Businesss Plan
Businesss Plan
RINGKASAN EKSEKUTIF
BOPSCO adalah Perseroan Terbatas (PT) yang bergerak di bidang pembangkit listrik
tenaga nuklir (PLTN). Saham dari perusahaan BOPSCO dimiliki oleh dewan direksi
sebesar 60,56% dan sisanya 39,44% dimiliki oleh investor. Sistem penjualan listrik yang
dilakukan oleh BOPSCO yaitu dengan membuat kontrak dengan Perusahaan Listrik
Negara (PLN).
Target pasar BOPSCO saat ini adalah Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan. Ini
disebabkan rasio elektrifikasi di Pulau Kalimantan baru mencapai 57,6%, yang artinya
potensi untuk menjadi penyedia listrik di sana terbuka lebar. Selain itu pemilihan lokasi
di Kalimantan mempertimbangkan keamanan dari potensi gempa bumi dan tsunami, serta
semakin berkembangnya industri di kalimantan. Dengan trend kebutuhan listrik yang
semakin meningkat baik di Kalimantan maupun Indonesia secara umum, serta
kemungkinan dibangunnya jaringan interkoneksi listrik antar negara di ASEAN semakin
membuka peluang BOPSCO untuk menjadi penyedia kebutuhan listrik dengan teknologi
PLTN.
BOPSCO memiliki kapasitas produksi listrik sebesar 1500MW. Produksi listrik ini
ditunjang oleh fasilitas reaktor ESBWR yang menggunakan bahan bakar pelet UO 2.
Pemenuhan kebutuhan pasokan bahan bakar ini dilakukan dengan mengadakan kontrak
dengan perusahaan fabrikasi elemen bakar nuklir, yaitu Global Nuclear Fuel-Japan.
Dengan mematok harga listrik sebesar Rp 1.040,-/kWh, BOPSCO dapat mencapai BEP
pada sekiar 7,5 tahun setelah reaktor beroperasi.
Dalam rencana jangka panjangnya BOPSCO berencana untuk membangun PLTN di
pulau lain sesuai dengan kebutuhan listrik di pulau tersebut. Selain itu juga BOPSCO
akan mempertimbangkan untuk menanam saham di perusahaan yang dapat mendukung
bisnis yang dijalankan oleh perusahaan.
Bentuk perusahaan
Bidang Usaha
: Listrik
Alamat Perusahaan
Nomor Telepon
: 0525-753809
Alamat website
: www.bopsco.com
Logo Perusahaan
FREDRICK NEO
Wakil Direktur Bidang Operasi
KHUSNUL WICAKSONO
Kabid. Keselamatan Paparan Radiasi
Fikri Kurniawan
Kabid. Operasi Reaktor
Btara Panjiweda N P
Kasubid. Sistem Primer
Farhan Ismail
Kasubid. Sistem Sekunder
Destiana Tunggal P.
Kabid. Manajemen BBN
Hepiska Franatagola
Kabid. Manajemen Limbah
Kasto
Ahmad Fahmi
Kabid. Hubungan Internal dan Eksternal
Kabid. Pengembangan Usaha
Rahayu Suryaningsih
Kabid. Keuangan
Jumlah Saham
3.327.456.323
1.232.961.029
549.447.875
384.613.512
5.494.478.738
Nilai Saham
Rp33.274.563.230.000
Rp12.329.610.290.000
Rp5.494.478.740.000
Rp3.846.135.120.000
Rp54.944.787.380.000
Presentase
60,56 %
22,44%
10%
7%
100%
3. ANALISIS BISNIS
3.1 Produk
3.1.1 Produk yang Dihasilkan
Perusahaan BOPSCO memproduksi listrik sebesar 1500 MWe yang dihasilkan dari
PLTN dengan menggunakan reaktor ESBWR
3.1.2
Keunggulan Produk
Perusahaan BOPSCO menyediakan listrik 1500 MWe dengan voltage yang stabil
sepanjang tahun. Hal ini menjamin tidak terjadinya pemadaman listrik secara
mendadak atau daya yang tidak stabil yang dapat menyebabkan rusaknya komponen
elektronik. Selain itu nuklir yang diusung merupakan salah satu teknologi yang ramah
lingkungan serta tidak mengemisikan gas CO2 sehingga ikut andil dalam menjaga
lingkungan dari potensi terjadinya global warming.
