Referensi Panganan #2
Referensi Panganan #2
33,3%
Perorangan/Belum
BerbadanHukum
61,1%
CV
UD(firma)
5,6%
untuk menjalankan usaha, sementara itu 27,8% memakai kombinasi modal sendiri dan
pinjaman bank.
Modalsendiri
5,6%
5,6%
0,0%
5,6%
<Rp250jt
0,0%
Rp250jt Rp500jt
11,1%
Pinjamanbank
27,8%
0,0%
Rp500jt Rp1M
5,6%
Rp1M Rp1,5M
61,1%
72,2%
Modalsendiridanbank
Rp1,5M Rp3M
Rp3M Rp5M
5,6%
Rp5M Rp10M
Modalsendiridan
pinjamandari
teman/keluarga
>Rp10M
Fak-fak
Bawang merah
dari Surabaya
Ambon
Surabaya
Pola distribusi bawang merah di Ambon berawal dari pengepul dan pedagang besar di
Surabaya yang mengrimkan pasokan bawang merah ke Ambon melalui kapal laut. Dari survei
diketahui bahwa pengepul di Surabaya biasanya mengirimkan bawang merah untuk pedagang
besar dan pedagang grosir di Ambon. Sedangkan pedagang besar di Surabaya mengirimkan
bawang merah untuk pedagang grosir bahkan pedagang eceran. Hal ini tentu saja tergantung
dari relasi bisnis masing-masing. Setelah masuk ke Ambon, bawang merah akan mengikuti
rantai distribusi yang relatif bebas. Dari pedagang besar bisa di Ambon saja menjual langsung
luar provinsi
luar negeri
Petani
Pengepul
Pedagang besar
Pedagang grosir
Pedagang eceran
Konsumen akhir
Pola distribusi bawang merah di SBB berpusat pada pedagang besar bawang merah.
Sebagian besar pedagang besar bawang merah di SBB mendapatkan pasokan bawang merah
dari pedagang besar di Ambon. Namun terdapat pula pedagang besar di SBB yang mampu
mendatangkan pasokan langsung dari petani di Surabaya. Setelah bawang merah berada di
pedagang besar SBB, maka bawang merah disalurkan ke pedagang grosir, pedagang eceran,
sampai ke konsumen akhir.
Pola Distribusi Pedagang Bawang Merah di SBB
Pola Distribusi
Bawang Merah
luar provinsi
luar negeri
Petani
Pengepul
Pedagang besar
Pedagang grosir
Pedagang eceran
Konsumen akhir
Sementara itu pola distribusi bawang merah di Buru cukup unik. Ternyata beberapa
pedagang eceran mampu mendapatkan pasokan langsung bawang merah dari Makassar,
Sulawesi Selatan. Ditengarai bahwa beberapa pedagang eceran ini bersama-sama melakukan
luar provinsi
luar negeri
Petani
Pengepul
Pedagang besar
Pedagang grosir
Pedagang eceran
Konsumen akhir
Sistem pembelian barang yang paling populer adalah tunai dengan persentase
mencapai 50,0%, diikuti oleh konsinyasi 40,0%, dan kontrak 10,0%.
Sebanyak 70% pedagang yang menggunakan sistem tunai menyatakan bahwa mereka
mendapatkan harga yang lebih murah dari harga pasar, sedangkan 30% pedagang lainnya
mendapatkan harga sama dengan harga pasar. Sementara itu untuk pedagang yang
menggunakan sistem konsinyasi, ternyata sebagian besar juga mendapatkan harga yang lebih
murah daripada harga pasar yaitu sekitar 62,5% pedagang. Sedangkan untuk pedagang yang
menggunakan sistem kontrak, seluruh pedagang menyatakan mendapatkan harga yang lebih
mruah daripada harga pasar.
