Anda di halaman 1dari 18

10

BAB II
KAJIAN TEORI

A. Penelitian Pengembangan
Metrode penelitian dan pengembangan dalam bahasa inggris disebut
Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Menurut
Sugiyono (2014: 297), untuk dapat menghasilkan produk pembelajaran tertentu
digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan
produk tersebut supaya dapat berfungsi di masyarakat luas.
Menurut Sujadi (2003:164) didefinisikan penelitian dan pengembangan
(R&D) adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru, atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat
keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di
laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer
untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium,
ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan, evaluasi,
manajemen, dll.
Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2014:298) mengemukakan unfortunately,
R&D still plays a minor in aducation sebenarnya, R&D masih sedikit dimainkan
pada lingkungan pendidikan. Pernyataan dari ahli tersebut menerangkan bahwa

11

metode R&D masih sangat rendah digunakan dalam lingkungan pendidikan. Banyak
produk tertentu dalam bidang pendidikan yang perlu dikembangkan melalui metode
penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D).
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan.

B. Bahan Ajar
1. Definisi Bahan Ajar
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, bahan diartikan sebagai segala
sesuatu yang dipakai untuk tujuan tertentu, sedangkan ajar berarti petunjuk yang
diberikan agar seseorang mau menuruti (mengetahui sesuatu), jadi bahan ajar
adalah segala sesuatu yang dipakai dengan tujuan memberi petunjuk agar seseorang
mau menuruti (mengetahui sesuatu).
Menurut Daryanto dan Aris Dwicahyono (2014:171), bahan ajar merupakan
informasi, alat dan teks yang diperlukan guru/instruktur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran di kelas. Bahan yang dimaksud bisa berupa
bahan tertulis maupun bahan tidak tertulis. Guru harus memiliki atau menggunakan
bahan ajar yang sesuai dengan kurikulum, karakteristik sasaran, tuntutan pemecahan
masalah belajar.
Udin Saefudin Saud (2008: 214), bahan ajar adalah bahan pembelajaran yang
secara langsung digunakan untuk pembelajaran. Bahan ajar juga diartikan sebagai
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru/instruktur dalam

12

melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas (Abdul Majid, 2012: 173).


Sedangkan menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008),
bahan ajar adalah segala bentuk yang digunakan untuk membantu guru dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa bahan ajar
merupakan komponen pembelajaran yang digunakan guru sebagai bahan belajar bagi
siswa dan membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas.
2. Tujuan Bahan Ajar
Daryanto dan Dwicah0yono (2014:171-172), tujuan bahan ajar sebagai
berikut: (a) menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum dengan
mempertimbangkan kebutuhan peserta didik, yaitu bahan ajar yang sesuai dengan
karakteristik dan lingkungan social peserta didik, (b) membantu peserta didik dalam
memperoleh alternatif bahan ajar disamping buku-buku teks yang terkadang sulit
diperoleh, (c) memudahkan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
Berdasarkan tujuan bahan ajar di atas dapat dinyatakan bahwa, bahan ajar
yang berbentuk buku ajar bertujuan pada pembelajaran yang menghasilkan karya
siswa, dengan menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan tuntutan kurikulum,
membantu peserta didik dalam memperoleh alternatif bahan ajar, serta memudahkan
guru dalam menyampaikan materi dalam pembelajaran.

3. Manfaat Bahan Ajar

13

Daryanto dan Dwicahyono (2014:172), manfaat bahan ajar dipandang dari sisi
guru, yaitu: (a) diperoleh bahan ajar yang sesuai tuntutan kurikulum dan sesuai
dengan kebutuhan belajar peserta didik, (b) tidak lagi tergantung kepada buku teks
yang terkadang sulit diperoleh, (c) memperkarya karena dikembangkan dengan
menggunakan berbagai referensi, (d) menambah khasanah pengetahuan dan
pengalaman guru dalam menulis bahan ajar, (e) menambahn komunikasi
pembelajaran efektif antara guru dengan peserta didik, karena peserta didik akan
merasa lebih percaya kepada gurunya.
Sedangkan, manfaat bahan ajar dipandang dari sisi peserta didik, yaitu: (a)
kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik, (b) kesempatan untuk belajar secara
mandiri dan mengurangi ketergantungan terhadap kehadiran guru, (c) mendapatkan
kemudahan dalam mempelajari setiap kompetensi yang harus dikuasainya.
Berdasarkan manfaat bahan ajar di atas dapat dinyatakan bahwa, manfaat
yang diperoleh guru yaitu bahan ajar sesuai dengan tuntutan kurikulum, tidak
tergantung dengan buku teks dan buku paket bantuan pemerintah, sedangkan manfaat
yang diperoleh oleh peserta didik yaitu, menciptakan pembelajaran menarik,
menumbuhkan motivasi, mengurangi ketergantungan dan mendapatkan kemudahan
dalam mempelajari setiap indikator yang terdapat pada perangkat pembelajaran yang
disusun oleh guru serta terciptanya pembelajaran tuntas dan pembelajaran elektronika
dasar bisa menghasilkan karya siswa.

