Biografi Capung
Penerbit
Nama Penerbit
(Anda bisa memberi nama penerbit sesuai dengan
keinginan. Kenapa? Karena ini selfpublishing, artinya
penulis juga bertindak sebagai penerbit juga)
JUDUL BUKU
Oleh: (Nama Penulis)
Copyright 2013 by (Nama Penulis)
Penerbit
(Nama Penerbit)
(Website)
(Email)
Desain Sampul:
(Nama Disainer pembuat sampul)
Diterbitkan melalui:
www.nulisbuku.com
Ucapan Terimakasih:
DAFTAR ISI
(Jika menginginkannya, Anda bisa menggunakan
halaman ini untuk halaman daftar isi)
10
11
--SEKIAN--
13
16
18
--
20
21
22
23
kadang biru. Untuk membuka caf pinggir jalan milik buk Euwis
yang buka dari pukul empat soreh hingga tengah malam.
Selain Retno ada pula yanti tukang cuci; anak perawan yang
rajinya setengah mati, ada pula Minah; janda beranak tiga yang
punya pabrik kerupuk kulit, Neneng pelayan caf di sebarang
jalan. Itu selalu menjadi bahasan mereka berdua, selepas
menyelesaikan pekerjaan, kadang bertiga termasuk aku.
Namun itu ku lakukan ketika aku sedang tidak waras.
Sayangnya aku selalu waras.
Siapa pula yang mau masuk dalam aliran sesat pengejar wanita,
tak tahu diri seperti mereka. Mursalin anak kemarin sore yang
kencing saja belum lurus, sekolah tak becus, makannya rakus.
Sudah berani beraninya menggoda gadis; pelayan caf
sebarang jalan yang umurnya lebih tua lima tahun darinya.
yang lebih memuakan adalah ia melakukan aksinya dengan
perantara nama ku.
Sudahlah tinggalkan Mursalin dan jangan cari tahu siapa
namaku. Tidak ada manfaatnya sama seperti ketika
menanyakan ku siapa nama bang nul yang sebenarnya; seperti
Ebit G ade yang bertanya pada rumput yang bergoyang. Bahkan
semut semut yang berjejer di atas meja yang mencuri manis
kopi bang nul pun tak pernah ingin tahu siapa nama bang nul
sebenarnya. Kutu kutu yang beranak pinak di rambut bang
nul tidak akan pernah bisa di tanya, siapa sebenarnya bang nul.
Sebab mereka tidak mengerti bahasa manusia. Mereka kutu.
Hanya bang nul dan Tuhanlah yang tahu.
Orang orang di sekitarpun tidak peduli siapa nama asli bang
nul. Kata mereka; teman teman bang nul, bang nul selalu
berujar jika di tanya siapa namanya yang sebenarnya. Katanya
24
apalah arti dari sebuah nama, jika nama itu sendiri tidak
memiliki arti mendegar itu tiba tiba batuk ku berdahak kursi.
Suatu ketika pernah aku bertanya, sebab penasaran. Kepada
buk Euwis, tanpa bang nul ketahui siapa nama panjang bang
nul buk ? ibu angkat ku menggeleng. tidakkah pernah ibu
tanyakan pada bang nul ? ibu angkat tidak peduli apa dia
punya KTP buk ?. sudahlah tidak penting, itu sama saja
seperti ibu memanggil kamu dengan put, sedangkan nama mu
sebenarnya putri. Kalau memang benar seperti itu kenapa
tidak ada awal atau akhir dari nama yang hanya tiga huruf itu
nul. Mungkin sukarnul, nulyaman atau nul nul yang lainnya.
Namun tetap saja seperti harta karun tanpa peta; tak pernah
diketemukan olehku siapa nama bang nul sesungguhnya.
Mungkin memang benar bang nul adalah penganut ajaran
wiliam shakerpear yang menganggap nama bukan segalanya
dan segalanya tidak membutuhkan nama. Padahal sebagian
orang di lain tempat membuktikan sebuah namalah tanda
sebuah kasih sayang terhadap diri mereka sendiri.
