Anda di halaman 1dari 20

TUGAS SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI REUMATOID ARTRITIS

TINJAUAN PUSTAKA
A.

DEFINISI

Reumatoid artritis merupakan suatu penyakit inflamasi sistemik kronik yang


manifestasi utamanya adalah poliartritis yang progresif, akan tetapi penyakit ini
juga melibatkan seluruh organ tubuh. (Hidayat, 2006)
Artritis reumatoid adalah suatu penyakit autoimun dimana persendian (biasanya
sendi tangan dan kaki) secara simetris mengalami peradangan, sehingga terjadi
pembengkakan, nyeri dan sering kali akhirnya menyebabkan kerusakan bagian
dalam sendi. (www.medicastore.com)

B.

ETIOLOGI

Hingga kini penyebab Reumatoid Artritis (RA) belum diketahui, tetapi beberapa
hipotesa menunjukkan bahwa RA dipengaruhi faktor faktor :

Mekanisme imun (Antigen - Antibody) seperti interaksi antara IGC dan


faktor rematoid.

Gangguan metabolisme.

Genetik.

Faktor lain : nutrisi dan lingkungan (pekerjaan dan psikososial)

C.

PATOFISIOLOGI

Cedera mikro vascular danjumlah sel yang mebatasi dinding sinovium


merupakan lesi paling dini pada sinovisis rematoid. Sifat trauma yang
menimbulkan respon ini masih belum diketahui. Kemudian, tampak peningkatan
jumlah sel yang membatasi dinding sinovium bersama sel mononukleus
privaskular. Seiring dengan perkembangan sinovium edematosa dan menonjol
kedalam rongga sendi sebagai tonjolan tonjolan vilosa.
Pada penyakit rematoid artritis terdapat 3 stadium yaitu :

Stadium sinovisis

Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial yang ditandai
hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat istirahat maupun bergerak,
bengkak dan kekakuan.

Stadium destruksi

Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial terjadi juga pada
jaringan sekitarnya yang ditandai dengan adanya kontraksi tendon.

Stadium deformitas

Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan berulang kali, deformitas
dan gangguan fungsi secara menetap.

D.

TANDA DAN GEJALA

Pasien pasien dengan RA akan menunjukkan tanda dan gejala seperti :

Nyeri persendian

Bengkak (Rheumatoid nodule)

Kekauan pada sendi terutama setelah bangun tidur pad pagi hari

Terbatasnya pergerakan

Sendi sendi terasa panas

Demam (pireksia)

Anemia

Berat badan menurun

Kekuatan berkurang

Tampak warna kemerahan pada sekitar sendi

Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal

Pasien tampak anemik

Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :

Gerakan menjadi terbatas

Nyeri tekan

Deformitas bertambah pembengkakan

Kelemahan

Depresi

Gejala ekstraartikular :

Pada jantung :

Rheumatoid heard diseasure

Valvula lesion (gangguan katub)


Pericarditis
Myocarditis

Pada mata :

Keratokonjungtivitis Scleritis

Pada lympa : Lhymphadenopathy

Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis

Pada otot : Mycsitis

E.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Faktor reumatoid : positif pada 80 95% kasus

Fiksasi lateks : positif pada 75% dari kasus kasus khas

Reaksi reaksi aglutinasi : positif pada lebih dari 50% kasus kasus yang
khas

LED : umumnya meningkat pesat (80 100 mm/h) mungkin kembali


normal sewaktu gejala gejal meningkat

Protein C kreatif : positif selama masa eksaserbasi

SDP : meningkat pada waktu timbul proses inflamasi

JDL : umumnya menunjukkan anemia sedang

Ig (Ig M dan Ig G) : peningkatan besar menunjukkan proses autoimun


sebagai penyebab AR

Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan


yang lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak
sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartistik yang terjadi secara bersamaan.

Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium

Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan


irregularitas / degenerasi tulang pada sendi

Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar


dari normal : buram, berkabut, munculnya warna kuning (respon inflamasi,
produk produk pembuangan degeneratif); elevasi SDP dan lekosit, penuruna
viskositas dan komplemen (C3 dan C4)


Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas
Kriteria diagnostik artritis reumatoid adalah terdapat poli artritis yang simetris
yang mengenai sendi sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri artikuler pada foto rontgen.
Kriteria reumatoid artritis menurut American Reumatism Association (ARA)
adalah :

Kekuatan sendi jari jari tangan pada pagi hari (Morning Stiffness)

Nyeri pada pergerakan sendi atau nyeri tekan sekurang kurangnya pada
satu sendi

Pembengkakan (oleh penebalan jaringan lunak atau oleh efusi cairan)


pada salah satu sendi secara terus menerus sekurang kurangnya selama 6
minggu

Pembengkakan pada salah satu sendi lain sekurang kurangnya selama 6


minggu

Pembengkakan sendi yang bersifat simetris

Nodul subcutan pada daerah tonjolan tulang didaerah ekstensor

Gambaran foto rontgen yang khas pada reumatoid artritis

Uji aglutinasi faktor reumatoid

Pengendapan cairan musin yang jelek

Perubahan karakteristik histologik lapisan sinovia

Gambaran histologik yang khas pada nodul

Berdasarkan kriteria ini maka disebut :


Klasik : bila terdapat 7 kriteria dan berlangsung sekurang kurangnya 6 minggu
Definitif : bila terdapat 5 kriteria dan berlangsung sekurang kurangnya 6
minggu
Kemungkinan reumatoid : bila terdapat 3 kriteria dan berlangsung sekurang
kurangnya 4 minggu
F.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan medik pada pasien RA diantaranya :


a)
Pendidikan : meliputi tentang pengertian, patofisiologi, penyebab dan
prognosis penyakit ini

b)

Istirahat : karena pada RA ini disertai rasa lelah yang hebat

c)
Latihan : pada saat pasien tidak merasa lelah atau inflamasi berkurang, ini
bertujuan untuk mempertahankan fungsi sendi pasien
d)

Termoterapi

e)

Gizi yaitu dengan memberikan gizi yang tepat

f)

Pemberian obat obatan :

Anti inflamasi non steroid (NSAID) contoh : aspirin yang diberikan pada
dosis yang telah ditentukan

Obat obat untuk reumaoid artritis :

Acetyl salicylic acid, cholyn salicylate (analgetik, antipyretik, anty


inflamatory)

Indomethacin / indocin (analgetik, anti inflamatori)

Ibufropen / motrin (analgetik, anti inflamatori)

Tolmetin sodium / tolectin (analgetik, anti inflamatori)

Naproxsen / naprosin (analgetik, anti inflamatori)

Sulindac / clinoril (analgetik, anti inflamatori)

Piroxicam / feldene (analgetik, anti inflamatori)

G.

KOMPLIKASI

a)
Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi dibawah kulit yang disebut subcutan nodule
b)

Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot

c)

Pada pembuluh darh terjadi tromboemboli

d)

Terjadi splenomegali

H.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

a)

PENGKAJIAN

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ
organ lainnya (misalnya mata, jantung paru paru, ginjal) tahapan misalnya

eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaan bersama bentuk bentuk artritis
lainnya.

Pengkajian 11 pola Gordon :


1)

Pola persepsi kesehatan pemeliharaan kesehatan

Apakah pernah mengalami sakit pada sendi sendi ?

Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya ?

Riwayat keluarga dengan RA

Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun

Riwayat infeksi virus, bakteri, parasit dll

2)

Pola nutrisi metabolik

Jenis, frekuensi, jumlah makanan yang dikonsumsi (makanan yang banyak


mengandung pospor (zat kapur), vitamin dan protein)

Riwayat gangguan metabolic

3)

Pola eliminasi

Adakah gangguan saat BAB atau BAK ?

4)

Pola aktivitas dan latihan

Kebiasaan aktivitas sehari hari sebelum dan sesudah sakit

Jenis aktivitas yang dilakukan

Rasa sakit / nyeri pada saat melakukan aktivitas

Tidak mampu melakukan aktivitas berat

5)

Pola istirahat dan tidur

Apakah ada gangguan tidur ?

Kebiasaan tidur sehari

Terjadi kekakuan selama - 1 jam setalah bangun tidur

Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur

6)

Pola persepsi kognitif

Adakah nyeri sendi saat digerakkan atau istirahat

7)

Pola persepsi dan konsep diri

Adakah perubahan pada bentuk tubuh (deformitas / kaku sendi) ?

Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya ?

8)

Pola peran dan hubungan dengan sesama

Bagaimana hubungan dengan keluarga ?

Apakah ada perubahan dengan peran pada klien ?

9)

Pola reproduksi seksualitas

Adakah gangguan seksualitas ?