4. Prinsip Pengembangan Bahan Ajar

14

Daryanto dan Dwicahyono (2014:172-173), prinsip pengembangan bahan ajar,


sebagai berikut: (a) mulai dari yang mudah untuk memahami yang sulit, dari yang
konkrit untuk memahami yang abstrak, artinya siswa akan lebih mudah memahami
suatu konsep tertentu apabila penjelasan dimulai dari yang mudah atau sesuatu yang
konkrit, sesuatu yang nyata ada di lingkungan mereka, (b) pengulangan akan
memperkuat pemahaman, artinya pengulangan sangat diperlukan dalam pembelajaran
agar siswa lebih memahami suatu konsep. Pengulangan dalam penulisan bahan ajar
harus disajikan secara tepat dan bervariasi sehingga tidak membosankan, (c) umpan
balik positif akan memberikan penguatan terhadap pemahaman peserta didik, artinya
respon positif yang diberikan oleh guru terhadap siswa akan menjadi penguatan pada
diri siswa, (d) motivasi belajar yang tinggi merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan belajar, arinya seorang siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan
lebih berhasil dalam belajar. Untuk itu, salah satu tugas guru dalam melaksanakan
pembelajaran adalah memberikan dorongan (motivasi) agar siswa mau belajar, (c)
mencapai tujuan ibarat naik tangga, setahap demi setahap, akhirnya akan mencapai
ketinggian tertentu, artinya pembelajaran adalah suatu proses bertahap dan
berkelanjutan. Untuk mencapai suatu standar kompetensi yang tinggi, perlu disusun
tujuan-tujuan tertentu, (d) mengetahui hasil yang telah dicapai akan mendorong
peserta didik untuk terus mencapai tujuan, artinya dalam proses pembelajaran guru
ibarat pemandu perjalanan. Dalam pembelajaran, setiap anak akan mencapai tujuan
tersebut dengan kecepatannya yang berbeda-beda.
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan (2008:8-9), prinsip
pengembangan bahan ajar, sebagai berikut: (a) ketersediaan bahan ajar sesuai

15

kurikulum, artinya bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum,
(b) karakteristik sasaran, artinya bahan ajar yang dikembangkan dapat disesuaikan
dengan karakteristik siswa sebagai sasaran, karakteristik tersebut meliputi lingkungan
sosial, budaya, geografis maupun tahapan perkembangan siswa, (c) pengembangan
bahan ajar harus dapat menjawab atau memecahkan masalah atau kesulitan dalam
belajar.
Berdasarkan prinsip pengembangan bahan ajar di atas dapat disimpulkan
bahwa, pengembangan bahan ajar di sekolah perlu memperhatikan karakteristik siswa
dan kebutuhan siswa sesuai kurikulum, yaitu menuntut adanya partisipasi dan
aktifitas siswa lebih banyak dalam proses pembelajaran. Pengembangan bahan ajar
berupa buku ajar elektronika dasar menjadi salah satu alternatif bahan ajar yang akan
bermanfaat bagi siswa menguasai kompetensi tertentu, karena bahan ajar sesuai
dengan KD yang dikembangkan K13 sehingga dapat membantu siswa menambah
informasi tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.
5. Karakteristik Bahan Ajar
Chomsin S. Widodo dan Jasmadi (2008: 50), ada beragam bentuk buku, baik
yang digunakan untuk sekolah maupun perguruan tinggi, contohnya buku referensi,
modul ajar, buku pratikum, bahan ajar, dan buku diklat. Sesuai dengan pedoman
penulisan modul yang dikeluarkan oleh Derektorat Menengah Kejuruan Jendral
Pendidikan Dasar dan Menengah Depertemen Pendidikan Nasional Tahun 2003,
bahan ajar memiliki karakteristik, yaitu self intruksional, self contained, stand
alone, adaptive, dan user friendly. Self intruksional yaitu bahan ajar dapat membuat
siswa mampu membelajarkan sendiri dengan bahan ajar yang dikembangkan. Selain