masing provinsi pada tahun 2003, 2008, dan 2013 ditunjukkan pada Tabel 2. Pada
tahun 2013, rasio elektrifikasi terbesar diperkirakan terjadi di wilayah Batam yang
mencapai 100%, sedangkan rasio elektrifikasi terkecil sebesar 40% terjadi di NTT.
Dengan demikian, meskipun target rasio elektrifikasi tahun 2013 sebesar 75%, namun
rasio elektrifikasi per wilayah akan bervariasi.
Tabel 2. Rasio Elektrifikasi Nasional per Wilayah Tahun 2003, Tahun 2008, dan Tahun 2013
3.2.2
pemerintah
meningkatkan
pertumbuhan
sektor
parawisata
yang
Grafik 1. Proyeksi Kebutuhan Listrik per Sektor di Indonesia Tahun 2003 s.d. 2020
3.2.3
Prasarana fisik dan non-fisik yang tersedia di seluruh wilayah Kalimantan masih
belum merata, sehingga kebutuhan listrik di wilayah Kalimantan ada yang tinggi,
namun juga ada yang rendah. Dari seluruh wilayah Kalimantan, kebutuhan listrik
terbesar adalah di wilayah Kalimantan Selatan, sedangkan wilayah Kalimantan
Tengah mempunyai kebutuhan listrik terendah dibanding wilayah lain di Kalimantan.
Oleh karena itu, wilayah kebutuhan listrik di Kalimantan Tengah digabung dengan
wilayah kebutuhan listrik di Kalimantan Selatan.
Banyaknya industri pertambangan di Kalimantan Selatan menyebabkan tingkat
kebutuhan listriknya paling tinggi dan diasumsikan industri pertambangan tersebut
akan berkembang, sehingga pertumbuhan kebutuhan listrik Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah selama kurun waktu 17 tahun (2003-2020) diasumsikan tumbuh
sebesar 7,84% per tahun. Demikian pula untuk wilayah Kalimantan Timur dan
Kalimantan Barat bukan hanya industri yang diharapkan berkembang, tetapi adanya
rencana Pemerintah untuk meningkatkan rasio elektrifikasi menyebabkan dikedua
wilayah tersebut kebutuhan listrik juga meningkat masing-masing sebesar 7,96% dan
7,66% per tahun. Besarnya proyeksi kebutuhan listrik di Kalimantan per Sektor dari
tahun 2003 2020 ditunjukkan pada Grafik 6, sedangkan pangsa kebutuhan listrik
per wilayah Kalimantan ditunjukkan pada Grafik 7. Seperti halnya Sumatera,
pengguna listrik terbesar di Kalimantan adalah sektor rumah tangga, disusul sektor
industri, usaha, dan umum.
Grafik 2. Proyeksi Kebutuhan Listrik di Kalimantan per sektor Tahun 2003 s.d. 2020
PLN sendiri sedang mengusahakan untuk menambah daya sebesar 900MW untuk
jaringan interkoneksi Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan dan juga
penambahan jaringan interkoneksi. Apabila dibangun PLTN dengan daya 1500MWe,
PLN kemungkinan akan fokus untuk melakukan penambahan jaringan dan menyewa
daya listrik yang disediakan oleh perusahaan ini.
Alternatif energi nuklir di pilih karena lebih hemat dan dapat memenuhi kebutuhan
listrik di Kalimantan tengah tersebut. Apabila kebutuhan listrik Kalimantan Tengah
telah tercukupi maka listrik dapat disalurkan keluar Kalimantan Tengah melalui sistem
interkoneksi yang ada di Kalimantan.