10)

11)

Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress


Adakah perasaan takut, cemas akan penyakit yang diderita ?
Pola sistem kepercayaan

Agama yang dianut ?

Adakah gangguan beribadah ?

Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada Tuhan

b)

Diagnosa keperawatan

1.
Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan / proses inflamasi, destruksi sendi.
Dapat dibuktikan oleh : keluhan nyeri, ketidaknyamanan, kelelahan, berfokus
pada diri sendiri, perilaku distraksi / respons autonomic, perilaku yang bersifat
hati hati / melindungi.
Hasil yang diharapkan / kriteria evaluasi pasien akan :

Menunjukkan nyeri hilang / terkontrol

Terlihat rifleks, dapat tidur / beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas


sesuai dengan kemampuan

Mengikuti program farmakologis yang diresepkan

Menggabungkan ketrampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam


program kontrol nyeri
Intervensi dan rasional :

Selidiki keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0 10). Catat
faktor faktor yang mempercepat dan tanda tanda rasa sakit non verbal.

Rasional : membantu dalam menentukan kebutuhan manajemen nyeri dan


keefektifan program.

Berikan matras atau kasur keras, bantal kecil. Tinggikan linen tempat tidur
sesuai kebutuhan.
Rasional : matras yang lembut dan empuk, bantal yang besar akan mencegah
pemeliharaan kesejajaran tubuh yang tepat, menempatkan stress pada sendi
yang sakit. Peninggian linen tempat tidur menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi atau nyeri.

Tempatkan atau pantau penggunaan bantal, karung pasir, gulungan


trokhanter, bebat, brace.
Rasional : mengistirahatkan sendi sendi yang sakit dan mempertahankan posisi
netral. Penggunaan brace dapat menurunkan nyeri dan dapat mengurangi
kerusakan pada sendi.

Dorong untuk sering mengubah posisi, bantu untuk bergerak di tempat


tidur, sokong sendi yang sakit di atas dan di bawah, hindari gerakan yang
menyentak.
Rasional : mencegah terjadinya kelelahan umum dan kekakuan sendi.
Menstabilkan sendi, mengurangi gerakan atau rasa sakit pada sendi.

Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada pada
waktu bangun atau pada waktu akan tidur. Sediakan waslap hangat untuk
mengompres sendi sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air
kompres, air mandi dan sebagainya.
Rasional : panas meningkatkan relaksasi otot dan mobilitas, menurunkan rasa
sakit dan melepaskan kekakuan di pagi hari. Sensitivitas pada panas dapat
dihilangkan dan luka dermal dapat disembuhkan.

Berikan masase yang lembut.

Rasional : meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri.

Dorong penggunaan teknik manajemen stress, misalnya relaksasi


progresif, sentuhan terapeutik, biofeed back, visualisasi, pedoman imajinasi,
hyonosis diri, dan pengendalian napas.
Rasional : meningkatkan relaksasi, memberikan rasa kontrol dan mungkin
meningkatkan kemampuan koping.

Libatkan dalam aktivitas hiburan yang sesuai untuk situasi individu.

Rasional : memfokuskan kembali perhatian, memberikan stimulasi, dan


meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan sehat.

Beri obat sebelum aktivitas atau latihan yang direncanakan sesuai


petunjuk.

Rasional : meningkatkan relaksasi, mengurangi tegangan otot / spasme,


memudahkan untuk ikut serta dalam terapi.

Kolaborasi : berikan obat obatan sesuai petunjuk, misalnya asetil


salisilat.
Rasional : sebagai anti inflamasi dan efek analgesik ringan dalam mengurangi
kekakuan dan meningkatkan mobilitas.

Berikan kompres dingin jika dibutuhkan.

Rasional : rasa dingin dapat menghilangkan nyeri dan bengkak selama periode
akut.

2.
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan kekuatan otot.
Dapat dibuktikan oleh : keengganan untuk mencoba bergerak atau
ketidakmampuan untuk dengan sendiri bergerak dalam lingkungan fisik.
Membatasi rentang gerak, ketidakseimbangan koordinasi, penurunan kekuatan
otot atau kontrol dan massa (tahap lanjut).
Hasil yang diharapkan atau kriteria evaluasi pasien akan :

Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya atau pembatasan


kontraktur.

Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan fungsi dari


kompensasi bagian tubuh.