16

itu, dengan bahan ajar akan memudahkan siswa belajar secara tuntas dengan
memberikan materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit atau kegiatan
yang lebih spesifik; pertama, Self contained yaitu seluruh materi pelajaran dari satu
unit kompetensi atau subkompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu bahan ajar
secara utuh; kedua, Stand alone (berdiri sendiri) yaitu bahan ajar yang
dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain atau tidak harus digunakan
bersama-sama dengan bahan ajar lain; ketiga, Adaptive yaitu bahan ajar hendaknya
memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi;
keempat, User friendly yaitu setiap intruksional dan paparan informasi yang
tampil bersifat membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan
pemakai dalam merespon dan mengakses sesuai dengan keinginan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa, penyusunan dalam
bahan ajar harus mempunyai karakteristik antara lain yaitu, materi pembelajaran dari
satu unit kompetensi terdapat dalam satu bahan ajar secara utuh, bahan ajar yang
dikembangkan tidak tergantung pada bahan ajar lain, bahan ajar memiliki daya
adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan tegnologi, serta setiap indikator
dan paparan informasi yang tampil bersifat membantu dan bersahabat.

6. Jenis-jenis Bahan Ajar

17

Menurut Daryanto dan Dwicahyono (2014:172-173), jenis-jenis bahan ajar,


sebagai berikut: (a) bahan ajar pandang (visual) terdiri atas bahan cetak (printed)
seperti antara lain handout, buku, modul, lembar kerja siswa, brosur, leaflet,
wallchart, foto/gambar, non cetak (non printed) seperti model/market, (b) bahan ajar
dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam, dan compact disk audio, (c) bahan
ajar pandang dengar (audio visual) seperti video compact disk, film, (d) bahan ajar
multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI (computer assisted
instruction), CD (compact disk) multimedia pembelajaran interaktif, dan bahan ajar
berbasis web (web based learning materials).
Menurut Lestari (2013:7), secara umum, buku dibedakan menjadi empat jenis,
sebagai berikut: (a) buku sumber, yaitu buku yang dapat dijadikan rujukan, referensi,
dan sumber untuk kajian ilmu tertentu, biasanya berisi suatu kajian ilmu yang
lengkap, (b) buku bacaan, yaitu buku yang hanya berfungsi untuk bahan bacaan saja,
misalnya cerita, legenda, novel, dan lain sebagainya, (c) buku pegangan, yaitu buku
yang bisa dijadikan pegangan guru atau pengajar dalam melaksanakan proses
pembelajaran, (d) buku bahan ajar, yaitu buku yang disusun untuk proses
pembelajaran dan berisi bahan-bahan atau materi pembelajaran yang akan dijabarkan.
Bahan ajar yang dimaksud disini adalah bahan ajar cetak berupa modul yang dapat
digunakan siswa untuk belajar mandiri tanpa proses pembelajaran dapat terus
berlangsung meskipun tidak dilakukan di kelas.
Berdasarkan beberapa jenis bahan ajar dapat dinyatakan bahwa, bahan ajar
yang sesuai dalam pembelajaran elektronika dasar di SMK yaitu bahan ajar berupa
buku, yaitu buku yang disusun untuk proses pembelajaran dan berisi bahan-bahan

18

atau materi pembelajaran yang akan dijabarkan, dengan karakteristik sebagai berikut:
(a) bahan ajar cetak harus mempunyai kemampuan menjelaskan yang sejelas-jelasnya
untuk membantu siswa dalam proses pembelajaran, baik dalam bimbingan guru
maupun secara mandiri, (b) bersifat lengkap (self-contained) artinya memuat hal-hal
yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran didalamnya terdapat tujuan
pembelajaran/kompetensi, materi, latihan/tugas-tugas, soal-soal evaluasi, (c) mampu
membelajarkan peserta didik (self-instructional material), artinya dalam bahan
pembelajaran cetak harus mampu memicu siswa untuk aktif dalam proses belajarnya
bahkan membelajarkan siswa untuk dapat menilai kemampuan belajarnya sendiri.

C. Problem Based Learning (PBL)


Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran
menggunakan permasalahan dalam dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk
belajar cara berpikir kritis dan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pembelajaran, melatih berpikir
tingkat tinggi termasuk didalamnya belajar bagaimana belajar dan melatih siswa
menjadi pebelajar mandiri dan self-regulated (Nurhadi, dkk, 2009).
Menurut Arends (2012: 43), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan
suatu pendekatan pembelajaran, yang mana siswa mengerjakan permasalahan yang
auentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian dan percaya diri.