3.4 Analisis Pesaing
Pemenuhan kebutuhan listrik di Kalimantan Tengah dan Selatan saat ini disuplai dari
beberapa pembangkit listrik yang ada di daerah tersebut. Diantaranya yaitu:
-
PLTU Pulau Pisang, terletak di Pulau Pisang, Kalimantan Tengah dengan kapasitas 2
x 60 MW
PLTU Asam-Asam unit III dan IV, terletak di Desa Asam-Asam, Kalimantan Selatan
dengan kapasitas 2 x 65 MW
Selain data beberapa pembangkit listrik di atas, di daerah Kalimantan Tengah dan
Kalimantan Selatan banyak menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
untuk mensuplai kebutuhan listrik. Pembangkit-pembangkit listrik tersebut tergabung
menjadi 10 sistem pemasok listrik untuk wilayah Kalimantan Tengah (9 sistem terisolasi
dan 1 sistem interkoneksi), serta 4 sistem pemasok listrik untuk wilayah Kalimantan
Selatan (3 sistem terisolasi dan 1 sistem interkoneksi).
Berikut sistem pemasok listrik Kalimantan Tengah :
1. SISTEM PANGKALAN BUN I Kapasitas terpasang : 26,37 MW Daya mampu :
14,38 MW Beban puncak : 14,21 MW Surplus : 0,17 MW
2. SISTEM SAMPIT II Kapasitas terpasang : 26,88 MW Daya mampu : 16,85 MW
Beban puncak : 17,65 MW Defisit : -0,80 MW
3. SISTEM INTERKONEKSI III BARITO I Kapasitas terpasang : 321,09 MW Daya
mampu : 246,23 MW Beban puncak : 308,90 MW Defisit : -62,67 MW
4. SISTEM PURUK CAHU Kapasitas terpasang : 2,01 MW Daya mampu 1,48 MW
Beban puncak 1,26 MW Surplus 0,22 MW
5. SISTEM MUARA TAWEH Kapasitas terpasang : 7,97 MW Daya mampu 3,93 MW
Beban puncak 4,31 MW Defisit -0,38 MW
6. SISTEM KUALA KURUN Kapasitas terpasang : 2,04 MW Daya mampu 0,81 MW
Beban puncak 0,82MW Defisit 0,01 MW
7. SISTEM NANGA BULIK Kapasitas terpasang : 1,89 MW Daya mampu 1,12 MW
Beban puncak 0,96 MW Surplus 0,16 MW
8. SISTEM BUNTOK Kapasitas terpasang : 6,91 MW Daya mampu 4,28 MW Beban
puncak 4,04 MW Surplus 0,24 MW
9. SISTEM SUKAMARA Kapasitas terpasang : 1,78 MW Daya mampu 1,21 MW
Beban puncak 0,96 MW Surplus 0,25 MW
10. SISTEM KUALA PEMBUANG Kapasitas terpasang : 3,62 MW Daya mampu 2,46
MW Beban puncak 2,02 MW Surplus 0,43 MW
Berikut sistem pemasok listrik Kalimantan Selatan
2. Kegiatan promosi
Promosi yang dilakukan oleh perusahaan kami adalah dengan cara presentasi pada
PLN dan lembaga-lembaga terkait termasuk investor dan lembaga pemerintahan.
Kegiatan promosi juga dilakukan dengan memanfaat kan teknologi informasi dengan
cara membuat website perusahaan yang berisi profil perusahaan, latar belakang,
lingkup kerja perusahaan, dsb.
3. Strategi pemasangan harga
BOPSCO mematok harga jual listrik ke PLN sebesar Rp 1.040,00/Kwh. Harga ini
adalah harga ketika tahun pertama reaktor beroperasi dan dapat mengalami kenaikan
jika terjadi kenaikan gaji pegawai dan kenaikan harga bahan bakar nuklir.
