Buletin Kpi Edisi IV 2011 PDF
Buletin Kpi Edisi IV 2011 PDF
Susunan Redaksi
Buletin
Kerja Sama Perdagangan Internasional
Alamat Redaksi
Pengarah
Direktur Jenderal
Kerja Sama Perdagangan
Internasional
Sekretariat
Direktorat Jenderal
Kerja Sama Perdagangan
Internasional
Penanggung Jawab
Sekretaris Ditjen
Kerja Sama Perdagangan
Internasional
Koordinator
Haryono Sarpini
Penyunting
Eddy Sofyan
Andi Sahman
Latifah Muniri
Ratih Sintya Suly
Website:
http://ditjenkpi.kemendag.go.id
Tim Redaksi
Email Redaksi:
Riza Rosandy
Arif Wiryawan
Jerry Sobri S
Theresia Sinaga
kumlap-setkpi@kemendag.go.id
Pengutipan diizinkan
dengan menyebutkan
sumber
i
Pengantar Redaksi,
Para Pembaca,
Buletin Kerja Sama Perdagangan Internasional edisi ke-003 tahun 2011 ini
menyajikan 5 (lima) artikel, yaitu:
Artikel pertama, Program Kerja Penghapusan Hambatan Non-Tarif (NTBs) di
ASEAN: Menyongsong Komunitas Ekonomi ASEAN 2015. Artikel ini
memaparkan uraian tentang Kebijakan Non-Tarif (NTMs) dan Hambatan
Non-Tarif (NTBs) pada negara anggota ASEAN yang perlu dikurangi.
Artikel kedua, Pengaruh Pelaksanaan Harmonisasi Produk-Produk Komestik
di ASEAN. Artikel ini memaparkan uraian tentang harmonisasi produk
kosmetik yang harus diterapkan produsen kosmetik di Indonesia.
Artikel ketiga, Peluang, Tantangan, dan Implikasi Trans Pacific Partnership.
Artikel ini membahas mengenai peluang dan implikasi dari perjanjian
tersebut jika sudah diterapkan.
Artikel keempat, Brasil Sebagai Mitra Strategis Perdagangan Indonesia.
Artikel ini membahas tentang peluang terbukanya perdagangan dengan
Brasil.
Artikel kelima, Tinjauan Umum Potensi Kerja Sama Ekonomi Indonesia
Turki. Artikel ini membahas mengenai perkembangan terbaru dari hubungan
perdagangan kedua negara.
Akhir kata, tim redaksi menyampaikan terima kasih kepada para
penyumbang artikel dan selamat membaca kepada para pecinta Buletin
Kerja Sama Perdagangan Internasional.
Semoga bermanfaat.
Redaksi
ii
DAFTAR ISI
Halaman
Redaksi ....
Pengantar Redaksi ..
ii
Daftar Isi .
iii
17
27
33
iii
PROGRAM KERJA
PENGHAPUSAN HAMBATAN
NON-TARIF (NTBs) DI ASEAN:
MENYONGSONG KOMUNITAS
EKONOMI ASEAN 2015
Oleh: Iffah Saaidah
A. PENDAHULUAN
Pada tahun ini ASEAN telah
menginjak usia ke-44 tahun dan
tumbuh
sebagai
organisasi
regional yang dinamis di tengah
tumbuh
pesatnya
gagasan
integrasi ekonomi regional di
kawasan lain. ASEAN sebagai
organisasi internasional telah
memiliki landasan hukum/legal
based dengan ditandatanganinya
Piagam ASEAN (ASEAN Charter).
Piagam ASEAN juga telah
memberikan legal personality
yang
dibutuhkan
untuk
menjadikan ASEAN sebagai
entitas hukum yang diakui. Lebih
lanjut, saat ini ASEAN sedang
melaksanakan Cetak Biru di
bidang politik-keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya menuju
yang
melanggar
hukum
2
perdagangan
internasional.
NTMs
dapat
mencakup
persyaratan dokumentasi dan
biaya
kepabeanan
serta
pengaturan kebijakan seperti
penerapan standar. Sedangkan
klasifikasi kebijakan non-tarif
menurut
OECD
adalah
mencakup, para tariff measures,
price control measures, finance
measures, automatic licensing
measures,
quantity
control
measures,
monopolistic
measures, technical measures,
dan miscellaneous measures.
