Anda di halaman 1dari 45

Badai

Biografi Capung

Penerbit
Nama Penerbit
(Anda bisa memberi nama penerbit sesuai dengan
keinginan. Kenapa? Karena ini selfpublishing, artinya
penulis juga bertindak sebagai penerbit juga)

JUDUL BUKU
Oleh: (Nama Penulis)
Copyright 2013 by (Nama Penulis)

Penerbit
(Nama Penerbit)
(Website)
(Email)

Desain Sampul:
(Nama Disainer pembuat sampul)

Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com

Ucapan Terimakasih:

DAFTAR ISI
(Jika menginginkannya, Anda bisa menggunakan
halaman ini untuk halaman daftar isi)

--Cinta Diam Diam--

Seperti kentut, apabila ditahan akan menimbulkan sakit perut


tapi apabila dilepaskan akan menimbulkan keributan di sekitar
kita. Pasti, jika kentut tidak bersuara akan menimbulkan aroma
alakajam, dan jika tidak beraroma akan lebih gaduh karena
suaranya.
Seperti itulah cinta apabila ditahan, dipendam sendirian,
mengaggumi dari kejauhan. Hanya cinta secara diamdiam
yang membuat kita sakit. Sakit melihat seseorang yang kita
cinta bersama orang lain, ketika orang yang kita cinta tidak
melihat kita. Orang yang kita perhatikan tapi ia tak sadar.
Orang yang ingin kita miliki tapi ia sebaliknya, bahkan orang
yang kita sangat kenal tidak mengenal kita. Dan apabila
diungkapkan akan menimbulkan kegaduhan antara kita dan
teman-teman yang mulutnya bocor alus, dan rasa tidak
nyaman jika seseorang cinta diam-diam kita mengetahui dari
orang lain. Di saat seperti ini kadang pilihan sangat sulit ketika
tanpa sengaja kita bertemu pada cinta diam-diam kita.
Cinta diam-diam memaksa kita untuk menyimpan rahasiarahasia yang indah, bahagia, menyenangkan hinggga hal yang
sedih, sakit, dan kecewa sendiri.
Kita membuat batas ruang gerak, membatasi kata kata yang
kita ucapkan terhadap orang yang kita cintai secara diam-diam.
Kadang banyak hal yang mestinya kita lakukan ketika suatu
kesempatan datang pada kita, misalkan pertanyaan seorang
teman kepada kita tentang siapa seorang yang sedang kita
sukai, atau berbagai pertanyaan kecil dan ringan misalkan,
siapa orang yang paling mengaggumkan dalam hidup kita.
5

Tapi seorang yang cinta diam-diam seperti cinta dalam hati,


cinta sendiri, cinta terpendam yang kadang susah untuk
dikatakan, susah untuk diungkapkan. Kita hanya bisa
melihatnya dengan hati. Menatapnaya dengan perasaan.
Sama seperti Reza, sahabat satu kamarku yang menganut cinta
diam-diam pada sahabat satu kelasku, Rianti. Sama seperti aku
cinta diam-diam pada Resha.
Setiap pelajaran umum, Reza selalu masuk dalam kelasku.
Tidak kenal itu pagi, sore, bahkan malam. Bukan tidak ada yang
tahu siapa Reza hingga bisa leluasa keluar masuk kelas kami.
Bahkan guru-guru pun sudah maklum padanya. Siswa angkatan
lama yang tak kunjung lulus UN. Senjata yang menjadi alasan
satu-satunya adalah; ia tidak ingin cepat-cepat lulus dengan
pengetahuan yang cetek. Ia mengatakan bahwa ilmu apapun
harus kita dapatkan. Tapi ucapan itu tidak sesuai dengan
dirinya yang masih saja bodoh. Bodoh untuk mengungkapkan
cinta diam-diamnya, yaitu Rianti.
Reza selalu masuk lima menit lebih awal dari jadwal kelas kami.
Tujuannya agar ia leluasa melihat ketika Rianti masuk. Karena
ketika itulah pandangan Reza terhadap Rianti tidak terhalang
oleh apapun.
Reza selalu memilih duduk di satu kursi lebih ke belakang dari
Rianti dengan sudut pandang tiga puluh derajat ke samping,
entah itu kanan atau kiri. Tujuannya agar bisa leluasa melihat
Rianti. Cara ini telah Reza analisis dan teliti sebelumnya.
Katanya sudut tiga puluh derajat adalah sudut lengkungan
bentuk hati yang saling melengkung antara sudut atas dan
bawah. Inilah penyakit seseorang yang sedang mengalami cinta
diam-diam. Semua hal yang tidak ada korelasinya dipaksa
6

berhubungan. Bahkan ketika Reza menenggak kecap asin dalam


botol Coca-cola lantaran kalah taruhan bola, menurutnya akan
manis jika meminumnya sambil melihat Rianti.
Bukan itu saja, orang yang cinta diam-diam akan menjadi lebih
ingin tahu dari sebelumnya, lebih cerdik seratus kali lipat, lebih
kuat seribu kali lipat tapi tentunya jika itu dihadapkan kepada
cinta diam-diamnya. Ia tahu jika hari senin Rianti membawa
bekal dan memakan bekalnya di bawah pohon di samping lab
imformatika. Reza tahu warna kesukaan gadis itu adalah
merah. Cowok itu juga tahu jika Sabtu ia berkumpul dengan
komunitas seni untuk melukis, selalu pergi ke toko buku
Minggu sore dan menghabisakan waktu malamnya dengan
membaca. Akhirnya, Reza juga tahu kalau Rianti tidak tahu
bahwa dirinya mencintai Rianti diam-diam. Semua yang terjadi
akan sama. Tidak jauh berbeda dengan cinta diam-diam yang
lain, seperti halnya cinta diam-diam ku. Yang membedakan
hanyalah waktu.
Aku tahu Esha adalah panggilan rumah Resha. Aku juga tahu
Resha suka Endah dan Resha. Aku tahu Resha lebih suka
membaca buku dari pada nonton, aku tahu setiap minggu
Resha jogging bersama keluarganya di Gasibu. Aku juga tahu
warna kesukaannya adalah biru langit, aku tahu Resha suka
semua yang berbau coklat. Dan aku juga tahu, kalau Resha
tidak tahu bahwa ia adalah cinta diam-diamku.
Dibanding Reza yang bodoh, aku lebih bodoh dalam hal ini. Aku
hanya bisa melihatnya dari jauh ketika Resha duduk menikmati
novel-novel heroiknya. Aku cukup tahu bahwa Resha
mengambil jurusan D-3 Kesehatan Keluarga. Dan aku hanya
tetap bisa melihatnya dari timeline facebook dan twiter.

Sedangkan Resha sebentar lagi akan menyelesaikan kuliahnya


dan melanjutkan S-1-nya di tempat lain.
Satu hal yang perlu dimiliki seorang yang menganut cinta diamdiam adalah keberanian untuk menatap langsung cinta diamdiamnya. Ketika cinta diam-diam kita juga sedang menatap
kita. Entah itu dilakukan tidak sengaja. tapi yang lebih baik
adalah dilakukan dengan sengaja.
Hal itu sengaja dilakukan Reza terhadap Rianti. Reza mencoba
adegan yang sering terjadi di film-film yaitu tabrakan. Katanya
tabrakan yang berakhir dengan saling tatap akan menimbulkan
kontak batin di hati masing-masing. Mendengar Reza
mengatakan itu, aku ingin menabrakan diri ke mobil yang lagi
ngebut dua ratus kilo meter perjam.
Rencana busuk Reza telah tertata sedemikian rupa. Jadi
begini, Reza menerangkan rencananya seperti akan
melakukan jihad ngebom gedung putih.
Gue akan pura-pura keluar ketika Rianti masuk. Otomatis;
brak!! Gue akan menatap dia Belum selesai Reza bercerita
sambil menunjukan ekspresi bahagia yang lebih tepat disebut
ekspresi mesum itu, aku memotongnya.
Dan Elu ditabok sama dia!
Benar, semua itu terjadi dengan awal backsound You and I-nya
Endah and Resha dan berakhir dengan backsound yang acak
kadut yaitu bukan reflek tatapan yang didapat oleh Reza
melainkan reflek tamparan Rianti mendarat tepat ke wajah
Reza. Lantaran saat itu Rianti sedang susah payah masuk
dengan membawa kanvas, cat-cat dan kuasnya.

