I.
PENDAHULUAN
Perkembangan ekonomi dunia saat ini merupakan saling pengaruh dua arus
utama, yaitu teknologi informasi dan globalisasi. Teknologi informasi secara
langsung maupun tidak langsung kemudian mempercepat globalisasi. Berkat
teknologi informasi, perjalanan ekonomi dunia makin membentuk dirinya yang
baru, menjadi Kapitalisme Baru berbasis Globalisasi (Capra 2003; Stiglitz 2005;
Shutt 2005). Banyak sudah program-program prestisius pengembangan koperasi.
Koperasi juga tak kunjung selesai dibicarakan, didiskusikan, direkayasa,
kepada keunggulan komparatif dan kompetitif yang dimiliki (Basri. Y.Z, 2003). Di
daerah pedesaan bentuk usaha masyarakat pada umumnya pengolahan dari
hasil pertanian mereka dalam bentuk usaha kecil atau industri rumah tangga.
Dari sisi proses produksi mereka sangat terbatas dalam penguasaan teknologi
dan kekurangan modal untuk pengembangan skala usahanya. Begitu juga
kekuatan tawar menawar dari hasil produknya sangat rendah. Slah satu untuk
meningkatkan kekuatan tawar menawar masyarakat pedesaan adalah melalui
lembaga ekonomi pedesaan yaitu koperasi. Pemberdayaan masyarakat
pedesaan juga harus mampu memberikan perlindungan yang jelas terhadap
masyarakat. Upaya perlindungan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
persaingan yang tidak seimbang akibat berlakunya mekanisme pasar dan
eksploitasi yang kuat terhadap yang lemah. Dalam hal ini, tampaknya sulit
diterapkan mekanisme pasar. Masyarakat desa jelas akan kalah bersaing. Mereka
tidak punya apa-apa selain tenaga-tenaga yang pada umumnya kurang terlatih.
Dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat pedesaan, sektor pertanian harus
menjadi sasaran utama. Sektor ini harus dijadikan pijakan yang kokoh sehingga
di pedesaan bisa tercapai swasembada berbagai produk 3 pertanian, terutama
pangan, sebelum memasuki era industrialisasi. Lebih spesifik, ketahanan pangan
lokal harus tercapai lebih dahulu (Basri. M, 2007).
II.
Koperasi dan usaha kecil-menengah merupakan bentuk dan jenis usaha yang
digolongkan dalam ekonomi kerakyatan karena sifatnya mandiri dan merupakan
usaha bersama. Ketahanan ekonomi daerah tergantung pada pelakupelaku
ekonomi, termasuk kinerja koperasi dan usaha kecil-menengah. Untuk itu,
kekuatan ekonomi akan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik apabila
kekuatan sinergi kolektif yang dinaungi oleh koperasi berjalan sebagaimana
mestinya.
Kegiatan ini memfokuskan pada pengembangan kerangka berfikir untuk mencari
alternatif pengembangan koperasi dalam era otonomi daerah, dikaitkan dengan
Berdasarkan informasi dan data yang ada pada Dinas Koperasi Propinsi Riau,
rataan umur koperasi sekitar 10,2 tahun dengan rentangan 5,21 tahun sampai
16,4 tahun. Apabila dibandingkan dengan perusahaan bisnis lainnya, maka
koperasi
di Propinsi Riau cukup matang dalam perkembangannya dan tentu akan
memperlihatkan dampak terhadap kesejahteraan anggotanya. Secara sinerji
kemajuan koperasi itu seharusnya sudah memperlihatkan kontribusinya
terhadap pertumbuhan perekonomian terutama di daerah pedesaan. Hal ini
disebebakan sebagian besar koperasi itu berada di daerah pedesaan, khususnya
di daerah-daerah sentra produksi pertanian.
