Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PRINSIP PEMBELAJARAN
BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH DASAR
(BSI SD)
Standar kompetensi : Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa S! PGSD
FKIP Unram Semester IV diharapkan mampu memahami
prinsip-prinsip pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia
Sekolah dasar (BSI SD) serta mampu merancang,
melaksanakan, dan menilai pembelajaran Bahasa dan
Sastra Indonesia.
Kompetensi Dasar : Menjelaskan Prinsip-prinsip pembelajaran BSI SD
Indikator

:
1. Menjelaskan prinsip-prinsip dan pembelajaran BSI SD
dalam kurikulum.
2. Menjelaskan prinsip kontekstual dalam pembelajaran
BSI SD
3. Menjelaskan prinsip fungsional dalam pembelajaran
BSI SD
4. Menjelaskan prinsip integratif dalam pembelajaran BSI
SD
5. Menjelaskan Prinsip apresiatif dalam pembelajaran BSI
SD.

URAIAN MATERI
1.1 Prinsip pembelajaran BSI SD dalam kuikulum
Berdasarkan uraian pengantar pada KTSP (Depdiknas,2006) diketahui
bahwa pembelajaran bahasa inonesia diarahkan untukmeningkatkan kemampuan
untuk berkomunikasi dalam bahasa indonesia dengan baik dan benar, hak secara
lisan maupun tulis, serta mampu menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya
kesastraan manusia Indonesia. Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa
indonesai ini diharapkan :
1. Peserta didik dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan

penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil 9ntelektual


bangsa sendiri.
2. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi
bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagi kegiatan berbahasa
dan sumber belajar.
3. Guru lebih mandiri dan leluasa untuk menentukan bahan ajar
kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah
den kemampuan peserta didik.
4. Orang tua dan masyarakat dapat secra aktif terlibat dalam pelaksanaan
program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.
5. Sekolah dpat menyusun program penidikan tentang kebahasaan dan
kesastraan sesuia dengan keadaan peserta didikdan sumber belajar
yang sesuai.
6. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan
kesastraan sesuia dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan kondisi
dan kekhasan daerah dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa pembelajara bahasa indonesia di SD
bertujuan agar peserta didik memiliki bebrapa kemampuan sebagai berikut :
1. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuaidengan etika yang
berlaku, baik secara lisan maupun tulis.
2. Menghargai dan bangga menggunakan bahsa indonesia sebagai bahasa
persatuan dan bahasa indonesia.
3. Memahami bahasa indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan
kreatif untuk berbagai tujuan.
4. Menggunakan bahsa indnesia untuk meningkatkan kemampuan
intelektual, seta kematangan emosional dan sosial.
5. Menikmati dan memanfaatkan karya satra untuk memperluas wawsan,
memperluas budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan berbahsa.
6. Menghargai dan membanggakan satra indonesia seagai khazanah
budaya dan intelektual manusia Indonesia (Depkdiknas,2006).

Dengan demikian berdasrkan kurikulum berbasis kompetensi


termsuk KTSP, terdapat rambu-rambu yang dapat dijadikan prinsip pembelajaran
BSI SD yaitu sebagai berkut :
1. Pada hakikatnya belajar bahasa adlah belajar erkomunikasi. Oleh
karena

itu,

pembelajaran

bahasa

indonesia

diarahkan

untukmeningkatkan kemampuan pesrta didik berkomunikasi dalam


bahasa indonesia.
2. Pembelajaran bahasa, selain untuk meningkatkan keterampilan
berbhasa juga untuk meningkatkan kemampuan memerluas wawasan.
3. Kompetensi dasar mencakup aspek mendengarkan, berbicar, membaca,
menilis bersastra, dan kebahasaan. Aspek-aspek tersebut mendapat
porsi yang seimbang yang dipadukan secara terpadu
Prinsip-prinsip yang dijadiakan pegangan dalam mengembangkan
pembelajaran BSI SD
a. Pembelajaran sastra bertujuan memperhalus budi pekerti.
b. Daerah memiliki kewenangan dalam mengembangkan silabus dan
materi.
c. Penilaian dilakukan dengan menggunakan pendekatan berbasis kelas,
dilaksanakan secara terpadu, berkesinambungan, terbuka, adil,
menyeluruh, dan menggunakan berbagai alat penilaian (Depdiknas,
2003a)
Enam prinsip pembelajaran yag harus dikembangkan menurut Depdiknas 2003b :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Berpusat pada peserta didik.


