SKRIPSI
Oleh :
Cicik Milyasari
NIM. 03530002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
SKRIPSI
Diajukan kepada:
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam
Memperoleh Gelar Sarjana (S.Si)
Oleh:
CICIK MILYASARI
NIM. 03530002
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
SURAT PERNYATAAN
ORISINALITAS PENELITIAN
: Cicik Milyasari
NIM
: 03530002
Fakultas / Jurusan
Judul Penelitian
Cicik Milyasari
NIM. 03530002
SKRIPSI
Oleh:
CICIK MILYASARI
NIM: 03530002
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
Eny Yulianti, M. Si
NIP: 197606112005012006
Anton Prasetyo, M. Si
NIP: 197709252006041003
Mengetahui,
Ketua Jurusan Kimia
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri (UIN)
Maulana Malik Ibrohim
Malang
SKRIPSI
Oleh:
Cicik Milyasari
NIM. 03530002
2010
2. Ketua Penguji
3. Sekr. Penguji
4. Anggota Penguji
Tanda Tangan
( ................................. )
( ................................. )
( ................................. )
( ................................. )
ABSTRAK
ABSTRACT
Milyasari, cicik, 2010, Antibactery Staphylococcua Aureus Compound Isolation
and E. Coly on Sour Carambola extract (Averrhoa blimbi,l). Advisor : Eny
Yulianti, M. Si. And Anton Prasetyo.
Key Words : Sour Carambola (Averrhoa bilimbi L), Flavonoid, Antibakteri,
Cromatography Thin Lining (KLT), Spectrofotometer FTIR.
Having done research about antibactery staphylococcua aureus compound
isolation from sour carambola fruit extract, by the objective is to know the
potency of flavonoid compound and triterpenoid exid in sour carambola
fruit(Averhoa Blimbi,l) which is efective as natural antibactery.
The research method of this research are maserasi, separating by KLT
analysis by eluen variation, for flafonoid by using eluen asetat sour-butanol waterglacial (BAA) and cloroform-metanol (1:9), by the composition is included BAA
(4:1:5), BAA (6:1:), and cloroform-metanol (1:9), (1:19) dan (1:39), whereas
triterpenoid eluen which is used is n-heksana-etil asetat (1:1) by the reactor is
Lieberman-Burchard, to look for the best eluen for preparative KLT. Then the
result of Preparative KLT is used for antibactery evaluation and identified by
spectrofotometer FTIR.
The result of Antibactery Staphylococcua Aureus Compound Isolation and
E. Coly on fractination Sour Carambola fruit (Averrhoa Blimbi,l). Concentrated
ethanol extract 14 gr from 50 gr Sour Carambola fruit which was draed. The result
of KLT Analysis shows that the best eluen for Preparative KLT is methanolchloroform (1:9). The result identification shows that isolat is compound kind of
flavonod by the possibility has function cluster OH, C-H, C=O, C-O, =C-H and
C=C (benzena ring). Isolat can impede the growing of Staphylococcus Aureus and
E. Coly on 450mg/ml concentration.
BAB I
PENDAHULUAN
Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang
yakin. Dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan?
Salah satu tanda kebesaran Allah adalah buah blimbing wuluh dapat
dimanfaatkan sebagai antibakteri dan air belimbing wuluh dapat dimanfaatkan
sebagai alternatif untuk mengawetkan ikan dan daging.
Sejak zaman Rasulullah telah dikenal pengobatan dengan memanfaatkan
tanaman, antara lain adalah minyak zaitun (Kustoro, 2007). Pemanfaatan tanaman
untuk pengobatan tradisional tersebut sampai sekarang terus berkembang dan
berlangsung di masyarakat. Jenis tanaman yang dipakai sebagai obat tradisional
sangat banyak macamnya, namun pemanfaatannya masih terbatas.
Al-Quran telah menyebutkan sejumlah buah-buahan yang oleh ilmu
pengetahuan modern ditegaskan memiliki khasiat untuk mencegah beberapa jenis
penyakit. Allah memerintahkan manusia supaya memperhatikan keberagaman dan
keindahan ciptaan-Nya disertai seruan agar merenungkan ciptaan-ciptaan-Nya
yang amat menakjubkan.
Kami keluarkan pula zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pula)
kematangannya. Sesungguhnya, pada yang demikian itu ada tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman." (QS. Al-An'am [6]: 99)
Allah menciptakan beragam jenis buah, setiap jenis memiliki rasa dan
aroma tersendiri meskipun semuanya tumbuh di tanah yang sama dan diairi
dengan air yang sama. Sebagaimana penciptaannya, kenyataan bahwa buahbuahan dan sayur-sayuran merupakan sumber-sumber vitamin dan nutrisi esensial
yang melimpah, juga menggugah manusia berakal untuk berpikir. Buah-buahan
yang tumbuh dalam tanah hanya menyerap unsur-unsur gizi yang diperlukan
(mineral-mineral) yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Belimbing
wuluh
merupakan
salah
satu
tumbuhan
yang
dapat
Daunya digunakan untuk mengobati kencing batu, kencing manis, dan tekanan
barah tinggi, sedangkan bagian kulit kayu digunakan utuk mengobati diare,
disentri, dan kencing darah (Dalimartha, 2003). Daun bunga diketahui
mengandung senyawa saponin, flavonoid, dan tannin. Biji mengandung senyawa
plantisul, sedangkan kulit kayu dan akar dari tumbuhan ini belum diketahui secara
pasti dan belum ditemukan penelitian yang mengandung senyawanya (Dalimartha,
2003).