Menurut
Organization
for
Economic Cooperation Development
(OECD).
D. PERKEMBANGAN
IMPLEMENTASI
PENGHAPUSAN HAMBATAN NONTARIF
Saat ini, baru Malaysia dan
Thailand yang telah mengidentifikasi dan menghapuskan
hambatan non-tarif dalam tiga
tranches. Thailand juga telah
menghapus Tariff Rate Quotas
(TRQ) atas produk kopi, teh,
susu, dan tariff rate dalam
kerangka ATIGA untuk masingmasing produk tersebut adalah:
0-5%, 0%, 0%. Sedangkan,
negara anggota ASEAN lain
mengindikasikan bahwa kebijakan non-tarif tidak ada yang
tergolong hambatan non-tarif
dan telah sesuai dengan aturan
baik dalam ATIGA serta WTO.
Kecuali
diatur
sebaliknya
sebagaimana disepakati oleh
Dewan AFTA, NTBs yang telah
diidentifikasi wajib dihapus
dalam tiga tahapan sebagai
berikut: (a) Brunei, Indonesia,
Malaysia,
Singapura
dan
Thailand wajib menghapuskan
dalam tiga tahapan dimulai pada
tanggal 1 Januari 2008, 2009 dan
2010;
(b)
Filipina
wajib
menghapuskan
dalam
tiga
tahapan dimulai pada tanggal 1
January 2010, 2011 dan 2012; (c)
Kamboja, Laos, Myanmar dan
Vietnam wajib menghapuskan
dalam tiga tahapan dimulai pada
tanggal 1 Januari 2013, 2014 dan
2015 dengan flexibilitas hingga
2018.
Guna
lebih
memberikan
penekanan arti penting program
kerja penghapusan hambatan
non-tarif sebagaimana mandat
dalam ATIGA dan AEC Blueprint
serta
untuk
mendukung
peningkatan perdagangan intraASEAN terutama dengan telah
dihapuskannya hambatan tarif
oleh
ASEAN-6,
Pertemuan
Dewan AFTA ke-25 menginstruksikan CCA melalui SEOM
untuk memberi perhatian pada
high-impact sectors yang telah
membentuk regional production
base di ASEAN, yakni otomotif,
eletronik, tekstil, dan produk
E. PENUTUP
Dalam rangka mewujudkan
Masyarakat Ekonomi ASEAN
2015, ASEAN telah membuat
program kerja yang tidak hanya
menyangkut penurunan tarif bea
masuk namun juga penghapusan
hambatan non-tarif. Saat ini,
Terkait
dengan
identifikasi
kebijakan non-tarif pada tiga
sektor tersebut, pemerintah
sebaiknya
mulai
menginventarisir NTMs yang telah
diterapkan di Indonesia beserta
justifikasi
sehingga
apabila
kebijakan
tersebut
dipertanyakan oleh negara anggota
ASEAN
lainnya,
dapat
dipertanggungjawabkan
baik
secara legal dan rasional.
Pemerintah juga perlu duduk
bersama dengan sektor swasta
untuk memetakan NTBs yang
diterapkan oleh negara ASEAN
lain atas ketiga sektor tersebut.
Dengan demikian Indonesia
disamping berkontribusi dalam
pemenuhan komitmen dalam
kerangka
pencapaian
dari
Masyarakat Ekonomi ASEAN juga
telah membantu sektor swasta
dalam mengembangkan usahanya ke negara ASEAN lainnya.
Referensi:
www.aseansec.org;
Summary of Discussion of
ASEAN Meeting (CCA, SEOM
dan AFTA Council).