Tapi bukan cinta namanya jika tamparan saja menjadi alasan


untuk tidak terus mencintai. Dan hanya cinta yang mengartikan
sebuah tamparan adalah bentuk rasa perhatian. Itulah awal
dari berakhirnya cinta diam-diamnya.
Itu tandanya dia perhatian ke Gue.
Dalam hatiku: Tamparan itu tanda kesel, begoooo!!!
Sejak kejadian itu leher Rianti jadi keram jika kebetualan
berpapasan dengan Reza. Pandangannya selalu lurus ke depan.
Dan sejak itu pula Reza tidak masuk ke kelasku karena ingin
segera meluluskan diri.
Satu tahun mendekati Rianti dan lulus bersama Rianti, itu
tujuannya. Dia mulai fokus terhadap pelajaran dan hanya
sekali-kali melihat gadis itu dari jauh. Dan hanya akulah satusatunya jembatan di antara mereka. Bedanya, hanya satu
orang yang ingin menyeberang ke tepi di ujung jembatan. Yang
lain tidak ingin menyeberang ke tepi yang lain.
Tapi ada yang perlu diketahui. Cinta diam-diam Reza kini tahu.
Dan kini judulnya adalah; Cinta saling diam. Itu aku ketahui dua
tahun setelah kami lulus dari SMK yang sama. Tanpa kuketahui
di akhir pengumuman, Reza memberikan sebuah mug untuk
tradisi tukar barang kesayangan dari teman-teman satu kelas.
Reza yang bukan bagian dari kelasku beralasan bahwa dirinya
sudah seperti keluarga sebab hampir saban hari masuk kelas
kami. Cinta memang bisa memutus urat malu. Dan Rianti yang
tidak menyiapkan barang untuk Reza, sebagai gantinya Reza
meminta nomor handphone Rianti.
Selain berbeda waktu antara Reza dan aku tentang cinta diamdiam kami, aku tidak seberani Sahabatku itu. Tidak mempunyai

rencana yang sebaik rencana Reza terhadap Rianti. Aku hanya


lebih berani menyapanya di facebook. Me-retwet tweter-nya,
tentu di twitter bukan di friendster.
Kadang dalam hati seorang yang cinta diam-diam bertanya,
apakah kita akan selalu seperti ini? mencintai tanpa tahu
dicintai. Sampai kapankah ini terjadi dan apa manfaatnya
semua ini? Ketika kita dalam pikiran ini, pikiran lain pun akan
muncul seperti bisikan jahat, seperti kenapa harus
mengungkapkan kalau diam-diam itu lebih menyenangkan,
kalau dia dan semua orang tahu, tentu kita tidak bisa lebih
dekat dengannya. Kita tidak leluasa seperti biasa. Orang-orang
di sekitar kita akan mengoceh banyak hal tentang cinta kita dan
yang lebih sakit jika kita ditolak. Itu yang selalu menghantui
orang yang cinta diam-diam. Kata penolakan adalah akhir dari
sebuah usaha yang selama ini kita coba bangun perlahan dan
runtuh sebelum bangunan itu jadi.
Tapi saat ini yang perlu kulakukan adalah langkah kecil untuk
meyakinkan apa benar cinta diam-diam yang selama ini
kuperhatikan, sama seperti yang ku ketahui. Lebih suka
membaca novel heroik dari pada novel cinta, lebih suka kucing
ketimbang anjing, lebih memilih jogging bersama keluarga
dibanding shoping.
Chating dengannyanya adalah rencana yang selalu terbayang
dan aku mencoba memberanikan diri untuk melanjutkannya.
Berbicara tanpa suara, hanya lewat tulisan berekspresi dengan
rasa. Hanya lewat emoticon yang semangkin lama dipandang
seperti si kuning mengambang. Apa penemu emotion
membayangkan si kuning ketika membuatnya.

10

Dengan itu, aku tahu lebih banyak darinya bahkan Resha


bercerita tentang hal-hal kecil
yang orang lain belum
mengetahui. Ia lebih terlihat terbuka dari siakpnya selama ini.
Ia terasa lebih menerima dari aslinya. Namun seorang cinta
diam-diam tetap ada hal lain yang dipikirkan. Mungkin memang
begitu sifat orang. Akan lebih terbuka pada orang asing dari
orang yang telah dikenal. Itu dikatakan temanku yang
mendalami ilmu phisikologi.
Memang benar, selain Resha belum pernah bertemu denganku
secara langsung, ia juga belum tahu bahwa aku adalah salah
satu dari mahasiswa di kampusnya.
Hal baru yang kutemukan, seorang cinta diam-diam akan lebih
senang menjadi orang lain jika cinta diam - diamnya merasa
membutuhkan dirinya yang lain dibanding dirinya sendiri.
Reza dan Rianti.
Rianti melanjutkan ke perguruan tinggi setelah lulus SMK dan
Reza memilih untuk kerja. Belajar membuatnya sakit kepala.
Sedangkan aku seperti yang sekarang, memilih kuliah keluar
pulau. Aku jadi jauh dari keduanya dan tidak banyak hal yang
kuketahui. Yang biasa kulakukan jika ingin mengetahui kabar
mereka adalah lewat facebook dan twitter. Aku memiliki
hubungan keduanya. Dan sekarang Reza menjadi hal yang lebih
berbeda dari sebelumnya. Mungkin dalam kerjaannya yang
berhubungan dengan listrik, terkena setrum tegangan tinggi
sehingga ia lebih berani untuk menghubungi Rianti lewat sms
dan telephone dibanding dulu hanya lewat rindu.
Mereka saling sms dan menelpon tapi tidak sekalipun bertemu
dan menyatakan hal yang mereka rasa sesungguhnya. Mereka

11

hanya bercerita padaku yang mempunyai cinta diam-diam dan


kini dihadapkan pada cinta mereka yang saling diam.
Reza memang orang yang sangat bodoh dalam hal
mengungkapkan perasaannya. Kalau dulu ia sengaja
menabrakmu di pintu kelas, mungkin esok kau akan ditabrak
dengan mobil bak olehnya. Kulanjutkan kalimatku pada Rianti,
Apa salahnya jika kau terlebih dahulu yang mengungkapkan.
Lagi-lagi Rianti mengeluarkan si kuning yang sedang melipat
bibir. Bau sekali.
Sedangkan Reza masih memihak rasa takutnya. Takut jika
semua nanti tak seperti yang Ia harapkan. Ia ingin tetap seperti
ini. Dalam diam yang menenangkan, dari pada dalam
keterbukaan yang saling diam dan bungkam.
Dengan pernyataan itu, aku kini seperti tukang pos cinta yang
harus mendengarkan kedua orang yang saling diam tentang
cinta. Aku seperti rakit yang bolak-balik ke tepi demi mengirim
perasaan. Bodohnya aku kenapa mau? Hal yang kulakukan
terhadap mereka setelah aku merasa bodoh adalah
mengatakan bahwa Reza menunggu di taman kota pukul lima
sore pada Rianti dan sebaliknya. Pada akhirnya kedua jari
kanan-kiriku menjadi keram lantaran harus membalas pesan
mereka bersamaan.
Tapi aku jadi mengerti cinta diam-diam atau cinta yang saling
diam adalah hal yang perlu ada. Tidak ada yang salah terhadap
keduanya. Yang perlu dimiliki adalah rasa keberanian untuk
sekedar menyapa hai pada seorang cinta diam-diam kita. Dan
mungkin keberanian lebih untuk menanyakan nomor
handphone-nya. Penolakan dan kekecewaan adalah hal yang
memang perlu dipikirkan. Tapi apakah akan tetap diam sampai
12

kita tidak menemukan cinta diam-diam yang lain? Sedangkan


cinta diam-diam kita sudah memiliki cinta yang lebih berani.
Dan apakah dengan diam-diam seseorang tahu apa yang
sedang orang lain pikirkan? Kita tidak akan pernah tahu apa
yang terjadi sebelum kita melakukannya. Lebih baik kecewa
dengan penolakan dari pada kecewa dengan penasaran.
Ibaratkan cinta itu seperti kebelet kentut. Jika dilepaskan
menjadi ribut di sekeliling kita dan apabila kita tahan akan
menjadi penyakit. Kita memegang kendali penuh atas nasib
kentut sialan yang merepotkan itu. Walau setelahnya tak tahu
apa yang kita dapatkan. Mungkin emition senyum langsung dari
wajah cinta diam-diam kita atau malah emotion sikuning yang
melipat bibir.

