Anda di halaman 1dari 14

Gila!

Semakin Mendunia, Riset Gunung


Padang Cianjur Ditawar 12 Triliun! (Gunung
Padang PART 11)

Citra situs megalitikum Gunung Padang yang direkam drone dari ketinggian yang cukup
memperlihatkan bagian sisi situs yang sudah dibersihkan anggota TNI Angkaran Darat sejak
bulan Agustus lalu. Gambar rekaan situs Gunung Padang yang dibuat oleh Ir. Pon Purajatnika
ternyata memang mirip dengan tampak-permukaan situs ini. (Pict: TTRM).
Kita semua telah tahu, bahwa penelitian Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) telah menemukan
tanda-tanda bahwa di bawah bukit itu ada sebuah objek buatan manusia yang berusia sangat tua.
Di beberapa bagian usianya bisa mencapai kisaran 20 ribu tahun.
Staf Khusus Presiden Andi Arief yang sedang berada di Gunung Padang kala itu mengatakan
bahwa wisatawan-wisatawan asing yang berkunjung ke Gunung Padang merasa bahwa Gunung
Padang dibangun oleh leluhur mereka juga. Wisatawan asing ini berasal dari Jerman, Tiongkok
dan Yunani, bahkan Malaysia.
Ternyata bukan hanya wisatawan Jerman, Cina dan Yunani yang merasa monumen ini juga
dibangun oleh leluhurnya. Namun wisatawan Malaysia pun memiliki perasaan yang sama, tulis
Andi Arief di akun Facebook miliknya.

Andi menambahkan bahwa informasi itu dia peroleh dari Pak Nanang, salah seorang Juru
Pemelihara Gunung Padang yang sudah sekian lama menjadi pemandu turis di situs yang
mungkin merupakan situs peninggalan tertua manusia yang masih tersisa dan masih dapat
disaksikan di planet Bumi.
Hingga kini, situs mahakarya leluhur bangsa Indonesia dan mungkin juga leluhur semua bangsa
di dunia ini pernah dikunjungi oleh empat pemimpin negara kesatuan Republik Indonesia, yaitu
Presiden Sukarno, Presiden Soeharto, Presiden Megawati Soekarnoputri dan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di situs mahakarya Gunung Padang Cianjur.


Riset Gunung Padang Ditawar 12 Trilyun
Misteri Gunung Padang menarik perhatian dunia internasional. Sejak lama para ahli di belahan
dunia menyatakan keinginannya untuk terlibat dalam riset di situs megalitikum yang terletak di
Cianjur, Jawa Barat itu. Sebuah konsorsium pernah menawar riset situs megalitikum Gunung
Padang di Cianjur, Jawa Barat, seharga Rp 12 triliun.
Tawaran itu disampaikan seseorang dari sebuah konsorsium kepada insiator Tim Terpadu Riset
Mandiri (TTRM) Andi Arief dalam pertemuan setelah shalat Jumat (7/11/2014) lalu. Habis
shalat Jumat tadi saya memenuhi undangan pribadi dari seseorang yang saya belum kenal

sebelumnya. Saya diundang oleh kawan saya yang dulu di PRD, tulis Andi Arief dalam laman
Facebook miliknya.
Dalam pertemuan itu, sang pemimpin konsorsium didampingi empat orang staf. Kepada Andi
Arief, sang pemimpin konsorsium mengatakan uang sebesar Rp 12 triliun itu ditukar dengan 60
persen saham.
Saya kaget juga. Saya bilang, saya pikirkan dulu karena ini memang masih milik TTRM. Tapi
ada inisiator sesungguhnya, Pak SBY dan ada keterlibatan TNI sebagai pelindung, kata Andi
Arief lagi.

Andi Arief
Di samping itu sepertinya riset ini sudah menjadi milik masyarakat karena sejarah kita sedang
menghadapi pertanyaan serius, ujar mantan Staf Khusus Presiden kala itu. Dia mengatakan,
dirinya dan TTRM sama sekali tidak pernah memikirkan riset Gunung Padang memasuki
wilayah komersil.
Menurut orang yang menyampaikan penawaran itu, konsorsiumnya tertarik untuk menjadi
pengelola profesional kawasan situs Gunung Padang dan mempercantiknya tanpa mengubah
bentuk-bentuk bangunan yang ada.
Mereka juga berniat memberikan pengelolaan situs kepada pihak swasta lain. Mereka
perpendapat Gunung Padang akan menjadi sesuatu yang luar biasa menguntungkan baik untuk
negara maupun bisnis mereka. Selain tentu saja menguntungkan masyarakat.
Andi Arief, masih dalam keterangannya, mengatakan bahwa di tengah perjuangan melakukan
survei dengan pendanaan apa adanya, dan kisah utang di beberapa tempat yang belum dilunasi
serta masih belum turunnya janji dana survei dari pemerintah sebesar Rp 3 miliar, angka Rp 12
triliun tentu cukup berarti sebagai tawaran.
Selama ini pula, sambungnya, dirinya dan TTRM sudah kerap difitnah seolah mengambil
keuntungan dari riset yang selama ini mereka lakukan. Sebagai orang timur, saya ucapkan terima