19

Ibrahim dan Nur (dalam Rusman, 2010) mengemukakan bahwa Problem


Based Learning (PBL) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang
digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang
berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya bagaimana belajar. Jadi,
Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran, yang mana sejak
awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian
informasi yang bersifat student centered. Pembelajaran berdasarkan masalah
memberikan kesempatan kepada siswa mempelajari materi akademis dan
keterampilan mengatasi masalah dengan terlibat di berbagai situasi kehidupan nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang esensial dari materi pelajaran. Penerapan PBL terdiri dari lima langkah mulai
dari guru melakukan orientasi masalah actual dan diakhiri dengan proses analisa dan
evaluasi hasil kerja siswa. Langkah-langkah tersebut tertera dalam Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Sintaks Model PBL

Langkah-langkah
Problem Based Learning
Orientasi siswa pada masalah

Mengorganisasi siswa dalam belajar

Membimbing penyelidikan individu


maupun kelompok

Mengembangkan dan menyajikan


hasil karya

No

Kegiatan yang dilakukan guru


Guru menjelaskan tujuan pembelajaran (atau
indikator hasil belajar), memotivasi siswa
agar terlibat pada aktivitas pemecahan
masalah yang dipilihnya
Guru membantu siswa dalam mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan
informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen dan penyelidikan untuk
mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan karya yang sesuai seperti

20

Menganalisa dan mengevalusi proses


pemecahan masalah

laporan, video, dan model dan membantu


mereka membagi tugas dengan temannya
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan
mereka dan proses-proses yang mereka
digunakan.

(Sumber: Arends, 2012: 411)

Berdasarkan tujuan yang dituntut dalam panduan pengembangan BSNP, maka


peneliti memilih model pembelajaran yang memenuhi tujuan kurikulum. Salah satu
pembelajaran kontruktivisme yang sesuai dengan tuntutan kurikulum K13 yaitu
model pembelajaran PBL. PBL mendorong peserta didik untuk berperan aktif dalam
menyelesaikan masalah, berfikir kritis, kreatif, dan menumbuhkan inisiatif serta
motivasi belajar. Dengan model pembelajaran PBL ini diharapkan bisa mewujudkan
tuntutan K13. Penggunaan bahan ajar ini sesuai dengan karakteristik dari model
pembelajaran PBL. Bahan ajar yang sesuai dengan prinsip PBL, tercermin dari
masalah-masalah yang digunakan untuk memulai pembelajaran. Masalah yang
digunakan dalam pembelajaran ini adalah masalah yang diambil dari lingkungan dan
disusun membangkitkan motivasi dari rasa ingin tahu siswa. Dalam penjbaran materi
selanjutnya memaparkan hasil analisis masalah berdasarkan bidang Elektronika
Dasar.

D. Elektronika Dasar
Elektronika Dasar merupakan mata pelajaran yang termasuk kompetensi
kejuruan berisi pengetahuan, pengenalan, penggunaan tentang dasar macam-macam

21

komponen-komponen elektronika dasar serta sistem pembilangan dan gerbang dasar


maupun kombinasional.
Mata pelajaran ini menekankan pada penguasaan ilmu elektonika dasar yang
mencakup tentang pengetahuan dasar teori atom bahan penghantar, isolator dan
semkonduktor, serta sistem pembilangan dan gerbang dasar maupun kombinasional,
Kegiatan pembelajaran mata pelajaran elektronika dasar, meliputi:
a. Kegiatan belajar 1 berisi pengetahuan dasar teori atom
b. Kegiatan belajar 2 berisi pengetahuan sifat dan macam bahan penghantar, isolator
dan semikonduktor
c. Kegiatan belajar 3 berisi pengetahuan dasar penyearah
d. Kegiatan belajar 4 berisi tentang sistem bilangan
e. Kegiatan belajar 5 berisi tentang gerbang dasar dan kombinasi
Dengan menguasai materi ini siswa mampu menguasai konsep dasar teori
atom sebagai dasar pembuatan komponen-komponen elektronika dan aplikasi
komponen elektronika seperti dioda, transistor berdasar karakteristik masing-masing
komponen. Selain itu juga siswa memahami tentang sistem bilangan dan gerbang
logika dasar dan kombinasi.