Guna memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan
di masa datang, maka pemerintah Daerah Riau melalui Dinas Koperasi dan
UKM menetapkan arah kebijakan pembangunan bidang Koperasi dan UKM
(Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Riau, 2007), antara lain: Mengembangkan
koperasi dan usaha kecil-menengah melalui pembinaan pengembangan koperasi
dan UKM secara umum dalam pelaksanaan ekonomi kerakyatan guna
peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta kegiatan-kegiatan produktif
yang
mempunyai nilai tambah; Meningkatkan dan mengembangkan ekonomi
produktif
dan efisien dalam bentuk koperasi dan UKM melalui perluasan wawasan
pengetahuan, organisasi, manajemen usaha, dan pengalaman untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kepada anggota masyarakat sehingga dapat
meningkatkan keyakinan masyarakat dan dunia usaha lainnya untuk
menanamkan investasi pada koperasi dan UKM
III.
Mubyarto (2002) menjelaskan ekonomi saat ini juga tidak harus dikerangkakan
pada teori-teori Neoklasik versi Amerika yang agresif khususnya dalam
ketundukannya pada aturan-aturan tentang kebebasan pasar, yang keliru
menganggap bahwa ilmu ekonomi adalah obyektif dan bebas nilai, yang
menunjuk secara keliru pada pengalaman pembangunan Amerika, dan yang
semuanya jelas tidak dapat menjadi obat bagi masalah-masalah masyarakat
Indonesia dewasa ini.
Ekonomi rakyat yang sejatinya dicoba untuk menjadi pola bebas dari substansi
intermediasi dan dikotomi privat sphere dan publik sphere, seperti Koperasi,
malah menjadi representasi kooptasi globalisasi dan neoliberalisme dan secara
tidak sadar mematikan dirinya sendiri secara perlahan-lahan. Istilah ekonomi
kerakyatan atau demokrasi ekonomi, misalnya dijelaskan Mubyarto (2002)
bukanlah kooptasi dan pengkerdilan usaha mayoritas rakyat Indonesia, tetapi
merupakan kegiatan produksi dan konsumsi yang dilakukan oleh semua warga
1)
oleh rasa tenggang rasa sesama masyarakat bukan didasarkan pada kualitas
kepemimpinan dan kewirausahaan;
2)
3)
4)
5)
6)
harga terhadap komoditas pertanian sehingga akses pasar produk pertanian dan
produklainnya masih relatif sempit;
7)
IV.
Berdasarkan informasi dan data yang ada pada Dinas Koperasi Propinsi Riau,
rataan umur koperasi sekitar 10,2 tahun dengan rentangan 5,21 tahun sampai
16,4 tahun. Apabila dibandingkan dengan perusahaan bisnis lainnya, maka
koperasi
di Propinsi Riau cukup matang dalam perkembangannya dan tentu akan
memperlihatkan dampak terhadap kesejahteraan anggotanya. Secara sinerji
kemajuan koperasi itu seharusnya sudah memperlihatkan kontribusinya terhadap
pertumbuhan perekonomian terutama di daerah pedesaan. Hal ini disebebakan
sebagian besar koperasi itu berada di daerah pedesaan, khususnya di daerahdaerah sentra produksi pertanian.
Guna memacu pertumbuhan dan perkembangan ekonomi kerakyatan
di masa datang, maka pemerintah Daerah Riau melalui Dinas Koperasi dan
UKM memetapkan arah kebijakan pembangunan bidang Koperasi dan UKM
(Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Riau, 2007), antara lain: Mengembangkan
Dinas Koperasi dan Usaha kecil Menengah (UKM) Provinsi Riau mencatat, dari
4.865 unit koperasi yang ada di Riau, sekitar 30 persen di antaranya kini berlabel
tak aktif. Masih banyaknya koperasi di Riau yang tidak aktif harus segera dicari
jalan keluarnya. Untuk itu harus diberikan pembinaan dan pelatihan agar
mendorong yang tidak aktif kembali aktif lagi, ujar Wakil Gubernur Riau,
Mambang Mit, saat membuka acara Sosialisasi dan Pembinaan Perkoperasian
Bagi Camat se-Riau di Pekanbaru, Selasa (29/11/2011).
koperasi di Riau jika diberdayakan punya potensi besar. Dia mencontohkan
beberapa koperasi besar di Riau yang mampu memberikan kesejahteraan kepaa
para anggotanya. Yakni KUD Sawit Jaya di Kampar yang punya aset Rp 20 milar
dengan opmzet mencapai Rp 131 miliar. KUD Tani Bahagia di Indragiri Hulu
asetnya Rp 19 miliar dengan omzet Rp 60 miliar. Dan KUD Langgeng di Kuantana
Singingi yang asetnya tembus Rp 215 miliar dengan omzet mencapai Rp 261
miliar.