-Bang nul, lelaki jangkung berwajah oriental, berambut lurus,
berkulit kuning langsat itu sebenarnya tanpan rupawan. Jika
kawan pernah menonton FTV yang berjudul cinta ku ditabrak
becak sudah di pastikan bang nul-lah yang menjadi pemeran
pria utamanya. Jika di sejajarkan berasama artis ia mirip stepen
chau. Bedanya stepen chau ini jarang mandi dan makan.
Di banding nasib fisiknya yang baik, nasib hidupnya kurang
begitu baik. Bang nul bukan seorang pedagang, tidak punya
uang di bank, apa lagi pulang pergi naik pesawat terbang, dia
25
26
27
Tapi, mungkin alam barjah lebih aman dari pada hidup dengan
lelaki temperamental dan ringan tangan itu.
Setelah mendekam satu tahun dipenjara bang nul memilih
merantau jauh dari tanah kelahirannya. Di kota kecil ku, dan
menikah lantaran kepergok orang kampung. Memiliki dua anak
perempuan yang cantik cantik. Satu masih kelas tiga SD dan
yang satu lagi baru umur tiga tahun. Sekarang anak paling
kecilnya diantarkannya pada adiknya yang tak kuncung punya
anak. Neneknya; ibu dari bang nul menerima dengan sangat
senang. Tapi tidak untuk menerima bapak anak itu. Sedangkan
si sulung memilih tinggal bersama mertua bang nul.
Meski seperti itu bang nul sangat sayang pada kedua anaknya,
ia berusaha sebisa mungkin untuk memberi yang terbaik untuk
anaknya. Meski kadang dengan cara yang salah. Sesekali ia
menghubungi anak anaknya memalalui telepon untuk
menanyakan kabar, dan ingin meminta apa dari dirinya.
Mungkin itu yang menjadi alasan kenapa bang nul sangat
membutuhkan pendamping. Di balik ia membutuhkan seorang
yang mengurusnya ia juga membutuhkan ibu untuk mengurus
anak anaknya. Tapi aku tidak yakin. Itu hanya sebuah alasan
klasik.
kalau ada daun yang tidak dimakan ulat, kenapa memetik
yang sudah bolong di makan ulat bang nul berujar.
Daftar nama nama itu hanya sebagian saja. Sebelumnya
banyak nama yang dipatenkan di dalam hati bang nul tapi tidak
ada satupun yang mau menerimanya. Berbagai bentuk
tindakan yang telah bang nul lakukan untuk menunjukan rasa
cintanya kepada wanita yang ingin dipersuntingnya semuanya
gagal dengan dramatis, membuat hati bang nul dilematis.
28
warteg haji salam. Bang nul seperti seorang mayat hidup yang
berjalan. Matanya memandang tapi tak melihat, hampa,
kosong.
Aku menyangka bang nul sedang kelaparan dan singgah di
rumah buk euwis untuk makan, seperti yang dia lakukan setiap
harinya. Tanpa basa basi ku buatkan makanan untuknya yang
sedang duduk diam di depan TV.
Ku letakan dihadapannya segelas teh hangat dan sepiring nasi
goreng ala kadarnya. Lalu langsung duduk diruangan yang
sama. Namun bang nul masih diam, aku melihat TV-lah yang
sedang menontonnya. Merasakan keadaan aneh aku
berinisiatif mengambil remote TV dan merubah chanelnya.
Beberapa menit berselang FTV yang sedang diputar itu
berdialokan pepatah antara gajah dan semut. Seketika itu
pandangan bang nul mengarah ke TV, mendengar FTV, seperti
ada tanya di wajahnya.
tahukah kau arti dari kata kata tadi put ?
yang mana ? aku pura pura tidak peduli, sebab seorang
perayu seperti bang nul tak mungkinlah tidak paham dengan
pepatah lama seperti itu.
gajah di mata, semut disebrang jelas bang nul.
Aku menjelaskan seperti apa yang ada didalam cerita FTV.
Tentang cinta seorang wanita terhadap sahabatnya yang sibuk
mencari cinta. Padahal cinta yang sebenar benarnya lelaki itu
dapatkan ada di dekatnya, dipelupuk matanya yang selama ini
tidak terlihat, sebab sang lelaki sibuk mencari cinta yang lain,
yang jauh.
