Disusun Oleh :
Desi Putrie Anggraini
Ebby Dira Pratama
Reza Purwasih
Risky Prima Putra
Yanti Jumi Yanti
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Askep ini dengan judul Asuhan Keperawatan
Jiwa dengan Psikososial pada pasien penyakit terminal dan kronis.
Dalam penyelesaian proposal ini tim penulis banyak mendapat bantuan materil maupun
moril dari berbagai pihak, untuk itu tim penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis menyelesaikan makalah ini yang tidak dapat tim penulis sebutkan
satu persatuan disini.
Tim penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini, namun
tim penulis menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan dan kelemahan baik secara materi
maupun teknik penulisan, saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap mudah-mudahan makalah ini dapat
berguna untuk bahan acuan pembuatan laporan ataupun penelitian nantinya.
Bengkulu, Agustus 2015
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang.....................................................................................
Tujuan..................................................................................................
Metode Penulisan.................................................................................
Sistematika Penulisan..........................................................................
1
2
3
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep dasar Penyakit Kronis
1. Pengertian..........................................................................................
2. Sifat Penyakit Kronik........................................................................
3. Dampak Penyakit Kronik terhadap klien..........................................
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyakit kronik.........................
5. Respon klien terhadap penyakit kronik.............................................
6. Perilaku klien dengan penyakit kronis...............................................
7. Respon keluarga.................................................................................
8. Penatalaksanaan.................................................................................
B. Konsep dasar Penyakit Kronis
1. Pengertian..........................................................................................
2. Jenis-jenis penyakit terminal.............................................................
3. Manifestasi klinik..............................................................................
4. Fase-fase Kehilangan dengan Respon Cemas yang Berhubungan
dengan Penyakit Terminal...................................................................
4
4
4
5
5
7
7
8
10
10
10
11
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Terminal
1. Pengkajian .........................................................................................
15
19
19
20
21
22
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan..........................................................................................
B. Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................
27
27
29
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat adalah profesi yang difokuskan pada perawatan individu, keluarga, dan
masyarakat sehingga mereka dapat mencapai, mempertahankan, atau memulihkan kesehatan
yang optimal dan kualitas hidup dari lahir sampai mati. Peran perawat sangat komprehensif
dalam menangani pasien karena peran perawat adalah membimbing rohani pasien yang
merupakan bagian integral dari bentuk pelayanan kesehatan dalam upaya memenuhi
kebutuhan biologis-psikologis-sosiologis-spritual (APA, 1992 ), karena pada dasarnya setiap
diri manusia terdapat kebutuhan dasar spiritual (Basic spiritual needs, Dadang Hawari,
1999).
Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap mahluk hidup dan
meninggal dengan tenang adalah dambaan setiap insan. Namun sering kali harapan dan
dambaan tersebut tidak tercapai. Dalam masyarakat kita, umur harapan hidup semakin
bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit-penyakit kronis seperti
penyakit diabetes militus, penyakit cordpulmonaldeases, penyakit arthritis. Pasien dengan
penyakit kronis seperti ini akan melalui suatu proses pengobatan dan perawatan yang
panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang
ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidak berdayaan, dan akhirnya
kematian.
Pentingnya bimbingan spiritual dalam kesehatan telah menjadi ketetapan WHO yang
menyatakan bahwa aspek agama (spiritual) merupakan salah satu unsur dari pengertian
kesehataan seutuhnya (WHO, 1984). Oleh karena itu dibutuhkan dokter dan terutama
perawat untuk memenuhi kebutuhan spritual pasien. Karena peran perawat yang
komprehensif tersebut pasien senantiasa mendudukan perawat dalam tugas mulia
mengantarkan pasien diakhir hayatnya sesuai dengan Sabda Rasulullah yang menyatakan
bahwa amalan yang terakhir sangat menentukan, sehingga perawat dapat bertindak sebagai
fasilisator (memfasilitasi) agar pasien tetap melakukan yang terbaik seoptimal mungkin
sesuai dengan kondisinya. Namun peran spiritual ini sering kali diabaikan oleh perawat.