Sekarang saja jumlah anggota koperasi mencapai 600 ribu orang. Artinya
sekitar 10 persen penduduk di Riau merupakan anggota koperasi. Jika ini
diberdayakan maka bisa menimbulkan efek yang besar utamanya dalam
V.
Konsep kemandirian, kompetensi inti kekeluargaan dan sinergi produktifintermediasi-retail merupakan substansi pengembangan koperasi sesuai realitas
masyarakat Indonesia yang unik. Meskipun perkembangannya saat ini banyak
tereduksi intervensi kebijakan dan subordinasi usaha besar. Diperlukan
kebijakan, regulasi, supporting movement (bukannyaintervention movement),
dan strategic positioning (bukannya sub-ordinat positioning) berkenaan
menumbuhkan kembali konsep kemandirian, kekeluargaan dan sinergi produktifintermediasi-retail yang komprehensif. Paling penting adalah menyeimbangkan
kepentingan pemberdayaan ekononomi koperasi berbasis pada sinergi produktifintermediasi-retail sesuai Ekonomi Natural model Hatta. Sinergi produktifintermediasi-retail harus dijalankan dalam koridor kompetensi inti kekeluargaan.
Artinya, pengembangan keunggulan perusahaan berkenaan inovasi teknologi
dan produk harus dilandasi pada prinsip kekeluargaan. Individualitas anggota
koperasi diperlukan tetapi, soliditas organisasi hanya bisa dijalankan ketika
interaksi kekeluargaan dikedepankan.
kesenjangan yang terjadi antara usaha kecil menengah yang sebagian besar
memayungi masyarakat miskin dengan BUMN dan BUMS. Dalam pembangunan
koperasi untuk percepatan ekonomi daerah, sangat perlu adanya kemitraan.
Kemitraan yang dimaksud adalah dalam bentuk partisipasi dari semua unsur
yang terkait untuk pengembangan koperasi. Pembangunan koperasi didasari
oleh adanya potensi di daerah yang dapat mendukung berjalannya koperasi,
antara lain: masyarakat, pengusaha (kecil dan menengah), industri rumah
tangga, dan untuk daerah pedesaan adanya masyarakat petani.
5.1. Kesimpulan
1.
2.
3.
dengan baik, apabila setiap anggota menyimak dengan baik materi laporan
pengurus. Namun dalam kenyataannya pelaksanaan rapat anggota belum
5.2
1.
Saran
2.
Anggota sebagai pemilik harus terlibat secara aktif dalam perumusan tujuan
koperasi, agar yang ditetapkan jelas, rasional, managable, dan terukur, serta
mampu mengawasi jalannya koperasi dengan megacu pada koridor nilai, norma,
dan prinsip koperasi, serta selalu mengutamakan kepentingan anggota. Program
dan kegiatan yang ditetapkan juga harus sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan anggota. Dilain pihak anggota sebagai pengguna diharapkan
berpartisipasi aktif dalam segala kegiatan usaha koperasi.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Capra, Fritjof. 2003. The Hidden Connections: A Science for Sustainable Living.
Flamingo.
Dekopin. 2006. Program Aksi Dekopin. Jakarta.
Mubyarto. 2002. Ekonomi Kerakyatan dalam era globalisasi. Jurnal Ekonomi
Rakyat. Tahun I No. 7. September.
Mubyarto. 2003.Dari Ilmu Berkompetisi ke Ilmu Berkoperasi. Jurnal Ekonomi
Rakyat. Th. II. No. 4. Juli.