: An. A
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Usia
: 5 tahun
Alamat
: Teluk Naga
: 110 cm
Berat Badan
: 21 kg
Anamnesis
Alloanamnesis pada pada balai anak Puskesmas Teluk Naga
Keluhan Utama: Buang Air Besar Cair
Keluhan Tambahan: Muntah dan demam
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan buang air besar cair sejak 3 hari yang lalu. Dengan
frekuensi 6 kali sehari. Cairan berwarna kekuningan tidak disertai oleh lendir maupun darah,
tidak berampas dan tidak berbau. Sebelum mengalami diare pasien mengalami demam selama 2
hari yang kemudian menghilang saat pasien diare. Pasien juga mengalami muntah- muntah 3
kali dalam sehari, warna muntah berwarna putih susu, tanpa darah. Nafsu makan pasien tidak
berkurang. Pasien terlihat pucat dan lesu.
Riwayat Penyakit Dahulu
-
: 55 kg
Tinggi Badan
: 155 cm
BMI
Keadaan umum
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda Vital
-
Kepala
Mata
: Simetris, konjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), edema pre orbital (-)
Telinga
Mulut
Hidung
Leher
Thorax
: Bentuk thorax datar, luka(-), bekas operasi (-), massa (-), diskolorisasi
(-)
Cor
Pulmo
Abdomen
: Datar, supel, bising usus normal, pembesaran hepar (-), masa (-), bekas
operasi (-), striae (-), suara perkusi timpani.
Ekstremitas
-
Atas
Bawah
: Ibu merasa sangat khawatir karena si anak sakit dan terlihat lesu
Idea
Function
Expectation
Resume
Seorang anak laki- laki, berusia 5 tahun dengan tinggi 110 cm dan berat 21 kilo datang ke
Puskesmas Teluk Naga diantar oleh. Dengan keluhan utama berupa BAB cair selama 3 hari yang
lalu dengan frekuensi 6 kali sehari. Dengan cairan berwarna kekuningan, tanpa disertai darah
maupun lender. Ciran tidak berampas dan tidak berbau. BAB cair disertai oleh demam sejak 2
hari sebelum mengalami diare yang kemudian menghilang saat diare muncul. Pasien juga
mengalami muntah sebanyak 3 kali sehari dengan warna cairan berwarna putih susu. Pasien
tidak mengalami penurunan nafsu makan, namun pasien terlihat lemas dan pucat.
Analisis
Diagnosis Banding: Diare ec bakteri
Diagnosa
: Diare ec virus
Disease Review:
Diare akut masih merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di Negara
berkembang. Dalam berbagai hasil Survei kesehatan Rumah Tangga, diare menempati kisaran
urutan ke-2 dan ke-3 berbagai penyebab kematian bayi di Indonesia. Terdapat banyak penyebab
diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus penyebabnya adalah infeksi akut intestinum
yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit.
Diare merupakan buang air besar dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair dengan
kandangungan air tinja lebih dari 200 gram ataupun 200 ml dalam 24 jam atau buang air besar
secara cair lebih dari 3X dalam sehari dengan atau tanpa darah dan lendir. Diare akut menurut
WHO 2005 adalah pasase tinja yang cair atau lembek dengan jumlah lebih banyak dari normal,
berlangsung kurang dari 14 hari.
Virus dapat secara langsung merusak villi usus halus sehingga mengurangi luas
permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik yang mengakibatkan
terhambatnya perkembangan normal villi enterocytes dari usus kecil dan perubahan dalam
struktur dan fungsi epitel. Perubahan ini menyebabkan malabsorbsi dan motilitas abnormal dari
usus selama infeksi rotavirus. Organisme ini mengganggu proses penyerapan makanan di usus
halus. Dampaknya makanan tidak dicerna kemudian segera masuk ke usus besar. Makanan yang
tidak dicerna dan tidak diserap usus akan menarik air dari dinding usus. Di lain pihak, pada
keadaan ini proses transit di usus menjadi sangat singkat sehingga air tidak sempat diserap oleh
usus besar.
Gejala dari diare yang seringkali muncul adalah muntah, badan lesu atau lemah, suhu
tubuh meningkat, penurunan nafsu makan, sakit perut, kejang perut.
Cara penularan diare umumnya melalui cara fekal oral yaitu melalui makanan atau
minuman yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (melalui 4
F = finger, flies, fluid, field). Faktor resiko yang dapat meningkatkan penularan enteropatogen
antara lain tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana
keberihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan penyimpanan
makanan yang tidak higienis.
Rekomendasi untuk Ibu Pasien dan Pasien
Mengkomsumsi obat- obatan yang telah diberikan secara rutin dan teratur. Anak
sebaiknya diberikan oralit selama perawatan di rumah untuk menggantikan cairan yang hilang
saat diare sehingga menghindarkan si anak dari dehidrasi. Pola gizi si anak pun harus
diperhatikan, dengan memakan makanan yang bergizi. Pola kebersihan si anak pun harus
diperbaiki, dengan dimulai dengan hal kecil seperti mencuci tangan. Anak juga sebaiknya tidak
sering membeli makanan di pedagang keliling yang tidak terjaminkbersihannya, sebaiknya anak
memakan- makanan yang dimasak di rumah.
Pola kebersihan bukan hanya diterapkan pada si anak, namun sebaiknya diterapkan juga
pada lingkungan sekitar si anak, agar tempat tumbuh kembang si anak adalah tempat tumbuh
kembang yang baik. Imunisasi si anak pun harus diperhatikan, dengan imunisasi yang baik dan
pola hidup yang baik, akan menurunkan resiko si anak dapat terkena penyakit yang sama pada
kemudian hari. Tempat bermain si anak pun harus diperhatikan, si anak sebaiknya bermain
dilingkungan yang bersih, karena pada usia seperti ini sistem kekebalan tubuh si anak masih
rentan.
Daftar Pustaka
1. Juffire M, Sri Supar dkk. Buku ajar Gastroenterologi-Hepatologi. UKK GastroHepatologi IDAI. 2011
2. Diare pada Anak Available From: http://www.docstoc.com/docs/36661392/Diare-padaanak