PENGARUH PELAKSANAAN
HARMONISASI PRODUK-PRODUK
KOMESTIK DI ASEAN
Oleh: Dina Kurniasari
A. PENDAHULUAN
ASEAN saat ini merupakan
pemain utama dalam perdagangan global, dan pasar
potensial dengan 500 juta lebih
penduduk. Dengan dibentuknya
integrasi ekonomi regional maka
diharapkan dapat meningkatkan
liberalisasi dan fasilitasi perdagangan serta meningkatkan
daya saing regional. Namun,
market integration tidak hanya
berupa
penghapusan
dan
pengurangan tarif, namun juga
termasuk penghapusan NonTarrif
Barriers
termasuk
penghapusan hambatan teknis
karena
adanya
perbedaan
standar, peraturan teknis, dan
penilaian kesesuaian. Oleh karena
itu, ASEAN telah menyadari
10
mulai
mengimplementasikan
skema tersebut dan persyaratan
domestik
yang
berlaku
sebelumnya akan diganti dengan
persyaratan ASEAN. Persyaratan
ASEAN tersebut termasuk ASEAN
Technical Document on Cosmetic
Product Registration Requirements, ASEAN Cosmetic Labeling
Requirements, ASEAN Cosmetic
Claim Guidelines and Cosmetic
GMP and Annexes of prohibited
and restricted ingredients.
11
Requirement
hanya
berlaku
terhadap seluruh produk-produk
kosmetik yang dipasarkan di
negara-negara tersebut. Sedangkan untuk negara-negara yang
memilih
untuk
melanjutkan
langsung ke schedule B, namun
belum
mengimplementasikan
ACD, maka peraturan terkait
dengan requirement yang ada
tetap berlaku, walaupun jika ACD
sudah dapat diimplementasikan
maka otomatis sistem notifikasi
yang akan berlaku.
12
(d) Memastikan
informasi
keamanan dan teknis dari
produk-produk
kosmetik
tersebut siap kapan saja untuk
diperiksa
oleh
cosmetic
regulatory authority;
(e) Memonitor
produk-produk
yang
dipasarkan
untuk
menjaga
kualitas
dan
menghindari
beredarnya
produk-produk kosmetik yang
berbahaya. Serta melaporkan
ke badan yang berwenang jika
ada
produk
kosmetik
berbahaya yang beredar.
C. PELAKSANAAN
HARMONISASI
PRODUK-PRODUK KOSMETIK DI
INDONESIA
Walaupun seluruh negara ASEAN
berkomitmen untuk melaksanakan ACD, paling lambat bulan
Januari 2008, sehingga seluruh
produk-produk kosmetik yang
dipasarkan di ASEAN harus
sejalan
dengan
aturan
persyaratan di dalam ACD pada 1
Januari 2008, Indonesia baru siap
mengimplementasikan
semua
ketentuan ACD efektif tanggal 1
Januari 2011 dengan on-line
notification system.
Terkait
dengan
kesesuaian
pelaksanaan ACD, badan yang
berwenang di bidang kosmetik di
masing-masing negara ASEAN
mempunyai kewenangan untuk
melakukan
post-marketing
surveillance
dengan
mengunjungi
perusahaan/pabrik
kosmetik kapan saja, dengan atau
tanpa menginformasikan sebelumnya untuk melakukan: (i)
audit
terhadap
dokumendokumen yang berisi informasi
mengenai
produk-produk
kosmetik; (ii) mengambil contoh
produk untuk dilakukan tes
analisa. Jika ditemukan terdapat
pelanggaran
terhadap
ACD
khususnya terhadap keamanan
dari produk-produk kosmetik
tersebut, maka badan yang
berwenang dapat menjatuhkan
13
ekspor
pada
tahun
2007
mencapai US$ 106,2 juta yang
didominasi
oleh
produk
kecantikan. Namun selain itu
angka impor untuk produk
kosmetik masih cukup tinggi
misalnya pada tahun 2006
mencapai US$ 58,7 juta dan pada
2007 hingga US$ 76,9 juta.
14
Selain
itu,
dengan
mengimplementasikan ACD yang hanya
mensyaratkan
product
notification, rantai perdagangan
produk-produk kosmetik menjadi
lebih pendek, hasil riset dan
teknologi baru dapat dinikmati
oleh konsumen lebih cepat dan
pada
akhirnya
konsumen
mempunyai pilihan yang beragam
terhadap
produk-produk
kosmetik yang beredar serta juga
membantu membangun data
base bahan-bahan kosmetik yang
aman untuk dikonsumsi.