Untuk Chapuung yang setiap hari terbang mengitari pikiranku

--SEKIAN--

Cimahi, 12 Maret 2014

13

--Kata Kata Berselimut--

Tanpa penjelasan al-kitab pun, aku sangat yakin bahwa surga


itu benar-benar berada di telapak kaki Ibu. Oleh karena itu, aku
selalu ingat apa yang dikatakannya pada siapapun, yang keluar
dari mulut wanita nomor satu dalam hidupku. Mulai dari halhal kecil, misalnya tentang hal yang menjadi tradisi lama
keluarga kami, yaitu larangan keluar rumah ketika azan magrib
berkumandang (kecuali kemasjid), duduk di pintu, makan
dengan suara berisik, makan sambil kentut, atau makan beling
campur kecap. Untuk yang terakhir itu hampir pernah
kusempurnakan. Ketika itu baru pulang dari pertunjukan kuda
lumping. Kata Ibu, dengan tambahan susu akan lebih manis dan
gurih. Langsung saja kuambil pecahan bohlam, kecap dan susu.
melihat itu, beliau menerbangkan centong nasi yang sedang
dipegangnya ke arahku.
Keluargaku adalah keluarga Jawa. Wanita yang melahirkanku
lahir di tanah Jawa. Ketika masih kecil beliau hijrah bersama
ibunya ke ujung barat pulau Sumatera.
Aku selalu ingin tahu tentang wanita pendiam itu. Selalu
kutanyakan hal itu berulang-ulang dan dia selalu
menceritakannya berulang-ulang juga tanpa lewat satu
14

kesanpun. Sedangkan suaminya, Ayahku, juga seorang Jawa


yang kutahu sejak lahir ia sudah di tanah ini.
Dibanding ayah yang selalu menjunjung tinggi adat-istiadat
Jawa namun tidak mencoba untuk diajarkan padaku, Ibuku
yang tidak terlalu mengetahui justeru lebih memperhatikan
hal-hal kecil yang kadang terlihat sepele bahkan aneh. Dulu,
ketika aku masih kecil, menurutku apa yang dikatakan wanita
beranak empat itu adalah hal-hal mitos yang berbau mistis.
Ia pernah mengatakan; Jangan sekali-kali kencing di bawah
pohon, nanti anu-mu bisa bengkak sebesar labu. Setelah itu
aku tidak pernah lagi ngucur di sembarang tempat. Atau yang
lain lagi; Kalau makan mesti dihabiskan kalau tidak nasinya
bersedih, ini dengar, menangiskan? Mungkin karena itu
sekarang aku lebih sering berbincang dengan kucing dibanding
manusia.
Pernah suatu ketika aku pulang di saat azan magrib tengah
berkumandang. Ibuku dengan nada kesalnya setengah
berteriak.
Sebelum magrib harus sudah di rumah, jangan keluyuran, iso
digondol (diculik) kelong wewe! sambil menunjuk-nunjukku
dengan centong nasinya. Bukan kelong wewe yang kutakutkan,
melainkan centong nasi yang berubah fungsi menjadi
bumerang.
Dan sampai sekarang aku tidak pernah tahu kelong wewe itu
bentuknya seperti apa. Dan jenis mamalia atau hewan
pengerat yang mungkin pipis sembarangan kalau lagi tidak
dapat mangsa. Dan anu-nya berubah menjadi labu. Mungkin
karena itu julukan mahluk hidup ternista itu adalah; kelong
wewe.
15

Bagaimanapun caranya, itulah sebuah nasihat yang diberikan


pada Ibuku. Aku sadar itulah sebuah kasih sayang yang
ditunjukan untuk anaknya namun lewat cara yang unik. Hal itu
yang membuatku penasarandan kadang-kadang berimajinasi.
Meski sekarang telah menjadi lelucon bagi masa kecil.
Bagaimana bisa alat kelamin bisa sebesar labu kalau pipis di
pohon? Bagaimana sebuah butiran nasi dapat menangis jika
tidak dihabiskan, dan bagimana ada mahluk yang namanya
kelong wewe. Itu semua adalah kamuflase kasih sayang yang
menakjubkan dan tak sedikitpun kulupakan kata-kata yang
telah menjadi selimut selama hidupku. Selimut kasih sayang.
Ibu juga mengajarkan sebuah filsafat yang dalam hal ini aku
sangat tertarik. Beliau mengajarkanku tentang bahasa nyanyian
burung-burung prenjak yang sering hinggap di halaman rumah.
Katanya, penjrak itu adalah burung pembawa berita, kau bisa
dengar dari suaranya, gerak-geriknya, caranya menatap kita
saat mereka sedang bercicit-cicit ria. Mereka membawa kabar
berita. Kadang keburukan, kadang kebaikan. Jika mereka
berkelompok mencicit-cicit di sebelah kanan rumah, maka akan
ada tamu yang memberi kabar baik. Jika di sebelah kiri rumah
maka ada tamu pemberi kabar tak terduga yang akan datang.
Mereka adalah perantara Tuhan yang memberi berita lewat
alam dan suara.
Selain berbahasa dengan hewan dan alam, Ibu juga
mengajarkan arti sebuah mimpi. Dibanding semua hal yang
pernah ia ceritakan, mimpi adalah hal yang paling menarik.
Mimpi adalah keinginan yang tak tercapai di dunia, kau akan
teringat, terbayang, berkhayal, berhalusinasi dan menjadi
bunga tidur hingga mimpi menjadi hal yang nyata. Mimpi itu

16

memiliki arti yang besar dalam kehidupan nyata. Hargai


mimpimu sekecil apapun itu.
Bak peri mimpi, ia mengartikan banyak hal yang sering
diimpikannya. Aku banyak bertanya tentang itu setiap hari.
Bahkan setiap malam aku selalu berdoa untuk dapat mimpi
yang baik dalam tidur. Sampai benar-benar terobsesi dengan
semua hal yang berbau mimpi.
Dan sang peri mimpi menganggap aku sudah overdosis
imajinasi dalam waktu itu. Sehingga ia datang sebelum aku
masuk ke alam lain dan mengatakan hal tak kuduga
sebelumnya. Bermimpilah pada saat tidur, dan wujudkanlah
saat kau bangun. Esoknya, kuikatkan sarung di leherku dengan
membiarkan bagian sarung yang lain terurai di belakang
punggung, seperti sayap. Aku melompat dari kursi, tempat
tidur, dan pohon, sebab semalam aku bermimpi menjadi
superman.
Banyak hal yang tidak bisa kujelaskan tentang wanita yang
tidak tahu arti I love U. Beliau hanya lulusan sekolah rakyat di
Jawa, jadi hanya bisa membaca huruf latin dan Arab-Melayu
serta dasar-dasar berhitung saja. Itulah kenapa aku percaya
dan sangat yakin bahwa surga memang benar-benar berada di
telapak kaki ibuku.
Hal kecil yang kurasa surga sedikit jauh adalah aku tidak bisa
menikmati nasi goreng terenak di dunia menjadi sarapan
pagiku. Aku tidak mendengar rapalan ceramah setiap
membangunkanku. Aku tidak lagi merasakan bagaimana
sensasi cubitan yang sering mendarat di pahaku dan sakitnya
meluncur ke seluruh tubuhku, dan tak terbayang nikmatnya
makan disuapin olehnya.
17

Harumnya, harum khas seorang tukang kebun bercampur


harum masakan, aku tak bisa lupa oleh harumnya. Dan yang
paling membuat surga kecil itu terasa jauh adalah aku tidak
bisa melihat senyumnya. Senyum yang menjadi kunci surga.
Dan hal-hal besar yang membuatku terasa lebih jauh dari surga,
aku tak mampu memberi perlindungan untuknya. Ia pergi jauh,
meninggalkan kampung halamannya, meninggalkan kenangan,
meninggalkan suami, anak-anaknya, untuk demi satu anak.
Seorang anak yang datang ke alam mimpinya dan
mengisyaratkan bahwa mimpinya memberi tanda tentang
dirinya di masa tua. Memiliki seorang anak yang sesuai dengan
harapannya. Memiliki menantu seperti yang ia dambakan
selama ini. Setelah kegagalan yang telah ia alami dari anakanak sebelumnya.
Di atas kursi yang tiap hari didudukinya, dengan kebaya
kesayangan yang dipakainya, dan dengan wajah lebih keriput
dari terakhir aku berjumpa, wanita pemimpi itu berkisah;
Bahwa diriku akan mendapati jalan yang baik. Dalam mimpinya
ia mengajarkanku naik sepeda dengan cara memegangi sadel.
Dan hanya hitungan detik saja aku sudah bisa mengendalikan
sepedaku sendiri. Dengan raut sederhana beliau berkata; Kau
tahu itu artinya apa?
Aku menggelengkan kepala. Tak lama ia menjelaskan.
Kau akan tahu apa tujuanmu.
Seharusnya ia sudah tahu dan aku tak lagi mahfum tentang
bunga tidur itu. Sudah berulang kali sejak aku keluar dari SMP
dengan berbagai prestasi.