3.7 Analisis SWOT
Kekuatan (Strentgh) :
-
Kelemahan (Weakness) :
-
Kesempatan (Opportunity) :
-
bertambah
Semakin menipisnya persediaan bahan bakar fosil sebagai pesaing dari PLTN
Menjadi pionir teknologi PLTN di Indonesia
Hambatan (Threat) :
-
4. ANALISIS PRODUKSI
1. Pembangkit listrik tenaga nuklir lebih efisien daripada sebelumnya. Teknologi baru
lebih dapat diandalkan dan aman. ESBWR termasuk reactor generasi maju yang
menawarkan keselamatan dan keamanan yang lebih baik dari reaktor-reaktor
sebelumnya
2. Daya elektrik yang tinggi (1500 MWe).
3. Dapat bertahan selama 60 tahun.
4. Menggunakan sistem keamanan pasif dan menggunakan sirkulasi alami sebagai
pengganti pompa.
5. Waktu konstruksi yang cepat (45 bulan).
6. Ukuran reaktor yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan reaktor dengan daya
sama.
7. Didasarkan pada ABWR yang sudah tersertifikasi dan sedang dalam tahap akhir
sertifikasi aspek teknik dan keselamatan oleh United State Nuclear Regulatory
Commission (U.S. NRC).
bentuk UO2 yang disusun dalam teras reaktor. Dengan adanya sumber neutron di dalam
teras reaktor maka akan menghasilkan reaksi fisi antara neutron dengan uranium. Reaksi
fisi ini lalu menghasilkan panas dan akan mendidihkan air dalam teras reaktor. Air yang
mendidih akan menjadi uap dan uap tersebut akan menggerakkan turbin. Turbin
dihubungkan dengan generator maka akan dihasilkan listrik.
fosil.
Menggunakan tenaga nuklir sehingga nyaris tidak mengemisikan CO2
Tidak bergantung pada minyak dan gas. Terutama setelah bahan bakar ini semakin
langka dan harganya yang melonjak tinggi.
Bahan Baku
UO2 diperkaya 4,2%
Kebutuhan
Awal Operasi = 163 Ton
Refueling per 2 tahun = 68,5 Ton
Sumber
Global Nuclear FuelsJapan
Reaktor yang digunakan oleh BOPSCO adalah ESBWR. ESBWR memiliki spesifikasi
bahan bakar yaitu UO2 dengan tingkat pengayaan 4,2%, dilapisi cladding dari bahan
zircaloy. Kemudian disusun dalam batang bakar berdiameter 1,026 cm dan disusun
dengan susunan 10 x 10 dalam assembly. Setiap assembly tersusun dari 92 buah batang
bakar dan tiap assembly membutuhkan 144 kg UO2. Dalam teras reaktor ESBWR sendiri
memiliki jumlah assembly sebanyak 1132 buah. Sehingga untuk kebutuhan bahan bakar
reaktor ESBWR, adalah 1132 assembly x 144 kg/assembly = 163.008 kg UO2 atau sekitar
163 Ton untuk awal reaktor beroperasi dan untuk refueling setiap 24 bulan sekali
sebanyak 42% x 163.008 kg = 68.463,36 kg UO2 atau sekitar 68,5 Ton.
Gambar 3.
Susunan Bahan
Bakar
ESBWR
Kebutuhan bahan bakar ini dipenuhi oleh pasokan bahan bakar nuklir dari vendor bahan
bakar nuklir yaitu Global Nuclear Fuels-Japan yang telah bekerja sama dengan General
Electric selaku vendor dari ESBWR.
4.4 Kapasitas Produksi
Kapasitas produksi listrik yang mampu disuplai oleh BOPSCO sebesar 1500MW, sesuai
dengan spesifikasi dari reaktor ESBWR.