E. Pengembangan Bahan Ajar Elektronika Dasar Berbasis PBL (Problem Based


Learning)
Pengembangan bahan ajar ini dimulai dari tahap menganalisis SK-KD, pada
tahap ini peneliti menyusun perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat tujuan pembelajaran, materi ajar,

22

metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Pada pengembangan
ini materi ajar yang digunakan yaitu elektronika dasar untuk semester 1, dengan
metode pengajaran PBL (Problem Based Learning).
Setelah menganalisis SK-KD hingga memilih metode pengajaran yang
digunakan, tahap selanjutnya yaitu analisis sumber belajar. Pada tahap analisis
sumber belajar ini peneliti mengumpulkan referensi-referensi yang mungkin dipakai
untuk memenuhi kebutuhan belajar dengan model PBL (Problem Based Learning),
sumber belajar bisa berupa handout, buku, modul, pada tahap ini disusun bahan ajar
yang menunjang pelaksanaan pembelajaran Elektronika Dasar dengan menggunakan
sintaks model PBL (Problem Based Learning). Penetapan bahan ajar berarti peneliti
menyusun referensi-referensi yang sudah dikumpulkan secara sistematis untuk
memenuhi metode pengajaran yang digunakan. Pada tahap penetapan bahan ajar
peneliti harus memperhatikan susunan tampilan, bahasa yang mudah, menguji
pemahaman, stimulant, kemudahan dibaca, serta materi yang bersifat instruksional.
F. Tinjauan Model-model Pengembangan
Terdapat banyak model pengembangan sumber belajar yang dicetuskan oleh
para ahli dalam bidang teknologi pendidikan. Dari sekian banyak model
pengembangan sumber belajar yang popular dan bisa dijadikan rujukan oleh para
pengembang sumber belajar di antaranya yaitu:
1. Model Sugiyono

Sugiyono berpendapat bahwa dalam proses pengembangan media


pembelajaran, pengembangan harus melalui sepuluh tahapan, yaitu: (1) identifikasi
potensi dan masalah yang melatar belakangi pengembangan; (2) pengumpulan data

23

informasi yang dibutuhkan sebagai bahan untuk perencanaan produk yang akan
dikembangkan; (3) merancang desain produk yang diharapkan; (4) validasi desain
untuk menilai apakah rancangan produk yang akan dikembangkan akan lebih efektif
dan efisien; (5) perbaikan desain sebagaimana hasil validasi; (6) ujicoba produk
dalam bentuk prototype; (7) revisi produk; (8) uji coba pemakaian; (9) revisi produk;
kemudian dilanjutkan dengan (10) produksi massal produk tersebut. Model
pengembangan Sugiyono sebagaimana seperti Gambar 2.1 berikut ini:
Potensi dan
Masalah

Pengumpulan
data

Desain
Produk

Validasi
desain

Uji coba
pemakaian

Revisi desain

Uji coba
produk

Revisi desain

Revisi produk

Produksi
Masal
Gambar 2.1 Model Pengembangan Sugiyono
(Sumber : Sugiyono, 2012)

2. Model Borg and Gall


Pengembangan Borg and Gall harus melalui sepuluh tahapan, yaitu: (1)
analisis kebutuhan; (2) perencanaan media; (3) pengembangan produk; (4) uji coba
perseorangan; (5) revisi; (6) uji coba kelompok kecil; (7) revisi; (8) uji coba
kelompok besar; (9) revisi; dan (10) penyebaran dan pelaporan. Model
pengembangan Borg and Gall sebagaimana seperti Gambar 2.2 berikut ini:

Analisis
Kebutuhan
Penyebaran dan
Laporan

Perencanaan

Revisi

Pengembangan
Produk
Uji coba
lapangan

Uji coba
perseorangan

Revisi

Revisi

Uji coba
kelompok kecil

24

Gambar 2.1 Model Pengembangan Borg and Gall


(Sumber : Borg and Gall, 2001)

