Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Bab 1. Pendahuluan
Di negara-negara berkembang dan juga negara maju, penyakit
infeksi merupakan satu masalah yang sering terjadi dan merupakan
tantangan bagi tenaga medis, karena penyakit infeksi angka kematiannya
masih cukup tinggi.
infeksi tersebut terjadi pada sistem saraf pusat. Infeksi sistem saraf pusat
meliputi infeksi pada otak, medulla spinalis dan membran. Infeksi sistem
saraf pusat tergantung pada lokasinya. Contoh penyakit yang merupakan
infeksi pada sistem saraf pusat adalah meningitis dan ensefalitis.
Meningitis
berarti
adanya
suatu
infeksi
selaput
otak
yang
masing-masing
penyakit.
Untuk
diagnosis
pastinya
Infeksi Intrakranial
virus, ataupun jamur. Infeksi susunan saraf pusat (SSP) dapat terbagi
menjadi meningitis bacterial, meningitis viral, ensefalitis, infeksi fokal
(abses otak dan emphiema subdural), dan trombophlebitis infeksiosa.
Perlu diketahui dan dibedakan antara masing-masingnya untuk dapat
memberikan penangananan yang tepat.
Bab 2. Pembahasan
ANATOMI DAN FISIOLOGI
Meningen
Meningen adalah selaput otak yang merupakan bagian dari susunan
saraf yang bersifat non neural. Meningen terdiri dari jaringan ikat berupa
membran yang menyelubungi seluruh permukaan otak, batang otak, dan
medulla spinal. Meningen terdiri dari tiga lapisan yaitu piamater,
arachnoid dan duramater.
Duramater:
Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh
periosteum yang membungkus permukaan dalam calvaria.
Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput
fibrosa yang kuat yang berlanjut terus di foramen magnum
dengan
duramater
spinalis
yang
membungkus
medulla
spinalis.
Arachnoidmater:
Menyerupai sarang laba-laba.
Merupakan bagian dari meningen yang mempunyai banyak
trabekula halus yang berhubungan dengan piamater tetapi
tidak mengikuti setiap lekukan otak. Diantara arachnoid dan
piamater terdapat ruang yang disebut ruang subarachnoid,
berisi cairan serebrospinal dan pembuluh-pembuluh darah.
Karena arakhnoid tidak mengikuti lekukan-lekukan otak, maka
di beberapa tempat terdapat ruang subarakhnoid melebar
yang disebut sisterna.
Siterna magna (paling besar): terletak diantara bagian
inferior serebelum dan medulla oblongata.
Sisterna pontis di permukaan ventral pons,
2
Infeksi Intrakranial
Sisterna
interpedunkularis
di
permukaan
ventral
mesensefalon,
Sisterna siasmatis di depan lamina terminalis.
Sisterna vena magna serebri di sudut antara serebelum
dan lamina quadrigemina.
Sisterna
ini
berhubungan dengan
sisterna
interpedunkularis
melalui
sisterna ambiens.
Ruang subarakhnoid spinal yang merupakan lanjutan dari
sisterna magna dan sisterna pontis merupakan selubung dari
medula spinalis sampai setinggi S2.
Ruang subarakhnoid dibawah L2 dinamakan sakus atau teka
lumbalis, tempat dimana cairan serebrospinal diambil pada
waktu pungsi lumbal.
Piamater:
Merupakan selaput tipis yang melekat pada permukaan otak
yang mengikuti setiap lekukan-lekukan pada sulkus dan fisura
pada otak, juga melekat pada permukaan batang otak dan
medulla spinalis kemudian ke kauda sampai ujung medulla
spinalis setinggi korpus vertebra.
Ruang epidural
Ruang epidural adalah ruang dimana diantara lapisan luar dura dan
tulang tengkorak yang terdapat jaringan ikat yang mengandung kapiler
halus.
Ruang subdural
Ruang subdural merupakan ruangan diantara lapisan dalam duramater
dan arachnoid yang mengandung sedikit cairan.
Infeksi Intrakranial
Infeksi Intrakranial
hemisfer
serebri,
thalamus
dan
dinding
hipothalanus.
Disebelah
umum
sirkulasi
CSS
terdiri
dari
pleksus
koroideus,
atau
foramen
Monroe.
Sedangkan
bagian
Infeksi Intrakranial
aquaduktus
cerebri
Sylvii
dan
melebar
ke
foramen
lateralis/foramen Luschka.
3. Spatium/Ruang Subaraknoid
Spatium subaraknoid terdapat diantara araknoid dan piamater.
Spatium subaraknoid diisi oleh CSS dan arteri-arteri utama yang
memperdarahi otak. Pada bagian tertentu spatium subaraknoid
melebar dan membentuk suatu cisterna. Antara medulla dan
cerebellum terdapat cisterna magna.