Mendemonstrasikan tehnik atau perilaku yang memungkinkan melakukan


aktivitas.
Intervensi dan rasional :

Evaluasi / lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi / rasa sakit pada sendi.

Rasional : tingkat aktivitas / latihan tergantung dari perkembangan / resolusi dari


proses inflamasi.

Pertahankan istirahat tirah baring / duduk jika diperlukan jadwal aktifitas


untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
yang tidak terganggu.
Rasional : istirahat sistemik dianjurkan selama eksaserbasi akut dan seluruh fase
penyakit yang penting untuk mencegah kelelahan mempertahankan kekuatan.

Bantu dengan rentang gerak aktif / pasif, demikian juga latihan resesif dan
isometris jika memungkinkan.

Rasional : mempertahankan / meningkatkan fungsi sendi, kekuatan otot dan


stamina umum. Catatan : latihan tidak adekuat menimbulkan kekakuan sendi,
karenanya aktivitas yang berlebihan dapat merusak sendi.

Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup.


Demonstrasikan / bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas,
misalnya trapeze.
Rasional : menghilangkan tekanan pada jaringan dan meningkatkan sirkulasi.
Mempermudah perawatan diri dan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan yang
tepat dapat mencegah robekan abrasi kulit.

Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokater, bebat, brace.

Rasional : meningkatkan stabilitas (mengurangi resiko cidera) dan


mempertahankan posisi sendi yang diperlukan dan kesejajaran tubuh,
mengurangi kontraktor.

Gunakan bantal kecil / tipis di bawah leher.

Rasional : mencegah fleksi leher.

Dorong pasien memepertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri


dan berjalan.
Rasional : memaksimalkan fungsi sendi dan mempertahankan mobilias.

Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan


pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
Rasional : menghindari cidera akibat kecelakaan / jatuh.

Kolaborasi : konsul dengan fisioterapi.

Rasional : berguna dalam memformulasikan program latihan / aktivitas yang


berdasarkan pada kebutuhan individual dan dalam mengidentivikasi alat.

Kolaborasi : berikan matras busa / pengubah tekanan.

Rasional : menurunkan tekanan pada jaringan yang mudah peceh untuk


mengurangi resiko imobilitas.

Kolaborasi : berikan obat obatan sesuai indikasi (steroid).

Rasional : mungkin dibutuhkan untuk menekan sistem inflamasi akut.

3.
Gangguan Citra Tubuh / Perubahan Penampilan Peran berhubungan
dengan perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum,
peningkatan penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.

Dapat dibuktikan oleh : Perubahan fungsi dari bagian-bagian yang sakit.


Bicara negatif tentang diri sendiri, fokus pada kekuatan masa lalu, dan
penampilan.
Perubahan pada gaya hidup/ kemapuan fisik untuk melanjutkan peran,
kehilangan pekerjaan, ketergantungan pada orang terdekat.
Perubahan pada keterlibatan sosial; rasa terisolasi.
Perasaan tidak berdaya, putus asa.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi-Pasien akan :

Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk


menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.

Menyusun rencana realistis untuk masa depan.

Intervensi dan rasional :

Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit,


harapan masa depan.
Rasional : berikan kesempatan untuk mengidentifikasi rasa takut/ kesalahan
konsep dan menghadapinya secara langsung.

Diskusikan arti dari kehilangan / perubahan pada pasien / orang terdekat.


Memastikan bagaimana pandangan pribadi pasien dalam memfungsikan gaya
hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
Rasional : mengidentifikasi bagaimana penyakit mempengaruhi persepsi diri dan
interaksi dengan orang lain akan menentukan kebutuhan terhadap intervensi /
konseling lebih lanjut.

Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima


keterbatasan.
Rasional : isyarat verbal / non verbal orang terdekat dapat mempunyai pengaruh
mayor pada bagaimana pasien memandang dirinya sendiri.

Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.

Rasional : nyeri konstan akan melelahkan, dan perasaan marah dan bermusuhan
umum terjadi.

Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu


memperhatikan perubahan.

Rasional : dapat menunjukkan emosional ataupun metode koping maladaptif,


membutuhkan intervensi lebih lanjut.

Susun batasan pada perilaku maladaptif. Bantu pasien untuk


mengidentifikasi perilaku positif yang dapat membantu koping.
Rasional : membantu pasien untuk mempertahankan kontrol diri, yang dapat
meningkatkan perasaan harga diri.

Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat


jadwal aktivitas.
Rasional : meningkatkan perasaan harga diri, mendorong kemandirian, dan
mendorong berpartisipasi dalam terapi.

Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan.

Rasional : mempertahankan penampilan yang dapat meningkatkan citra diri.

Berikan bantuan positif bila perlu.

Rasional : memungkinkan pasien untuk merasa senang terhadap dirinya sendiri.


Menguatkan perilaku positif. Meningkatkan rasa percaya diri.

Kolaborasi : rujuk pada konseling psikiatri, misalnya perawat spesialis


psikiatri, psikolog.
Rasional : pasien / orang terdekat mungkin membutuhkan dukungan selama
berhadapan dengan proses jangka panjang / ketidakmampuan.

Kolaborasi : berikan obat-obatan sesuai petunjuk, misalnya anti ansietas


dan obat-obatan peningkat alam perasaan.
Rasional : mungkin dibutuhkan pada saat munculnya depresi hebat sampai
pasien mengembangkan kemapuan koping yang lebih efektif.

4.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,
penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.

Dapat dibuktikan oleh : Ketidakmampuan untuk mengatur kegiatan sehari-hari.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi - Pasien akan :

Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten


dengan kemampuan individual.


Mendemonstrasikan perubahan teknik / gaya hidup untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi / komunitas yang dapat


memenuhi kebutuhan perawatan diri.
Intervensi dan rasional :

Diskusikan tingkat fungsi umum (0 - 4) sebelum timbul awitan /


eksaserbasi penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
Rasional : mungkin dapat melanjutkan aktivitas umum dengan melakukan
adaptasi yang diperlukan pada keterbatasan saat ini.

Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.

Rasional : mendukung kemandirian fisik / emosional.

Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /


rencana untuk modifikasi lingkungan.
Rasional : menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian, yang akan
meningkatkan harga diri.

Kolaborasi : konsul dengan ahli terapi okupasi.

Rasional : berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan


individual. Misalnya memasang kancing, menggunakan alat bantu memakai
sepatu, menggantungkan pegangan untuk mandi pancuran.

Kolaborasi : atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan


dengan evaluasi setelahnya.
Rasional : mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena
tingkat kemampuan aktual.

Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, misalnya pelayanan


perawatan rumah, ahli nutrisi.
Rasional : mungkin membutuhkan berbagai bantuan tambahan untuk persiapan
situasi di rumah.

5.
Kebutuhan pembelajaran mengenai penyakit, prognosis, dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemajanan / mengingat, kesalahan
interpretasi informasi.

Dapat dibuktikan oleh :


Pertanyaan / permintaan informasi, pernyataan kesalahan konsep.

Tidak tepat mengikuti instruksi / terjadinya komplikasi yang dapat dicegah.

Hasil yang diharapkan / kriteria Evaluasi - Pasien akan :

Menunjukkan pemahaman tentang kondisi / prognosis, perawatan.

Mengembangkan rencana untuk perawatan diri, termasuk modifikasi gaya


hidup yang konsisten dengan mobilitas dan atau pembatasan aktivitas.
Intervensi dan rasional :

Tinjau proses penyakit, prognosis, dan harapan masa depan.

Rasional : memberikan pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan


berdasarkan informasi.

Diskusikan kebiasaan pasien dalam penatalaksanaan proses sakit melalui


diet, obat-obatan, dan program diet seimbang, latihan dan istirahat.
Rasional : tujuan kontrol penyakit adalah untuk menekan inflamasi sendiri /
jaringan lain untuk mempertahankan fungsi sendi dan mencegah deformitas.

Bantu dalam merencanakan jadwal aktivitas terintegrasi yang realistis,


istirahat, perawatan pribadi, pemberian obat-obatan, terapi fisik, dan
manajemen stres.
Rasional : memberikan struktur dan mengurangi ansietas pada waktu menangani
proses penyakit kronis kompleks.

Tekankan pentingnya melanjutkan manajemen farmakoterapeutik.

Rasional : keuntungan dari terapi obat-obatan tergantung pada ketepatan dosis.

Anjurkan mencerna obat-obatan dengan makanan, susu, atau antasida


pada waktu tidur.
Rasional : membatasi irigasi gaster, pengurangan nyeri pada HS akan
meningkatkan tidur dan mengurangi kekakuan di pagi hari.