Pemanfaatan buah belimbing wuluh sebagai obat merupakan ikhtiar untuk
memperoleh kesembuhan dari Allah yang Maha penyembuh, karena merupakan
kewajiban kita untuk berikhtiar mengobati penyakit. Sungguh tidak ada yang
dapat memberikan kesembuhan kecuali Allah SWT semata. Allah berfirman
dalam surat Asy-Syuara ayat 80:
o us Mt #s)u
Artinya: Dan apabila Aku sakit, dialah yang menyembuhkan aku (QS. AsySyuara [26]: 80)
Ayat di atas menunjukkan bahwa sesungguhnya kesehatan merupakan
suatu nikmat besar yang Allah berikan kepada manusia, akan tetapi nikmat
tersebut kadang kurang disyukuri. Sakit merupakan musibah dan ujian yang
ditetapkan Allah SWT. Segala penyakit yang diberikan oleh Allah tentunya sudah
tersedia obat yang juga diberikan olehNya. Buah blimbing wuluh misalnya, dapat
berfungsi sebagai antibakteri, karena di dalamnya terdapat senyawa aktif antara
lain flavonoid dan triterpenoid (Latifah, 2008).
ekstrak tersebut sudah cukup banyak, sehingga cukup mampu untuk menghambat
pertumbuhan bakteri, maka tetap dianggap berpotensi sebagai antibakteri (Latifah,
2008).
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian
tentang fraksinasi senyawa aktif flavonoid dan triterpenoid buah belimbing wuluh,
dengan tujuan untuk mengetahui eluen terbaik dari ekstrak kasar dan mengetahui
fraksi aktif yang berpotensi sebagai anti bakteri alami sehingga diharapkan dapat
memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai pemanfaatan buah
blimbing wuluh bagi kesehatan.
1.5. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada
masyarakat mengenai pemanfaatan buah belimbing wuluh bagi kesehatan serta
dapat mengetahui senyawa aktif yang berpotensi sebagai antibakteri alami yang
lebih aman sebagai alternatif pengganti antibakteri sintetik.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
: Magnoliophyta
: Magnoliopsida
: Oxalidales
: Oxalidaceae
: Averrhoa
: Averrhoa bilimbi
(http://www.nbbnet.gov.my/directories/papercut/detail.php?id=
728,
2007). Belimbing wuluh mempunyai kandungan unsur kimia yang disebut asam
oksalat dan kalium (Iptek, 2007), sedangkan berdasarkan hasil pemeriksaan
kandungan kimia buah belimbing wuluh yang dilakukan Herlih (1993)
menunjukkan bahwa buah belimbing wuluh mengandung golongan senyawa
oksalat, minyak atsiri, fenol, flavanoid dan pektin.
OH
O
HO
OH
OH
OH
O
HO
OH
Luteolin
Apigenin
tangan yang kotor, mencuci botol, menghilangkan bau amis, sebagai bahan
kosmetika serta mengkilapkan barang-barang yang terbuat dari kuningan
(http://www.nbbnet.gov.my/directories/papercut/detail.php?id= 728, 2007).
Perspektif Islam
Orang yang mau mendalami ayat-ayat Al-Qur`an akan menyadari bahwa
Allah sudah merentangkan segala penjelasan di dalam Kitab-Nya dan
menunjukkan kepada manusia cara-cara untuk memudahkan hidup baik di dunia
ini maupun di alam berikutnya (akhirat). Subjek lain yang menarik perhatian
manusia adalah yang diutarakan Al-Qur`an tentang makanan-makanan khas yang
baik untuk kesehatan manusia, seperti buah kurma.
4s+ 5#u xu #u wu yu 5=ur& i My_u NuyftG s% F{$# u
=)t 5s)j9 ;MtU 9s ) 4 2W{$# <t/ 4n?t $p|t/ exu 7nu &!$y/
"Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian yang berdampingan dan kebun-kebun
anggur, tanaman-tanaman dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak
bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami melebihkan sebagian tanamantanaman itu atas sebagian yang lain tentang rasanya. Sesungguhnya, pada yang
demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir."
(QS. Ar-Ra'd [13]: 4)
Kurma, buah-buahan yang disebut dalam surah Maryam, pohonnya
tumbuh di padang gersang bersuhu panas dan banyak manfaatnya. Allah
mengindentifikasikan khasiat penyembuhan dari buah ini dengan menceritakan
pada Maryam, yang sedang menghadapi persalinan, supaya makan daging buah
kurma.
