangan dokter bedah juga dapat menyebabkan peritonitis tanpa infeksi.
Tanda dan gejala

Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberapa penderita peritonitis
umum.

Demam

Distensi abdomen

Nyeri tekan abdomen, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi peritonitis.

Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari
lokasi peritonitisnya.

Nausea/muntah

Vomiting

Penurunan peristaltic.
Pemeriksaan diagnostik
1.
Test laboratorium
a)
Leukositosis
b)
Hematokrit meningkat
c)
Asidosis metabolik (hasil pemeriksaan laboratorium pada pasien peritonitis didapatkan
PH =7.31, PCO2= 40, BE=-4)
2.
X-Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan:
Illeus merupakan penemuan yang tak khas pada peritonitis.
Usus halus dan usus besar dilatasi.
Udara bebas dalam rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Penatalaksanaan
Management peritonitis tergantung dari diagnosis penyebabnya. Hampir semua penyebab peritonitis
memerlukan tindakan pembedahan (laparotomi eksplorasi).
Pertimbangan dilakukan pembedahan a.l:
1.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan defans muskuler yang meluas, nyeri tekan terutama jika
meluas, distensi perut, massa yang nyeri, tanda perdarahan (syok, anemia progresif), tanda
sepsis (panas tinggi, leukositosis), dan tanda iskemia (intoksikasi, memburuknya pasien saat
ditangani).
2.
Pada pemeriksaan radiology didapatkan pneumo peritoneum, distensi usus, extravasasi
bahan kontras, tumor, dan oklusi vena atau arteri mesenterika.
3.
Pemeriksaan endoskopi didapatkan perforasi saluran cerna dan perdarahan saluran cerna
yang tidak teratasi.
4.
Pemeriksaan laboratorium.
Pembedahan dilakukan bertujuan untuk :

Mengeliminasi sumber infeksi.


Mengurangi kontaminasi bakteri pada cavum peritoneal
Pencegahan infeksi intra abdomen berkelanjutan.

Apabila pasien memerlukan tindakan pembedahan maka kita harus mempersiapkan pasien untuk
tindakan bedah a.l :
1.
Mempuasakan pasien untuk mengistirahatkan saluran cerna.
2.
Pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
3.
Pemasangan kateter untuk diagnostic maupun monitoring urin.
4.
Pemberian terapi cairan melalui I.V.
5.
Pemberian antibiotic.
Terapi bedah pada peritonitis a.l :
1.
Kontrol sumber infeksi, dilakukan sesuai dengan sumber infeksi. Tipe dan luas dari
pembedahan tergantung dari proses dasar penyakit dan keparahan infeksinya.
2.
Pencucian ronga peritoneum: dilakukan dengan debridement, suctioning,kain kassa, lavase,
irigasi intra operatif. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan pus, darah, dan jaringan yang
nekrosis.
3.
Debridemen : mengambil jaringan yang nekrosis, pus dan fibrin.
4.
Irigasi kontinyu pasca operasi.
Terapi post operasi a.l:
1.
Pemberian cairan I.V, dapat berupa air, cairan elektrolit, dan nutrisi.
2.
Pemberian antibiotic
3.
Oral-feeding, diberikan bila sudah flatus, produk ngt minimal, peristaltic usus pulih, dan tidak
ada distensi abdomen.