Mengembangkan peserta didik.
Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang
Mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai.
Menyediakan pegalaaman belajar yang beragam
Belajar melalui berbuat.

Sukmadinata (2004:190-191) mengemukakan prinsip-prinsip pembelajaran


yang sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi adalah sebagai berikut.
1. Menekankan pembelajaran yang bermakna
2. Menggunakan metode dan media yang bervariasi.
3

3. Menempatkan peserta didik sebagai subjek belajar.


4. Memberikan pengalaman belajar yang kaya,
mengolah,/mengembangkan,

mengaplikasikan

mendapatkan,
teori/konsep,

memcahkan masalah, dan menemukan hal baru.


5. Memberikan keseimbangan antara kegiatan klasikal, kelompok, dan
individual.
6. Memberikan keseimbangan antara teori dan praktik di kelas, diluar
kelas, dan dilapangan.
7. Meprioritaskan suasana pembelajaran yang atraktif, maotivasi,
kooperatif dan bersahabat.
1.2 Empat prinsip dalam pembelajaran BSI SD
Berdasarkan prinsip-prinsip pembelajaran BSI SD yang telah diuraikan
diatas berkembanglaj sejumlah prinsip pembelajaran yang dijadikan pegangan
dalam pembelajaran BSI SD yaitu :
a. Prinsip kontekstual
b. Prinsip integratif
c. Prinsip fungsional
d. Prinsip apresiatif
1.2.1

Prinsip kontekstual
Menurut purnomo (2002:10), Prinsip kontekstual dalam pembelajaran BSI

mengacu pada pembelajaran yang dilakukan secara konteks.


Semetara itu, depdiknas (2005:2) menjelaskan bahwa pembelajaran
kontekstual adalah pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan
dunia nyata peserta didik membuat huungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan pengetahuan sehari-hari. Dalam hal ini pembelajaran tidak hanya
menghafal, tetapi juga mengkonstruksi atau membangun pengetahuan dan
keterampilan baru melaui fakta-fakta atau pengalaman-pengalaman nyata dalam
kehidupan.
Untuk memahami lebih mendalam konsep pembelajaran kontekstual COR
(Center for Occupational Research) di Amerika menjabarkan menjadi lima
konsep bawahan yang disingkat REACT yaitu Relating, Experiencing, Applying,
Cooperating dan Transefering. Relating adalah bentuk belajar dalam konteks
kehidupan nyata atau pengalaman nyata. Pembelajaran harus digunakan untuk
menghubungkan situasi sehari-hari dengan informasi baru untuk dipahami atau
4

dengan problema untuk dipecahkan. Experiencing adalah belajar dalam konteks


eksplorasi, penemuan, dan penciptaan. Ini berarti bahwa pengetahuan yang
diproleh siswa melalui pembelajaran yang mengedepankan proses berfikir kritis
melalui siklus inquiry. Applying adalah belajar dalam bentuk penerapan hasil
belajar kedalam penggunaan dan kebutuhan peraktis. Dalam penerapan siswa
menerapkan konsep dan informasi ke dalam kebutuhan kehidupan mendatang
yang dibayangkan. Cooperating adalah belajar dalam bentuk berbagi informasi
dan pengalaman , saling merespon dan saling berkomunikasi. Bentuk belajar ini
tidak hanya membantu siswa belajar tentang materi tetapi juga konsisten dengan
penekanan pembelajaran kontekstual dalam kehidupan nyata. Dalam kehidupan
nyata, siswa akan menjadi warga yang hidup berdampingan dan berkomunikasi
dengan orang lain. Transfering adalah kegiatan belajar dalam bentuk pemanfaatan
pengetahuan dan pengalaman berdasarkan konteks baru untuk mendapatkan
pengetahuan dan pengalaman belajar yang baru.
Pembelajaran kontekstual melibatkan tujuh komponen untuk pembelajaran
efektif , yaitu kontruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
permdelan , refleksi, dan penilaian sebenarnya. Berikut di uraikan ketujuh
komponen kontektual dimaksud.
1.