15
Referensi:
ASEAN Secretariat
(www.aseansec.org)
ASEAN Cosmetic Association
(www.ASEANcosmetics.org)
ASEAN Harmonized Cosmetic
Regulatory Scheme (AHCRS)
16
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan arsitektur regional
di kawasan Asia Pasifik dalam
beberapa
dekade
terakhir
bergulir dengan pesat. Bahkan
kawasan ini dinilai sebagai
forefront pembentukan Free
Trade
Agreements
(FTAs)/
Regional Trade Agreements
(RTAs). Tercatat hingga tahun
2010, kurang lebih 111 FTAs/RTAs
telah dibentuk di kawasan, dan
diperkirakan jumlah tersebut
akan terus bertambah sejalan
dengan
semakin
kuatnya
dorongan
negara-negara
di
kawasan untuk semakin mengintegrasikan ekonomi kawasan.
APEC,
sebagai
salah
satu
prominent forum kerja sama
ekonomi di kawasan Asia Pasifik,
menjadikan isu integrasi ekonomi
1
17
PACIFIC
PARTNERSHIP
18
Meskipun
Persetujuan
P-4
memiliki ruang lingkup yang
komprehensif khususnya perundingan jasa keuangan, dan
investasi, namun kekhususan ini
lebih ditujukan sebagai atribut
dari
struktur
persetujuan
dibandingkan dengan isinya.
Pertama, meskipun semua negara
peserta merupakan anggota
APEC,
Persetujuan
P-4
menggabungkan negara dari
berbagai belahan dunia. Hal ini
menciptakan strategi jaringan
yang mencakup wilayah Pasifik,
Amerika Latin, Asia Tenggara, dan
Oseania. Negara-negara ini tidak
termotivasi dengan meningkatkan
akses ke pasar lainnya. Misalnya
Singapura
yang
sudah
memberikan akses bebas cukai
pada semua barang kecuali
alkohol dan tembakau. Dengan
begitu, para pihak serius dalam
membentuk persetujuan yang
berstandar tinggi yang dapat
dijadikan model broader APECwide agreement dan dapat
diterima oleh anggota APEC.
19
20
21
konsultasi
publik.
Secara
keseluruhan ada kepentingan
yang besar, dan dukungan
partisipasi Australia pada TPP.
Hal-hal pokok yang menarik dan
manfaat yang akan diambil
Australia pada TPP yaitu:
1. TPP
memiliki
potensi
membentuk building block
bagi
integrasi
ekonomi
wilayah Asia Pasifik. Australia
tertarik
terlibat
dalam
membentuk arahan inisiatif
TPP.
5. TPP
memberikan
suatu
kerangka untuk menjalin kerja
22
belum
tertarik
untuk
bergabung. Di lain pihak,
Philipina
dan
Indonesia
memiliki beberapa institusi
yang terkait dengan negara P4 selain dari hubungan kerja
sama ASEAN. Sebagai Asosiasi,
ASEAN menghadapi tekanan
dari beberapa anggotanya
untuk
menunda
jadwal
pelaksanaan ASEAN Free
Trade Agreement karena krisis
ekonomi global.
1. Pertanian
AS memiliki sejarah dalam
menolak untuk meliberalisasi
aspek perdagangan mengenai
pertanian di forum WTO.
Untuk itu negara anggota P-4
23
2. Kekayaan Intelektual
Isu kedua yang menarik
adalah perlindungan kekayaan
intelektual. AS secara umum
memasukkan
ketentuan
didalam FTA yang disebut
sebagai TRIPS-plus yang
lebih
tinggi
tingkat
perlindungannya
dibanding
yang
diisyaratkan
oleh
perjanjian serupa di WTO. Hal
ini tidak menjadi masalah bagi
negara yang telah mempunyai
FTA, termasuk ketentuan
TRIPS-plus. Dengan AS, seperti
Australia
dan
Singapura.
Sebagai contoh perlindungan
terhadap parallel importation.