kasih karena sudah mengapresiasi riset TTRM sampai berminat membelinya dan saya akan
kemukakan dulu tawaran ini kepada tim peneliti, Pak SBY, dll, kata Andi Arief.

Sketsa Terbaru Gunung Padang Cianjur Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) yang melakukan
penelitian di situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, hari Senin (7/7) merilis
sketsa terbaru Gunung Padang. Berdasarkan uji penanggalan jejak karbon yang dilakukan
Laboratorium Batan, pada material paleosoil di kedalaman empat meter menunjukkan usia 5.500
tahun Sebelum Masehi (SM). Sementara hasil dari Laboratorium Beta Miami, Florida, Amerika
Serikat (AS), material dari kedalaman empat hingga 10 meter berasal dari masa 7600-7800 SM.
Pada bagian lain, dia mengatakan, dirinya dan TTRM tidak akan melanggar prinsip bahwa riset
yang selama ini mereka lakukan di Gunung Padang adalah sumbangan buat negara. Sementara
itu Pemerintah sudah menerbitkan peraturan khusus mengenai penelitian di situs megalitikum
Gunung Padang, di Cianjur, Jawa Barat sejak tahun 2014 lalu.
Tepatnya pada tanggal 17 Agustus 2014 dibentuk Tim Nasional untuk Pelestarian dan
Pengelolaan Situs Gunung padang berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
No.225/P/2014 yang anggota penelitinya adalah TTRM ditambah para ahli dari berbagai institusi
di seluruh Indonesia. Payung hukum yang lebih kuat ini dibutuhkan agar penelitian yang telah
berlangsung selama tiga tahun itu tidak terhenti begitu saja.
Gunung Padang Mulai Menyedot Perhatian Penulis dan Ilmuwan Dunia

Situs megalitikum Gunung Padang, Cianjur, Jawa Barat, terus menyita perhatian publik. Bahkan,
selain sudah menjadi pembahasan di dalam negeri, juga menyedot perhatian dunia.
Alhamdulillah, penulis terkemuka luar negeri berdatangan, mereka ingin membantu, jelas
inisiator TTRM Gunung Padang, Andi Arief dalam pesan singkatnya.
Misalnya saja arkeolog asal Bosnia Herzegovina, Semir Sam Osmanagich terpukau oleh situs
Gunung Padang. Situs berbentuk punden berundak era kebudayaan megalitikum itu, kata dia,
memiliki nilai ilmu pengetahuan yang sangat tinggi. Selain itu, situs juga memperlihatkan
potensi wisata yang besar.

Arkeolog asal Bosnia Herzegovina, Semir Sam Osmanagich (kanan) (pict by: Semir Sam
Osmanagich)
Karena itu Sam mendukung agar penelitian berbagai instansi di Gunung Padang terus
dilanjutkan.
Saya sangat kagum dengan situs ini. Keberadaan situs ini sangat penting bagi ilmu pengetahuan
dalam dan luar negeri, kata Sam saat mengunjungi Gunung Padang pada Mei 2014 lalu (lihat
video).
Ia ditemani geolog asal Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Danny Hilman, yang
sebelumnya juga meneliti di situs Gunung Padang.
Sam membandingkan struktur bangunan situs Gunung Padang dengan penemuannya di Kota
Visoko, Bosnia Herzegovina.

Dia mengklaim, kedua situs memiliki kemiripan. Di Visoko ada beberapa bukit yang menurut
hasil penelitian Sam, direkayasa oleh manusia sehingga berbentuk seperti piramida. Begitu juga
di Gunung Padang.
Struktur piramida itu, ia jelaskan, adalah umumnya memiliki dasar persegi dan memiliki puncak
yang mengerucut. Selain itu, tubuh piramida bisa merupakan bukit alam yang kemudian oleh
manusia dikerjakan dan dibentuk sedemikian rupa. Dalam penemuan Sam, situs piramida di
Visoko memiliki jaringan terowongan bawah tanah yang luas serta tanda-tanda bebatuan yang
dimodifikasi manusia.
Sam mengatakan bahwa piramida bukan cuma ditemukan di Mesir atau Amerika Selatan, tapi
juga di Cina, Prancis, Bosnia, Sudan, Pulau Canary, Kamboja, dan negara-negara lain.
Begitu pula dengan arkeolog dunia asal AS Graham Hancock, juga pernah ke situs Gunung
Padang ditemani oleh beberpa tamannya, berikut Robert Schoch dan Danny Hilman (lihat video).