Kontruktivisme (constructivism)
Dalam teori konstruktivisme dijelaskan bahwa struktur pengetahuan
yang dikembangkan oleh otak manusia melalui dua cara, yaitu asimilasi
dan akomodasi. Asimilasi berarti struktur pengetahuan baru dibangun atas
dasar pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung dan
menyesuiakan hadirnya pengalaman baru. Adapun pelakasanaanya di kelas
dalam pembelajran bahasa indonesia sehari-hari dapat diwujudkan dalam

2.

bentuk peserta didik menulis/ mengarang dan atau bercirita di depan kelas.
Menemukan (inquiry)
Komponen inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran
berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diproleh peserta
didik bukan hasil mengingat seperangkat fakta, melainkan hasil
menemukan sendiri. Kegiatan inkuiri dilakukan dengan langkah-langkah
5

sebagai berikut. (a) Merumuskan masalah; (b) Mengamati/melakukan


(observasi);
3.

(c)

menganalisis

dan

menyajikan

hasil

dan

(d)

mengkomunikasi kepada pembaca.


Bertanya (Questioning)
Bertanya merupan strategi utama dalam pembelajaran berbasis
kontekstual.

Tujuan

bertanya

adalah

untuk

menggali

informasi,

mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian


kepada aspek yang belum diketahui. Kegiatan bertanya dapat diterapkan
ketika peserta didik berdiskusi, berkeja dalam kelompok, menemui
kesulitan, atau mengamati sesuatu. Kegiatan bertanya ini dapat dilakukan
antara sesama peserta didik, guru dengan peserta didik, peserta didik
4.

dengan guru, dan peserta didik dengan nara sumber.


Masyrakat Belajar (Learning community)
Ciri khas berbasis masyrakat belajar adalah pembelajaran dilakukan
dalam bentuk kelompok-kelompok. Hasil pembelajaran diproleh dari kerja
sama. Kelompok belajar disarankan terdiri atas peserta didik yang
kemampuannya heterogen. Yang pandai mengajari yang lemah, yang
sudah tahu membimbing yang belum tahu, yang memiliki gagasan segera
menyampaikan usulnya. Kelmpk belajar bisa bervariasi, baik jumlahnya,
maupun keanggotaannya, bisa juga melibatkan peserta didik dikelas

5.

atasnya.
Permodelan (Modeling)
Permodelan dalam pembelajaran dilakukan dengan cara memberikan
model atau contoh yang perlu ditiru. Guru yang merasa kurang mampu
membacakan puisi, atau bermain drama, tidak perlu cemas karena guru
bukan satu-satunya yang dapat dijadikan model. Guru dapat meminta
teman sejawat, atau mendatangkan pihak luar , pembaca puisi, pemain
drama yang sudah terkenal. Dengan demikian pembelajaran puisi dan
drama tetap dapat dilaksanakan melaui model yang didatangkan dari luar.
Demikian

pula

pembelajran

menulis/

mengarang

yakni

dengan

memberikan contoh-contoh tulisan yang baik yang telah kita pilih. Adapun
tahap atau fase belajar dari model, yaitu: fase perhatian (attention phase) ,
fase retensi (retention phase), fase produksi (production phase), dan fase

