Anda di halaman 1dari 4

Analisis Sediaan Jamu

Posted by: rgmaisyah on: November 23, 2009

In: Chemistry | pHarMaceutical Science | PhytOcHemistrY

1 Komentar

Latar Belakang
Obat tradisional Indonesia telah berabad-abad lamanya dipergunakan secara luas oleh
masyarakat Indonesia, meskipun masih banayak bahan baku standar yang belum memiliki
persyaratan resmi. Obat tradisional pada umumnya menggunakan bahan-bahan alam yang
lebih dikenal sebagai simplisia. Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga, kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
yang telah dikeringkan.
Semakin maraknya penggunaan obat tradisional berdasarkan khasiat yang turun temurun
semakin memperluas kesempatan terjadinya pemalsuan simplisia bahkan ada beberapa jamu
yang mengandung bahan kimia obat (BKO) yang telah jelas dilarang penambahannya baik
sengaja maupun tidak disengaja kedalam produk obat tradisional.
Oleh karena itu, maka diperlukan adanya analisis terhadap sediaan jamu yang beredar
dipasaran yang meliputi analisis makroskopik dan mikroskopik serta analisis kimia untuk
melindungi masyarakat luas dari peredaran obat tradisional yang mengandung simplisia palsu
maupun bahan kimia obat.
Teori Umum
Definisi :
Simplisia ialah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami
pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa bahan yang telah dikeringkan. (1)
Simplisia nabati ialah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat
tanaman. Eksudat tanaman ialah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel
yang dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang dengan
cara tertentu dipisahkan dari tanamannya dan belum merupakan zat kimia murni. (1)
Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna
yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. (1)
Simplisia pelikan (mineral) ialah simplisia yang berupa bahan-bahan pelikan (mineral) yang
belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. (1)
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan,
bahan mineral, sediaan sarian atau galenik, atau campuran dari bahan tersebut, yang secara
turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. (2)

Bahan baku adalah simplisia, sediaan galenik, bahan tambahan atau bahan lainnya, baik
yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang
digunakan dalam pengolahan obat tradisional, walaupun tidak semua bahan tersebut terdapat
dalam produk ruahan. (2)
Dasar Teori :
Berdasarkan undang-undang kesehatan bidang farmasi dan kesehatan, yang dimaksud
dengan Obat bahan Alam Indonesia adalah Obat bahan Alam yang diproduksi di
Indonesia. Berdasarkan cara pembuatan serta jenis klaim penggunaan dan tingkat
pembuktian khasiat, Obat bahan Alam Indonesia dikelompokkan menjadi : jamu, Obat
Herbal Terstandar, dan Fitofarmaka. (2)
Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan,
klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris dan memenuhi persyaratan mutu
yang berlaku. (2)
Berbeda dengan obat-obatan modern, standar mutu untuk jamu didasarkan pada
bahan baku dan produk akhir yang pada umumnya belum memiliki baku standar yang
sesuai dengan persyaratan. Simplisia nabati, hewani dan pelican yang dipergunakan
sebagai bahan untuk memperoleh minyak atsiri, alkaloid, glikosida atau zat berkhasiat
lainnya, tidak perlu memenuhi persyaratan yang tertera pada monografi yang
bersangkutan. Identifikasi simplisia dapat dilakukan berdasarkan uraian mikroskopik
serta identifikasi kimia berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya. (1)
Berikut ini adalah alur pemeriksaan mutu dan identifkasi terhadap simplisia : (3)
Identifikasi meliputi : (1) organoleptis (warna, rasa, bau) yaitu secara fisika, kelarutan,
indeks bias, bobot jenis, titik lebiur, rotasi optic, rekristalisasi, mikrosublimasi ; (2)
mikroskopik ; (3) biologi & mikrobiologi ; (4) instrumentasi (kromatografi : kinerja
tinggi, lapis tipis, kolom, kertas, gas) ; (5) mikrokimia (reaksi warna, pengendapan,
pendesakan, penggaraman, reaksi kompleks). (3)
Obat tradisional tidak boleh mengandung bahan kimia obat (BKO). (2)
1. Berdasarkan hasil pengawasan obat tradisional melalui sampling dan pengujian
laboratorium tahun 2006, Badan POM menemukan sebanyak 93 produk obat
tradisional yang dicampur dengan bahan kimia obat keras seperti Fenilbutazon,
Metampiron, Deksametason, CTM, Allopurinol, Sildenafil Sitrat, Sibutramin
Hidroklorida dan Parasetamol.
2. Mengkonsumsi obat tradisional mengandung Bahan Kimia Obat Keras membahayan
kesehatan bahkan mematikan. Pemakaian obat keras, harus melalui resep dokter.
3. Berbagai resiko dan efek yang tidak diinginkan dari penggunaan Bahan Kimia Obat
Keras tanpa pengawasan dokter, telah dilaporkan.
4. Kegiatan memproduksi dan atau mengedarkan obat tradisional yang mengandung
Bahan Kimia Obat, melanggar Undang-Undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan denda paling banyak

Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) dan Undang-Undang nomor 8 tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen yang dapat dikenakan sanksi dengan pidana penjara
paling lama 5(lima) tahun dan atau denda paling banyak 2(dua) miliar rupiah.
Prosedur Analisis
1. Uji Organoleptis dan Uji Makroskopik
1. Dilakukan uji organoleptis dengan mengamati bau, rasa, warna serta kelarutan
jamu.
2. Dilakukan uji makroskopik dengan mengamati struktur dari simplisia bahan
baku dari sediaan jamu yang dianalisis.
3. Hasil pengamatan dicatat dan dilaporkan dalam bentuk tabel.
2. Uji Mikroskopik
1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
2. Sediaan jamu dalam bentuk rajangan dan serbuk dihaluskan, bagian serbuk
halus diletakkan diatas object glass (dibuat 2 preparat).
3. Preparat pertama ditetesi dengan kloroform dan preparat kedua ditetesi dengan
fluoroglusin, kemudian difiksasi dengan lampu spiritus.
4. Diletakkan deck glass pada tiap preparat, lalu diamati pada mikroskop dengan
perbesaran 10 X 10.
5. Diamati dan dicatat pengamatan mikroskopik sampel,
Uji Kimia
Uji Kandungan Kimia
A. Uji Alkaloid
Sampel yang telah dilarutkan dalam etanol 70%, ditambahkan pereaksi dragendorff sebanyak
3 tetes, diamati pembentukan endapan. Hasil positif bila terbentuk endapan orange.
B.Uji Gugus Hidroksil / fenolik
Sampel yang telah dilarutkan dalam etanol 70% ditambahkan pereaksi besi (III) klorida
sebanyak 3 tetes, diamati perubahan warna larutan. Hasil positif bila terjadi perubahan warna
menjadi biru-ungu.
C.Uji Saponin

Sampel dilarutkan dengan 3-5 mL air panas, dikocok kuat-kuat. Diamati pembentukan busa.
Ditambahkan larutan asam klorida encer dan diamati konsistensi busa. Hasil positif bila busa
tetap setelah penambahan larutan asam klorida encer.
1. Kromatografi Lapis Tipis
1. Dipersiapkan alat dan bahan yang akan dipergunakan.
2. Lempeng Silica diaktifkan dengan pemanasan pada oven suhu 110C selama
30 menit.
3. Dibuat bahan pembanding bahan kimia obat dengan ekstraksi dari sediaan
tablet.
4. Dibuat eluen yang akan digunakan yaitu methanol serta kloroform : etanol
(3:2)
5. Disiapkan chamber dan dijenuhkan dengan eluen yang akan digunakan.
(Digunakan kertas saring sebagai indicator penjenuhan)
6. Sampel dalam bentuk serbuk, dilarutkan dengan etanol 70%.
7. Sampel dan bahan pembanding ditotolkan pada lempeng KLT dengan jarak
antara totolan 1 cm.
8. Lalu lempeng silica dimasukkan kedalam chamber untuk proses pengelusian.
9. Setelah proses pengelusian selesai, lempeng KLT dikeluarkan dan dikeringkan
kemudian diamati bercak yang nampak pada sinar UV 254 dan 366 nm.
10. Noda/bercak yang tampak, diberi tanda.
11. Lempeng lalu disemprot dengan reagen penampak noda ( dragendorff atau
besi (III) klorida ), lalu diamati noda yang timbul.
12. Dihitung nilai Rf, dan dibandingkan dengan literature.
13. Dibuat pembahasan dan kesimpulan dari analisis bahan kimia obat dalam
sediaan jamu.

Anda mungkin juga menyukai