)|@ 's#9$# g2 7s9) hu $w| 7tGtrB 7/u yy_ s% ttrB r& !$pJtrB $y1y$os
Nxt o) <)s #Ytnr& |u;9$# z ts? $*s ( $Yt hs%u 1u$#u ?3s $wy_ $Y7s 7n=t
$|) uu9$# zk=2& n=s $Y| uq=9
"Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: 'Janganlah kamu bersedih
hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai di bawahmu. Dan
goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan
menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu, maka makan, minum, dan
bersenang hatilah...." (QS. Maryam [19]: 24-26).
Ayat al-quran surah (ar-rad 13:4) di atas menjelaskan bahwa betapa
besar manfaat buah kurma bagi kehidupan manusia di bumi ini. Kurma, dengan
kandungan 50% gula, sungguh sangat bergizi karena daging buahnya terdiri atas
fruktosa dan glukosa yang keduanya berkalori tinggi, dan mudah serta cepat
dicerna. Kandungan gulanya menenangkan saraf yang gelisah serta memberikan
rasa aman pada kejiwaan. Kurma segar memberikan manfaat besar kepada otak.
Kurma, dengan kandungan 2.2% protein, juga berisi banyak jenis vitamin A, B1,
dan B2. Protein-protein ini melindungi tubuh dari serangan penyakit dan infeksi,
menunjang sel-sel tubuh memperbaharui diri, dan menyeimbangkan cairan-cairan
tubuh (www. Harunyahya.com/indo).
Buah-buahan selain kurma yang juga memberikan manfaat bagi tubuh
ialah blimbing wuluh. Batang buah belimbing wuluh mengandung beberapa
senyawa kimia yaitu saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam
format, peroksidase dan kandungan kimia pada daun yaitu tanin, sulfur, asam
format, peroksidase, kalsium oksalat, kalium sitrat (Dalimartha, S., dkk,
2005).
2.4. Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada
tanaman hijau,kecuali alga. Flavonoid yang sering ditemukan pada tumbuhan
tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon dan flavonol dengan C- dan O
glikosida, isoflavon C- dan O-glikosida, flavanon C dan O-glikosida, khalkon
lipid
membran
terhadap
reaksi
yang
merusak.
Aktivitas
dan gula) serta lipid dengan kadar rendah (1-4 %), sehingga ekstrak etanol lebih
mudah menembus dinding sel bakteri ini. Dinding sel bakteri E. coli lebih sulit
ditembus senyawa yang bersifat polar karena struktur dinding sel bakteri ini
berlapis tiga yang tersusun atas peptidoglikan dan lipid dengan kadar yang tinggi
(11-22 %), sehingga ekstrak etanol lebih sulit menembus dinding sel bakteri ini.
Sjahid (2008), telah melakukan penelitian, menunjukkan bahwa senyawa
aktif flavonoid yang terkandung pada daun dewandaru memiliki aktivitas
antibakteri, antioksidan, penangkal radikal bebas, penghambat hidrolisis dan
oksidasi enzim, serta antiinflamasi.
volatil. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya waktu kontak yang
cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi (Guether, 1987).
Berdasarkan penelitian Latifah (2008) diketahui bahwa pelarut akuades
menghasilkan ekstrak pekat terbesar diikuti oleh etanol, metanol, kloroform dan
terakhir petroleum eter. Berat ekstrak pekat yang dihasilkan oleh pelarut polar
lebih besar daripada pelarut nonpolar, sehingga diduga bahwa senyawa yang
terdapat pada buah belimbing wuluh cenderung bersifat polar seperti flavonoid.
Hal ini didukung oleh warna filtrat , warna dan tekstur ekstrak pekat serta prinsip
like dissolve like yaitu senyawa polar cenderung larut dalam pelarut polar dan
senyawa nonpolar cenderung larut dalam pelarut nonpolar.
Hasil penelitian yang sama, Latifah (2008) menambahkan bahwa pelarut
terbaik untuk memperoleh ekstrak kasar senyawa antibakteri pada buah belimbing
wuluh adalah etanol. Hal ini didukung oleh berat ekstrak pekat, uji golongan
senyawa aktif dan uji efektifitas antibakteri. Hasilnya menunjukkan bahwa daya
hambat ekstrak kasar etanol lebih tinggi terhadap bakteri Staphylococcus aureus
(gram positif) dibandingkan E. coli (gram negatif), hal ini ditunjukkan oleh nilai
diameter zona hambat terhadap bakteri Staphylococcus aureus yang secara umum
lebih besar dari pada bakteri E. coli. Zakaria et al. (2007) juga menyatakan bahwa
ekstrak buah belimbing wuluh lebih efektif untuk bakteri gram positif
dibandingkan bakteri gram negatif.
campuran tertentu dari pelarut dan penyerap yang digunakan, meskipun demikian
daftar dari harga-harga untuk berbagai campuran dari pelarut dan penyerap dapat
diperoleh (Sastrohamidjojo, 2005).