Danny Hilman PhD (centre) senior geologist at Indonesias Geotechnology Centre, Robert
Schoch PhD (left of picture) geology professor at Boston University (renowned for his
geological redating of the Great Sphinx of Giza) and Graham Hancock, (at the right of the
picture). (Pict: Graham Hancock)

Selain wartawan dan peneliti arkeolog sekaligus penulis senior Graham Hancock, Gunung
Padang juga sudah menarik perhatian wartawan senior Jepang juga penulis yaitu Saburo Hatano.
Mereka bersedia dengan kesukarelaan menjadi PR atau mengkampanyekan keagungan monumen
yang ada di Indonesia tersebut.
Puluhan ilmuwan dunia meski memiliki keinginan joint riset, tapi tetap menghormati hak
eksklusif peneliti negara kita. Namun mereka menanti hasil yang dianggap akan mengubah
sejarah, demikian Andi Arief.
Sementara itu, puluhan ilmuwan dan peneliti dari berbagai universitas di dunia telah memberikan
ucapan selamat dan menyampaikan kekaguman mereka terhadap penelitian yang dilakukan di
situs megalitikum Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat, dalam dua tahun terakhir ini.

Penelitian ini menemukan fakta bahwa apa yang


seharusnya disebut sebagai situs Gunung Padang bukan hanya permukaan tanah seluas 900 meter
per segi bersama bebatuan di atasnya.

Melainkan meliputi keseluruhan bangunan yang diduga kuat ada dan tertimbun di bawahnya.
Berbagai media dalam dan luar negeri pun telah mempublikasikan hasil penelitian tersebut.
Keberadaan bangunan yang tertimbun itu diketahui dari pengujian geo-radar dan geo-listrik
sebagai bagian dari penelitian di kawasan potensi bencana patahan Cimandiri.
Belakangan uji carbon dating yang dilakukan laboratorium Badan Tenaga Atom Nasional
(BATAN) dan laboratorium di Miami, Amerika Serikat, memperlihatkan usia sample yang
diperoleh dari coring di sejumlah titik di kawasan itu lebih tua dari dari 11.000 tahun.
Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB) Andi Arief mengatakan,
selema ini dirinya menahan diri untuk tidak mempublikasikan ucapan-ucapan selamat dan
kekaguman dari peneliti-peneliti asing itu.
Ini dilakukan karena ia merasa bahwa penelitian di Gunung Padang harus dilakakukan oleh
ilmuwan dalam negeri. Karena ini adalah bukti bahwa bangsa kita memiliki masa lalu yang
gemilang, jauh lebih gemilang daripada yang diceritakan dan dikisahkan selama ini.
Gunung Padang Jadi Primadona di Korea
Arkeolog Universitas Indonesia DR. Ali Akbar mendapat kesempatan terakhir untuk berbicara di
Konferensi Megalitikum Asia Tenggara dan Pasifik yang diselenggarakan di Universitas Sogang,
Seoul, Korea Selatan (Jumat, 17/10/2014) lalu.

DR. Ali Akbar


Anggota Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM) Gunung Padang itu sengaja diletakkan sebagai
pembicara terakhir karena seluruh arkeolog yang menjadi peserta konferensi internasional itu
ingin mendengarkan penjelasan yang utuh mengenai riset yang dilakukan di situs megalitikum
Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat.