Identifikasi efek samping obat-obatan yang merugikan, misalnya tinitus,


perdarahan gastrointestinal, dan ruam purpuruik.
Rasional : memperpanjang dan memaksimalkan dosis aspirin dapat
mengakibatkan takar lajak. Tinitus umumnya mengindikasikan kadar terapeutik
darah yang tinggi.

Tekankan pentingnya membaca label produk dan mengurangi penggunaan


obat-obat yang dijual bebas tanpa persetujuan dokter.
Rasional : banyak produk mengandung salisilat tersembunyi yang dapat
meningkatkan risiko takar layak obat / efek samping yang berbahaya.


Tinjau pentingnya diet yang seimbang dengan makanan yang banyak
mengandung vitamin, protein dan zat besi.
Rasional : meningkatkan perasaan sehat umum dan perbaikan jaringan.

Dorong pasien obesitas untuk menurunkan berat badan dan berikan


informasi penurunan berat badan sesuai kebutuhan.
Rasional : pengurangan berat badan akan mengurangi tekanan pada sendi,
terutama pinggul, lutut, pergelangan kaki, telapak kaki.

Berikan informasi mengenai alat bantu.

Rasional : mengurangi paksaan untuk menggunakan sendi dan memungkinkan


individu untuk ikut serta secara lebih nyaman dalam aktivitas yang dibutuhkan.

Diskusikan tekinik menghemat energi, misalnya duduk daripada berdiri


untuk mempersiapkan makanan dan mandi.
Rasional : mencegah kepenatan, memberikan kemudahan perawatan diri, dan
kemandirian.

Dorong mempertahankan posisi tubuh yang benar baik pada saat istirahat
maupun pada waktu melakukan aktivitas, misalnya menjaga agar sendi tetap
meregang , tidak fleksi, menggunakan bebat untuk periode yang ditentukan,
menempatkan tangan dekat pada pusat tubuh selama menggunakan, dan
bergeser daripada mengangkat benda jika memungkinkan.
Rasional : mekanika tubuh yang baik harus menjadi bagian dari gaya hidup
pasien untuk mengurangi tekanan sendi dan nyeri.

Tinjau perlunya inspeksi sering pada kulit dan perawatan kulit lainnya
dibawah bebat, gips, alat penyokong. Tunjukkan pemberian bantalan yang tepat.
Rasional : mengurangi resiko iritasi / kerusakan kulit.

Diskusikan pentingnya obat obatan lanjutan / pemeriksaan laboratorium,


misalnya LED, kadar salisilat, PT.
Rasional : terapi obat obatan membutuhkan pengkajian / perbaikan yang terus
menerus untuk menjamin efek optimal dan mencegah takar lajak, efek samping
yang berbahaya.

Berikan konseling seksual sesuai kebutuhan.

Rasional : informasi mengenai posisi-posisi yang berbeda dan tehnik atau pilihan
lain untuk pemenuhan seksual mungkin dapat meningkatkan hubungan pribadi
dan perasaan harga diri / percaya diri.


Identifikasi sumber - sumber komunitas, misalnya yayasan arthritis (bila
ada).
Rasional : bantuan / dukungan dari oranmg lain untuk meningkatkan pemulihan
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Papadakis MA (Eds): Current Medical Diagnosis & Treatment, 34 th ed., Appleton
& Lange, International Edition, Connecticut 2005, 729-32.
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC. 2002.
www.perawatblogger.com./asuhan_keperawatan_rheumatoid_artritis.html
www.askepnurse.blogspot.com/askep_rheumatoid_artritis.mht

TUGAS NEUROBEHAVIOUR GANGGUAN PSIKOSOSIAL SKIZOFRENIA14 April 2011


22:18TINJAUAN PUSTAKA

A.

DEFINISI

Skizofrenia merupakan gangguan yang ditandai dengan disorganisasi


kepribadian yang cukup parah, distorsi realita dan ketidakmampuan berinteraksi
dengan kehidupan sehari-hari.

B. PENYEBAB
skizofrenia sangat kompleks dan dipengaruhi banyak faktor. Dengan makin
berkembangnya pengetahuan tentang biologi dan biokimia otak/saraf kini
diketahui bahwa ketidakseimbangan zat kimia atau neurotransmitter di dalam
otak dapat menjadi pemicu skizofrenia. Gejala positif diyakini akibat kelebihan
dopamine, sedang gejala negatif disebabkan serotonin yang berlebihan.
Penyebab lain adalah stres, penyakit di otak seperti infeksi, tumor atau kanker,
cedera otak baik ketika dewasa maupun saat dilahirkan,
serta faktor genetik.

