10 Kerangka Konsep
Penyebab Kusta
Metode Hope Needle :
Kusta
Sasaran
Sarana
Tatalaksana
Hasil
Indikator efektifitas :
Jumlah penderita
Penemuan kasus baru
Tidak Efektif
Cacat Tingkat
II
Pelaksanaan
Efektif
Peningkatan
Penemuan Kasus Baru
Prevalensi dan
Insidensi Kasus
Kusta Menurun
dengan ditemukannya kuma kusta oleh Gerhard Armauer Hansen pada tahun 1873, maka
dimulailah era perkembangan baru untuk mencari obat anti kusta dan usaha
penanggulangannya. demikian halnya di Indonesia, Dr. Sitanala telah mempelopori
perubahan system pengobatan yang tadinya dilalkukan secara isolasi, secara bertahap
dilakukan dengan pengobatan rawat jalan. perkembangna pengobatan selanjutnya adalah
sebagai berikut:
a. pada tahun 1951, DDS digunakan sebagai pengobatan pasien kusta
b. pada tahun 1969 pemberantasan penyakit kusta mulai diintegrasikan di puskesmaspuskesmas
c. sejak tahun 1982 indonesia mulai menggunakan obat kombinasi multi-drug-therapy
(MDT) sesuai rekomendasi WHO untuk tipe MB 24 dosis dan PB 6 dosis.
d. pada tahun 1988 pengobatan dengan MDT dilaksanakan di seluruh Indonesia
e. tahun 1997, pengobatan MDT tipe MB diberikan 12 dosis dan PB 6 dosis sesuai
rekomendasi WHO.
Terapi Kusta
1. Program MDT
Program MDT dimulai pada tahun 1981, yaitu ketika kelompok studi Kemoterapi
WHO secara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan kusta dengan rejimen
kombinasi yang selanjutnya dikenal sebagai MDT-WHO. Rejimen ini terdiri atas
kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofazimin. Selain untuk mengatasi
resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan MDT dimaksudkan juga untuk
mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat (drop out rate)
yang cukup tingi pada monoterapi dapson. disamping itu juga MDT diharapkan juga
dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan. Berikut obat dalam rejimen
WHO :
a. Dapson (DDS, 4,4 diamino-difenil-sulfon). Obat ini bersifat bakteirostatik dengan
menghambat enzim dihidrofolat sintetase. jadi tidak seperti pada kuman lain, dapson
bekerja sebagai antimetabolit PABA. Resistensi pada dapson timbul sebagai akibat
kandungan enzim sintetase yang terlalu tinggi pada kuman kusta. Dapson biasanya
diberikan sebagai dosis tunggal, yaitu 50-100 mghari pada dewasa dan 2mg/kg berat
badan pada anak-anak. Indeks morfologi kuman penderita LL yang diobati dengan
dapson biasanya menjadi nol setelah 5-6 bulan. Obat ini sangat murah, efektif, dan
relative aman. Efek samping yang mungkin timbul anatara lain : erupsi obat, anemia
Penyebabnya mungkin alergi, ada penyakit penyerta seperti hepatitis kronis atau
resisten terhadap obat ini. Rejimen bagi penderita ini adalah sebagai berikut:
Lama pengobatan
6 bulan
Jenis Obat
Klofazimin
Ofloksasin
Minosiklin
Dosis
50 mg/hari
400 mg/hari
100 mg/hari
50 mg/hari
400 mg/hari
100 mg/hari
Bila pada saat yang sama penderita kusta menderita TB aktif, pengobatan harus
ditujukan pada kedua penyakit. Beri obat anti-TB yag memadai, sebagai tambahan
terhadap MDT. Rifampisin biasanya diberikan pada kedua penyakit ini dan harus
diberikan sesuai dengan dosis untuk TB.
6. Pengobatan kusta pada penderita yang disertai infeksi HIV pada saat yang sama
Manajemen pengobatan kusta bagi penderita HIV, sama dengan manajemen untuk
penderita non kusta.
7. Situasi khusus lainnya
Setelah menyelesaikan rejimen MDT, mungkin terjadi reaksi kusta (tipe 1 atau tipe 2)
atau neuritis Penderita ini diobati dengan prednisone dengan cara pemberian ynag sama
seperti reaksi saat masih dalam MDT. Ada kemungkinan kecil penderita ini terkena relaps
karena diketahui kortikosteroid mempercepat multiplikasi kuman dorman yang akan
menyebabkan reaktivasi diseminata. Oleh sebab itu direkomendasikan pemberian
klofazimin 50 mg/hari sebagai profilaktik bila pemberian steroid diperkirakan lebih dari 4
bulan. Klofazimin diteruskansampai pemberian steroid dihentikan.