Padahal aspek spiritual ini sangat penting terutama untuk pasien terminal yang didiagnose
harapan sembuhnya sangat tipis dan mendekati sakaratul maut begitu juga dengan pasien
pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai
masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi
juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup
pasien dan keluarganya.
Maka kebutuhan pasien pada stadium lanjut suatu penyakit tidak hanya
pemenuhan/pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan
psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal
sebagai perawatan paliatif atau palliative care. Dalam perawatan paliatif maka peran perawat
adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien kronis untuk membantu pasien
menghadapi penyakitnya.
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu
mengenal dan mengetahui tentang Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami
2.
c.
d.
C. Metode penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode diskritip melalui pendekatan studi kasus
yang meliputi pengumpulan data, analisa data, dan menarik kesimpulan. Metode ini
dilakukan dengan cara mempelajari buku-buku dan sumber-sumber lain (internet) yang
berhubungan dengan judul dan permasalahan.
D. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan
:
6
BAB IV Penutup
terminal
:
Terdiri atas Kesimpulan dan Saran-saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Penyakit Kronis
1. Pengertian
Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama
sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap dan sering kambuh. (Purwaningsih
dan Karbina, 2009). Ketidakmampuan/ketidakberdayaan merupakan persepsi individu
bahwa segala tindakannya tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana
individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru
dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009).
7
3.
4.
5.
bersama
berinteraksi lagi dengan lingkungan sekitar, klien hanya ingin menyendiri (menarik
6.
7.
10
2) Cemas
Keluarga akan memperlihakan ekspresi cemas akan diagnose yang telah
divonis oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh
penyakit tersebut dan takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh pesien.
3) Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi
yang dialami pasien akan mengalami depresi.
8.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang optimal pada klien dengan kondisi kronis adalah sangat
penting. Penatalaksanan harus melibatkan kesehatan mental, memantau perkembangan
klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak cukup. Klien harus bekerja
sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan yang diberikan, dan
mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu dalam rencana pengobatan.
Beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis adalah sebagai berikut:
1) Pendidikan kesehatan
Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan
pengobatan.Pendidikan kesehatan harus langsung pada penderita dan keluarganya
dan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti.
2) Merespons terhadap emosi
Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan keluarganya
untuk mengemukakan perasaannya, kekhawatirannya, dan harapannya.
3) Melibatkan keluarga
Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan
sangat
11
dikatakan
bahwa
klien
yang
mendapatkan
pelayanan
yang
b. Menurunkan distress.
c. Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin.
Secara umum kematian adalah sebagian dari proses kehidupan yang dialami oleh siapa
saja meskipun demikian hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan ngeri dan takut,
tidak hanya pada klien akan tetapi juga pada keluarganya dan bahkan pada mereka yang
merawat serta mengurusnya.
Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi di tengah keluarga,
kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya. Untuk menghindari
hal tersebut bukan hanya keluarga saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan dengan
penyakit yang dideritanya.
2.
3.
Manifestasi Klinik
1) Fisik
Gerakan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung
kaki dan ujung jari.
Aktifitas dari gastrointestinal berkurang.
Reflex mulai menghilang.
Suhu klien biasanya tinggi tapi terasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan
tangan dan ujung-ujung ekstremitas atas dan bawah.
Kulit kelihatan kebiruan dan pucat.
Denyut naddi tidak teratur daan lemah.
Nafas berbunyi keras dan cepat mendengkur.
Penglihatan mulai kabur.
Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri.
Klien dapat tidak sadarkan diri.
2) Psikososial
Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kubbler Rosa
mempelajari respon-respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam
dari hasil penyelidikan penelitiannya yaitu respon kehilangan yang menampilkan
anatra lain:
Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah atau air muka.
13
mengendor.
Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menangis.
Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidakmampuan untuk berhubungan
secara personal serta akibat penolakan.
4.
suatu
keadaan
ketidakseimbangan
atau
ketegangan
yang
cepat
mengusahakan koping.
Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan dalam
suatu rentang yaitu harapan. Ketidakpastian dan putus asa.