Dapat dikatakan, riset yang dilakukan di Gunung Padang telah menjadi primadona dalam dunia
riset arkeologi belakangan ini karena arkeolog-arkeolog dunia memantau perkembangan riset
melalui internet.
Moderator ketika DR. Ali Akbar menyampaikan presentasi mengenari riset Gunung Padang
adalah Byung-mo Kim. Ia merupakan salah seorang arkeolog terpandang di Korea dan menulis
buku Megalithic Cultures in Asia.
Dari presentasi yang sudah disampaikan, beberapa ahli mancanegara mengakui proses dan
metode yang dilakukan oleh TTRM. Metode dan teknik yang TTRM gunakan tergolong paling
maju dan komplit. Peserta konferensi juga terpukau dengan seismic tomography, citra
arsitektural, coring, dan beberapa artefak yang ditemukan yang telah diuji dengan CT-Scan,
analisa laboratorium metal, hingga analisa laboratorium petrologi.
Dari konferensi itu dapat disimpulkan bahwa riset di Gunung Padang menjadi contoh perubahan
besar riset arkeologi dunia. Gunung Padang adalah wajah Nusantara. Sudah kita ketahui
bersama, nilai-nilai kebudayaannya sangat tinggi. Sebuah bangunan modern yang berjaya di
masanya.
Gedung paling tinggi di Indonesia belum apa-apa dibandingkan dengan Gunung Padang di
bawah. Bangsa Indonesia patut berbangga karena memiliki situs Gunung Padang. Dengan unsur
budaya yang tinggi berbanding terbalik dengan kebudayaan masa kini yang kian menurun.
Banyak Ilmuwan Dunia Ingin Ikut Meneliti Gunung Padang
Sejak setahun lalu (2013 red), ahli paleometal Israel Prof. Sariel Shalev ingin ikut serta dalam
riset Gunung Padang. Hal ini dikemukakan oleh inisiator Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM)
Situs Gunung Padang, Andi Arief, dalam pesan elektroniknya, Selasa (5/11/2014) lalu.
Keinginan ikut meriset Gunung Padang disampaikan Prof. Shalev ke panitia pertemuan
internasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.

Prof. Sariel Shalev


Selain Gunung Padang, Prof. Shalev yang mengajar di University of Haifa dan bekerja untuk
Weizmann Institute juga menyatakan keinginanya untuk bisa ikut joint research yang dilakukan
tim di Gunung Sadahurip Garut, yang sempat mencuat karena bentuknya mirip piramida.
Prof. Shalev merupakan ilmuwan Yahudi yang ahli dengan metal purba. Dia memiliki
ketertarikan pada penggunaan benda-benda logam dalam peradaban manusia di masa lalu.
Salah satu studinya yang terkenal adalah mengenai logam yang digunakan dalam pembuatan
pedang dan belati di akhir zaman perunggu di Kanaan atau kawasan di sekitar Palestina saat ini.
Pada tahun 2010, Prof. Shalev meneliti kaitan antara kisah-kisah dalam kitab Injil dengan
teknologi metalurgi yang digunakan masyarakat Kanaan di masa lalu.
Lain lagi dengan Russia, ilmuwan nano material dari Rusia, Viktor Larsin, sudah beberapa kali
menyatakan keinginan ikut serta dalam penelitian Gunung Padang di Cianjur, Jawa Barat. Viktor
Larsin purnawirawan Tentara Rusia yang kini bekerja di Irkut Coporation, perusahaan holding
pembuat mesin Sukhoi.
Viktor mengatakan, selain dirinya Irkut dan Sukhoi pun tertarik dengan penelitian yang diinisiasi
Kantor Staf Khusus Presiden bidang Bantuan Sosial dan Bencana (SKP BSB). Selain karena
struktur bangunan yang diduga tertimbun di bawah situs megalitikum Gunung Padang sangat
besar, disebutkan ada hal lain yang membuat Viktor, Irkut dan Sukhoi tertarik.

Selain struktur yang fenomena, pihak Sukhoi secara spesifik menyatakan tertarik dengan anomali
elektromagnetik di bawah permukaan Gunung Padang. Hipotesa mereka, anomali elektronik itu
adalah hal yang luar biasa. Pihak Sukhoi menyatakan dapat menerima alasan Tim Terpadu Riset
Mandiri (TTRM) untuk melanjutkan penelitian tanpa keterlibatan pihak asing.
Ini sesuai pesan dan amanat Presiden SBY saat paparan tahun 2011 dan saat berkunjung ke
Gunung Padang. Sikap ini juga pernah disampaikan Mendikbud M Nuh. Namun mereka
memahami sikap kita, sambil berharap pada saatnya bisa bergabung dalam riset di sini, ujar
Andi Arif.
Shukoi selanjutnya masih menawarkan kerjasama riset dengan memberi dukungan peralatan
penginderaan paling mutakhir yang dibuat oleh Irkut dan Shukoi.
Ilmuwan Israel dan Rusia bukan satu-satunya negara asing yang ingin bergabung dalam
penelitian Gunung Padang. Permintaan serupa juga pernah disampaikan peneliti dari Jepang,
Israel, Jerman, Amerika, Peru, Meksiko, dan India.
Kisah Gunung Padang akan Difilmkan Hollywood
Besar kemungkinan kisah situs megalitikum Gunung Padang akan diangkat ke layar lebar oleh
industri film Hollywood. Produsen film Star Wars, Prometheus Entertainment, tampaknya
tertarik menggunakan sketsa situs Gunung Padang yang digambar oleh arsitek senior sekaligus
salah seorang peneliti Tim Terpadu Riset Mandiri (TTRM), Pon Sapriamulya Purajatnika.