Infeksi Intrakranial
Gambar 3. potongan coronal Vili Arachnoid
Fisiologi aliran CSS:
Pembentukan CSS melalui 2 tahap, yang pertama terbentuknya
ultrafiltrat plasma di luar kapiler oleh karena tekanan hidrostatik dan
kemudian ultrafiltrasi diubah menjadi sekresi pada epitel khoroid melalui
proses metabolik aktif.5
Mekanisme sekresi CSS oleh pleksus khoroideus adalah sebagai
berikut: Natrium dipompa/disekresikan secara aktif oleh epitel kuboid
pleksus khoroideus sehingga menimbulkan muatan positif di dalam CSS.
Hal ini akan menarik ion-ion bermuatan negatif, terutama clorida ke dalam
CSS. Akibatnya terjadi kelebihan ion di dalam cairan neuron sehingga
meningkatkan tekanan somotik cairan ventrikel sekitar 160 mmHg lebih
tinggi dari pada dalam plasma. Kekuatan osmotik ini menyebabkan
sejumlah air dan zat terlarut lain bergerak melalui membran khoroideus
ke dalam CSS. Bikarbonat terbentuk oleh karbonik abhidrase dan ion
hidrogen yang dihasilkan akan mengembalikan pompa Na dengan ion
penggantinya yaitu Kalium. Proses ini disebut Na-K Pump yang terjadi dgn
bantuan Na-K-ATP ase, yang berlangsung dalam keseimbangan.5
Natrium memasuki CSS dengan dua cara, transport aktif dan difusi
pasif. Kalium disekresi ke CSS dengan mekanisme transport aktif,
demikian juga keluarnya dari CSS ke jaringan otak. Perpindahan Cairan,
Mg dan Phosfor ke CSS dan jaringan otak juga terjadi terutama dengan
mekanisme
transport
tergantung
pada
menentukan
aktif,
dan
konsentrasinya
konsentrasinya
masuknya
protein
dalam
serum
dalam
serum.
ke
dalam
CSS
Perbedaan
CSS
dan
tidak
difusi
juga
pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah ke CSS
dan juga pengeluaran CO2. Air dan Na berdifusi secara mudah dari darah
ke CSS dan ruang interseluler, demikian juga sebaliknya. Hal ini dapat
menjelaskan efek cepat penyuntikan intervena cairan hipotonik dan
hipertonik.5
Ada 2 kelompok pleksus yang utama menghasilkan CSS: yang pertama
dan terbanyak terletak di dasar tiap ventrikel lateral, yang kedua (lebih
sedikit) terdapat di atap ventrikel III dan IV. Diperkirakan CSS yang
7
Infeksi Intrakranial
dihasilkan oleh ventrikel lateral sekitar 95%. Rata-rata pembentukan CSS
20
ml/jam.
CSS
bukan
hanya
ultrafiltrat
dari
serum
saja
tapi
alirannya
adalah:
metabolisme
otak,
kekuatan
Infeksi Intrakranial
arakhnoid bergabung sehingga rongga perivaskuler tidak melanjutkan diri
pada tingkatan kapiler.
Yang mempengaruhi aliran LCS adalah metabolism otak, kekuatan
hidrodinamik aliran darah dan perubahan dalam tekanan osmotic
darah.
Infeksi Intrakranial
Gamb
ar 4. Aliran Cairan serebro spinal
Fungsi cairan serebrospinal (CSS):
Fungsi utama dari cairan serebrospinal ini adalah melindungi sistem
saraf
pusat
dari
trauma
(tekanan/benturan)
dari
luar dan
serebrospinal
menentukan
ada
tidaknya
darah
pd
cairan
Kejang
Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
Pasien koma
Ubun ubun besar menonjol
Kaku kuduk dengan kesadaran menurun
Tuberkolosis milier
10
Infeksi Intrakranial
Kontra Indikasi:
Masa di posterior
Komplikasi:
Sakit kepala
Infeksi
Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
Jarum pungsi patah
Herniasi
Tertusuknya saraf oleh jarum pungsi
infeksi
susunan
saraf
menurut
organ
yang
terkena
ensefalitis.
sebaliknya,
pembagian
menurut
jenis
kuman
11
Infeksi Intrakranial
pada
orang
dewasa,
sedangkan
Escericia
Coli
sering
menyerang anak-anak.
Meningitis
Serosa
yang
disebabkan
oleh
Jamur,
Virus,
pada
virulensi
pathogen
dan
sistem
kekebalan
host.
