Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Definisi hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan intermiten atau berlarut-larut dalam
tekanan sistolik maupun diastolik, yang tingginya bergantung pada usia
individu yang terkena. Tekanan darah berfluktuasi dalam batas-batas tertentu,
bergantung pada posisi tubuh, usia, dan tingkat stres yang dialami
(Tambayong, 2000).
Hipertensi merupakan penyebab utama stroke, penyakit jantung, dan
gagal ginjal. Prognosisnya baik jika gangguan ini dideteksi sejak dini dan jika
mulai ditangani sebelum pasien mengalami komplikasi. Tekanan darah yang
naik hebat (krisis hipertensif) bisa berakibat fatal (Nursing, 2011).
Hipertensi sistolik memiliki risiko yang sama atau lebih besar dibanding
elevasi diastolik. Hipertensi sistolik biasanya terlihat pada lansia dan
menimbulkan risiko stroke atau infarksi miokardial (myocardial infarction
MI).
Hipertensi biasanya tidak menimbulkan efek klinis sampai terjadi
perubahan vaskular di jantung, otak, atau ginjal. Kenaikan tekanan darah yang
tinggi akan merusak intima pembuluh darah kecil, sehingga menyebabkan
akumulasi fibrin di pembuluh, perkembangan edema lokal, dan bisa juga
menyebabkan penggumpalan intravaskular.
2. Etiologi hipertensi
Sampai saat ini, penyebab kasus-kasus hipertensi banyak yang belum
diketahui, tetapi secara umum penyebab hipertensi dibedakan menjadi dua.
1) Hipertensi primer (esensial)
Hipertensi ini tidak diketahui secara jelas penyebabnya. Beberapa hal
yang dimungkinkan menjadi faktor penyebabnya adalah faktor keturunan
(genetik), hiperaktivitas susunan saraf simpatetis, sistem renninangiotensin, defek dalam ekstraksi natrium (Na), peningkatan Na dan
kalsium (Ca) intraseluler, dan faktor gaya hidup (kebiasaan makan,
alkohol, dan rokok). Hipertensi ini justru lebih banyak jumlah kasusnya.
2) Hipertensi sekunder (renal)
Penyebab spesifik hipertensi ini diketahui. Di antaranya, yaitu
penggunaan estrogen, penyakit ginjal, kelebihan berat bedan, kelebihan
kolesterol, dan hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.
3. Faktor risiko hipertensi
Kedua hipertensi tersebut tidak memperlihatkan gejala yang nyata. Namun,
dengan mengetahui faktor-faktor penyebab sebenarnya dapat diidentifikasi
orang yang memiliki risiko tinggi.
1) Riwayat kesehatan keluarga
dan tegang
Mudah marah
Telinga sering berdengung
Mata berkunang-kunang
Sulit tidur
Sesak nafas
5. Patofisiologi hipertensi
Sistolik (mmHg)
< 120
< 130
130-139
Diastolik (mmHg)
< 80
< 85
85-89
140-159
160-179
180
90-99
100-109
110
High normal
Hipertensi:
Stage 1 (mild)
Stage 2
(moderate)
Stage 3 (severe)
ginjal unilateral.
Kalium serum: kadar yang kurang dari 3,5 mEq/L dapat mengindikasikan
ginjal.
Elektrokardiografi dapat menunjukkan hipertrofi atau iskemia ventrikular
kiri.
Sinar-X dada dapat menunjukkan kardiomegali.
Arteriografi renal dapat menunjukkan stenosis arteri renal.
7. Penatalaksanaan hipertensi
Penanganan hipertensi sekunder berfokus pada koreksi penyebab dan kontrol
efek hipertensif. National Institute of Health merekomendasikan pendekatan
berikut untuk menangani hipertensi primer:
berhenti merokok.
Jika pasien gagal mencapai tekanan darah yang diinginkan atau membuat
perkembangan yang signifikan, lanjutkan modifikasi gaya hidup dan mulai
atau CCB.
Diabetes: diuretik, BB, ACEI, ARB, atau CCB.