Rentang Respon
Adaptif
Harapan
Maladaptif
Ketidakpastian
Putus Asa
Keterangan gambar:
a. Harapan
Adalah mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya
harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping yang
tidak adekuat.
b. Ketidakpastian
Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai dengan rasa
tidak aman dan putus asa. Meskipun secra medis sudah dapat dipastikan akhirnya
prognosa dapat mempercepat klien masuk dalam respon maladaptif.
c. Putus Asa
Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi upaya yang
berhasil untuk mengenal penyakitnya. Dalamm kondisi ini dapat membawa klien
merusak atau melukai diri sendiri.
BAB III
16
ASUHAN KEPERAWATAN
C. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Penyakit Terminal
1. Pengkajian
Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal. Menggunakan pendekatan
holistic yaitu suatu pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada
penyakit dan aspek pengobatan atau penyembuhan saja akan tetapi juga aspek
psikososial lainya.
Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial
pada klien terminal yaitu dengan menggunakan metode Person.
P. (Personal Strength)
Yaitu kekuatan seseorang yang ditujukan melalui gaya hidup.
Kegiatannya atau pekerjaanya :
Contoh yang positif:
Bekerja di tempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman.
Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari- hari.
Contoh yang negative :
Kecewa dalam pengalaman hidup
Tidak mempunyai komitmen dalam kehidupan.
E. (Emotional Reaction )
Yaitu reaksi emosional yang ditunjukan dengan klien
Contoh yang positif:
Bingung tapi mampu memfokuskan keadaan.
Contoh yang negative
Tidak berespon (menarik diri)
R. (Respon to stress )
Yaitu respon pasien terhadap situasi saat ini atau di masa lalu.
Contoh yang positif:
Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi
Menggunakan perasaanya dengan sehat misalnya latihan olahraga.
Contoh yang negative:
Menyangkal masalah
Pemakai alcohol
S. (Support Sistem)
Yaitu keluarga atau orang lain yang berarti.
Contoh yang positif:
Keluarga
Lembaga masyarakat.
O. (Optimum health goal)
Yaitu alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi).
Contoh yang positif:
17
support tambahan.
Tingkatan perkembangan.
Kemampuan koping.
Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan.
Identitas kepercayaan diri. Pendekatan nilai-nilai filosofi hidup.
Adanya reaksi sedih dan kehilangan.
Pengetahuan klien tentang penyakit.
Pengalaman masa lalu dengan penyakit.
Persepsi dan wawasan hidup respon terhadap klien penyakit terminal, persepsi
terhadap dirinya. Sikap keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas kesehatan
Selain faktor itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor predisposisi
diantaranya :
Penyakit kanker
Penyakit akibat infeksi yang parah
Congestif Renal Failure
Akibat kecelakaan yang fatal
d) Faktor Perilaku
Respon terhadap klien
Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis dan
keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien mudah tersinggung,sehingga
secara langsung dapat menganggu fungsi fisik atau penurunan daya tahan
tubuh.
Respon terhadap Diagnosa
Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah shock
atau tidak percaya,perubahan konsep diri klien terancam,ekspresi klien dapat
berupa emosi,kesedihan dan kemarahan.
Isolasi Sosial
Pada klien penyakit terminal merupakan pengalaman yang sering dialami,klien
kehilangan kontak degan orang lain dan tidak tahu denga pasti bagaimana
pendapat orang terhadap dirinya.
e) Mekanisme Koping
Mekanisme koping yang sering digunakan pada klien dengan penyakit terminal
adalah:
a) Denial adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik,
yang berfungs sebagai pelindung klien untuk memahami penyakit secara
bertahap,tahapan tersebut adalah :
Tahap awal yaitu tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan Saya
penyakit terminal.
Open Avereness
Yaitu klien dan keluarga menerima atau mengetahui klien akan kematian dan
merasa tenang untuk mendiskusikan adanya kematian.
2.
Diagnosa Keperawatan
1) Ansietas / Cemas
2) Isolasi sosial menarik diri
3) Gangguan komunikasi verbal
4) Antisipasi berduka
5) Self care deficit
3.
Perencanaan Keperawatan
Tujuan perawatan pada klien penyakit terminal :
1) Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal.
2) Membantu keluarga member support pada klien
3) Membantu klien dan keluarga untuk menerima.
