TB - Paru 1
TB - Paru 1
TINJAUAN PUSTAKA
B. Definisi
TB paru adalah penyakit infeksi saluran nafas bawah yang terjadi di jaringan
paru akibat dari mikrobakterium tuberculosis. Penyakit ini biasanya ditularkan
melalui inhalasi, percikan ludah (droplet) orang ke orang dan mengkolonisasi
bronkiolus atau alveolus. Apabila bakteri tuberculin berhasil menembus
mekanisme pertahanan sistem pernafasan dan berhasil menempati saluran
pernafasan bawah maka penjamu akan melakukan respon imun dan peradangan
yang kuat. Karena respon yang hebat ini yang terutama diperantarai oleh sel T
maka hanya sekitar 5% orang yang terpajan basil tersebut menderita tuberculosis.
Yang bersifat menular bagi orang lain adalah mereka yang mengidap infeksi
tuberculosis aktif dan hanya pada masa infeksi aktif.
C. Etiologi
TB paru disebabkan oleh mikrobakterium tuberculosis. Yaitu sejenis kuman
berbentuk batang. Penyebab TB paru ini didukung juga oleh pola hidup yang
tidak sehat seperti sering merokok, makan makanan yang kurang gizi, pola
istirahat tidak teratur atau juga karena lingkungan yang tidak sehat.
D. Klasifikasi
1. Pembagian secara patologis
TB primer (childhood TB)
TB post primer (Adult TB)
2. Pembagian secara aktivitas radiologis
TB paru aktif
TB paru non aktif
Quiescent
Betuk aktif yang mulai menyembuh.
3. Pembagian secara radiologis
TB minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada 1 paru atau keduanya tapi
jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
TB tahap menengah
Ada kavitas dengan diameter tidak lebih dari sepertiga bagian 1 paru.
TB tahap lanjut
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada TB tahap
menengah
Menurut American Thoracic Society ada 4 klasifikasi:
1. Kategori 0: tidak pernah terpajan dan tidak terinfeksi, riwayat kontak tidak
ada, tes tuberculin negatif.
2. Kategori I: terpajan TB, tapi tidak terbukti ada infeksi. Disini riwayat
kontak positif, tes tuberculin negatif
3. Kategori II: terinfeksi tuberculosis, tapi tidak sakit, tes tuberculin positif,
radiologist dan sputum tidak ada
4. Kategori III: terinfeksi tuberculosis dan sakit.
TB paru
2.
3.
TB paru tersangka yang tidak diobati: disini sputum BTA negatif dan
tanda-tanda lain juga meragukan
Kasus kambuh
F. Komplikasi
Bila tidak ditangani dengan benar TB paru dapat mengakibatkan komplikasi.
Komplikasi ini dibedakan menjadi:
1. Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, emfisema, laryngitis dan menjalar ke
organ lain.
2. Komplikasi lanjut: obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim berat (fibrosis
paru dan cor pulmonal), Ca paru, dan ARDS.
G. Patofisiologi
Tempat masuk kuman M. Tuberculosis adalah saluran
pernafasan, saluran pencernaan dan luka terbuka pada kulit.
Kebanyakan infeksi tuberkulosis (TBC) terjadi melalui udara, yaitu
melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman-kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon
imunitas perantara sel. Sel efektorya adalah makrofag, sedangkan
limfosit ( biasanya sel T ) adalah sel imunoresponsifnya. Basil
tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi
sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan
yang lebih besar cenderung tertahan di saluran hidung dan cabang
besar bronkhus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada
dalam ruang alveolus, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut
dan memfagosit bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.
Setelah hari-hari pertama leukosit diganti oleh makrofag. Alveoli
yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala
pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan
sendirinya, sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat
juga berjalan terus, dan bakteri terus difagosit atau berkembang-biak
di dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar getah bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi
menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel
tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit. Reaksi ini
membutuhkan waktu 10 20 hari .
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat
dan seperti keju, isi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Bagian ini
disebut dengan lesi primer. Daerah yang mengalami nekrosis
kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri dari sel
yang
besar
yang
1.
2.
1.
-
Katagori I
Ditujukan terhadap :
Kasus baru dengan sputum negatif
3.
Kategori III
-
Ditujukan terhadap :
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak luas.
Kategori IV
Untuk TB usila dengan BTA negatif, terapi paduan 2RHZ / 4RH, kategori
3 (WHO, 1991)
Selain variasi pemberian obat secara harian (seperti di atas, dapat juga
diberikan secara intermitten 3x seminggu.
Bila salah satu obat di atas tidak dapat diberikan, diganti dengan
streptomisin
2. Penatalaksanaan keperawatan
Fisioterapi dada
Pembatasan aktivitas
Berikan motivasi untuk minum obat secara teratur pada pasien dan
keluarga (PMO)
J. Pengkajian
Rangkaian tehnik pengkajian pada TB paru adalah inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi.
Inspeksi
Pada saat melakukan inspeksi kita melihat bagaimana bentuk dan kesimetrisan
dada, karakteristik kulit, irama dan frekuensi pernapasan. Pada hasil inspeksi
terlihat barrelchest.