Sistem Pembelian Barang
10,0%
70,0%
Tunai
50,0%
Lebihmahaldariharga
pasar
Kontrak
40,0%
Konsinyasi
30,0%
Konsinyasi
12,5%
62,5%
25,0%
Tunai
Samadenganhargapasar
100,0%
Kontrak
0%
Sumber : survei Bank Indonesia
Lebihmurahdariharga
pasar
50%
100%
Kondisi infrastruktur yang baik akan mendukung proses distribusi bawang merah. Oleh
sebab itu pada survei ini juga dimintakan pendapat pedagang mengenai kondisi infrastruktur.
Secara umum penilaian pedagang terhadap kondisi infrastruktur meliputi bandara, pelabuhan,
dan jalan dalam kondisi baik. Untuk bandara dan pelabuhan seluruh pedagang menyatakan
Kondisibandara
0,0%
100,0%
16,7%
0%beraspal
Kondisipelabuhan
1%25%beraspal
Baik
100,0%
25%49%beraspal
Sedang
Rusak
Kondisijalan
20%
40%
60%
50%80%beraspal
>80%beraspal
88,9%
0%
83,3%
11,1%
80%
100%
Lebih dalam lagi untuk kondisi jalan, sebanyak 83,3% pedagang menyatakan bahwa
mereka sudah menikmati jalan beraspal >80%. Hanya 16,7% saja pedagang yang
menggunakan jalan dengan kondisi aspal 50%-80%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jalan
dengan kondisi prima sudah digunakan oleh para pedagang bawang merah.
Masih terkait dengan distribusi dan
Hambatan Utama
pemasaran,
maka
sangat
menarik
bila
Faktoralam
38,9%
Biayapengangkutan yang
tinggi
Lainnya
5,6%
Sedangkan
sebanyak
38,9%
pedagang bawang merah menyatakan bahwa faktor alam merupakan hambatan utama dalam
hal mendapatkan pasokan bawang merah. Sedangkan hambatan menyangkut ketersediaan
bahan baku yang besifat musiman dan biaya pengangkutan yang tinggi masing-masing
diutarakan oleh 11,1% dan 5,6% pedagang bawang merah.
Stok dan Pergudangan
Stok dan pergudangan merupakan hal yang terkait erat dengan manajemen risiko
pedagang dalam menghadapi fluktuasi penawaran dan permintaan. Sebanyak 55,6%
pedagang bawang merah ternyata tidak menggunakan gudang dalam menjalankan
aktivitasnya. Sedangkan 44,4% pedagang bawang merah lainnya menggunakan gudang dalam
pengelolaan stok.
Penggunaan Gudang
20,0%
44,4%
Barangdagangan
langsungdijual
40,0%
Menggunakangudang
55,6%
40,0%
Tidakmenggunakan
gudang
Barangdagangan tidak
perludisimpan
Lainnya
Pedagang yang tidak menggunakan gudang memiliki berbagai alasan antara lain
barang dagangan langsung dijual, barang dagangan tidak perlu disimpan, dan lainnya.
Sebanyak 40% pedagang bawang merah berpendapat bahwa barang dagangan tidak perlu
disimpan, di mana 20% pedagang bawang merah lainnya menyatakan bahwa barang
dagangan bisa langsung dijual. Sementara itu, terdapat juga 40% pedagang bawang merah
yang tidak menggunakan gudang beralasan faktor lainnya meliputi barang dagangan hanya
sedikit dan barang dagangan masih disimpan di toko.
Pertimbangan Memilih Lokasi Gudang
0,0%
0,0%
Durasi Penyimpanan
0,0%
0,0%
Mendekatipasar
11,1%
0,0%
0,0%
12,5%
<1bulan
Mendekatitempat
produksi
13bulan
Beradadikawasan
pergudangan
88,9%
36bulan
87,5%
Beradadijalur
transportasiutama
612bulan
>12bulan
Lainnya
27,8%
33,3%
Menurunkanmargin
keuntungan
72,2%
Tetap
66,7%
Menaikkanharga
Bervariasi
Dalam setahun terakhir sebagian besar pedagang bawang merah tepatnya 66,7%
menerapkan marjin bervariasi. Sedangkan 33,3% yang lain memilih marjin tetap.