18

Demi mimpinya itu, ibu melakukan hal yang berbeda untukku


dibanding anak-anaknya yang lain. Baginya, aku adalah telur
emas yang akan menetas dan nantinya akan menjadi anak
ayam berbulu emas pula. Namun bagiku itu adalah beban.
Beban yang tak tertahan. Apa bedanya aku dengan saudaraku
yang lain? Hanya saja aku belajar dari kata-katanya yang
selama ini menjadi selimutku. Hal yang paling kusakralkan,
malah menjadi bumerang untukku.
Tapi sejak kepergian Ayah, beliau lebih pendiam dari
sebelumnya. Dulu ibarat es krim yang dingin, manis, lembut
dan menyegarkan. Kini ia berubah menjadi balok es yang
berdiri seperti tembok. Mungkin lantaran lelahnya mengurusi
Ayah yang sudah lama sakit, dan akhirnya pergi tanpa
meninggalkan apapun. Meski segala ucapannya telah kurekam,
namun aku masih tak bisa mengerti apa yang ia inginkan
terhadapku.
Suatu pagi, setelah meletakan tehnya di atas meja, ia kembali
menuntut hal yang tidak kuduga.
Sudah, tunggu apa lagi, cepatlah kau cari pendampingmu,
lekas punya anak. Aku sudah ingin menimang cucu. Aku
berpaling sebentar, lalu kembali menyetrika kemeja milikku.
Ibu kembali melanjutkan; Biar ada yang mengurusimu,
menyiapkan pakaian, menyiapkan sarapan.
Menikahi seorang wanita kan bukan hanya untuk memasak
atau mencuci pakaian atau menyetrika, Bu. Lagi pula aku sudah
terbiasa dengan pekerjaan remeh-temeh seperti ini bantahku
sambil meneruskan pekerjaanku. Dan aku lebih suka nasi
goreng buatan Ibu dari pada buatan orang lain. Ibu meminta
cucu? bukankah sudah berjejer dari Kakak dan Abang?
19

Ibu berdiri. Wajah datarnya berubah, Kau ini lelaki sudah


hampir kepala tiga dan masih sendiri... lalu dilanjutkan
dengan nama-nama temanku yang sudah beranak. Dari
temanku Si Maryam yang punya anak kembar dua dan tentang
Si Dammar yang hendak kawin lagi.
Bukankah kau tahu, Kakak dan Abangmu di hari besar seperti
ini saja tak berniat mengunjungiku. Ibu berjalan ke pintu
depan. Melihat sekeliling taman rumah. Aku cepat-cepat
menghampirinya, memegang erat punggungnya yang
semangkin ringkih. Seperti sebuah hubungan batin, aku bisa
merasakan apa yang sedang ia rasakan. Alam serasa sepi. Tidak
ada lagi dedaunan berterbangan yang dapatku tangkap seperti
dulu, tak ada lagi prenjak hutan yang mampir bergoyanggoyang pinggul sambil bercicit-cicit ria, dan tidak ada lagi angin
sepoi yang mendawaikan nyanyian peri-peri sungai.

--

Aku sangat menyayanginya. Untuk itu, demi mewujudkan


mimpinya aku berusaha menjadi apa yang dia inginkan. Tapi itu
juga yang sangat tidak aku harapkan. Pergi jauh dari tanah
kelahiranku, menjejaki tanah kelahirannya. Tapi entah
mengapa ia tidak menakutkan suatu hal. Mungkin saja aku
akan menjadi durhaka atau melenceng dari rencana.
Apapun yang kulakukan tidak bisa beliau lihat. Entah kenapa ia
sangat percaya padaku hanya karena mimpinya yang kini,
semangkin bertambah umurku, hanyalah mimpi di siang bolong
yang tidak mengandung arti.

20

Aku yang telah banyak menelan teori-teori pendidikan


semangkin meragukan kalau alam dan hewan berbahasa.
Bagiku mereka hanyalah sebuah hiasan kehidupan bagi
manusia. Mereka hanya hidup untuk makan. Semua itu,
ucapan-ucapan itu kini berubah menjadi dedaunan rimbun
yang berguguran seiring datangnya musim gugur. Akan menjadi
daun kering dan busuk bersama tanah.
Meski begitu aku tidak serta merta mengatakan hal itu
kepadanya. Sering kali lewat telpon aku terus mengiyakan apa
yang ia katakan tentang kampung yang sudah lama tak kuinjak.
Tentang mimpi-mimpi yang semakin hari semakin aneh dan
tidak penting. Tentang firasat-firasat di awang-awang. Sampai
pada titik kebosananku. Aku tidak lagi menghiraukan apa yang
dikatakannya tentang hal-hal itu kecuali sebuah nasihat-nasihat
ibu kepada anaknya.
Menghubunginya untuk hal seperlunya saja. Namun seperti
sebuah firasat ia juga tak lagi menghubungiku dan begitu
sebaliknya yang aku lakukan padanya. Dan itu bukan sesuatu
yang penting bagiku untuk sebuah komunikasi. Yang utama
adalah kesehatanya.
Namun tidak ketika setelah burung-burung tetangga sebelah
berkicau-kicau bak prenjak kampung. Tidak pula setelah sebuah
foto jatuh dengan tiba-tiba dan pecah berantakan. Tidak
dengan pecahan kaca yang melukai tanganku dan darah yang
mengucur seperti air mata. Dan tidak setelah mimpiku melihat
seorang wanita yang sangat kukenal tidak lagi diselimuti oleh
sebuah selimut indah melainkan diselimuti dedaunan kering.
Aku melihat kenyamanan di wajahnya. Dan tanpa kusadar
dalam mimpi itu, selimut yang selama ini menjadi selimutnya

21

terpasang di tubuhku tanpa bisa kulepaskan. Dan ketakutanku


adalah ketika setelah melihat gumpalan awan hitam yang
berputar-putar di atasku. Sampai pada akhirnya aku menyadari
itu adalah sebuah firasat yang selama ini telah kulupakan. Yang
dulu telah menjadi kata-kata bak selimut. Dan pada akhirnya,
segalanya kuketahui. Ibuku tertidur dan tidak akan bangun
untuk selamanya. Ingin sekali rasanya tidur bersamanya.
Bersama selimut kasih sayang yang telah ia berikan selama ini
padaku.
--SEKIAN-Untuk ibu yang selalu berfirasat terhadap anaknya

Cimahi 20 Maret 2014

22

--Cinta Bang Nul--

Pernahkah kawan mendengar ungkapan pepatah lama; Gajah


dipelupuk mata tidak terlihat, semut disebrang lautan terlihat
jelas ? jangan salahkan gajah kenapa ia berada dipelupuk mata.
Atau juga, jangan salahkan semut kenapa tidak mau
menyebrang lautan, mungkin ia tidak bisa berenang. Mungkin
pembuat pepatah lebih suka gajah dari pada semut; kalau gajah
bisa memberi gading yang berharga, Kenapa harus semut yang
tahunya hanya mencari manis gula. Seperti bang nul yang
hanya mencari manis cinta, tidak yang lain. Hanya cinta.
cinta itu tidak harus memiliki bang ! tanggap Mursalin yang
lagaknya bak motivator cinta, setelah mendengar keluh kesa
bang null yang tidak kunjung dapat pandagan dari Retno;
perawan dari kampung, tukang masak warteg haji salam.
kau itu berbicara seperti kentut saja, asal keluar
lubang mulut dan dubur tak ada bedanyalah bang untuk orang
miskin seperti kita ini. tak ada arti, dan tak adapula yang mau
dengar ! Mursalin menyeka peluh beda pula jika yang
mengucapkan politisi atau manusia sejenisnya
tak perlulah cakapmu itu.. sudah ku telan manis asam garam
dengan urusan seperti ini ! ujar bang nul.
lantas kenapa abang macam anak smp ? bang nul bergeming.
Raut wajahnya berjuta tanda tanya.
Aku maklum dengan keadaan ini. hampir saban sore ku lewati
dengan mereka berdua. Menyiapkan beberapa kursi di
lapangan alun alun kota, mendirikan tenda terpal kuning,