4.5 Rencana Pengembangan Produksi
Analisis sumber daya manusia dibutuhkan agar setiap pekerja yang terlibat dalam
pelaksanaan operasi perusahaan Bopsco ditempatkan sesuai dengan potensi yang mereka
miliki. Pengklasifikasian bidang kerja ini didasarkan pada sifat pekerjaan yang akan
dilaksanakan. Pembagian tersebut antara lain:
a. Bidang Operasi
Menangani segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem operasi reaktor. Bidang operasi
sendiri dibagi menjadi beberapa sub bidang, yaitu:
1. Sub Bidang Keselamatan Reaktor
2. Sub Bidang Keselamatan Paparan Radiasi
3. Sub Bidang Operasi Reaktor (Sistem operasi primer dan sekunder).
b. Bidang Produksi
Bidang produksi bertugas untuk menangani semua kegiatan produksi. Mulai dari
pengadaan bahan bakar hingga produk listrik sampai di jaringan interkoneksi. Bidang
produksi dibagi menjadi beberapa Sub bidang, yaitu:
1. Sub Bidang Manajemen Bahan Bakar Reaktor
2. Sub Bidang Manajemen Limbah.
c. Bidang Marketing
Bidang marketing merupakan bidang yang bertugas untuk melakukan pemasaran produk.
Bidang ini wajib melaksanakan analisis pasar dan rencana pengembangan pangsa pasar.
Bidang marketing membawahi beberapa sub bidang, yaitu:
1. Sub Bidang Analisis Pasar dan Pemasaran
2. Sub Bidang Pengembangan Usaha
3. Sub Bidang Keuangan
d. Bidang HRD
Menangani semua urusan yang berkaitan dengan sumber daya manusia yang bekerja di Pt
Bopsco. Tugas rutin yang harus dilaksanakan adalah:
1. Analisis Sumber Daya Manusia
2. Pengembangan dan Pelatihan Sumber Daya Manusia
3. Analisis Lingkungan Bisnis
Pembagian SDM pada setiap bidang kerja yang ada didasarkan pada Keunggulan dan
kompetensi SDM.
5.1 Analisis Kebutuhan dan Pengembangan SDM
Dalam menjalankan bisnis di bidang energy, BOPSCO akan terus meningkatakan kualitas
produk dan pelayaanan. Selain itu dalam jangka panjang tidak menutup kemungkinan
BOPSCO akan mengadakan pengembangan usaha. Oleh karena itu dibutuhkan analisis
yang mendalam mengenai kebutuhan SDM dan potensi SDM yang akan menangani
ekspansi bisnis tersebut. Hasil analisis ini menjadi dasar pengembangan SDM dan
rencana pengembangan SDM.
Seiring dengan perkembangan perusahaan dan usaha maka kebutuhan akan SDM yang
bekerja di BOPSCO juga akan mengalami perubahan, oleh karena itu dibutuhkan analisis
mendalam mengenai kebutuhan dan pengembangan SDM. Analisis kebutuhan SDM
dilakukan dengan kajian mengenai kebutuhan SDM di bidang bidang perusahaan.
5.2 Rencana Kebutuhan Pengembangan SDM
Rencana pengembangan SDM dirancang dengan menggunakan dasar hasil analisis
kebutuhan pengembangan SDM dan pengembangan usaha yang akan dilaksanakan oleh
perusahaan. Rencana kebutuhan pengembangan SDM meliputi:
a. Penambahan jumlah SDM
Penambahan ini perlu dilaksanakan seiring dengan pengembangan bidang usaha dan
produksi BOPSCO. Penambahan jumlah SDM dipusatkan pada bidang operasi dan
produksi. Hal ini dikarenakan, pengembangan usaha yang dilakukan BOPSCO akan
menambah pula unit unit produksi. Penambahan jumlah SDM dilakukan dengan
tujuan agar terdapat pembagian unit kerja yang jelas dan memastikan paparan radiasi
yang diterima oleh pekerja radiasi tidak melebihi batas yang ditentukan.
b. Peningkatan Kualitas SDM
Disamping penambahan jumlah SDM, BOPSCO juga akan meningkatkan kualitas
SDM melalui berbagai pelatihan maupun beasiswa S2 bagi karyawan yang
berprestasi. Peningkatan kualitas SDM ini dilakukan dengan tujuan meningkatkan
kualitas kerja bagi setiap Karyawan maupun pekerja radiasi BOPSCO.