3. Model Kemp
Menurut kemp pengembangan perangkat merupakan suatu lingkaran yang
kontinum. Tiap-tiap langkah pengembangan berhubungan langsung dengan aktivitas
revisi. Pengembangan perangkat ini dimulai dari titik manapun sesuai siklusnya.
Terdapat 10 unsur rencana perangkat pembelajaran, yaitu: (1) indentifikasi masalah
pembelajaran, (2) analisis siwa, (3) analisis tugas, (4) merumuskan indikator, (5)
menyusun instrumen evaluasi, (6) strategi pembelajaran, (7) pemilihan media dan
sumber belajar, (8) pelayanan pendukung, (9) evaluasi formatif dan sumatif, dan (10)
revisi perangkat pembelajaran (Wina, 2008: 71-72).
4. Model Dick and Carey
Dick and Carey memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan
menganggap pembelajaran adalah proses yang sistematis. Model ini menyarankan
agar penerapan prinsip desain disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus
ditempuh secara berurutan.
Terdapat sepuluh tahapan yang akan dilewati dalam proses perencanaan dan
pengembangan pembelajaran, yaitu: (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran
(Identify instructional gols), (2) melakukan analisis pembelajaran (Conduct
instructional analysis), (3) mengidentifikasi karakteristik siswa (Identify entery
behavior), (4) merumuskan tujuan kerja (Write performonce objektives),
(5)mengembangkan butir tes (Develop creterion reference tests), (6) mengembangkan

25

strategi pembelajaran (Develop instructional strategy), (7) mengembangkan isi


program pembelajaran (Develop and select instructional materials), (8) merancang
dan melaksanakan evaluasi (Devolop and conduct formative evaluation), (9)
merevisi paket pembelajaran (Revise instructional), (10) mengembangkan evaluasi
sumatif (Develop conduct summative evaluation) Dick and Carey (2001: 2).
5. Model ADDIE
Model desain pembelajaran ADDIE (Analysis Design Develop Implement
Evaluate, dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda pada tahun 1990-an. Salah satu
fungsinya sebagai pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program
pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung pelatihan. Model ini menggunakan 5
tahap, yaitu (1) development (pengembangan), (2) design (perencanaan), (3)
development (pengembangan), (4) implementation (implementasi), (5) evaluation
(umpan balik).
Dari beberapa model pengembangan diatas, maka untuk pengembangan
bahan ajar ini menggunakan model pengembangan Borg dan Gall yang telah di
modifikasi. Tahap-tahap pengembangan mulai dari analisis kebutuhan hingga
penyebaran disusun secara terperinci sehingga memudahkan dalam
pengembangan. Dalam proses pengembangan bahan ajar, pengembang memilih
model Borg and Gall karena model tersebut memuat panduan sistematika
langkah-langkah yang dilakukan agar produk yang di rancang mempunyai
standar kelayakan., dengan pertimbangan khusus, antara lain: (1) setiap langkah
jelas, sehingga dapat diikuti, (2) teratur, efektif dan efisien dalam
pelaksanaannya, (3) terperinci, sehingga mudah diikuti, (4) adanya revisi hal

26

tersebut sangat baik karena apabila terjadi kesalahan dapat segera dilakukan
perubahan, sebelum kesalahan tersebut mempengaruhi komponennya, hampir
mencakup semua yang dibutuhkan dalam semua perencanaan pembelajaran.

G. Kerangka Berfikir
Elektronika dasar merupakan matapelajaran wajib yang mesti ditempuh oleh
siswa kelas X program keahlian Teknik Elektronika Industri. Matapelajaran ini
merupakan matapelajaran dasar yang nantinya untuk siswa TEI akan ada
matapelajaran yang harus ditempuh di kelas XI dan XII. Pada saat kegiatan belajar
mengajar di dalam kelas suasana yang menyenangkan adalah kalanya tidak terlalu
hening karena hanya ada suara guru yang sedang menjelaskan materi tanpa ada
interaksi pembicaraan materi antara guru dan siswa.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses pembalajaran, faktor
yang paling berpengaruh adalah peran guru, kondisi siswa, sumber belajar, media
pembelajaran, sarana prasarana, lingkungan belajar, dan sistem yang memadai. Bahan
ajar yang dirancang dengan baik konstektual, autentik, sesuai dengan kebutuhan, dan
karakteristik siswa,
mengarah pada kompetendi yang harus dikuasai siswa, akan
Teori-teori belajar
dan kurikulum

menjadikan proses pembelajaran


lebih menarik dan menyenangkan. Berdasarkan
2013
kajian teori dan permasalahan yang telah diuraikan, maka kerangka berfikir akan
diuraikan sebagai berikut:

Peserta
didik

Kebutuhan bahan
ajar Elektronika
Dasar

Karakteristik siswa
dan materi
pembelajaran

Rancangan
bahan ajar
Elektronika
Dasar

KI, KD,
Indikator

Uji coba
produk

Bahan ajar
Elektronika
Dasar

27

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir

Anda mungkin juga menyukai