23

kadang biru. Untuk membuka caf pinggir jalan milik buk Euwis
yang buka dari pukul empat soreh hingga tengah malam.
Selain Retno ada pula yanti tukang cuci; anak perawan yang
rajinya setengah mati, ada pula Minah; janda beranak tiga yang
punya pabrik kerupuk kulit, Neneng pelayan caf di sebarang
jalan. Itu selalu menjadi bahasan mereka berdua, selepas
menyelesaikan pekerjaan, kadang bertiga termasuk aku.
Namun itu ku lakukan ketika aku sedang tidak waras.
Sayangnya aku selalu waras.
Siapa pula yang mau masuk dalam aliran sesat pengejar wanita,
tak tahu diri seperti mereka. Mursalin anak kemarin sore yang
kencing saja belum lurus, sekolah tak becus, makannya rakus.
Sudah berani beraninya menggoda gadis; pelayan caf
sebarang jalan yang umurnya lebih tua lima tahun darinya.
yang lebih memuakan adalah ia melakukan aksinya dengan
perantara nama ku.
Sudahlah tinggalkan Mursalin dan jangan cari tahu siapa
namaku. Tidak ada manfaatnya sama seperti ketika
menanyakan ku siapa nama bang nul yang sebenarnya; seperti
Ebit G ade yang bertanya pada rumput yang bergoyang. Bahkan
semut semut yang berjejer di atas meja yang mencuri manis
kopi bang nul pun tak pernah ingin tahu siapa nama bang nul
sebenarnya. Kutu kutu yang beranak pinak di rambut bang
nul tidak akan pernah bisa di tanya, siapa sebenarnya bang nul.
Sebab mereka tidak mengerti bahasa manusia. Mereka kutu.
Hanya bang nul dan Tuhanlah yang tahu.
Orang orang di sekitarpun tidak peduli siapa nama asli bang
nul. Kata mereka; teman teman bang nul, bang nul selalu
berujar jika di tanya siapa namanya yang sebenarnya. Katanya
24

apalah arti dari sebuah nama, jika nama itu sendiri tidak
memiliki arti mendegar itu tiba tiba batuk ku berdahak kursi.
Suatu ketika pernah aku bertanya, sebab penasaran. Kepada
buk Euwis, tanpa bang nul ketahui siapa nama panjang bang
nul buk ? ibu angkat ku menggeleng. tidakkah pernah ibu
tanyakan pada bang nul ? ibu angkat tidak peduli apa dia
punya KTP buk ?. sudahlah tidak penting, itu sama saja
seperti ibu memanggil kamu dengan put, sedangkan nama mu
sebenarnya putri. Kalau memang benar seperti itu kenapa
tidak ada awal atau akhir dari nama yang hanya tiga huruf itu
nul. Mungkin sukarnul, nulyaman atau nul nul yang lainnya.
Namun tetap saja seperti harta karun tanpa peta; tak pernah
diketemukan olehku siapa nama bang nul sesungguhnya.
Mungkin memang benar bang nul adalah penganut ajaran
wiliam shakerpear yang menganggap nama bukan segalanya
dan segalanya tidak membutuhkan nama. Padahal sebagian
orang di lain tempat membuktikan sebuah namalah tanda
sebuah kasih sayang terhadap diri mereka sendiri.
-Bang nul, lelaki jangkung berwajah oriental, berambut lurus,
berkulit kuning langsat itu sebenarnya tanpan rupawan. Jika
kawan pernah menonton FTV yang berjudul cinta ku ditabrak
becak sudah di pastikan bang nul-lah yang menjadi pemeran
pria utamanya. Jika di sejajarkan berasama artis ia mirip stepen
chau. Bedanya stepen chau ini jarang mandi dan makan.
Di banding nasib fisiknya yang baik, nasib hidupnya kurang
begitu baik. Bang nul bukan seorang pedagang, tidak punya
uang di bank, apa lagi pulang pergi naik pesawat terbang, dia

25

hanyalah seorang tukang becak barang yang pergi pagi pulang


petang demi recehan uang.
Pernah sekali bu euwis berkisah riwayat lelaki perantau yang
gagal itu. Tetang keluarganya, adik abangnya, dan orang tuanya
yang berasal dari keluarga yang berada di salah satu kota besar
nan mega. Sudahlah jangan ditanyakan tetang seberapa berada
keluarganya,nanti kawan bisa iri. Tapi yang perlu kawan tahu
adalah satu hal dari kisahnya yang ku tangkap. ia; bang nul
terkena kutuk, bukan di kutuk. Mungkin orang tuanya
menyerahkan bang nul pada yang maha kuasa. Tak sanggup lagi
orang tuanya mengatur anak lelakinya itu. Doa sudah terucap.
Ketika adik dan abang abangnya pergi kesekolah untuk
belajar, bang nul pergi kesekolah untuk menggoda gadis - gaids
bersama teman temannya. Ketika pada malam hari adik dan
abang abangnya pergi mengaji ke surau, bang nul pergi ke
pup mabuk - mabukan. Bang nul bukan tidak mendengar apa
yang dinasehati padanya melainkan otaknya sudah tertutup
oleh kebiasaan buruknya. Ia sudah terlanjur terjerumus dalam
lingkaran modernisasi yang keblinger. Yang menganut ajaran;
bahwa hidup itu hanya sekali, dan tidak akan terulang lagi.
Tapi dia tidak mengerti bahwa seseorang nantinya tidak akan
lagi bersama orang orang yang ia anggap baik dan benar.
Sampai pada waktu orang orang itu, yaitu teman - temannya
mengerti hidup yang sebenarnya dan memutuskan untuk tidak
bersama sama lagi. Disitulah keadaan bang nul bertambah
kacau, perubahan langkah teman temannya ke jalan yang
benar bukan malah menyadarkan dirinya tapi malah
membuatnya semangkin berhasrat bermaksiat. Ia lantas
bergabung pada penjahat kelas teri hingga kelas kakap.

26

Mencuri, merampok, keluar masuk panti pijat menjadi


makanannya. Hingga hampir semua rekannya terjeblos
dipenjara, saat itulah awal mula hati kecilnya melawan keadaan
yang selama hidup ia jalani. Ia berhenti dari dunia kotor dan
memulainya dengan dunia yang baru. Ia memilih untuk
berlayar.
Bang nul yang tak paham dengan tata surat menyurat dan
lain halnya kena tipu. Mungkin karma berkalu; tukang tipu
ditipu. Bang nul tidak tahu bahwasannya kapal yang menjadi
harapan barunya adalah kapal illegal. Ini seperti keluar dari
kandang macan masuk ke kandang singa. Tak lama kapal itu
ditangkap di perbatasan laut singapura. Lantaran memasukan
barang illegal. Dan bang nul masuk hotel priodeo. Penjara
membuatnya semangkin seperti besi.
--

jadi masih bang mengejar mbak Retno ? mursalin memancing


bang nul yang sedang berkaca.
jelaslah lin, tidak akan abang lepaskan dek Retno
terus mau di kemanain itu, Mbak yati, sama siapa satu lagi
bang ? mursalin mencoba mengingat.
Minah maksud kau ?
ya mbak Minah. Cocokkan janda ketemu duda mursalin
mengangguk mantap. Bang nul menyisir klimis rambutnya.
Bang nul adalah duda beranak dua. Ditinggal istrinya, sebab
penyakit kanker yang menyerang wanita tidak beruntung itu.