Terapi
Prinsip umum terapi adalah penggantian cairan dan elektrolit yang hilang yang dilakukan secara
intravena, pemberian antibiotika yang sesuai, dekompresi saluran cerna dengan penghisapan
nasogastrik dan intestinal, pembuangan fokus septik (apendiks, dsb) atau penyebab radang
lainnya, bila mungkin mengalirkan nanah keluar dan tindakan-tindakan menghilangkan nyeri.
Resusitasi hebat dengan larutan saline isotonik adalah penting. Pengembalian volume
intravaskular memperbaiki perfusi jaringan dan pengantaran oksigen, nutrisi, dan mekanisme
pertahanan. Keluaran urine tekanan vena sentral, dan tekanan darah harus dipantau untuk
menilai keadekuatan resusitasi.
1. Terapi antibiotika harus diberikan sesegera diagnosis peritonitis bakteri dibuat. Antibiotik
berspektrum luas diberikan secara empirik, dan kemudian dirubah jenisnya setelah hasil
kultur keluar. Pilihan antibiotika didasarkan pada organisme mana yang dicurigai menjadi
penyebab. Antibiotika berspektrum luas juga merupakan tambahan drainase bedah. Harus
tersedia dosis yang cukup pada saat pembedahan, karena bakteremia akan berkembang
selama operasi.
2. Pembuangan fokus septik atau penyebab radang lain dilakukan dengan operasi laparotomi.
Insisi yang dipilih adalah insisi vertikal digaris tengah yang menghasilkan jalan masuk ke
seluruh abdomen dan mudah dibuka serta ditutup. Jika peritonitis terlokalisasi, insisi
ditujukan diatas tempat inflamasi. Tehnik operasi yang digunakan untuk mengendalikan
kontaminasi tergantung pada lokasi dan sifat patologis dari saluran gastrointestinal. Pada
umumnya, kontaminasi peritoneum yang terus menerus dapat dicegah dengan menutup,
mengeksklusi, atau mereseksi viskus yang perforasi.
3. Lavase peritoneum dilakukan pada peritonitis yang difus, yaitu dengan menggunakan larutan
kristaloid (saline). Agar tidak terjadi penyebaran infeksi ketempat yang tidak terkontaminasi
maka dapat diberikan antibiotika ( misal sefalosporin ) atau antiseptik (misal povidon iodine)
pada cairan irigasi. Bila peritonitisnya terlokalisasi, sebaiknya tidak dilakukan lavase
peritoneum, karena tindakan ini akan dapat menyebabkan bakteria menyebar ketempat
lain.

ILEUS
Ileus (Ileus Paralitik, Ileus Obstruktif) adalah suatu keadaan dimana pergerakan kontraksi normal
dinding usus untuk sementara waktu berhenti. Seperti halnya penyumbatan mekanis, ileus juga
menghalangi jalannya isi usus, tetapi ileus jarang menyebabkan perforasi.
Ileus Obstruktif : ileus yang disebabkan adanya sumbatan saluran pencernaan.
Ileus Paralitik : ileus yang disebabkan gerakan (peristaltik) usus yang menghilang, disini tidak ada
sumbatan
Etiologi
Ileus obstruktif : Corpus alienum, Galstone ileus, Cacing yang menggerombol, Tumor usus, Atresia /
stenose usus, Pendesakan tumor pancreas, kandungan/kehamilan, Perlekatan / streng ileus,
Invaginasi, Volvulus ( mluntir )
Ileus paralitik :

Iritasi peritonium: peritonitis, trauma, pasca bedah

Vaskuler: strangulasi, mesenteric thrombosis / emboli

Iritasi ekstra peritonial: perdarahan , infeksi.


Diagnosa
Pada pemeriksaan dengan stetoskop, suara bising usus berkurang atau hilang sama sekali. Foto
rontgen perut menunjukkan lingkaran usus yang menggembung. Kadang dilakukan
pemeriksaan kolonoskopi (pemeriksaan usus besar) untuk mengevaluasi keadaan.
Gejala klinis ileus obstruktif:

Nyeri perut yang bersifat kolik

Mual dan muntah

Perut kembung ( distensi ) disertai konstipasi

Ditemukan darm kontur (gambaran usus) dan darm steifung (gambaran peristaltik usus)

Bising usus meningkat

Pada pemeriksaan foto : ditemukan gambaran Harring bone appearance atau step leader
fenomena
Penatalaksanaan

Resusitasi cairan dan elektrolit

Pemasangan selang nasogastrik dan kateter urine

Antibiotik

Pembedahan, tergantung kausa


Gejala

klinis ileus paralitik:


Distensi yang hebat tanpa rasa nyeri ( kolik )
Mual dan mutah
Tak dapat defekasi dan flatus, sedikitnya 24 48 jam
Pada palpasi ringan perut, ada nyeri ringan, tanpa defans muskuler
Bising usus menghilang
Gambaran radiologis : semua usus menggembung berisi udara

Penatalaksanaan
Infus cairan dan elektrolit

Melakukan dekompresi : pemasangan sonda lambung


Antibiotika
Pemberian obat yang merangsang peristaltik : golongan vitamin B1

HERNIA
Hernia adalah suatu keadaan keluarnya jaringan organ tubuh dari suatu ruangan melalui suatu
celah atau lubang keluar di bawah kulit atau menuju ke rongga lain, dapat kongenital ataupun
aquisita (didapat). 75% dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat paha). Yang lainnya
dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya. Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu
hernia inguinalis medialis dan hernia inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis
mencapai skrotum (buah zakar), hernia disebut hernia skrotalis. Pada hernia, terdapat bagian
bagian yang penting yaitu:
1.

Kantung hernia : Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia
memiliki kantong, misalnya : hernia incisional, hernia adipose dan hernia intertitialis.
2.
Isi hernia : Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia. Pada hernia
abdominalis berupa usus.
3.
Pintu hernia : Merupakan bagian locus minoris resistence yang dilalui kantong hernia.
4.
Leher hernia/cincin hernia : Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong
hernia.
5.
Locus minoris resistence (LMR) : Merupakan defek/bagian yang lemah dari dinding rongga.
Etiologi
1.
Prosessus vaginalis persisten
Hernia mungkin sudah tampak sejak bayi tetapi lebih banyak yang baru terdiagnosis
sebelum pasien mencapai usia 50 tahun. Analisis dari data statistik otopsi dan pembedahan
menunjukkan bahwa 20 % laki-laki yang masih mempunyai prosesus vaginalis hingga saat
dewasanya merupakan predisposisi hernia inguinalis.
Sebelum lahir, prosesus vaginalis normalnya akan mengalami obliterasi sehingga menutup
pintu masuk kanalis inguinalis dari kavum abdomen. Penyebab obliterasi tersebut tidak diketahui
dengan pasti, tetapi beberapa penelitian menyatakan bahwa calcitonin gene related peptide
(CGRP) yang dikeluarkan oleh nervus genitofemoralis, berperan dalam proses tersebut.
2.
Naiknya tekanan intraabdominal secara berulang
Naiknya tekanan intra abdominal biasa disebabkan karena batuk atau tertawa terbahakbahak, partus, prostate hipertrofi, vesikulolithiasis, karsinoma kolon, sirosis dengan asites,
splenomegali masif merupakan faktor resiko terjadinya hernia inguinalis. Merokok lama bisa
menjadi sebab direk hernia inguinalis dengan mekanisme, terjadinya pelepasan serum
elasytyolitik yang menyebabkan terjadinya penipisan fascia transversalis. Pada asites,
keganasan hepar, kegagalan fungsi jantung, penderita yang menjalani peritoneal dialisa
menyebabkan peningkatan tekanan intra abdominal sehingga membuka kembali prosesus
vaginalis sehingga terjadi indirek hernia.
3.
Lemahnya otot-otot dinding abdomen
Akhir-akhir ini beberapa peneliti sepakat bahwa lemahnya otot-otot dan fascia dinding perut
pada usia lanjut, kurangnya olahraga, adanya timbunan lemak, serta penurunan berat badan
dan fitness memungkinkan adanya angka kesakitan hernia. Abnormalitas struktur jaringan
kolagen dan berkurangnya konsentrasi hidroksi prolin berperan penting terhadap berkurangnya

daya ikat serabut kolagen dan ini ada hubungannya dengan mekanisme rekurensi hernia
ataupun adanya kecenderungan sifat-sifat familier dari hernia. Hernia rekuren terjadi kurang dari
6 bulan hal tersebut disebabkan oleh karena kesalahan teknik, tetapi bila terjadi setelah 6 bulan
pasca operasi maka hal tersebut disebabkan oleh penipisan dari fascia.