motivasi (motivation phase). Bandura (dalam Dahar, 1988:34; Trianto


2007: 31-33). Berikut diuraikan tahap tahap atau permodelan tersebut.
Tahan atau fase perhatian. Pada tahap ini , siswa memberikan
perhatian pada suatu model , yaitu model- model yang menarik yang
berhasil menimbulkan minat siswa. Dalam upaya menarik perhatian siswa
ini, guru dapat menyampaikan atau menggunakan isyarat-isyarat yang
jelas dan menarik atau dengan menggunakan hal-hal yang baru ,aneh ,atau
tak terduga, serta dengan memotivasi para siswa agar memperhatikan
(Dahar, 1988:34; Trianto 2007: 31-33).
Tahap pemahaman atau reterensi. Tahap kedua ini merupakan tahap
ketika siswa mengaitkan kata-kata, nama-nama, atau bayangan yang kuat
dengan kegiatan-kegiatan yang dimodelkan dalam mempelajari atau
mengingat prilaku (Dahar, 1988:34; Trianto 2007: 31-33). Pengaitan ini
sangat dipengaruhi oleh ingatan siswa untuk melakukan apa yang
diperoleh dalam proser permodelan. Dalam knteks ini, siswa harus dibuat
memahami model yang tlah diperhatikan.
Tahap ketiga adalah tahap reproduksi, yaitu ketika bayang-banyang
atau kode-kode verbal dalam memori ingatan membimbing penampilan
yang sebenarnya dari prilaku yang baru diproleh ( Trianto 2007: 31-33).
Pada tahap ini model atau guru dimungkinkan untuk melihat apakah
komponen-komponen suatu urutan prilaku sudah dilakukan oleh siswa.
Dalam hal ini guru akan mengetahui bagian prilaku mana dari model yang
terlupakan oleh siswa misalnya, guru memodelkan bagaimana mengawali
pembicaraan serta bagaimana menguraikan isi pesan / isi pembicaraan,
akan diketahui bagian mana yang belum dilakukan siswa atau bagian yang
belum optimal dilakukan. Deangan demikian, informasi ini dapat dijadikan
umpan balik bagi guru maupun siswa yang selanjutnya menjadi dasar
perencanaan pembelajaran berikutnya.
Tahap terakhir dari permodelan adalah tahap motivasi. Tahap ini
terjadi ketika siswa melakukan apa yang dilakukan oleh model untuk
memperoleh reinforcement dari guru (Trianto 2007: 31-33). Siswa
melakukan sesuatu , disesuaikan dengan apa yang dilakukan oleh model,

melakukan latihan dan menampilkannya karena mereka tahu apa yang


dilakukan itu disukai, menyenangkan, dan akan dipuji oleh guru. Pada
tahap ini , umpan balik merupakan hal yang sangat penting. Prilaku salah
harus dikoreksi dan prilaku benar harus mendapatkan penguatan, baik
6.

berupa pujian ataupun hadiah.


Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang harus dipelajari atau
berfikir kebelakan tentang apa yang harus dilakukan. Refleksi juga
merupakan tanggapan terhadap kegiatan yang baru dilakukan atau
pengetahuan yang baru diterima. Pada akhir pembelajaran , disediakan
waktu sejenak agar peserta didik melakukan refleksi. Kegiatan refleksi
dapat diwujudkan dalam bentuk; (a) Pernyataan langsung tentang semua
yang diprolehnya; (b) Catatan dibuku perserta didik; (c) Kesan dan saran
peserta didik tetang pembeajaran yang telah berlangsung; (d) Diskusi dan;
(e) Hasil karya. Jika refleksi dalam bentuk penyimpulan tentang materi
yang telah dipelajari , harus dengan melibatkan siswa. Bila perlu yang

7.

melakukan penyimpulan adalah siswa.


Penilaian yang sebenarnya ( Authentic Assessment)
Penilaian pembelajaran berbasis kontesktual ini dilakukan dengan
mengamati peserta didik menggunakan bahasa, baik di dalam kelas
maupun di luar kelas. Kemajuan belajar juga dinilai dari proses, bukan
semata-mata dari hasil. Penilaian bukan hanya dari guru, melainkan bisa
juga dari teman atau orang lain. Asesmen autentik dilaksanakan selama
dan sesudah proses pembelajaran berlangsung secara berkesinambungan
dan terintegrasi. Asessmen tersebut pun dilaksanakan untuk keterampilan
performanansi. Dalam hal ini dengan memammfaatkan berbagai jenis dan
bentuk evaluasi, terutama instrument penilaian proses (lembar observasi)
dan rubrik penilaian hasil. Penjelasna mengenai hal ini di uraikan pada

bagian evaluasi proses dan hasil belajar.