27

Tapi, mungkin alam barjah lebih aman dari pada hidup dengan
lelaki temperamental dan ringan tangan itu.
Setelah mendekam satu tahun dipenjara bang nul memilih
merantau jauh dari tanah kelahirannya. Di kota kecil ku, dan
menikah lantaran kepergok orang kampung. Memiliki dua anak
perempuan yang cantik cantik. Satu masih kelas tiga SD dan
yang satu lagi baru umur tiga tahun. Sekarang anak paling
kecilnya diantarkannya pada adiknya yang tak kuncung punya
anak. Neneknya; ibu dari bang nul menerima dengan sangat
senang. Tapi tidak untuk menerima bapak anak itu. Sedangkan
si sulung memilih tinggal bersama mertua bang nul.
Meski seperti itu bang nul sangat sayang pada kedua anaknya,
ia berusaha sebisa mungkin untuk memberi yang terbaik untuk
anaknya. Meski kadang dengan cara yang salah. Sesekali ia
menghubungi anak anaknya memalalui telepon untuk
menanyakan kabar, dan ingin meminta apa dari dirinya.
Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa bang nul sangat
membutuhkan pendamping. Di balik ia membutuhkan seorang
yang mengurusnya ia juga membutuhkan ibu untuk mengurus
anak anaknya. Tapi aku tidak yakin. Itu hanya sebuah alasan
klasik.
kalau ada daun yang tidak dimakan ulat, kenapa memetik
yang sudah bolong di makan ulat bang nul berujar.
Daftar nama nama itu hanya sebagian saja. Sebelumnya
banyak nama yang dipatenkan di dalam hati bang nul tapi tidak
ada satupun yang mau menerimanya. Berbagai bentuk
tindakan yang telah bang nul lakukan untuk menunjukan rasa
cintanya kepada wanita yang ingin dipersuntingnya semuanya
gagal dengan dramatis, membuat hati bang nul dilematis.
28

Bahkan sebelum diungkapkan, hanya melihat dari tampang dan


becak motor; benda berharga milik bang nul satu satunya,
bang nul sudah di tolak.
Meminta saran pada ustad bang nul di suruh sholat. Jangankan
sholat, azan saja tidak pernah bang nul gubris. Satu satunya
jalan yang sejalan yang bang nul tempuh adalah dukun. Ia
pernah ke dukun, bahkan berulang ulang demi peruntungan
cintanya, hanya lantaran mendengarkan ocehan mursalin cinta
di tolak dukun bertinak. Namun bukannya untung malah
buntung. Siasat busuk dan culas alah setan itu tak mempan
merengkuh hati para wanita incarannya. Dari air bacaan, jimat
tulisan, sampai ritual aneh semuanya kandas.
Tidak banyak memang yang bisa di lakukan bang nul untuk
mewujudkan keinginannya memiliki lagi kepercayaan atas
orang orang yang telah memandangnya sebelah mata
termasuk aku. Diumurnya yang ku rasa sudah mencapai umur
kepala tiga, tidak memiliki pekerjaan yang tetap, dan kebiasaan
lamanya yang tak kunjung pudar semangkin membuatnya
terasingi dan di khianati oleh kehidupan. Apa lagi berhadapan
dengan kata yang namanya cinta, rasa gatal yang tidak dapat di
garuk di dalam hatinya menimbulkan kegelisahan tersendiri
terhadap dirinya. Bahkan bisa membuatnya menjadi bukan
dirinya sendiri lagi. Menjadi membabi buta.
Membabi buta, bahkan orang orang yang tak masuk dalam
daftar dan seharusnya tidakpun menjadi bagian dari urusan
hatinya yang pelikpun menjadi pelampiasan sasaran.
Setelah kepulangan bang nul dari rumah Minah janda pemilik
pabrik kerupuk kulit. Kejadiannya setelah bang nul di tolak
habis habisan Retno, perawan kampung, tukang masak
29

warteg haji salam. Bang nul seperti seorang mayat hidup yang
berjalan. Matanya memandang tapi tak melihat, hampa,
kosong.
Aku menyangka bang nul sedang kelaparan dan singgah di
rumah buk euwis untuk makan, seperti yang dia lakukan setiap
harinya. Tanpa basa basi ku buatkan makanan untuknya yang
sedang duduk diam di depan TV.
Ku letakan dihadapannya segelas teh hangat dan sepiring nasi
goreng ala kadarnya. Lalu langsung duduk diruangan yang
sama. Namun bang nul masih diam, aku melihat TV-lah yang
sedang menontonnya. Merasakan keadaan aneh aku
berinisiatif mengambil remote TV dan merubah chanelnya.
Beberapa menit berselang FTV yang sedang diputar itu
berdialokan pepatah antara gajah dan semut. Seketika itu
pandangan bang nul mengarah ke TV, mendengar FTV, seperti
ada tanya di wajahnya.
tahukah kau arti dari kata kata tadi put ?
yang mana ? aku pura pura tidak peduli, sebab seorang
perayu seperti bang nul tak mungkinlah tidak paham dengan
pepatah lama seperti itu.
gajah di mata, semut disebrang jelas bang nul.
Aku menjelaskan seperti apa yang ada didalam cerita FTV.
Tentang cinta seorang wanita terhadap sahabatnya yang sibuk
mencari cinta. Padahal cinta yang sebenar benarnya lelaki itu
dapatkan ada di dekatnya, dipelupuk matanya yang selama ini
tidak terlihat, sebab sang lelaki sibuk mencari cinta yang lain,
yang jauh.

30

Seusai penjelasan itu aku beranjak dari dudukku pergi kekamar


dan tidur. Tak di sangka esok paginya bang nul menemui ku dan
mengatakan tentang pepatah gajah dan semut di malam
sebelumnya. Sesungguhnya aku tidak mengerti apa yang
dikatakannya tentang panjang lebar soal masalah perasaan
yang ia hadapi. Dan aku juga tidak paham antara hubunganku
yang selalu membuatkan makanan untuknya dengan pepatah
kuno itu. Namun ada satu yang ku tangkap dari beberapa hal
yang keluar dari mulut lelaki pencari cinta itu, yaitu salah
paham. Ia salah paham terhadap pepatah lama yang tak ada
hubungannya dengan cinta itu dan apa lagi hubungan antara
dirinya dan diriku. Sejauh aku mengenalnya tak ada satu dua
patah apapun untuk mencoba menaruh perasaan diatas
pekerjaan.
Sejak saat itu aku memilih untuk pergi. Diumurku yang belum
genap kepala dua waktu itu tak penting bagiku untuk
memikirkan hal hal aneh. Apa lagi berhuungan dengan bang
nul. Lebih baik melanjutkan pendidikanku yang sebelumnya
tertunda dari jadwal yang telah ku rencanakan. Dan tak
kembali sebelum aku benar benar tidak mengingat kejadian
pagi itu.
-Soreh seperti ini yang selalu aku rindukan dari sejak saat itu.
Omelan mursalin, repelan ibu angkat pada mursalin yang selalu
mengomel dan mainan - mainan anak anak di alun alun
kota. Ku perhatikan setiap detik aktifitas yang setahun lamanya
ku lewati disini. Tidak banyak perubahan yang terjadi. Dan
semenjak pagi itu semuanya berlalu begitu saja, dan berganti
menjadi sesuatu yang baru yaitu kuliah.

31

Namun ada satu aktifitas yang berubah, dan ada satu hal yang
kurasa hilang yaitu obrolan ajaran pengejar cinta, pembahasan
sekte tanpa nama; bang nul. Ada rasa ingin tahu yang timbul
tentang bang nul. Ingin menanyakan berat rasanya, meski tak
ada satupun dari orang di sekitar ku tahu apa yang sebenarnya
yang terjadi pagi itu.
dua entah tiga bulan kau pergi bang nul juga pergi jawab
mursalin.
kemana ?
kalau aku tahu ku kejar dia. Dasar sial, belumpun dia lunasi
hutangnya sudah pergi saja umpat mursalin.
setahu ibu dia pamitan pulang ke rumahnya. Tapi ada kabar
lain dia masuk bui ibu angkat menambahi.
kenapa kau tiba tiba ingin tahu soal bang nul ?
Ku kira mursalin merasa aneh, aku menanyakan bang nul.
Namun ada hal yang lebih membuatku ingin tahu dari sekedar
kabar bang nul. Yaitu apakah bang nul sudah mengetahui arti
dari pepatah lama itu; tentang gajah di pelupuk mata dan
semut di sebrang lautan. Ku harap dia tahu dan dia mengerti
sesungguhnya, sebenar benarnya apa yang ia cari dari
pencarian cinta yang selalu kandas. Bahwa cinta yang
sebenarnya adalah mencintai diri sendiri. Dia tidak melihat
gajah yang berharga, terus sibuk mencari semut yang mencari
manis gula.
Bukan salah semut karena tidak bisa berenang dan selalu
mencari manis gula, atau gajah yang lebih berharga gadingnya.
Tapi tentang bagaimana cara memandang, dengan mata
telanjangkah atau dengan hati. Ku harap bang nul pulang
32

dengan mengerti apa arti dari kata kata yang di ciptakan atas
dasar perjuagan hidup, pengalaman hidup dan kerasnya buah
pemikiran seorang sastrawan. Dibayar dengan penghinaan
demi Wiliam shakerpear untuk mengatakan apalah arti sebuah
nama. Direlakan penglihatan galillio untuk menciptakan
teropong demi melihat lebih dekat bintang. Diperlukan cinta
pada diri sendiri untuk mencintai orang lain.