Kegiatan
Perekrutan
Training
Pengendalian sistem
10
11
12
13
14
keuangan
4
Pembelian
transportasi limbah
Tabel 5. Rencana Pengembangan Usaha Dua Tahun Pertama
Dampak Positif
1. Peluang Membuka Usaha Baru
Dengan dibangunnya PLTN di wilayah Kalimantan Timur akan membuka peluang
usaha baru bagi masyarakat sekitar, baik berjualan makanan atau kebutuhan lain
dikarenakan dengan dibangunnya PLTN akan mendatangkan banyak pendatang
baru baik dalam tahap konstruksi, pra konstruksi, maupun operasi. Hal ini akan
sangat menguntungkan bagi masyarakat sekitar
Populasi biota baik yang berada di darat maupun laut dimitagsi dengan membuat
ekosistem buatan dan menyeimbangkan ekosistem yang terpaksa terganggu akibat
adanya proyek.
4. Kenaikan Tekanan Penduduk
Kenaikan tekanan penduduk dimitigasi dengan menyediakan seluas-luasnya
lapangan pekerjaan untuk masyarakat setempat. Selain itu perusahaan juga akan
mendirikan Create City di wilayahn sekitar PLTN dibangun yang didalamnya
terdapat berbagai fasilitas layaknya sebuah kota normal: sekolah, pusat
perbelanjaan&rekreasi, taman hiburan, dsb. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi tekanan penduduk.
5. Bahaya Kontaminasi Radiasi
Karena PLTN yang dibangun adalah PLTN generasi reactor maju, maka tingkat
keamanan terhadap bahaya kontaminasi radiasi sangatlah kecil. Namun sebagai
tindakan pencegahan, perusahaan menetapkan batas-batas tertentu bagi PLTN
yang merupakan restricted area bagi masyarakat umum. Dengan demikian potensi
bahaya kontaminasi radiasi akan semakin kecil. Apabila terjadi kontaminasi, maka
akan dilakukan dekontaminasi seperti yang telah ditetapkan oleh peraturan IAEA.
7.2 Analisis Resiko Usaha
7.2.1
Resiko Usaha
1. Kenaikan harga bahan bakar
Bahan bakar nuklir adalah barang yang jumlahnya terbatas sedangkan jumlah
reaktor nuklir cenderung bertambah sehingga kebutuhan akan bahan bakar nuklir
juga meningkat yang akan menyebabkan kenaikan harga bahan bakar nuklir.
2. Biaya pengolahan limbah yang besar
Limbah radioaktif dari reaktor nuklir adalah masalah yang selalu menjadi polemik
saat ini regulasi di Indonesia mengharuskan limbah nuklir di simpan di PTLR dan
biaya untuk penyimpanannya cukup mahal.
3. Membeli asuransi
Dengan memasang asuransi kecelakan nuklir maka jika terjadi kecelakaan nuklir
maka semua biaya akan di tangung oleh perusahaan asuransi. Meskipun biaya
polis yang harus di tangung secara periodiknya cukup besar namun akan lebih
baik daripada harus menangung biaya kecelakaan.
8. ANALISIS KEUANGAN
8.1 Kurs Rupiah dan Inflasi
Perhitungan pergerakan kurs rupiah terhadap dollar penting untuk dilakukan terutama
karena perusahaan BOPSCO mengimport bahan bakar dari negara lain. Dalam hal ini,
perusahaan BOPSCO menggunakan data nilai tukar rupiah terhadap dollar dari tahun
2001 hingga Mei 2012.