Flavonol
Kemferol
83
Kuersetin
64
Mirisetin
43
Flavon
Apigenin
89
Luteolin
78
Krisoeriol
82
Trisin
73
Tabel 2.2 Perubahan warna yang terjadi pada senyawa setelah diuapi amoniak
Nama Senyawa
Perubahan Warna
antosianin
lembayung biru
flavon, flavonol, xanton
kuning
flavanon
tanpa warna, menjadi merah jingga
(terutama jika dipanaskan)
kalkon dan auron
lembayung merah
flavanonol
coklat-jingga
Sumber: Robinson, 1995
pensil. Setiap bercak yang diperoleh dikerok dan dilarutkan dalam methanol
(Rohyami, 2008).
Identifikasi pendahuluan flavonoid dengan KLT berguna dalam pemisahan
flavonoid menggunakan KLT preparatif. Eluen terbaik pada identifikasi
pendahuluan digunakan untuk pemisahan flavonoid dari fraksi metanol daging
buah mahkota dewa. Prinsip pemisahan pada KLT preparatif tidak berbeda
dengan pemisahan pada KLT. Ukuran plat yang ideal adalah 20 x 20 cm, tetapi
ukuran ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Rohyami, 2008).
dapat
dideteksi
dengan
mengidentifikasi
frekuensi-frekuensi
1649
3-hidroksiflavon
1615
5-hidroksiflavon
1652
7-hidroksiflavon
1625
Flavanon
5-hidroksiflavanon
1648
5,7,3,4-tetrahidroksiflavanon
1620
5,7,3,4-tetraacetoksiflavanon
1680
3,5,7,3,4-pentamethoksiflavon
1627
3,5,7,3,4-pentaacetoksiflavon
1640
2.5. Triterpenoid
Triterpenoid merupakan komponen tumbuhan yang mempunyai bau dan
dapat diisolasi dari bahan nabati dengan penyulingan sebagai minyak atsiri.
Triterpenoid terdiri dari kerangka dengan 3 siklik 6 yang bergabung dengan siklik
5 atau berupa 4 siklik 6 yang mempunyai gugus pada siklik tertentu (Lenny,
2006).
Oleanana
Skualena
Gambar 2.4 Senyawa Triterpenoid (Robinson, 1995)
Triterpenoid biasanya terdapat dalam daun dan buah, seperti apel dan buah
per, yang berfungsi sebagai pelindung untuk menolak serangga dan serangan
mikroba. Triterpenoid juga terdapat dalam damar, kulit batang dan getah.
Triterpenoid tertentu dikenal karena rasanya, terutama kepahitannya. Pereaksi
Lieberman-Burchard secara umum digunakan untuk mendeteksi triterpenoid
menghasilkan warna violet (Harborne, 1987).
obat) dalam pelarut. Pelarut akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut, adanya
perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel, maka larutan yang
terpekat di desak keluar. Pelarut yang digunakan dapat berupa air, etanol, airetanol, atau pelarut lain. Keuntungan cara ekstraksi ini, adalah cara pengerjaan
dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan, sedangkan
kerugiannya adalah waktu pengerjaannya lama dan ekstraksi kurang sempurna
(Ahmad, 2006).
Metode ekstraksi bahan alam, dikenal suatu metode maserasi. Maserasi
adalah metode perendaman. Penekanan utama pada maserasi adalah tersedianya
waktu kontak yang cukup antara pelarut dan jaringan yang diekstraksi (Guether,
1987 ).
Latifah (2008), menambahkan bahwa hasil uji golongan senyawa aktif
pada ekstrak kasar buah blimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid dan
terpenoid. Flavonoid dapat berefek antibakteri melalui kemampuan untuk
membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan protein yang dapat larut
serta dengan dinding sel bakteri (Robinson, 1995 dalam Ardananurdin dkk, 2004).
Terpenoid dapat menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri dengan
mengganggu proses terbentuknya membran dan atau dinding sel, membran atau
dinding sel tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna (Ajizah, 2004).
biji pepaya,
dilakukan Uji fitokimia triterpenoid lebih lanjut terhadap ekstrak kental n-heksana
menggunakan pereaksi LiebermannBurchard untuk menentukan ada tidaknya
triterpenoid. Ekstrak kental positif triterpenoid dipisahkan dengan kromatografi
kolom. Sebelum dilakukan pemisahan dengan kromatografi kolom, terlebih
dahulu dilakukan pemilihan eluen dengan teknik KLT. Hasil pemisahan
kromatografi kolom (silika gel 60, n-heksana : eter : etilasetat : etanol (2:3:3:2))
yang sama digabungkan dan dikelompokkan menjadi kelompok fraksi. Masingmasing kelompok fraksi tersebut diuji untuk triterpenoid. Fraksi yang positif
mengandung triterpenoid dengan noda tunggal dilanjutkan dengan uji kemurnian
secara KLT dengan beberapa campuran eluen. Bila tetap menghasilkan satu noda
maka fraksi tersebut dapat dikatakan sebagai isolat relatif murni secara KLT.
Isolat relatif murni ini kemudian dianalisis dengan Spektrofotometer Ultra violettampak dan Inframerah.
Masih dari penelitian Sukadani (2008) pada biji pepaya, setelah diuji
triterpenoid dengan pereaksi Liebermann-Burchard menunjukkan reaksi positif
untuk triterpenoid dengan perubahan warna dari kuning menjadi merah ungu.