Berbicara tentang marjin maka penting untuk diketahui juga besaran marjin yang
diperoleh pedagang. Sebanyak 61,1% pedagang mengambil marjin <10% ketika menjual
bawang merah. Sedangkan pedagang yang menetapkan marjin 11-20% sebanyak 33,3%.
Sementara itu jumlah pedagang yang mengambil marjin besar sebanyak >50% tetapi
jumlahnya sangat sedikit yaitu hanya 5,6%.
Persentase Marjin
5,6%
Hargapesaing/penjual
lain
0,0%
30,4%
33,3%
30,4%
Biayahidup
<10%
61,1%
Biayaproduksi(HPP)
11 20%
8,7%
>50%
30,4%
Kenaikanharga
(ekspektasiinflasi)
Lainnya
Dalam penentuan marjin, terdapat berbagai faktor penentu dari kaca mata pedagang.
Harga pesaing/penjual lain, biaya hidup, dan kenaikan harga (ekspektasi inflasi) masing-masing
dipilih oleh 30,4% responden pedagang bawang merah. Sementara itu 8,7% sisanya
berpendapat bahwa biaya produksi (HPP) menetukan marjin bawang merah.
Mengikutihargapasar
tertinggilokaldanatau
internasional
16,7%
5,6%
16,7%
Mengikutiharga
pesaing/penjuallain
5,6%
72,2%
Samauntuksemua
pembeli
22,2%
Tergantungpadajumlah
pembelian
61,1%
Ditentukanolehpembeli
Bervariasi
Biayapembelian
ditambahdenganmargin
Sumber : survei Bank Indonesia
Harga merupakan besarnya uang yang dibayar oleh pembeli untuk mendapatkan
barang. Terkait dengan harga, sekitar 72,2% pedagang bawang merah mengikuti harga pasar
tertinggi lokal/internasional. Sedangkan sekitar 16,7% pedagang menentukan harga jual
melalui biaya pembelian ditambah dengan marjin. Dan cara lain yang dipakai sebagian kecil
pedagang
bawang
merah
untuk
menetapkan
harga
jual
adalah
mengikuti
harga
Tingkat Persaingan
5,6%
23,5%
Hargabelikomoditas
dagangandari
petani/pedagangbesar
76,5%
5,6%
27,8%
SangatTinggi
CukupTinggi
Ketersediaan
supply/pasokan
61,1%
KurangTinggi
TidakTinggi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga jual. Sebanyak 76,5% pedagang
bawang merah mengatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga jual adalah harga beli
komoditas dagangan dari petani/pedagang besar. Sementara itu sebanyak 23,5% responden
menyatakan bawa ketersediaan supply/pasokan merupakan faktor yang mempengaruhi harga
jual.
Peraturan Daerah
0,0%
11,1%
TidakadaPerda
pembatasanpasokan
barangtertentu
Operasipasar
mempengaruhiharga
88,9%
Operasipasartidak
mempengaruhiharga
100,0%
AdaPerdapembatasan
pasokanbarangtertentu
Intervensi Pemerintah dibutuhkan untuk membuat harga yang bergejolak kembali stabil.
Ternyata menurut 88,9% pedagang bawang merah, operasi pasar tidak mempengaruhi harga.
Sedangkan hanya sebanyak 11,1% pedagang saja yang meyakini bahwa operasi pasar
mempengaruhi harga bawang merah.
Mencermati jenis intervensi pemerintah yang dapat timbul dari penetapan Perda, maka
coba ditanyakan apakah terdapat Perda pembatasan pasokan bawang merah. Seluruh
pedagang bawang merah menyatakan bahwa tidak ada Perda mengenai hal tersebut.