Jenis hernia :
1. Menurut lokasinya :
a. Hernia inguinalis adalah hernia yang terjadi dilipatan paha. Jenis ini merupakan yang
tersering dan dikenal dengan istilah turun berok atau burut.
b. Hernia umbilikus adalah di pusat.
c. Hernia femoralis adalah di paha.

2. Menurut isinya :
a. Hernia usus halus
b. Hernia omentum

3. Menurut penyebabnya :
a. Hernia kongenital atau bawaan
b. Hernia traumatic
c. Hernia insisional adalah akibat pembedahan sebelumnya.

4. Menurut terlihat dan tidaknya :


a. Hernia externs, misalnya hernia inguinalis, hernia scrotalis, dan sebagainya.
b. Hernia interns misalnya hernia diafragmatica, hernia foramen winslowi, hernia obturaforia.
5. Menurut keadaannya :
d. Hernia inkarserata adalah bila isi kantong terperangkap, tidak dapat kembali kedalam
rongga perut disertai akibat yang berupa gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis
hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk hernia irrenponibel.
e. Hernia strangulata adalah jika bagian usus yang mengalami hernia terpuntir atau
membengkak, dapat mengganggu aliran darah normal dan pergerakan otot serta mungkin
dapat menimbulkan penyumbatan usus dan kerusakan jaringan.

Hernia Inguinalis Medialis (HIM)


Hernia inguinalis medialis adalah hernia yang melalui dinding inguinal posteromedial dari
vasa epigastrika inferior didaerah yang dibatasi segitiga Hasselbach. Batas-batas trigonum
hasselbach yaitu kaudal merupakan ligamentum inguinal, lateral merupakan arteri epigastrika
inferior, dan medial adalah tepi lateral muskulus rektus abdominis.
Manifestasi klinis
Pada pasien terlihat adanya massa bundar pada annulus inguinalis eksterna yang mudah
mengecil bila pasien tidur. Karena besarnya defek pada dinding posterior maka hernia ini jarang
sekali menjadi irreponibilis. Hernia ini disebut direk karena langsung menuju annulus inguinalis
eksterna sehingga meskipun annulus inguinalis interna ditekan bila pasien berdiri atau mengejan,
tetap akan timbul benjolan. Bila hernia ini sampai ke skrotum, maka hanya sampai kebagian atas
skrotum, sedangkan testis dan funikulus spermatikus dapat dipisahkan dari massa hernia.
Bila jari dimasukkan dalam annulus inguinalis eksterna, tidak akan ditemukan dinding
belakang. Bila pasien disuruh mengejan tidak akan terasa tekanan dan ujung jari dengan mudah
dapat meraba ligamentum cooper pada ramus superior tulang pubis. Pada pasien kadang-kadang
ditemukan gejala mudah kecing karena buli-buli ikut membentuk dinding medial hernia.
Hernia Inguinalis Lateralis (HIL)
Hernia inguinalis lateralis (indirek) adalah hernia yang terjadi di regio inguinal, dimana hernia
ini keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus yang terletak di lateral
pembuluh epigastrika inferior, kemudian masuk ke kanalis inguinalis dan jika cukup panjang maka
akan menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus.
Manifestasi klinis
Umumnya pasien mengatakan adanya benjolan diselangkangan atau kemaluan. Benjolan
tersebut dapat mengecil atau menghilang pada waktu tidur, dan bila menangis, mengejan, atau
mengangkat benda berat atau bila posisi pasien berdiri dapat timbul kembali. Bila telah terjadi
komplikasi dapat timbul nyeri.
Keadaan umum pasien biasanya baik. Bila benjolan tidak nampak, pasien dapat disuruh
mengejan dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila terdapat hernia maka akan tampak
benjolan. Bila memang sudah tampak benjolan, harus diperiksa apakah benjolan tersebut dapat
dimasukkan kembali. Pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan
intraabdominal, lalu skrotum diangkat perlahan-lahan. Diagnosis pasti hernia pada umumnya sudah
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan klinis yang teliti. Keadaan cincin hernia juga perlu diperiksa.
Melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke atas lateral dari tuberkulum pubikum. Ikuti fasikulus
spermatikus sampai ke annulus inguinalis internus. Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat
masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan apakah ada massa yang menyentuh jari tangan.
Bila massa tersebut menyentuh ujung jari maka itu adalah hernia inguinalis lateralis, sedang bila
menyentuh sisi jari maka diagnosisnya adalah hernia inguinalis medialis.
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin
atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
o Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke medial, tonjolan
berbentuk lonjong.
o Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan lanjutan dari
hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.
Palpasi

Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien disuruh mengejan.
Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis
medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien disuruh
mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat diasumsikan sebagai
nernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis) ditekan lalu
pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti hernia inguinalis lateralis jika
di medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus
sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda sarung tangan sutera.
Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium. Dalam
hal hernia dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai
mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau
samping jari yang menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah
ligamentum inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
Hernia inkarserata : nyeri tekan.
Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia strangulata.
Hipertimpani dan terdengar pekak.
Auskultasi
Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami obstruksi usus
(hernia inkarserata).
-

Colok dubur : tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship romberg (hernia
obtutaratoria).
Tanda-tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi meningkat, tekanan
darah meningkat.
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.

Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut: Leukocytosis dengan shift to
the left yang menandakan strangulasi. Elektrolit, BUN, kadar kreatinin yang tinggi akibat muntahmuntah dan menjadi dehidrasi. Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus
genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia.Ultrasonografi dapat
digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau dinding abdomen dan juga
membedakan penyebab pembengkakan testis.3 Pemeriksaan Ultrasound pada daerah inguinal
dengan pasien dalam posisi supine dan posisi berdiri dengan manuver valsafa dilaporkan memiliki
sensitifitas dan spesifisitas diagnosis mendekati 90%. Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna
untuk membedakan hernia inkarserata dari suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari
suatu massa yang teraba di inguinal. Pada pasien yang sangat jarang dengan nyeri inguinal tetapi
tak ada bukti fisik atau sonografi yang menunjukkan hernia inguinalis. CT scan dapat digunakan
untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia obturator.
Tatalaksana
Pengobatan operatif merupakan satusatunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.
Indikasi operatif sudah ada begitu diagnosis ditegakkan.
Terapi konservatif : sambil menunggu untuk dilakukan terapi operatif. Terapi konservatif
berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya pemakaian korset
pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinalis pemakaiannya tidak dianjurkan karena selain
tidak dapat menyembuhkan alat ini dapat melemahkan otot dinding perut.
Reposisi : Tindakan memasukkan kembali isi hernia ke tempatnya semula secara hati-hati
dengan tindakan yang lembut tetapi pasti. Tindakan ini hanya dapat dilakukan pada hernia
reponibilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher hernia

sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi. Tindakan ini terkadang
dilakukan pada hernia irreponibilis apabila pasien takut dioperasi, yaitu dengan cara : bagian hernia
dikompres dingin, penderita diberi penenang valium 10 mg agar tertidur, pasien diposisikan
Trendelenberg. Jika reposisi tidak berhasil jangan dipaksa, segera lakukan operasi. Suntikan : Setelah
reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotik untuk memperkecil pintu hernia. Sabuk Hernia :
digunakan pada pasien yang menolak operasi dan pintu hernia relatif kecil.
Terapi operatif : Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis
yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia
terdiri dari herniotomi dan hernioplasti. Herniotomi yaitu dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai kelehernya, kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit, ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Hernioplasti yaitu dilakukan
tindakan memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis
inguinalis.
Herniotomy
Indikasi :
Prinsip semua hernia harus dioperasi akibat bahaya incerserata/stranggulata
Terutama anak-anak kemungkinan sangat besar
Macam operasi:
1. Cito : hernia incerserata dan stranggulata
2. Urgen : penyebab tekanan irreponible, dapat ditunda tak boleh lama
3. Elektif :HIL,HIM,H.Femoralis persiapan baik,penyebab dicari.

Anda mungkin juga menyukai