Penyakit ginjal kronis: ACEI atau ARB.
Pencegahan stroke rekuren: diuretik atau ACEI.
Obat antihipertensif lain seperlunya.
Jika pasien gagal mencapai tekanan darah yang diinginkan, lanjutkan
modifikasi gaya hidup dan optimalkan dosis obat atau gunakan obat
tambahan sampai dicapai tekanan darah yang diinginkan. Pertimbangkan
arteri renal.
8. Komplikasi hipertensi
1) Kerusakan dan gangguan pada otak
4) Integritas ego
kronik
Faktor-faktor stress multiple (hubungan, keuangan yang berkaitan
dengan pekerjaan)
5) Makanan dan cairan
Makanan yang disukai, dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi
lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur)
gula-gula yang berwarna hitam, kandungan tinggi kalori
Mual, muntah
Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat atau menurun)
6) Nyeri atau ketidaknyamanan
Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
Nyeri hilang timbul pada tengkuk
Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi sebelumnya
Pengkajian Per sistem:
1) Sirkulasi
Riwayat hipertensi, ateroskleorosis, penyakit jantung koroner atau katup
dan penyakit cerebro vaskuler
Episode palpitasi, perspirasi
2) Eliminasi
Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu seperti infeksi atau obtruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa lalu
3) Neurosensori
Keluhan pusing
Berdenyut, sakit kepala subokspital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
4) Pernapasan
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja
Takipneu, ortopneu, dispnea nokturnal paroksimal
Batuk dengan/tanpa pembentukan sputum
Riwayat merokok
Rencana keperawatan
1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral b.d. gangguan aliran arteri atau
vena yang ditandai dengan hipertensi.
Tujuan:
Status sirkulasi pasien adekuat
Kriteria hasil:
Intervensi:
1) Pantau tanda-tanda vital seperti suhu tubuh, tekanan darah, nadi, dan
2)
3)
4)
5)
pernafasan pasien.
Pantau terjadinya penglihatan yang kabur dan ketajaman penglihatan.
Pantau adanya sakit kepala pada pasien.
Minimalkan stimulus lingkungan pasien.
Instruksikan pasien untuk mengurangi merokok dan penggunaaan
stimulan lainnya.
6) Ajarkan pasien untuk melakukan terapi nafas dalam untuk membantu
mengurangi ansietas yang mampu meningkatkan tekanan darah.
7) Kolaborasikan pemberian antihipertensi jika diperlukan.
2. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan b.d. kurang mampu dalam
membuat keputusan atau penilaian yang tepat.
Tujuan:
Pengetahuan pasien mengenai perilaku hidup sehat ditingkatkan.
Kriteria hasil:
yang diinginkan.
Pasien mampu mengikuti rekomendasi program terapi.
Intervensi:
1) Identifikasi defisit kepercayaan dan pengetahuan yang mempengaruhi
pemeliharaan kesehatan.
2) Identifikasi faktor risiko potensial dan memprioritaskan strategi yang
mampu menurunkan risiko masalah kesehatan yang baru.
3) Identifikasi ketersediaan dan keadekuatan sistem pendukung.
4) Apresiasi pengetahuan dan tingkat keterampilan pasien saat ini yang
berhubungan dengan perubahan yang diinginkan.
5) Bantu pasien untuk memahami informasi yang berhubungan dengan
proses penyakit yang dideritanya.
6) Fasilitasi dukungan bagi pasien dari keluarga, teman, dan komunitas.
7) Informasikan pada pasien mengenai sumber komunitas dan orang yang
dapat dihubungi.
Daftar Pustaka
Julianti; Nurjanah, E; Soetrisno, N; Uken, S. 2005. Bebas Hipertensi dengan Terapi
Jus. Jakarta: Puspa Swara.
Price, Sylvia A; Wilson, Lorraine M. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis ProsesProses Penyakit, E/6, Vol.1. Jakarta: Penerbit EGC.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Penerbit EGC.
Tim Penyusun. 2011. Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta: PT
Puri Indah.