1.2.2 Prinsip Integratif
Salah satu hakikat bahasa adalah suatu sistem. Hal ini berarti bahwa
suatu keseluruhan kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan
untuk mencapai tujuan berbahasa yaitu berkomunikasi. Dalam hal ini,

bahasa terdiri atas beberapa subsistem yang saling berkaitan. Subsistem


bahasa adalah fonologi, morfologi, sintaksis, dan simantik. Keempat
subsistem ini tidak dapat berdiri sendiri. Artinnya pada saat seseorang
menggunakan bahasa , tidak hanya menggunakan salah satu unsur tesebut ,
melainkan kombinasi dari beberapa subsistem atau bahkan semua
subsistem tersebut.pada waktu berbicara kita menggunakan kata. Kata
disusun menjadi kalimat. Kalimat diucapkan dengan menggunakan
intonasi yang tepat. Dalam kaitan ini, secara tidak sadar , orang tersebut
akan memadukan unsur fonologi (lafal, intonasi),morfologi(kalimat),
sintaktis (kalimat), dan simentik (makna kalimat).
Berdasarkan kenyataan diatas , pembelajaran bahasa hendaknya tidak
disajikan secara terpisah-pisah. Pembelajaran BSI harus secara terpadu
atau terintegrasi. Dalam mengajarkan kosa kata, bisa dipadukan pada
pembelajaran membaca, menulis, atau bebicara. Mengajarkan kalimat bisa
dipadukan dengan membaca, menyimak, menulis atau berbicara.
Demikian pula pada saat pembelajaran keempat aspek keterampilan
berbahasa, penyajiannya tentu tidak hanya berkaitan dengan pembelajaran
berbicara saja, tetapi secara tidak langsung kita pun mengajarkan
menyimak. Kegiatan berbicara tidak dapat berlangsung tanpa ada kegitan
menyimak. Begitu pula pada saat pembelajaran menulis ataupun
mengarang

berlangsung, akan berpadu pulalah dengan pembelajaran

membaca jadi. Jadi jelaslah, bahwa pembelajaran bahasa indonesia tidak


dapat disajikan secara terpisah-pisah.
1.2.3 Prinsip Fungsional
Dalam kurikulum berbasis kompetensi termasuk KTSP dinyatakan
bahwa tujuan pembelajaran bahasa indonesia adalah agar peserta didik
dapat menggunakan bahasa indonesia dalam berkomunikasi dengan baik
dan benar. Hal ini sejalan dengan prinsip pembelajaran bahasa yang
fungsional, yaitu pembelajaran bahasa harus dikaitkan dengan fungsinya,
baik dalam berkomunikasi maupun dalam memenuhi keterampilan untuk
hidup (Purnomo, 2002: 10-11).

Prinsip fungsional pembelajaran bahasa pada hakikatnya sejalan


dengan konsep pembelajaran pendekatan komunikatif. Konsep pendekatan
komunikatif mengisyaratkan bahwa guru bukanlah penguasa dalam kelas.
Guru bukanlah satu-satunyanya pemberi informasi dan sumber belajar.
Sebaliknya guru sebagai penerima informasi (Hairuddin,2000:136). Jadi
pembelajaran didasarkan pada multisumber. Dengan kata lain, sumber
belajar terdiri atas guru, peserta didik,dan lingkungan.a
Lingkungan terdekat adalah kelas. Lebih tegas lagi tarigan ( dalam
Hairuddin,2000:136) mengungkapkan bahwa dalam konsep pendekatan
komunikatif peran guru adalah sebagai pembelajar dalam proses belajarmengajar, disamping sebagai pengorganisasi, pembimbing dan peneliti.
Pelaksanaan pembelajaran bahasa dikelas yang fungsional ini adalah
menggunakan teknik bermain peran.
1.2.4 Prinsip Apresiatif
Prinsip apresiatif lebih ditekankankan pada pembelajaran sastra.
Istilah prinsip apresiatif berasal dari kata kerja dalam bahasa inggris
appreciati yang berarti menghargai, menilai, menjadi kata sifat
appreciative yang berarti senang (Echols dan Shadely, Hasan, 1993: 35).
Dalam kamus besar bahasa indonesia (Depdikbud, 2001) kata apresiasi
berarti penghargaan. Dalam buku ajar ini istilah apresiasi dimaknai
menyenangkan. Jadi prinsip apresiatif berarti prinsif pembelajaran yang
menyenangkan.

10

Anda mungkin juga menyukai