Infeksi Intrakranial
falciparum melalui eritrosit, Toxoplasma Gondii melalui makrofag dan
invasi intraselular pada haemofilus influenza. Bagi invasi ke ruang
subarachnoid, transmisi melaui pleksus koroidius, sinus venosus atau
lempeng kribrofom. Apabila memasuki ruang SSP, pathogen ini akan
menyebabkan terjadinya proses peradangan yang akan melepaskan
faktor komplemen dan sitokin, influks leukosit dan makrofag, dan juga
aktivasi microglia dan astrosit. Gangguan pada sawar darah otak
menyebabkan cairan dan protein influk dan melewati endothelium pada
pembuluh darah dan ssp dan terjadilah edema vasogenik serebral dan
juga disertai dengan edema seluler sitotoksik dan edema intertisial.
Edema serebral ini akan meninggikan tekanan intracranial.5,6
13
Infeksi Intrakranial
-
Pemeriksaan Fisik7
Keadaan umum
A. Ringan
Kesadaran penuh
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Pemenuhan kebutuhan mandiri
B. Sedang
Memiliki minimal 3 (tiga) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d apatis
Tanda-tanda vital (TTV) stabil
Memerlukan tindakan medis & perlukaan (diluar obs)
minimal 3 (tiga)
tindakan perhari
Memerlukan observasi
Pemenuhan kebutuhan di bantu sebagian s/d seluruhnya
C. Berat
Memiliki minimal 2 (dua) poin di bawah
Kesadaran penuh s/d samnolent
Tanda-tanda vital (TTV) tidak stabil
Memakai alat bantu organ vital
Memerlukan tindakan pengobatan & perawatan yang
intensif
Memerlukan observasi yang ketat
14
Infeksi Intrakranial
Pemenuhan kebutuhan di bantu seluruhnya
Kesadaran
Kualitatif:
Compos mentis: Baik/sempurna
Apatis: Perhatian berkurang
Somnolens: Mudah tertidur walaupun sedang diajak berbicara
Sopor/Delirium: Dengan rangsangan kuat masih memberi respon
gerakan
Coma: Tidak memberi respon sama sekali
Kuantitatif: GCS
Score yang 7= coma
Score yang 9= tidak coma
15
Infeksi Intrakranial
Nadi
16
Infeksi Intrakranial
Pernafasan
Gejala-gejala neurologik
kaku kuduk
gangguan kepribadian
refleks neurologik
Pemeriksaan Neurologis
17
Infeksi Intrakranial
Refleks fisiologis
a. Refleks superficial
Refleks dinding perut :
Cara : goresan dinding perut daerah epigastrik, supra
umbilikal, umbilikal, intra umbilikal dari lateral ke medial
Respon : kontraksi dinding perut
Refleks cremaster
Cara : goresan pada kulit paha sebelah medial dari atas ke
bawah
Respon : elevasi testes ipsilateral
Refleks gluteal
Cara : goresan atau tusukan pada daerah gluteal
Respon : gerakan reflektorik otot gluteal ipsilateral
b. Refleks tendon
Refleks Biceps (BPR):
Cara : ketukan pada jari pemeriksa yang ditempatkan pada
tendon m.biceps brachii, posisi lengan setengah diketuk
pada sendi siku.
Respon : fleksi lengan pada sendi siku
Refleks Triceps (TPR)
Cara : ketukan pada tendon otot triceps, posisi lengan
fleksi pada sendi siku dan sedikit pronasi
18
Infeksi Intrakranial
Respon : ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Refleks Periosto radialis
Cara : ketukan pada periosteum ujung distal os radial,
posisi lengan setengah fleksi dan sedikit pronasi
Respon : fleksi lengan bawah di sendi siku dan supinasi
krena kontraksi m.brachiradialis
Refleks Periostoulnaris
Cara : ketukan pada periosteum prosesus styloid ilna, posisi
lengan setengah fleksi dan antara pronasi supinasi.
Respon : pronasi tangan akibat kontraksi m.pronator
quadrates
Refleks Patela (KPR)
Cara : ketukan pada tendon patella
Respon : plantar fleksi kaki karena kontraksi m.quadrisep
femoris
Refleks Achilles (APR)
Cara : ketukan pada tendon Achilles
Respon : plantar fleksi kaki krena kontraksi
m.gastroenemius
Refleks patologis
Babinsky
Cara : penggoresan telapak kaki bagian lateral dari posterior ke
anterior
19
Infeksi Intrakranial
Respon : ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan jari kaki
lainnya
Chadock
Cara : penggoresan kulit dorsum pedis bagian lateral sekitar
maleolus lateralis dari posterior ke anterior
Respon : seperti babinsky
Oppenheim
Cara : pengurutan krista anterior tibia dari proksiml ke distal
Respon : seperti babinsky
Gordon
Cara : penekanan betis secara keras
Respon : seperti babinsky
Schaefer
Cara : memencet tendon achilles secara keras
Respon : seperti babinsky
Gonda
Cara : penekukan (plantar fleksi) maksimal jari kaki ke-4
Respon : seperti babinsky.11
Saraf cranial
Cara pemeriksaan nervus cranialis :
1. N.I : Olfaktorius (daya penciuman) :Pasiem memejamkan mata,
disuruh membedakaan bau yang dirasakaan (kopi,tembakau,
alkohol,dll).