Didalam AS-Australia FTA
melarang parallel importation,
namun di dalam AS-Singapura
FTA dilindungi dengan tidak
melarang parallel importation.
Untuk
negara
dengan
ekonomi
kecil,
seperti
Selandia
Baru,
perijinan
parallel import membuat baik
ekonomi,
namun
belum
memiliki ketentuan domestik
yang mengijinkan parallel
import.
Diasumsikan
AS
menginginkan TPP untuk
mencantumkan
ketentuan
pengetatan parallel import,
yang mana akan ditentang
oleh Selandia Baru dan
Singapura.
24
F. PERKEMBANGAN PERUNDINGAN
TPP AGREEMENT
4. Pada
putaran
ini,
AS
memaparkan makalah dengan
judul Trade Enhancing Access
to Medicines (TEAM). TEAM
dirancang untuk menjelaskan
kebijakan perdagangan untuk
mempromosikan dan mengurangi hambatan akses
terhadap obat-obatan generik
dan
inovatif,
serta
mendorong inovasi untuk
mengembangkan obat baru
dan terobosan medis lainnya.
G. PENUTUP
Persetujuan TPP memiliki potensi
untuk bertindak sebagai building
block terhadap liberalisasi dimasa
mendatang, dan memultilateralisasi beberapa fragmentasi yang
25
Referensi:
-
26
Lewis,
Meredith
Kolsky.
September, 2009. Expanding
the P-4 Trade Agreement into
a
Broader
Trans-Pacific
Partnership:
Implications,
Risks and Opportunities,
Asian Journal of WTO &
International Health Law and
Policy.
http://www.ustr.gov/aboutus
/TPP.
http://www.dfat.gov.au/fta/t
pp/index.html.
A. LATAR BELAKANG
Brasil merupakan salah satu
negara dengan luas wilayah dan
ekonomi terbesar di Amerika
Latin, dengan tingkat produksi
industri terbesar ke-8 di dunia.
Brasil sering dikenal sebagai
salah satu negara pada akronim
BRIC (Brasil, Rusia, India,
China) yang dipopulerkan oleh
Jim ONiell melalui penelitiannya
pada tahun 2001 dan dipercaya
sebagai kelompok negara-negara
berkembang yang diperkirakan
dapat
melampaui
ekonomi
negara G-7 pada tahun 2027.
Adapun
sebaliknya,
Brasil
menilai Indonesia sebagai negara
yang memiliki peranan sangat
penting baik dalam bidang
ekonomi maupun bagi stabilitas
politik di kawasan Asia Tenggara
dan kawasan Asia Pasifik. Oleh
karena itu, dapat dikatakan
kemitraan Selatan-Selatan yang
terjalin antara kedua negara
diharapkan dapat menciptakan
kerja sama yang strategis dan
saling menguntungkan serta
membawa
dampak
positif
terhadap
perkembangan
ekonomi kedua negara, terlebih
dalam menghadapi ancaman
krisis keuangan global di
Indonesia
sendiri
telah
melakukan hubungan bilateral
dengan Brasil pada bulan Maret
tahun 1953 yang secara umum
berlangsung dengan baik dan
mengalami tren peningkatan
1
27
28
29
dipertahankan
agar
tidak
dimanfaatkan oleh negara lain.
30
perbankan masing-masing
negara yaitu Indonesia Exim
Bank dan BNDES (Bank
Pembangunan Brasil) dapat
bertemu dan menjajaki
kemungkinan kerja sama
pembiayaan ekspor.
c.
Hambatan Perdagangan
Indonesia mengharapkan agar
berbagai
peraturan
yang
menghambat ekspor Indonesia
ke negara tersebut dapat
ditinjau atau dicarikan jalan
keluarnya,
sehingga
nilai
perdagangan
yang
dialami
Indonesia dapat terus tumbuh
dan investasi dapat ditingkatkan,
antara lain melalui:
a.
b.
C. PENUTUP
Terkait
dengan
kondisi
perdagangan bilateral kedua
negara maka tentunya perlu
dilakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan
hubungan
perdagangan bilateral tersebut
antara lain dengan:
31
1.