Untuk bang Nul yang mencari Cintanya

Cimahi 27 Mei 2014

33

--Surat Untuk Capung-Ada yang harus ku ceritakan padamu. Di desaku yang jauh
terpencil disana memiliki kisah tentang capung yang mencari
jernihnya mata air. Sebuah dongeng klasik yang tak banyak
diketahui orang. Mungkin hanya orang kampungku saja yang
tahu sebab dongeng itu tersebar dari mulut orang tua yang
mereka dapat dari orang tua mereka, hingga ke telinga anak
anak yang nantinyapun akan di ceritakan pada anak anak
mereka. Seperti itu, turun temurun.
Karena dongenng itu orang kampung ku percaya bahwa capung
adalah lambang kejernian dan kesucian air sungai yang telah
menjadi sumber penghidupan kami. Karena itu jika di pagi buta
berembun tak lagi terlihat kawanan odanata kedinginan di
pucuk pucuk daun padi dan ilalang, tidak lagi melihat sibar
sibar menari nari di lapangan jika soreh hari, itu alamat
bahwa kami akan membuat saringan air yang tersusun dari
kerikil pasir dan sabut ijuk.
Meski orang orang berpendidikan sana menamai mereka
dengan Subordo Anisoptera namun orang kampung ku
mengenal mereka dengan nama kinjeng. Di kampung ku
mereka tinggal dimana mana; di hutan, kebun, sawah, sungai
bahkan di halaman rumah. Namun satu yang tidak pernah bisa
mereka para capung tinggalkan yaitu sebuah mata air.
Dongeng masa kecil yang terus menerus di ulang sebelum
beranjak ke alam lain itu selalu terngiang di telinga ku. Meski
sekarang dongeng itu telah berubah menjadi sebuah mitos.
Sudah tak lagi terdengar di rumah rumah penduduk kampung
34

ku, tak lagi jadi sebuah penantian pada saat matahari beranjak
turun, tidak ada lagi tarian capung senja. Yang banyak di
ketahui adalah capung besi yang acap kali terbang melintasi
kampung ku dan anak anak kampung yang kampungan malah
meminta dijatuhkan uang.
Dan hal yang telah lama hilang itu ku temukan didirimu.

--

Malam itu adalah malam pertama aku mengenal mu. Ketika


kau lentikan jemari mu. Dibanding jemari ku yang hanya bisa
untuk ngupil, jemari mu di atas udara menuliskan huruf demi
huruf yang membentuk sebuah alamat email. Bak berkas
cahaya yang meninggalkan jejak jejak jemari itu terbentuk
sebuah nickname yang tak asing di telingah ku yaitu capung.
Bertukar alamat email memang satu satunya cara untuk
saling tetap memiliki komunikasi setelah berakhirnya
perkumpulan antar pelajar malam itu. Walau yang sebenarnya
yang ingin tetap memiliki komunikasi pada mu adalah Novan;
teman ku yang selalu bercerita tentang mu. Selalu, sejak
pertama kali ia melihat mu di ruang technical meeting yang
menjadi pertemuan pertama.
Novan membodoh bodohi ku yang tak melirik mu padahal
waktu itu kau duduk tepat di sebelah ku. Dan pada malam
penutupan acara setelah dua minggu kita jalani. Dengan cara
memaksa, novan menarik narik ku bersamanya untuk
mengetahui lebih tentang mu. Saat itu aku memilih untuk tetap
di belakang novan mendengarkan ocehannya dan
35

memperhatikan jawabannmu. Saat itu pipi mu memerah,


tertunduk malu, namun biasan cahaya dari ruangan yang
terpantul dari mata mu menutupinya. Aku masih ingat nada
suara mu yang memberi tekanan pada huruf C dengan cara
mengeja yang tidak biasa itu aku dengan mudah mengingatnya.
Aku juga masih ingat waktu itu kau memakai serba merah
muda persis sama seperti malam ini.
apa kabar ? tanya mu pada ku. Ku kira aku yang harus
menyanyakan itu pada mu. Lama tak ku dengar kabar mu
semenjak status facebook kita berubah menjadi single.
baik.. kamu ? dan seharusnya aku tidak menanyakan hal yang
sama pada mu. Tentu saja kau lebih baik semenjak tak lagi ku
hubungi dengan posesif dan egois. Seharusnya aku tahu sejak
saat itu kau mengepakan sayap untuk mencari sesuatu yang
baru.
ada banyak hal yang ingin ku ceritakan pada mu.. senyum mu
mengambang mata mu seakan memendam banyak kisah yang
tersimpan. Meski aku tahu selanjutnya adalah sebuah cerita
yang akan panjang dan jika kau sudah lelah kau akan diam
hinggga malam menjadi terang. Secangkir mocha mendarat di
hadapan mu dan secangkir espresso menancap di depan ku
membubarkan lamunan singkat mu dan kau segera
membetulkan gaun mu.
Untuk sebuah janji reuni kecil kau berdandan terlalu berlebihan
dibanding aku yang datang dengan ala kadarnya seorang yang
baru mempunyai embel embel sarjana yang sibuk mencari
kerja. Ingin sebenarnya aku segera pergi dari tempat mewah ini
dan mengajak mu duduk di alun alun kota memperhatikan
anak anak yang sedang mandi bola riang. Tapi kau
36

mengabaikan dengan alasan capung tidak terbang di malam


hari.
kau masih ingat malam ini sama persis saat terakhir kita
bertemu kau berujar setelah menyeruput mocha tepat
tanggal dan bulan yang sama hanya berbeda tahun
Tentu saja aku ingat sebab kau memaksa ku untuk
mengingatnya. Selain keahlian mu berbahasa dengan kawanan
capung kau juga ahli sejara. Kau mengingat semua tanggal;
kapan pertama kita pertama jadian, tanggal pertama kita
bertemu, hari dan tanggal aku pergi dan tanggal tanggal yang
lain. Namun yang ingin ku tahu apakah kau ingat tanggal
terakhir kita berbicara ?.
Aku akan mulai dari hari pertama kita jadian.
Setelah malam itu dengan bermodalkan sebuah alamat email
yang kau berikan pada novan aku mencari mu di dunia maya.
Dari email hingga facebook. Tidak sulit menemukanmu dengan
alamat email unik itu. Tak kusangka nama facebook mu juga
berembel embelkan capung di ujungnya.
Aku bertanya padamu tentang nama yang selalu kau pakai di
dunia maya. Penasaran adalah awal yang melatarbelakangi ku
selalu melihat wall mu. Mulai dari nama, pics kau
menggunakan capung. Semoga kau masih ingat pertama kali
aku mengirim pesan padamu tentang kesukaan mu pada
seekor capung. dan kau mulai berkisah tentang dongeng yang
lama tak pernah ku dengar lagi. Tentang pencarian capung
terhadap mata air, tentang tarian capung di senja hari, tentang
serangga bersayap itu yang menyambar nyambar air dengan
ekornya untuk menaruh telur telurnya.