Tahun
2001
Harga Dollar
10,255
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
9,049
10,260
10,263
9,830
9,200
9,400
9,529
10,302
9,169
8,900
9,000
8.2 Kebutuhan
Tahun
2013
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
Harga Dollar
9,180
9,364
9,551
9,742
9,937
10,136
10,339
10,546
10,757
10,972
Kurs 2%.
Dana
Beserta
Sumber
Dana
Dana yang dibutuhkan pada permulaan tahun proyeksi industri ini adalah sebesar
Rp54.494.787.372.940,- (lima puluh empat triliun empat ratus sembilan puluh empat
miliar tujuh ratus delapan puluh tujuh juta tiga ratus tujuh puluh dua ribu sembilan ratus
empat puluh rupiah) dengan perincian sebagai berikut:
8.2.1
Biaya Pra-Operasi
No
1
1.1
1.2
1.3
2
3
4
Variabel
Perizinan
Izin Tapak
Izin Konstruksi
Izin Komisioning
Studi Kelayakan
Litbang Produk
Uji Coba Proses
Total
Biaya
Rp371,150,000.00
Rp774,150,000.00
Rp267,750,000.00
Rp10,000,000.00
Rp5,000,000.00
Rp25,000,000.00
Rp1,453,050,000.00
8.2.2
Biaya Aktiva
8.2.3
Costs
$36,216,544
$3,525,600
$2,980,661
$15,300,725
$3,179,372
$3,289,656
$5,014,000
$15,000,000
$3,000,000
$82,475
$87,589,033
$7.16
8.2.4
Keterangan:
1. Untuk Biaya Perizinan (Izin Konstruksi, Izin Tapak, dan Izin Komisioning) diperoleh
dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2009 (tercantum
pada aspek hukum).
2. Untuk Biaya pembelian lahan diperoleh dari perhitungan kebutuhan lahan dimana
berdasarkan data IAEA untuk pembangunan reaktor daya 1500 MWe dibutuhkan
lahan dengan radius 5 Km atau setara dengan luas lahan sebesar 78,5 Km2 dimana
harga 1 m2 kami perhitungkan sebesar Rp 25.000,00.
3. Untuk Biaya Bangunan dan Infrastruktur berdasarkan datasheet dari reaktor ESBWR
dengan perincian biaya tersebut termasuk:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
4. Biaya
Untuk memenuhi besarnya kebutuhan dana investasi ini, perusahaan kami menggunakan
pinjaman bank dalam negeri dan biaya saham dengan komposisi sebagai berikut:
39.44
Modal pribadi
60.56
Saham
Sedangkan untuk biaya non operasi lainnya diambil dari 1.5% laba operasi dan suku
bunga dari Bank adalah sebesar 2.2% serta untuk pajak disesuaikan dengan peraturan
yakni sebesar 30% maksimal untuk usaha dengan penghasilan lebih besar dari satu miliar
rupiah. Bahan bakar yang digunakan hanya diganti 2 tahun sekali, itu pun hanya sebesar
42%. Perusahaan kami membeli setengah bagiannya (21%) per tahun untuk menghindari
harga jatuh karena kelangkaan maupun inflasi dan depresiasi.
Untuk rincian skenario dimana setelah tahun pertama diasumsikan mengalami inflasi dan
depresiasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
Untuk mengatasi permasalahan di atas maka kami memutuskan untuk menaikkan harga
jual per tahunan sebesar 10% dari biaya tahun pertama. Peningkatan ini diperlukan untuk
mengantisipasi inflasi yang menaik drastis.