30
31
Namun ada satu aktifitas yang berubah, dan ada satu hal yang
kurasa hilang yaitu obrolan ajaran pengejar cinta, pembahasan
sekte tanpa nama; bang nul. Ada rasa ingin tahu yang timbul
tentang bang nul. Ingin menanyakan berat rasanya, meski tak
ada satupun dari orang di sekitar ku tahu apa yang sebenarnya
yang terjadi pagi itu.
dua entah tiga bulan kau pergi bang nul juga pergi jawab
mursalin.
kemana ?
kalau aku tahu ku kejar dia. Dasar sial, belumpun dia lunasi
hutangnya sudah pergi saja umpat mursalin.
setahu ibu dia pamitan pulang ke rumahnya. Tapi ada kabar
lain dia masuk bui ibu angkat menambahi.
kenapa kau tiba tiba ingin tahu soal bang nul ?
Ku kira mursalin merasa aneh, aku menanyakan bang nul.
Namun ada hal yang lebih membuatku ingin tahu dari sekedar
kabar bang nul. Yaitu apakah bang nul sudah mengetahui arti
dari pepatah lama itu; tentang gajah di pelupuk mata dan
semut di sebrang lautan. Ku harap dia tahu dan dia mengerti
sesungguhnya, sebenar benarnya apa yang ia cari dari
pencarian cinta yang selalu kandas. Bahwa cinta yang
sebenarnya adalah mencintai diri sendiri. Dia tidak melihat
gajah yang berharga, terus sibuk mencari semut yang mencari
manis gula.
Bukan salah semut karena tidak bisa berenang dan selalu
mencari manis gula, atau gajah yang lebih berharga gadingnya.
Tapi tentang bagaimana cara memandang, dengan mata
telanjangkah atau dengan hati. Ku harap bang nul pulang
32
dengan mengerti apa arti dari kata kata yang di ciptakan atas
dasar perjuagan hidup, pengalaman hidup dan kerasnya buah
pemikiran seorang sastrawan. Dibayar dengan penghinaan
demi Wiliam shakerpear untuk mengatakan apalah arti sebuah
nama. Direlakan penglihatan galillio untuk menciptakan
teropong demi melihat lebih dekat bintang. Diperlukan cinta
pada diri sendiri untuk mencintai orang lain.
33
--Surat Untuk Capung-Ada yang harus ku ceritakan padamu. Di desaku yang jauh
terpencil disana memiliki kisah tentang capung yang mencari
jernihnya mata air. Sebuah dongeng klasik yang tak banyak
diketahui orang. Mungkin hanya orang kampungku saja yang
tahu sebab dongeng itu tersebar dari mulut orang tua yang
mereka dapat dari orang tua mereka, hingga ke telinga anak
anak yang nantinyapun akan di ceritakan pada anak anak
mereka. Seperti itu, turun temurun.
Karena dongenng itu orang kampung ku percaya bahwa capung
adalah lambang kejernian dan kesucian air sungai yang telah
menjadi sumber penghidupan kami. Karena itu jika di pagi buta
berembun tak lagi terlihat kawanan odanata kedinginan di
pucuk pucuk daun padi dan ilalang, tidak lagi melihat sibar
sibar menari nari di lapangan jika soreh hari, itu alamat
bahwa kami akan membuat saringan air yang tersusun dari
kerikil pasir dan sabut ijuk.
Meski orang orang berpendidikan sana menamai mereka
dengan Subordo Anisoptera namun orang kampung ku
mengenal mereka dengan nama kinjeng. Di kampung ku
mereka tinggal dimana mana; di hutan, kebun, sawah, sungai
bahkan di halaman rumah. Namun satu yang tidak pernah bisa
mereka para capung tinggalkan yaitu sebuah mata air.
Dongeng masa kecil yang terus menerus di ulang sebelum
beranjak ke alam lain itu selalu terngiang di telinga ku. Meski
sekarang dongeng itu telah berubah menjadi sebuah mitos.
Sudah tak lagi terdengar di rumah rumah penduduk kampung
34
ku, tak lagi jadi sebuah penantian pada saat matahari beranjak
turun, tidak ada lagi tarian capung senja. Yang banyak di
ketahui adalah capung besi yang acap kali terbang melintasi
kampung ku dan anak anak kampung yang kampungan malah
meminta dijatuhkan uang.
Dan hal yang telah lama hilang itu ku temukan didirimu.
--
37
39
41
42
43
44
TENTANG PENULIS:
45