Pemisahan dengan kromatografi kolom terhadap ekstrak kental n-heksana
menghasilkan 0,05 g isolat yang menunjukkan positif untuk triterpenoid (F3) yang
berwarna kuning. Hasil identifikasi menggunakan spektroskopi inframerah
menunjukkan bahwa isolat kemungkinan termasuk senyawa golongan triterpenoid
aldehida. Spektrum inframerah mengindikasikan adanya -C-H alifatik stretching,
CH2 bending, CH3 bending, dan C=O. Spektrum ultra violet - visibel
memberikan dua pita serapan pada panjang gelombang (maks) 228,5 nm dan pita
dengan serapan yang landai pada panjang gelombang 287,7 nm. Hasil uji aktivitas
antibakteri terhadap isolat triterpenoid menunjukkan bahwa isolat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus
pada konsentrasi 1000 ppm.
Berdasarkan penelitian Yusuf (2007), dijelaskan bahwa pada tanaman
krisan hasil ekstrak bunga krisan (Chrysanthemum cinerariaefolium) diduga
berupa triterpenoid yang memiliki gugus ester, gugus karbonil, gugus asam, gugus
C-H siklik, gugus C=H alkena. Pemisahan senyawa dilakukan dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis yang disinari dengan sinar UV 365 nm,
sedangkan eluen yang digunakan adalah metanol : kloroform = 1:15. Analisis
senyawa dan elusidasi strukturnya dilakukan dengan spektrometer IR.
Prasetya
(2007),
menjelaskan
pada
tumbuhan
Beilschmiedia
-1
-1
dan 2852,2 cm yang diduga serapan dari gugus C-H alifatik stretching. Dugaan
ini diperkuat oleh adanya serapan pada daerah bilangan gelombang 1464,4 cm
dan 1206,5 cm
-1
-1
-1
dengan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.2.2. Bahan
Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah buah belimbing
wuluh kering. Bahan kimia yang digunakan adalah etanol, ammonia, hidrogen
klorida (HCl) 15%, akuades, asam asetat, n-butanol, kloroform (CHCl3), etil
asetat, methanol, diklorometana.
coli
.
3.3. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian eksperimental
laboratorik. Proses ekstraksi dilakukan dengan pelarut etanol. Ekstrak yang
diperoleh dipisahkan dengan KLTP yang sebelumnya dicari eluen terbaik untuk
dipisahkan dengan KLT analitik. Eluen yang memberikan pemisahan yang baik
(jumlah spot dan pola pemisahan) digunakan sebagai eluen
untuk KLTP,
dilanjutkan uji efektivitas antibakteri terhadap fraksi hasil KLTP dan identifikasi
senyawa buah belimbing wuluh dengan FTIR.
sampai tercapai berat konstan. Kadar air dalam tanaman dihitung menggunakan
rumus berikut:
Kadar air =
Keterangan:
(b c)
100%
(b a )
100
100 % kadar air
flavonoid diperiksa pada panjang gelombang 254 nm, triterprnoid diperiksa pada
panjang gelombang 365 nm.
Eluen yang memberikan pemisahan paling baik akan digunakan dalam
pemisahan dengan KLT preparatif.
autoklaf pada suhu 121 0C dengan tekanan 15 psi (per square inchi) selama 15
menit.
Pada
yang
diperoleh
dianalisis
secara
deskriptif
yaitu
dengan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
sebanyak 5 kg, kemudian dicuci dengan air bersih, diiris tipis dan dikeringkan
dalam oven selama 3 hari pada suhu 37-40 oC sampai diperoleh berat konstan.
Pengeringan dilakukan terkait dengan sifat fisik dari buah belimbing wuluh yang
mudah busuk, dengan pengeringan diharapkan buah belimbing wuluh akan lebih
awet dan tahan terhadap mikroba, kemudian dihaluskan dan diperoleh 179 g
sampel berupa serbuk, perlakuan ini bertujuan untuk memperluas permukaan
sehingga mudah dalam pengekstraksian. Hasil yang diperoleh digunakan sebagai
sampel penelitian.
Selama proses pengeringan terdapat perubahan warna, tekstur dan berat.
Buah belimbing wuluh segar berwarna hijau dan masih segar atau keras, setelah
dioven berwarna kuning kecoklatan dan agak lunak, sedangkan setelah benarbenar kering buah blimbing wuluh berwarna coklat dan kaku. Perubahan warna
dilakukan dengan
pengeringan bahan dalam oven pada suhu 105-110 oC selama 3 jam atau sampai
diperoleh berat konstan (Winarno, 2002). Sebagaimana dalam penelitian ini untuk
mendapatkan berat konstan dilakukan dengan cara pengeringan sampel dalam
oven pada suhu 105-110 oC selama 7 jam. Pengovenan dilakukan setiap 30 menit
dilanjutkan dengan pendinginan di dalam desikator selama 10 menit sampai
diperoleh berat konstan yang menunjukkan kandungan air dalam buah sudah
teruapkan secara maksimal.
Untuk mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi
yang menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan
maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum.