C.

TANDA AWAL YANG BISA DIDETEKSI

mudah curiga, depresi, cemas, tegang, gampang tersinggung, dan marah.


Penderita juga mengalami gangguan tidur, nafsu makan, kehilangan energi dan

motivasi, sulit mengingat dan berkonsentrasi. Tanda lainnya, penderita merasa


asing di lingkungannya, sehingga menarik diri dari kehidupan sosial.

D.

GEJALA

Ada 2 kategori gejala:ditandai munculnya persepsi,

gejala positif = gejala tipe I pikiran, dan perilaku yang tidak biasa secara
menonjol, misalnya: halusinasi, delusi, pikiran dan pembicaraan kacau, dan
perilaku katatonik

gejala negatif = gejala tipe II ditandai hilangnya atau berkurangnya


kemampuan di area tertentu, misalnya tidak munculnya perilaku tertentu, afek
datar, dan alogia (tidak mau bicara).

Selain gejala2 tsb, terdapat beberapa ciri lain skizofrenia, yang sebenarnya
bukan kriteria formal untuk diagnosa namun sering muncul sebagai gejala, yaitu:

afek yang tidak tepat (mis. Tertawa saat sedih dan menangis saat
bahagia),

anhedonia (kehilangan kemampuan untuk merasakan emosi ttt, apapun


yang dialami tidak dapat merasakan sedih atau gembira), dan

ketrampilan sosial yang terganggu (mis. kesulitan memulai pembicaraan,


memelihara hubungan sosial, dan mempertahankan pekerjaan).
Karakteristik skizofrenia :
1. Gangguan Pikiran
Penderita skizofrenia mengalami gangguan dalam cara berpikir maupun isi
pikirannya.
a.

Cara berpikir

Neologisme, disini penderita memiliki frasa-frasa kata yang baru dimana


frasa kata tersebut hanya bisa dimengerti oleh dia sendiri. Dalam
pembicaraanpun mencerminkan asosiasi longgar dimana ide-ide yang
dibicarakan meloncat-loncat dan tidak berhubungan. Selain itu penderita
dipengaruhi oleh bunyi kata ketimbang maknanya.
b.

Isi pikiran

Kebanyakan penderita skizofrenia mengalami waham/delusion ( suatu perasaan


atau keyakinan yang keliru yang tidak bisa diubah dengan penalaran maupun
penyajian fakta ).
Macam waham/delusion :
Delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan
tertentu dari luar. Delusion of influence = waham tentang dirinya sendiri
dipengaruhi oleh suatu kekuatan tertentu dari luar. Delusion of passivity =
waham tentang gerakan tubuh, pikiran maupun tindakan tak berdaya terhadap
suatu kekuatan dari luar.

Delusion of perception = waham yang berhubunagn dengan pengalaman


indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat
mistik,
2. Gangguan Persepsi
Penderita seringkali merasakan bahwa dunia tampaknya "berbeda" bagi mereka.
Penderita merasa bagian tubuh mereka tampak terlalu besar ataupun terlalu
kecil. Gangguan persepsi yang paling dramatis dinamakan halusinasi. Halusinasi
auditorik/dengar ( biasanya penderita mendengar suara yang menyuru penderita
berperilaku tertentu maupun mengomentari perilakunya ) merupakan halusinasi
yang sering terjadi. Halusinasi visual/lihat ( penderita melihat sesuatu yang asing
) agak jarang ditemukan. Halusinasi sensorik lain ( penderita merasa ada suatu
bau buruk yang keluar dari tubuhnya, merasa kulitnya ditusuk-tusuk ) juga
jarang ditemukan.
3. Gangguan Afek
Pada umumnya penderita tidak merasakan emosi apa-apa. Penderita tidak
mampu merespon stimulus emosi dengan benar. Sebagai contoh penderita
mungkin tidak menunjukan emosi saat diberitahu kalo anaknya meninggal atau
tertawa saat
mendapat berita yang tragis.
4. Gangguan Perilaku
Penderita biasanya menunjukan aktivitas motorik dan ekspresi wajah yang
aneh. Ada juga yang melakukan gerakan yang tak lazim tanpa berhenti atau
mempertahankan dalam periode waktu yang lama atau cenderung mematung.
5. Gangguan Kemampuan untuk Bekerja

Pada umumnya penderita kehilangan motivasi kerja dan keterampilan sosial.