Kriteria Hasil dan Management Efektif :
1) Koping yang efektif klien dan keluarga yang tidak mengetahui kematian ditandai
dengan :
Percakapan antara keluarga dank lien tentang hari terakhir dan jam terakhir
yang disukai.
Percakapan antara klien
dan keluarga
20
Interaksi antara klien dan keluarga yang berhubungan dengan arti kehidupan
Evaluasi
1) Klien dapat mengontrol rasa sakit
2) Klien dapat mengekspresikan rasa marah, sedih dan kehilangan.
3) Klien mempersiapkan kematian dan menggunakan support spritual dan sosial.
Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses keperawatan dari
pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan kartina, 2009).
1. Pengkajian
Pengkajian terhadap klien hal-hal yang perlu dikaji adalah :
a) Respon emosi klien terhadap diagnose
b) Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
c) Upaya klien dalam mengatasi situasi
d) Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
e) Persepsi dan harapan klien
f) Kemampuan mengingat masa lalu
21
terjadi
Pengkajian terhadap lingkungan
a) Sumber daya yang ada
b) Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
c) Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
d) Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja
2.
Diagnosa keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang dapat ditimbulkan dari proses pengkajian klien
dengan penyakit kronis adalah (Purwaningsih dan kartina, 2009) :
a. Respon pengingkaran yang tidak kuat berhubungan dengan kehilangan dan
3.
NO.
1.
b.
perubahan
Kecemasan
c.
d.
mengekspresikan perasaan
Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami
Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan dan
e.
f.
yang
meningkat
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
TUJUAN DAN
KEPERAWATAN
Harga diri rendah kronik
KRITERIA HASIL
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
kemampuan dan
mendiskusikan
bahwa klien
masih dimiliki
masih memiliki
DS :
meningkat dengan KH
klien.
sejumlah
Klien mengatakan
INTERVENSI
RASIONAL
1. Identifikasi
1. Dengan cara
:
22
kemampuan dan
lagi
Klien juga malu
Klien mulai
realistik/nyata dan
aspek positif
merasa diterima
hindarkan
untuk
oleh
teman-temannya
Klien merasa ingin
lingkungannya
Rasa malu klien
mati saja
Klien takut tidak
mulai menghilang
Klien mulai
penilaian negatif
3. Yakinkan bahwa
meningkatkan
rasa percaya diri
keluarga
klien.
mendukung setiap 2. Menghilangkan
aktifitas.
mudah bergaul
takut tidak
diterima
orang terdekatnya
lingkungan.
3. Meyakinkan
DO :
klien bahwa
dirinya dapat
bergaul
Bicara klien lambat
dan nada suara lemah
keluargnya dan
diterima oleh
tidak perlu takut
2.
Bina hubungan
saling percaya
Latih klien cara-
pecaya telah
cara berinteraksi
mempermudah
bergaul dengan KH :
perawat untuk
secara bertahap
Diskusikan
mengkaji dan
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
tindakan keperawatan
gangguan kondisi
merasa nyaman
jika berada
kondisinya sekarang
Lebih senang sendiri
DO :
Klien mulai
Klien mengatakan
lain, karena
dan malu.
Rasa saling
Isolasi sosial
terbina,
mendapatkan
dengan keluarga
informasi dari
pentingnya
interaksi klien
klien
Cara-cara dan
melakukan
dengan keluarga
contoh yang
tindakan di luar
terdekat
Libatkan klien
merupakan
kamar
Klien bisa bergaul
tanpa rasa malu
dalam terapi
kelompok secara
bertahap
23
pembelajaran
yang efesien
untuk klien
berbicara
Klien tampak sedih,
dan takut
memulai untuk
berani bergaul
dengan orang
dangkal
lain
Dukungan
keluarga sangat
berarti untuk
kesembuhan
klien, dengan
interaksi yang
baik dapat
menunjukkan
rasa perhatian
Untuk membuat
klien mampu
berinteraksi
dengan baik,
perlu bertahap
dan perlahan.
Dengan terapi
kelompok
memungkinkan
klien bisa
3.
berinteraski.