Dengan demikian akan diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang
sebenarnya (Suhardi, 1989).
Kandungan air pada buah blimbing wuluh sangat tinggi, yaitu sebesar 78,9
% (78,9% air dan 21,1% daging buah blimbing wuluh), oleh karena itu perlu
adanya pengeringan sebelum sampel buah blimbing wuluh dimaserasi agar tidak
mengganggu
suatu gula, flavonoid juga bersifat polar dan karenanya cukup larut dalam pelarut
polar seperti etanol.
Proses maserasi dilakukan dengan cara sampel ditimbang kemudian
direndam dalam pelarut ethanol selama 72 jam ( 3) hari karena proses ekstraksi
akan berlangsung optimal dengan tersedianya waktu kontak yang cukup antara
pelarut dan sampel. Selama proses perendaman dilakukan beberapa kali
pengocokan menggunakan shaker dengan kecepatan 150 rpm selama 14 jam (2)
hari, agar kontak antara sampel dan pelarut semakin sering terjadi, sehingga
proses ekstraksi lebih sempurna. Larutan kemudian disaring dan diperolah filtrat
dari pelarut etanol dengan warna coklat tua. Robinson (1995) mengatakan bahwa
warna coklat tersebut merupakan indikasi adanya senyawa flavonoid yang larut
dalam pelarut polar.
Filtrat hasil penyaringan dipekatkan dengan rotary evaporator. Tujuannya
untuk menghilangkan pelarut yang digunakan selama maserasi. Hasil dari
pemekatan adalah ekstrak pekat yang berwarna coklat tua dan tekstur ekstrak
pekat berupa cairan kental.
Ekstrak pekat yang diperoleh selanjutnya dihidrolisis dengan HCl 15%
dengan tujuan untuk merubah flavonoid glikosida menjadi aglikonnya. Reaksi
yang mungkin terjadi adalah seperti Gambar 4.1.
H
O
O
OH
OH
HO
O
O
HO
H+
OH
OH
O
O
OH
OH
HO
O
H
OH
H
O
OH
OH
OH
OH
HO
HO
HO-G
-H
OH
OH
O
O
Lapis Tipis (KLT). KLT merupakan metode pemisahan senyawa kimia dengan
menggunakan fasa diam (selulosa) dan fasa gerak (eluen).
Pemisahan menggunakan plat silika gel 60 F254 karena fasa diam
(adsorben) yang terdapat dalam plat ini berupa silika yang umumnya digunakan
untuk memisahkan senyawa alkaloid, zat warna, fenol, steroid, vitamin-vitamin,
karoten dan asam-asam amino. Sebelum digunakan plat silika gel 60 F254
diaktifasi terlebih dahulu pada suhu 100o C selama 15 menit. Penggunaan
berbagai macam komposisi eluen diharapkan mampu memisahkan komponenkomponen senyawa flavonoid yang terkandung dalam buah blimbing wuluh.
Ekstrak pekat flavonoid (fase air) dan triterpenoid (fase organik)
dilarutkan dalam etanol agar tidak terlalu pekat sehingga dapat terbawa eluen
dengan baik, kemudian ditotolkan (5-10) pada plat KLT pada jarak 1 cm dari garis
bawah menggunakan pipa kapiler, setelah itu diidentifikasi menggunakan uap
amonia untuk senyawa flavonoid karena dengan diuapi amonia berbagai
perubahan warna dapat terlihat seperti : flavon kelihatan berwarna kuning, kalkon
dan auron kelihatan berwarna merah jingga (Robinson, 2005) dan liebermenburchard untuk senyawa triterpenoid akan menghasilkan warna violet (Harborne,
1987). Noda yang terbentuk diperiksa dengan lampu UV pada panjang gelombang
254 nm untuk mengetahui secara jelas ada tidaknya spot yang terbentuk.
Hasil pemisahan ekstrak flavonoid dengan KLT menggunakan eluen
butanol-asam asetat glasial-air (BAA) dan metanolkloroform, dengan komposisi
meliputi BAA (4:1:5), BAA (6:1:2), dan metanol-kloroform (1:9), (1:19) dan
(1:39), sedangkan eluen triterpenoid yang digunakan adalah n-heksana-etil asetat
A
B
Gambar 4.2 Hasil pengamatan KLT senyawa flavonoid pada ekstrak etanol
dibawah sinar sinar UV pada panjang gelombang 254 nm (A)
sebelum diuapi amoniak dan (B) sesudah diuapi amoniak.
Tabel 4.1 Warna noda dengan eluen campuran metanol-clorofrm ( 1:9), dibawah
sinar UV 254 nm dan golongan flavonoid yang mungkin
Warna bercak dengan sinar UV
Jenis flavonoid yang
mungkin
Sinar UV tanpa NH3
Sinar UV dengan NH3
Lembayung gelap
a Biasanya flavon atau
Perubahan warna sedikit
flavonol tersulih pada 3atau tanpa perubahan
O mempunyai 5-OH
warna
tetapi tanpa 4-OH
bebas
b Beberapa 6- atau 8OH flavon dan flavonol
tersulih pada 3-O serta
mengandung 5-OH
c Isoflavon,
dihidroflavonol,
biflavonil, dan beberapa
flavanon yang
mengandung 5-OH
d Khalkon yang
mengandung 2- atau 6OH tetapi tidak
mengandung 2- atau 4OH bebas
Dari Tabel 4.2 hal ini dipastikan bahwa buah blimbing wuluh mengandung
senyawa flavonoid golongan flavon, flavonol, isoflavon, dihidroflavonol, atau
flavanon.