Meningkatkan perdagangan
Brasil Indonesia melalui
kemungkinan dilakukannya
Joint Study Group (JSG)
MERCOSUR Indonesia atau
MERCOSUR - ASEAN.
2.
Rencana penandatanganan
MoU Between The Ministry
Referensi:
Pusat Data dan Informasi,
Kementerian Perdagangan;
Forum for East Asia Latin
America
Cooperation
(http://fealac.kemlu.go.id);
The Jakarta Post. Oktober
2011.
32
A. PENDAHULUAN
Kerja sama ekonomi baik dalam
format Free Trade Area (FTA)
atau
dalam
format
Comprehensive
Economic
Partnership Agreement (CEPA)
serta dalam format lainnya,
bertujuan untuk meningkatkan
hubungan perdagangan dan
investasi antara dua negara atau
lebih. Mengingat perkembangan
perundingan multilateral melalui
putaran doha di WTO berjalan
cukup lambat, maka sekarang ini
banyak negara yang mengambil
jalan pintas melalui kerja sama
ekonomi secara bilateral.
33
B. SEKILAS TENTANG
PEREKONOMIAN TURKI
Turki
memiliki
sistem
perekonomian yang dinamis, di
mana adanya percampuran
industri modern dan perdagangan secara bersama-sama
dengan
sektor
pertanian
tradisional yang masih dipergunakan bagi sekitar 30 persen
lapangan kerja untuk penduduk
Turki.
Sektor
kunci
dalam
perekonomian Turki ialah perbankan,
konstruksi,
home
appliances, tekstil, oil refining,
produk petrokimia, makanan,
pertambangan, besi dan baja,
industri otomotif dan mesin.
Turki memiliki industri otomotif
yang
besar
dan
terus
berkembang, di mana pada
tahun 2006 Turki berhasil
memproduksi 1,024,987 kendaraan bermotor. Hal tersebut
membuat Turki berada pada
urutan ke-6 atas produseN
terbesar di Eropa dan urutan ke
15 atas produseN terbesar di
dunia. Turki juga merupakan
salah satu negara yang menonjol
dalam industri pembangunan
galangan kapal. Pada tahun 2007
34
35
Sementara
perekonomian
Indonesia bertumbuh dengan
P e rc e nt
12
9.4
T urke y
8
6.8
6.2
4.9
4.5
3.6
8.4
6.1
6.9
6.3
5.3
4.8
5.0
5.7
6.1
4.5
4.7
5.5
6.0
Indone sia
0.9
0
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
-4
-4.7
-5.7
-8
36
2010*
memainkan
peranan
yang
signifikan dalam perekonomian
dunia, mengingat kedua negara
merupakan anggota G20 dan
OKI. Hal ini mengindikasikan
potensi dari kedua negara untuk
mempengaruhi perkembangan
perekonomian
dunia.
Perkembangan
menunjukan
pihak pemerintah dari kedua
negara juga semakin aktif dalam
meningkatkan peranan mereka
dalam Fora Internasional.
37
fakta
beberapa
perjanjian
bilateral di bidang ekonomi
dengan Indonesia - Turki antara
lain:
F. PENUTUP
Perdagangan adalah bidang
utama
yang
membangun
hubungan
ekonomi
antara
Indonesia - Turki, dan nilai
perdagangan tersebut diharapkan dapat terus bertambah
setiap
tahunnya.
Namun
demikian hubungan perdagangan antara Indonesia dan Turki
dapat
dikatakan
belum
mencapai tingkat optimal dalam
potensi nilai total perdagangan
dan keberagaman produk yang
diperdagangkan.
Banyak
argumen
yang
menyebabkan hubungan per-
38
Kondisi
dan
situasi
perekonomian global juga dapat
menjadi faktor pendorong bagi
Turki untuk lebih berupaya
mendakati Indonesia, mengingat
pada saat ini krisis di zona euro
yang menyebabkan perekonomian negara-negara anggota EU
melemah dan Turki sebagai
anggota dari EU Custom Union
akan secara langsung terpukul
oleh krisis ini. Oleh karena hal
tersebut Turki perlu melakukan
diversifikasi
neraca
perdagangannya ke negara-negara
39