Untuk
Kecemasan yang
Setlah dilakukan
meningkat berhubungan
kecemasan klien
mengetahui
dengan ketidakmampuan
mengekspresikan
berkurang dengan
KH :
makan,
Beri dorongan
kecemasan klien
Agar klien
dengan KH :
Kaji tingkat
tenang dan
Klien mampu
menerima
DS :
menunjukkan
mengungkapkan
kondisi
pikiran dan
kesehatannya
24
penyakitnya tidak
bisa disembuhkan
Klien juga
Klien mampu
mengungkapkan
perasaan
Berikan
sekarang
Dukungan
penyuluhan
keluarga
kepada keluarga
merupakan
perhatian yang
DO :
bersama sama
bisa memotivasi
memotivasi klien
klien untuk
mengkhawatirkan
bertukar pikirang
keluarganya dirumah
dan perasaan
sembuh
kurang tidur
Gangguan citra tubuh
Setelah dilakukan
berhubungan dengan
perawatan selama
dan nonverbal
menentukan
respon klien
intervensi yang
terhadap
dengan :
KH :
DS :
jelaskan klien
pengobatan,
positif
Mendeskripsikan
tentang
perawatan
factual perubahan
pengobatan,
kemajuan dan
fungsi tubuh
Mempertahankan
perawatan
prognosis
kemajuan dan
penyakit, akan
interaksi sosial
prognosis
membuat klien
Klien mengatakan
malu dengan
keadaanya sekarang
Klien mengatakan
tidak menyangka
penyakitnya
bertambah parah
Perubahan aktual
pada fungsi
Luka gangren klien
tahu tentang
penyakit
Fasilitasi kontak
DO :
tubuhnya
Libatkan dan
sedikit tenang.
Dan mampu
dengan individu
menentukan
lain dalam
intervensi yang
kelompok kecil
tepat untuknya
Untuk
mulai mengeluarkan
membantu klien
agar dapat
bersosialisasi
25
dengan oaring
lain.
5.
Setelah dilakukan
personal Hygine
tindakan keperawatan
personal hygine
kebersihan
berhubungan dengan
sesuai kebutuhan
terpenuhi secara
ketidakmampuan dan
terpenuhi dengan
KH :
yang di anjurkan
Dukung
Agar kebutuhan
baik
Melatih klien
kemandirian
untuk mandiri
untuk melakukan
dan mampu
Klien
personal hygine
melakukan
mengatakan
jika
personal hygiene
membersihkan diri
nyaman
Klien mampu
memungkinkan
Berikan
sendiri
Agar klien sadar
dengan KH :
DS :
-
Klien mengatakan
secara maksimal
- Klien mengatakan
akan pentingnya
klien akan
kebersihan diri
pentingnya
dan mampu
kebersihan diri
menjaga
baik secara
kebersihan
kesehatan, agama
dirinya sendiri.
sedap
Klien tampak
maupun sosial
menjaga
kebersihan
dirinya
Tidak tercium
penyakitnya
- Klien mengatakan
tidak mengetahui cara
penjelasan kepada
pakaian
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kondisi Terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami penyakit atau
sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh sehingga sangat dekat dengan proses
kematian. Respon klien dalam kondisi terminal sangat individual tergantung kondisi fisik,
psikologis, social yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada tiap individu juga
berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien
terminal.
Orang yang telah lama hidup sendiri, terisolasi akibat kondisi terminal dan menderita
penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap
penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan
kekal yang akan mempersatukannya dengan orang-orang yang dicintai. Sedangkan yang lain
beranggapan takut akan perpisahan, dikuncilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami
penderitaan sepanjang hidup.
Seseorang yang menghadapi kematian/kondisi terminal, dia akan menjalani hidup,
merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi.
Perhatian utama pasien terminal sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada
kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan
psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai.
B. Saran
1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya
untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat
27
terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan
damai.
2. Ketika merawat klien menjelang ajal atau terminal, tanggung jawab perawat harus
mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan social yang unik.
3. Perawat harus lebih toleran dan rela meluangkan waktu lebih banyak dengan klien
menjelang ajal, untuk mendengarkan klien mengekspresikan duka citanya dan untuk
mempertahankan kualitas hidup pasien.
28
DAFTAR PUSTAKA
Dalami, Ermawati dkk, 2014. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan masalah Psikososial,
29