Tabel 4.2 Harga Rf dan warna noda pada kromatogram hasil KLT kualitatif
dengan eluen metanol-kloroform (1:9)
Warna noda
Rf
Noda
Sinar UV
Amonia+ sinar UV
1
0,70
Lembayung
Lembayung
Reaksi yang terjadi antara senyawa flavonoid dengan amonia dapat ditulis
sebagai berikut:
terpisah
jelas. Noda yang dihasilkan pada uji KLT preparatif dikerok dan dilarutkan dalam
pelarut etnol karna hasil kerokan pada uji KLTP adalah senyawa flavonoid yang
bersifat polar . Kemudian diidentifikasi dengan spektrofotometri inframerah.
Pada Gambar 4.4 ekstarak blimbing wuluh menghasilkan satu noda yang
terpisah secara sempurna. Berdasarkan perhitungan pada Lampiran 2.4 diperoleh
nilai Rf sebagai berikut
Tabel 4.3 Harga Rf dan warna noda hasil KLT preparatif dengan eluen
metanol-kloroform (1:9)
Warna noda
Rf
Noda
Sinar UV
Amonia+ sinar UV
1
0,70
Lembayung
Lembayung
Dinding sel bakteri E.coli lebih sulit ditembus senyawa yang bersifat polar karena
struktur dinding sel bakteri ini berlapis tiga yang tersusun atas peptidoglikan dan
lipid dengan kadar yang tinggi (11-22 %), sehingga ekstrak etanol lebih sulit
menembus dinding sel bakteri ini (Latifah, 2008).
Tabel 4.4 Hasil Uji Efektifitas Antibakteri dari fraksi aktif flavonoid
Cakram
Diameter zona hambat
Rata-rata zona hambat
(mm)
I
II
III
Staphylococcus
4,03
3,36
3,42
3,60
aureus
Penisillin
0,38
0,25
0,36
0,33
E,coli
1,06
0,88
0,83
0,92
streptomycin
0,02
0,08
0,06
0,05
Sumber: Data hasil penelitian.
Hasil uji efektifitas antibakteri dari fraksi aktif flavonoid (Tabel 4.5)
menunjukkan zona hambat dari fraksi aktif flavonoid lebih besar daripada zona
hambat kontrol positif, hal ini menunjukkan bahwa fraksi aktif flavonoid lebih
efektif menghambat bakteri staphylococcus aureus dan E.coli dari pada kontrol
positif, diduga karena konsentrasi yang digunakan untuk uji kontrol positif kecil,
yakni pada konsentrasi 10 mg/ml sehinga zona hambat yang dihasilkan pada
kontrol positif sangat kecil.
Apabila hasil di atas (Tabel 4.5) dikaitkan dengan ketentuan kekuatan
antibakteri yang dikemukakan oleh David Scout, maka kekuatan antibakteri yang
terkandung dalam fraksi aktif flavonoid masuk dalam kategori lemah (masuk
dalam kisaran 5 mm). Hal ini diduga karena kandungan senyawa yang
berpotensi sebagai antibakteri pada ketiga ekstrak tersebut hanya sedikit, sehingga
( r&u yr& 2's? %Yy / ls f9$# F{$# n<) u!$y9$# n $r& (#tt s9ur&
t7 sr&
"Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwasanya Kami menghalau
(awan yang mengandung) air ke bumi yang tandus, lalu Kami tumbuhkan
dengan air hujan itu tanaman yang daripadanya makan hewan ternak mereka
dan mereka sendiri. Maka apakah mereka tidak memperhatikan? ". (Q.S. AlSajadah: 27).
Ayat di atas menjelaskan bahwa berbagai tumbuhan diciptakan oleh Allah untuk
kepentingan manusia. Manusia tidak dibenarkan hanya menikmati apa yang
diciptakan oleh Allah tanpa mau berfikir dan berusaha untuk meningkatkan nilai
tambah ciptaan-Nya serta mengembangkannya menjadi suatu ilmu pengetahuan
Belimbing
wuluh
merupakan
salah
satu
tumbuhan
yang
dapat
dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini telah dibuktikan dengan hasil penelitian
(Latifah, 2008), identifikasi dan uji efektifitas senyawa aktif antibakteri pada
buah belimbing wuluh, hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak kasar buah
belimbing wuluh mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dan E. Coli penyebab diare.