37

Kau juga mengaku mendapatkan dongeng itu ketika hendak


beranjak tidur dari ibumu. Dan kau mengatakan pada ku
dengan cara menuliskannya di nama mu, mungkin suatu saat
akan ada cerita itu lagi yang terdengar di telingah mu saat akan
merambah kealam mimpi. Dan masih ingatkah kau ketika ku
ceritakan hal yang sama pada mu kau tidak percaya.
Mulai saat itulah aku memiliki hubungan dengan mu. Dengan
perantara dongeng yang kadang ku kira tak jelas asal usulnya
namun membuat kita semangkin dekat. Lama semangkin lama
kita tak membahas itu, kita menciptakan dongeng dongeng
yang lain. Dari kunang kunang hingga kupu kupu.
Bak metamorphosis rasa penasaran ku berubah menjadi rasa
kagum, dan rasa kagum menjadi rasa cinta dan ingin memiliki.
Dan tak lama setelah itu aku mengatakan tentang hal yang
belum pernah ku katakana pada orang lain. Cukuplah sebuah
pesan senyum yang kau berikan untuk mewakili sebuah
perasaan yang sama.
--

sejak terakhir saat dibandara dulu aku menunggu sekali


moment moment seperti ini.. kau diam beberapa detik,
sambil menatap pemandangan kota. Dari atas bukit seperti ini
lampu lampu itu terlihat seperti bintang gemintang. kau
meminum kopi mu dan aku menikmati mocha angin malam
yang berhembus dingin memaksa ku untuk berkata.
ku kira kau sudah lupa pada ku
tidak mungkin aku lupa. Aku mengingat mu di sini kau
meletakan tanganmu didada.
38

tapi waktu itu kan kau mengatakan pada ku


kau masih ingat dongen capung ? kau memotong membuat
ku gugup.
em.. eh.. tentu saja. Aku menulis beberapa hal tentang
capung
hah.. kau sekarang menuliskau penulis ?
hanya untuk diriku sendiri
kenapa kau tidak memberi tahu ku !?
aku takut mengganggu mu
hah !?
Kau menyatukan kedua alis mu. Itu ekspresi berlebihan jika ku
ingat kau yang memulainya dan kau yang memintanya pada ku
dulu.
Bukankah sebelumnya telah ku beri tahu pada mu prihal
tentang rencana ku untuk meneruskan pendidikan jauh dari
kota yang sebelumnya tak pernah ku kunjungi. Dan kau mengiyakan itu dengan gembiranya tanpa ada sesuatu yang
mengganjal. Bahkan kau mengatakan padaku tentang jarak
yang kini tak berarti lagi. Kau bisa menelpon, internet, video
call dan sebagainya. Namun lama kelamaan kau berubah
seperti orang yang tak pernah ku kenal sebelumnya. Aku tidak
tahu kau memiliki masalah, aku terlepas emosi dalam kesepian
ku terhadap dirimu yang menghindar, bahkan terhadap
dongeng dongen yang pernah kita buat.
Bak capung yang kehilangan mata air yang jernih, kau
menghilang.

39

Saat itu aku mencoba menghubungi mu bahkan teman teman


mu dan hanya jawaban tidak tahu, tidak ada yang ku dapati.
Setelah sekian bulan aku sama sekali tak mendengar kabar mu.
Aku memutuskan untuk pulang.
Aku menghubungi kakak mu karena kau tak pernah
mengangkat dan membalas pesan ku. Dan masih ingatkah kau
setelah itu kau mengirim pesan bahwa kau memiliki yang lain.
Aku tersenyum sakit, sakit sekali saat itu, mendengar berbagai
alasan yang kau lontarkan. Tentang keegoisan ku, posesif ku,
tentang berbagai hal yang seharunya menjadi wajar selama kita
saling mengerti tetapi menjadi tidak saat itu. Dan itu semua kau
sampaikan lewat pesan tanpa tatap muka. Namun satu hal
yang masih ku ingat ucapanmu bahwa kini aku tak lagi sejernih
dulu jika ingin tetap di hinggapi capung maka jernihkanlah
yang telah keruh itu.
-Dari panggung minimalis piano berdenting selanjutnya petikan
gitar akustik dan diiringi desahan cello, dan disambut dengan
vocal popjazz hingga selanjutnya bas dan teman temannya
menyusul. sungguh menarik telinga, hingga tatapanmu
berpaling pada mereka yang mengeluarkan jiwanya melalui
suara. Meski sebentar rasanya kau terlihat puas dengan nada
nada yang mengalun itu. dan kau kembali memalingkan
pandangan mu pada ku, mata dan senyum mu memberi
isyarat. Lima menit lagu yang mengalun tadi adalah lagu
kebersatuan kita.
Dulu kita sering manyanyikannya. Kau memainkan gitar mu dan
aku mengumandangakan puisi ku lalu kita berdua terhanyut
oleh lirik dan nada nada hingga waktu terasa cepat berlalu.
40

Mata mu masih seperti dulu, coklat bulat berkaca bak topaz.


Dulu aku suka menatapnya dan kau sering malu malu. Jika
sudah seperti itu kau tersenyum lucu lalu aku pura pura tidak
tahu sebab aku tak tahan. Dengan senyum mu itu kau cantik
sekali.
Setelah malam itu.. sambil kau takupkan kedua telapak
tangan mu ke cangkir mocha mu aku tidak benar benar
melupakan semuanya. Aku masih ingat kau suka kopi, tar,
pudding, coklat, aku juga masih ingat kita pernah ketinggalan
bus dan kehujanan di halte hingga malam. Dan aku juga tahu
bahwa aku lupa kalau aku tidak bisa melupakan mu.
tapi aku harus memilih..
kau telah memilih yang baik aku membenarkan.
ku rasa iya pada awalnya. Tapi tidak untuk pada akhirnya,
jarak itu terlalu berat. Aku tidak menemukan yang seperti mu
apa kau menemukan seseorang yang seperti ku ?
Pertanyaannmu terlalu naif untuk ku jawab. Tidak ada yang
seperti ku dan juga seperti mu di dunia ini. Kita, kau dan aku
adalah hal yang berbeda.
aku mengerti itu dan aku sadar tidak ada yang sama. Oleh
sebab itu aku memilih kembali pilihan ku untuk menunggu
seseorang yang walau jauh tak terlihat tetap melihat ku, yang
tak terdengar tetap mendengar ku dan yang tak di samping ku
tetapi tetap ku rasa di samping ku
rela berhujan hujan demi beberapa potong donat,
menemani begadang mengerjakan tugas padahal besok ia
harus kerja paginya

41

Kau mencoba menguak kebahagiaan lama yang malah menjadi


luka. Kau harusnya tahu seseorang tidak akan selalu sama
bahkan pada satu orang yang sama sekalipun. Semua pasti
berubah. Karena setiap orang punya pilihannya sendiri. Seperti
mu memilih pilihan mu dan meninggalkan yang sebelumnya
telah kau pilih.
kopi mu dingin ?
Kau melambaikan tangan pada pelayan, meminta kembali kopi
panas untuk ku. Saat aku mengatakan pada mu tidak perlu, kau
memaksa. Tak lama seorang wanita membawa nampan dengan
secangkir esspreso panas. Dengan gerakan sopan dan senyum
hangatnya ia mencoba mengambil secangkir kopi yang telah
dingin.
jangan. Biarkan disini saja ujar ku seraya menatap dan
memberi senyum terbaiku untuk mu. Meski dalam hati ini
terasa sakit diiris iris kebahagiaan masa lalu yang kau coba
ingatkan kembali. Tapi kau malah kembali tersenyum dengan
isyarat yang ku berikan melalui kopi dingin yang tak perlu kau
ganti. Yang seharusnya kau tahu kopi tidak selalu panas, dan air
tidak selalu jernih. Itu alami, tapi kau malah memilih kopi panas
yang lain dan membuang kopi yang telah dingin padahal kau
tahu sepanas apapun kopi akan menjadi dingin bila kau
biarkan. Dan sejernih apapun air akan keruh jika tidak kau jaga
dan perhatikan.
Kau memang peri capung yang hanya memilih air jernih untuk
tinggal. Dan kau yang paling tahu tentang aku, tentang
seberapa jernih diriku. Tapi kenapa cinta ku tidak pernah
sedikitpun hilang meski kau menghindar. Aku memendam, aku

42

menahan, kau tetap diam malam ini membuat ku lebih sakit


dari sebelumnya.

Untuk Chapuung seorang kesayangan

Cimahi 22 Juni 2014

43

44

TENTANG PENULIS:

45

Anda mungkin juga menyukai