Palpasi
Dengan melakukan palpasi kita dapat mengetahui:
Kesejajaran trakeal, karakteristik umum dinding dada, ekspansi thorakal, fremitus
taktil. Pada TB paru, didapatkan hasil adanya pembesaran nodus limpe
dibelakang telinganya.
Perkusi
Kita lakukan perkusi pada dinding dada posteror, lateral dan anterior. Pada
pemeriksaan dengan perkusi didapat bunyi pekak.
Auskultasi
Kita lakukan auskultasi untuk mendengar bunyi nafas, meliputi kualitas,
kekuatan, intensitas, durasi dan frekuensi. Auskultasi ini dilakukan pada dinding
dada posterior, lateral dan anterior. Bunyi nafas menghilang, bunyi bronkial atau
bronkovesikuler, crakles, fremitus, dan egofoni.
Pemeriksaan fisik:
1. TTV
Nadi
Tekanan darah
Status kesadaran
Gaya berjalan
3. Dada
a. kiposis, peningkatan diameter anteroposterior, bentuk barrelchest
b. Karakteristik nyeri dada:
4. Respiratori sistem:
1. Respiratori rate (RR): meningkat atau menurun
2. Usaha nafas: penggunaan otot bantu
3.
kemudian
berkembang
ke
pembentukan
Riwayat kesehatan:
a. Anggota keluarga pernah menderita TB
sputum
Interaksi sosial
Gejala: ada perasaan isolasi atau penolakan karena penyakit menular,
perubahan pola biasa dalam tanggung jawab atau perubahan kapasitas fisik
untuk melaksanakan peran
Penyuluhan/ pembelajaran
Gejala: Riwayat keluarga TB, kemampuan umum/ status kesehatan buruk,
gagal untuk membaik/ kambuhnya TB, tidak berpartisipasi dalam terapi
Pertimbangan: Menunjukkan rencana dirawat 6 hari
Rencana pemulangan: Memerlukan bantuan dengan/ bantuan dalam terapi
obat dan bantuan perawatan diri dan pemeliharaan/ perawatan rumah
K. Diagnosa Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kongesti pulmonal
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan peningkatan
metabolisme tubuh
3. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d mual, muntah, peningkatan
metabolisme
4. Nyeri b.d peregangan otot saat batuk
5. Gangguan pertukaran gas b.d suplai oksigen kurang
.
L. Asuhan Keperawatan
Diagnosa: Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d kongesti pulmonal
Definisi: individu tidak mampu untuk mengeluarkan sekret atau obstruksi saluran
nafas untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas.
Hasil pengkajian:
1. Abnormal suara nafas: ronchi, wheezing
2. Perubahan respiratori rate/kedalaman
3. Batuk dengan/tanpa produksi sputum
4. Sianosis
5. Dispnea
Kriteria hasil:
1. Lansia mampu mengeluarkan sputum
2. Lansia kembali ke fungsi semula dan mampu melakukan aktivitas fisik
3. Lansia dan keluarga mengetahui tanda dan gejala sehingga dapat melaporkan
kepada dokter jika tanda dan gejala muncul
4. Lansia dan keluarga memahami jadual medikasi dan efek samping
Intervensi
Rasional
Mandiri:
Kaji perubahan suara nafas seperti Perubahan
ronchi, wheezing.
penurunan
tersebut
status
mengindikasikan
pasien.
Lansia
Pengkajian
yang
tepat
dapat
sehingga
dapat
dilakukan
intervensi.
Dorong batuk dan nafas dalam setiap
2 sampai dengan 4 jam. Suction bila
perlu.
Kolaborasi:
Berikan
steroid
kombinasi bronchodilator.
Diagnosa: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia dan
peningkatan metabolisme tubuh.
Kriteria hasil: menunjukkan peningkatan berat badan.
Intervensi
Rasional
Catat status nutrisi pada penerimaan, Berguna
dalam
kekurangan
integritas
berat
mukosa
mendefinisikan
masalah
dan
pilihan
kemampuan/ketidakmampuan menelan,
adanya
tonus
usus,
riwayat
dalam
mengidentifikasi
kebutuhan/kekuatan
khusus.
Selidiki anoreksia, mual, dan muntah Dapat mempengaruhi pilihan diet dan
area
pemecahan
dan catat kemungkinan hubungan mengidentifikasi
untuk
meningkatkan
dengan obat. Awasi frekuensi, volume, masalah
pemasukan/penggunaan nutrien.
konsistensi feses.
Dorong dan berikan periode istirahat Membantu menghemat energi khususnya
sering.
karbohidrat.
takipnea,
normal/menurunnya
peningkatan
bunyi
Rasional
tak TB paru menyebabkan efek luas pada
nafas, paru daari bagian kecil bronkopneumonia
upaya
terbatasnya ekspansi dinding dada, dan efusi pleural, dan fibrosis luas. Efek
pernapasan dapat dari ringan sampai
kelemahan.
perubahan
Catat
pada
sianosis
tirah
baring/batasi Menurunkan
konsumsi
oksigen/