Selain itu penderita tak memperhatikan kesehatan ( tidak mau mandi ). Dan
tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

E.

PENATALAKSANAAN

Jika ditangani dengan cepat dan benar, kemungkinan besar penderita hanya
akan mengalami satu kali serangan kemudian membaik selamanya. Namun jika
memutus pengobatan tanpa konsultasi karena merasa kondisinya membaik,
penderita bisa kambuh kembali beberapa minggu, bulan atau tahun kemudian.
Sedang penderita yang terlambat dibawa ke dokter, seringkali tak menunjukkan
perbaikan yang berarti setelah diobati.
Dalam pengobatan skizofrenia, peran keluarga sangat penting. Tanpa dukungan
keluarga, penderita akan sulit sembuh, terutama untuk bersosialisasi
kembali. Banyak kasus terjadi sekembali dari rumah sakit jiwa, penderita
justru diasingkan sehingga merasa tidak nyaman dan kembali masuk rumah
sakit
jiwa.

DAFTAR PUSTAKA
Kriswandaru. 3 april 2008. Akses pada tanggal 2 oktober 2010 di
http://www.resep.web.id/ kesehatan/mengenal-penyakit-skizofrenia-salah-satugangguan-psikosis-fungsional.htm

Foods That Boost Your Immune


Lupa minum suplemen atau antibiotik demi menjaga kesehatan? Jangan khawatir.
Tubuh Anda sudah didesain untuk menyerap kandungan obat yang dihasilkan
makanan. Makanan apa sajakah yang mampu mencegah Anda terinfeksi ringan seperti
oleh flu? Iriel Parmato membeberkan beberapa diantaranya.
1. Bawang Putih
Bawang putih menolong sistem kekebalan tubuh melawan bakteri, virus, bahkan

infeksi jamur. Ini karena bawang putih mengandung allicin, ajoene dan thiosulfinates.
Efek yang dihasilkan ketiga zat tadi kira-kira seperti neosporin saat mengobati luka
kecil atau tinactin yang berfungsi sebagai antijamur jika dioleskan di kulit. Seperti
yang disebutkan sebuah penelitian, banyak mengonsumsi bawang putih saat terserang
flu akan membuat Anda lebih mudah sembuh.
2. Kerang
Jeli moluska dalam kerang yang terdiri dari zat seng (zinc) baik bagi sistem kekebalan
tubuh membantu sel darah putih dan antibodi lainnya bereproduksi lebih cepat dan
membuatnya lebih agresif melawan infeksi. Akan tetapi, mengonsumsi kerang saat flu
tidak diperkenankan. Anda juga harus hati-hati mengkonsumsi terlalu banyak zinc
menghidarkan absorso zat tembaga dan besi dalam tubuh yang menyebabkan anemia.
Konsultasikan dengan dokter jika Anda ingin meningkatkan konsumsi zinc.
3. Wortel
Wortel mengandung banyak beta karotin sumber energi phytonutrient yang memacu
produksi sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi sel pembunuh alami dan sel T. Sel
sehat yang dihasilkan tubuh. Sel ini menyerang tubuh serta membunuh mikroba
penyakit. Wortel juga mengandung falcanirol yang menjanjikan sebagai agen antikanker. Bagaimana cara mengonsumsi wortel yang baik? Makan wortel mentahmentah. Lalu, berapa jumlah wortel yang sebaiknya dikonsumsi untuk memberikan
manfaat? Cobalah makan setengah cangkir wortel per hari.
4. Yogurt
Tubuh kita membutuhkan bakteri hiduo tertentu agar pencernaan berfungsi secara
tepat. Lactobacillus acidophilus merupakan contoh bakter yang bermanfaat itu karena
ia menghasilkan asam lactic dalam perut yang membantu Anda mencernakan
makanan. Tanpa acidophilus kita tidak mampu mengabsorpsi banyak nutrisi, dan
sistem kekebalan tubuh kita pun terhenti. Tambahan, acidophilus secara aktif melawan
bakteri penyebab penyakit, seperti salmonella dan shigella yang melawan disentri.

Anda mungkin juga menyukai