8.4 Analisa Break Even Point, NPV, IRR dan Cash Flow
Break Even Point dilakukan untuk mengetahui pencapaian produksi minimal dengan
keadaan tidak untung dan tidak rugi. Artinya hal ini menekankan agar perusahaan tidak
rugi produksi saja. Dalam studi terhadap perusahaan kami, kami menentukan break even
point dalam bentuk per 10 tahun kajian. Hal ini dilakukan karena kami tidak mungkin
menghitung BEP tanpa menghitung produksi tahun berikutnya yang artinya perhitungan
BEP dengan floating. Selain Break Even Point, perusahaan kami juga membuat aliran
kas, NPV, dan IRR. Dari data arus kas kami dari 0-5 tahun dapat dilihat bahwa posisi
saldo setiap tahunnya sangat menarik. Selain itu dari proyeksi laba-rugi terlihat setiap
tahun kami memiliki laba bersih yang terus meningkat setiap tahunnya (dapat diilihat dari
estimasi perhitungan 2 - 5 tahun). NPV (Net Present Value/ Nilai Tunai Bersih Sekarang)
yang telah dihitung dengan melibatkan discount factor sebesar 19.20% menunjukkan
bahwa untuk proyeksi 0 - 10 tahun nilainya positif sehingga layak untuk diterima. Selain
itu tingkat pengembalian internal (IRR) kami untuk proyeksi 12 tahun tercatat 4.4% yang
berarti lebih besar dari biaya modal rata-rata. Sebagai penutup, rangkuman yang dapat
kami berikan adalah:
-
Dari segi proyeksi laba rugi, setiap tahun terjadi peningkatan laba.
NPV > 0 yang artinya proyek ini layak diterima.
IRR yang sangat besar yakni 4.4% yang berarti lebih besar dari biaya modal rata-rata
Sesuai dengan tren 5 tahun ke depan dimana laba kita senantiasa naik, maka jumlah
saham pemilik yang dilepas ke pasaran akan dijual dengan tingkat harga 15 ribu per
lembar dimana keuntungannya akan dibagikan kepada pemilik saham dalam bentuk
saham tambahan dengan pembagian per 1000 lembar akan mendapat tambahan 100
lembar. Tetapi perlu diingat bahwa penambahan saham tambahan tidak merubah
persentase kepemilikan saham, persentase itu tetap hanya jumlah lembarnya bertambah.
LAMPIRAN 1.
Proyeksi Laporan Arus Kas Tahun 2-5
Tabel di atas merupakan proyeksi laba dengan inflasi dan depresiasi kurs. Skenario pembelian bahan bakar
perusahaan kami dipisah menjadi pembelian per tahun atau sekitar 21% untuk mengantisipasi inflasi yang drastis
dan mengganggu neraca kas.
35
Lampiran 2.
Proyeksi Laporan Arus Kas Tahun 2-5 lanjutan
Arus kas yang dilihat adalah yang dimulai dari tahun ke-2 karena pada tahun ke-1 perhitungan tanpa
memperhitungkan biaya pembelian bahan baku dan tenaga kerja karena membutuhkan biaya dari pemegang
saham.
36
Lampiran 3.
Laba Rugi Tahun 2 - 5
37
Lampiran 4.
Laba Rugi Tahun 6 10
38
Lampiran 5
Grafik Laba Rugi Tahun 2 - 10
7000000000000
6000000000000
5000000000000
4000000000000
Laba Perusahaan
3000000000000
2000000000000
1000000000000
0
1
10
Tahun
39
Lampiran 5
Perhitungan BEP
Keterangan: Perhitungan BEP dengan perhitungan per 10 tahun dengan asumsi harga jual tetap dan semua biaya
tidak mengalami kenaikan.
40
Lampiran 6
Proyeksi Nilai Tunai Bersih Sekarang (NPV) & Tingkat Pengembalian Internal (IRR)
41
Lampiran 6a (lanjutan)
Proyeksi Nilai Tunai Bersih Sekarang (NPV) & Tingkat Pengembalian Internal (IRR)
42
IRR
4.4%
43