Hasil penelitian isolasi senyawa antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak
buah blimbing wuluh mampu menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus dengan zona hambat sebesar 3,60 mm, sedangkan untuk bakteri E. Coli
mempunyai zona hambat sebesar 0,92 mm. Efek farmologi dari buah blimbing
wuluh ini kemungkinan disebabkan oleh salah satu atau gabungan beberapa
senyawa kimia yang terkandung di dalamnya seperti: senyawa golongan
flavonoid. Hal ini ditunjukkan oleh terbentuknya warna lembayung pada uji KLT
dan didukung oleh hasil identifikasi FTIR yang
fungsi OH, C-H, C=O, C-O, =C-H dan C=C (cincin benzena).
Blimbing
wuluh
mengandung
senyawa
flavonoid
yang
banyak
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Eluen terbaik dari ekstrak buah blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi.L) yang
berpotensi sebagai anti bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli adalah eluen
metanol-kloroform (1:9).
2. Fraksi aktif yang berpotensi sebagai antibakteri Staphylococcus aureus dan E.
coli pada buah blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi. L) diduga adalah senyawa
flavonoid.
5.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut tentang isolasi menggunakan metode
pemisahan yang lain seperti HPLC dan penentuan struktur senyawa flavonoid dari
buah blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi.L) yang efektif sebagai antibakteri
Staphylococcus aureus dan E. coli dengan metode spektroskopi lainnya seperti
MS dan NMR.
LAMPIRAN
Isolat-isolat
- dilakukan uji antibakteri
- diidentifikasi dengan spektrofotometer FTIR
Data
Keterangan:
- Uji antibakteri menggunakan konsentrasi 450 mg/ml
2. Preparasi Sampel
5 kg Buah Blimbing Wuluh
-
dicuci bersih
diiris tipis
dikeringkan dalam oven pada suhu 37-40 0C
dihaluskan menjadi serbuk
Sampel
dipotong kecil-kecil
dimasukkan ke dalam cawan yang telah diketahui berat konstannya
ditimbang sekitar 5 g
dikeringkan di dalam oven pada suhu 100-105 C selama sekitar 1 jam
didinginkan dalam desikator
ditimbang
dipanaskan kembali dalam oven 20 menit
didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali
diulangi perlakuan ini sampai tercapai berat konstan
dihitung kadar airnya menggunakan rumus berikut:
(b c )
Kadar air =
100%
(b a )
Keterangan: a = berat konstan cawan kosong
b = berat cawan + sampel sebelum dikeringkan
c = berat konstan cawan + sampel setelah dikeringkan
100
Faktor koreksi =
100 % kadar air
% Kadar air terkoreksi = Kadar air Faktor koreksi
- dilakukan 3 kali pengulangan
Hasil
residu
filtrat
- dipekatkan dengan rotary evaporator
Ekstrak pekat
- diidrolisis dengan HCl 15 %
- diekstraksi cair-cair dengan pelarut air:kloroform
(1:1) secara bertahap menggunakan corong pisah
sehingga terbentuk dua lapisan
Lapisan klooform
Lapisan air
Ekstrak Pekat
- dilarutkan dalam etanol
- ditotolkan ditepi plat silika gel 2x 10 cm2 pada jarak 1 cm di tepi
bawah
- dikeringkan plat dan dielusi sejauh 8 cm dengan fase gerak untuk
flavonoid adalah BAA (4:1:5), BAA (6:1:2), dan metanolkloroform (1:9), (1:19) dan (1:39), sedangkan triterpenoid adalah
n-heksana-etil asetat (1:1), metanol-kloroform (1:10), n-heksanadiklorometana (1:9)
- dikeringkan dan diuapkan dalam amoniak(flavonoid) dan
pereaksi
Lieberman-Burchard(triterpenoid)
- diamati kromatogram dengan lampu UV
- diamati warnanya dan nodanya
Hasil
7. Penyiapan Media
2 g nutrient agar
- dilarutkan dalam 100 mL akuades
- dipanaskan sampai mendidih
- dimasukkan dalam 7 tabung reaksi (5 tabung berisi 10 mL untuk uji
antibakteri dan 2 tabung berisi 5 mL untuk peremajaan) dan ditutup
dengan kapas
- disterilkan dalam otoklaf pada suhu 121 oC selama 15 menit
- diletakkan dalam posisi miring selama 24 jam pada suhu kamar
Media agar padat miring
Diambil 1 ose
Dilarutkan masing-masing dalam 10 ml akuades steril
Hasil
11.
Identifikasi
Senyawa
Flavonoid
dan
Spektrofotometer FTIR
Isolat terbaik
Triterpenoid
dengan
5 mL
Anhidrida asetat
5 mL
Etanol absolut
50 mL
= M2 x V2
37 % x V1 = 15 % x 10 mL
V1
= 4 mL
Rendemen
179 g
x 100 %
11000 g
= 1,63 %
Harga Rf =
2,9
8,4
= 0,34
Harga Rf =
5,8
8,4
= 0,69
Harga Rf =
3,7
8,4
= 0,44
Harga Rf =
6,0
8,4
= 0,71
Harga Rf =
0,8
8,4
= 0,09
Flavonoid
Triterpenoid
M-C (1:9)
M-C (1:39)
M-C (1:19)
L.3.11. Gambar hasil uji efektivitas antibakteri dari ekstrak buah blimbing
wuluh
-
- Bakteri E. colli