Ir.Pon Sapriamulya Purajatnika


Prometheus Entertainment adalah produsen film dokumenter, juga program televisi non-fiksi
dan produk-produk spesial lainnya. Produksi filmnya dapat ditonton misalnya di channel A&E,
E!, WEtv, Travel Channel, Bravo, Animal Planet, Lucasfilm Ltd., National Geographic Channel,
AMC, dan Warner Bros.

Sementara film terkenal yang mereka produksi dan mencuri banyak perhatian antara lain adalah
The Girls Next Door, Kendra, dan The Curse of Oak Island. Selain Star Wars, film fiksi mereka
lainnya adalah Ancient Aliens, Americas Book of Secret, Food Paradise.
Melalui surat elektronik, Promotheus Entertainment lewat penelitinya Beth Moody, tertarik
dengan sketsa imaginer Gunung Padang yang dibuat tim peneliti TTRM Pak Pon S. Purajatnika.
Untuk itu mereka selain ingin berkomunkasi juga sekalgus menanyakan license atas sketsa
imaginer yang mendunia tersebut, ujar Chaedar Saleh, salah seorang arsitek yang memperkuat
TTRM.
Setengah tahun lalu misalnya, jurnalis Graham Hancock yang terkenal dengan karyanya
Fingerprint of God, mengaku tidak menyangka dalam waktu krang dari tiga jam saja, sketsa
imaginer gunung Padang terebut ditandai like lebih dari 250 ribu orang.

Gunung Padang the movie (illustration)


Tim Arsitektur Gunung Padang sedang mempertimbangkan minat perusahaan rumah produksi
tersebut dan akan membicarakan pada tim secara keseluruhan, masih kata Chaedar. Disebutkan
dalam keterangan yang diterima redaksi, jika tidak mengganggu jalannya riset besar
kemungkinan akan mengizinkan produser Ancient Alien tersebut untuk menggunakan sketsa
karya Pon Sapriamulya Purajatnika.
Pada bagian akhir disebutkan, setelah lapisan pertama yang tampak seperti Machu Pichu, sketsa
imaginer lapisan dua ini menjadi spesial karena hampir saja dapat dibuktikan oleh TTRM.
Dari hasil penelitian sejauh ini, memang harus kita akui bahwa arsitektur pembangunan situs
megalitikum Gunung Padang dinilai sangat baik dan modern mengingat umurnya yang
diperkirakan sudah sangat tua, yakni berkisar 13 ribu hingga 30 ribu tahun., jelas arsitek senior,

Pon Sapriamulya Purajatnika dalam diskusi Paparan Strategis Cides: Pemugaran Gunung
Padang untuk Masa Depan Indonesia di hotel Ambhara, Jakarta Selatan.

Robert Schoch PhD professor geologi lulusan Boston University membuat artikel tentang
Gunung Padang (pict by: Robert Schoch)
Ternyata di bawah situs-situs di Indonesia yang kita temukan ini hampir selalu di bawahnya ada
situs lain, di Borobudur juga tidak menghilangkan adanya kemungkinan itu, sebut Pon.
Hal ini, menurut Pon, menunjukkan kejeniusan arsitektur zaman dahulu di mana teknologi
membangun yang dilakukan dengan cara menumpuk batuan tidak semudah yang dibayangkan.
Karena banyak sekali relief, candi atau situs-situs lain yang dibuat dengan cara ditumpuk bisa
dibuat demikian sempurna. Kalau zaman sekarang sudah computerized cara penghitungannya
itu, tandas mantan ketua Ikatan Arsitek Indonesia Jawa Barat ini.
Admin ICC pun mencoba sedikit membayangkan, jika pada masa itu dengan peralatan mereka
yang terbatas, sudah dapat membuat situs seperti Gunung Padang yang berada diatas
pegunungan yang kala itu masih sangat tinggi. Bisa jadi mungkin tak dapat dilakukan oleh
manusia pada abad ini tanpa menggunakan komputer, helikopter, crane, buldozer, truck dan
teknologi maju lainnya seperti sekarang.
Dan lebih canggihnya, sisa-sisa kemajuan teknologi mereka ternyata tak punah oleh zaman
setelah puluhan ribu tahun lamanya! Ya, puluhan ribu tahun lamanya, dan masih dapat anda lihat
hingga kini. Bayangkan, betapa hebatnya para leluhur anda. (sumber: RMOL.co/ TTRM).

Anda mungkin juga menyukai