20
Infeksi Intrakranial
2. N.II
Optikus
(Tajam
penglihatan):Dengan
snelen
card,
Glosofaringeus
(sensasi
rsa
1/3
posterior
21
Infeksi Intrakranial
11.
N.XI
Accesorius
sternocleidomastoideus):
(gerakan
palpasi
dan
otot
catat
trapezius
kekuatan
dan
otot
Rangsang meningeal
Kaku kuduk: Untuk memeriksa kaku kuduk dapat dilakukan sbb:
Tangan pemeriksa ditempatkan dibawah kepala pasien yang
sedang berbaring, kemudian kepala ditekukan (fleksi) dan
diusahakan agar dagu mencapai dada. Selama penekukan
diperhatikan adanya tahanan. Bila terdapat kaku kuduk kita
dapatkan tahanan dan dagu tidak dapat mencapai dada. Kaku
kuduk dapat bersifat ringan atau berat
Kernig sign: Pada pemeriksaan ini , pasien yang sedang
berbaring difleksikan pahanya pada persendian panggul sampai
membuat sudut 90. Setelah itu tungkai bawah diekstensikan
pada persendian lutut sampai membentuk sudut lebih dari 135
terhadap paha. Bila teradapat tahanan dan rasa nyeri sebelum
atau kurang dari sudut 135, maka dikatakan Kernig sign positif.
Brudzinski I (Brudzinskis neck sign)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, dengan tangan yang
ditempatkan dibawah kepala pasien yang sedang berbaring ,
tangan pemeriksa yang satu lagi sebaiknya ditempatkan didada
pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala
pasien difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Test ini
22
Infeksi Intrakranial
adalah positif bila gerakan fleksi kepala disusul dengan gerakan
fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai secara reflektorik.
Brudzinski II (Brudzinskis contralateral leg sign)
Pasien berbaring terlentang. Tungkai yang akan dirangsang
difleksikan pada sendi lutut, kemudian tungkai atas diekstensikan
pada sendi panggul. Bila timbul gerakan secara reflektorik
berupa fleksi tungkai kontralateral pada sendi lutut dan panggul
ini menandakan test ini postif.
Lasegue sign : Untuk pemeriksaan ini dilakukan pada pasien
yang berbaring lalu kedua tungkai diluruskan (diekstensikan),
kemudian satu tungkai diangkat lurus, dibengkokkan (fleksi)
persendian panggulnya. Tungkai yang satu lagi harus selalu
berada dalam keadaan ekstensi (lurus). Pada keadaan normal
dapat dicapai sudut 70 sebelum timbul rasa sakit dan tahanan.
Bila sudah timbul rasa sakit dan tahanan sebelum mencapai 70
maka disebut tanda Lasegue positif. Namun pada pasien yang
sudah lanjut usianya diambil patokan 60.
Pemeriksaan Penunjang
-
Lab rutin
PCR, ELISA
Biakan LCS
EEG
23
Infeksi Intrakranial
Etiologi
1. Streptococcus
pneumonia.
Merupakan
penyebab
meningitis
tersering pada orang dewasa dan kedua terbanyak pada bayi dan
anak-anak. Biasanya menyebabkan pneumonia dan infeksi telinga.
Meningitis sering disertai dengan infeksi telinga, dan tidak diketahui
mana yang datang terlebih dahulu.
Gambar 10 N. Meningitidis
24
Infeksi Intrakranial
4. Mycobacterium tuberculosae.
5. Lysteria monocytogenes. Terdapat paling sering di udara, dan
binatang peliharaan. Menular melalui makanan yang tercemar.
Mudah mati karena system imun dalam tubuh manusia. Wanita
hamil, manula dan bayi sangat rentan terhadap bakteri ini. L.
monocytogenes dapat menembus sawar placenta dan infeksi pada
kehamilan masa tua dapat menyebabkan kematian langsung pada
bayi atau kematian tidak lama setelah bayi itu lahir.
6. Virus RNA: morbili, rubella,
7. Virus DNA: Herpes, Varicella-Zooster, CMV. HSV1 yang sering
menyebabkan ensefalitis.
8. Arbovirus, biasanya dari nyamuk: EEE, WEE, St.Louis, West Nile
virus, Japanese encephalitis virus
9. Jamur. Jarang terjadi namun Cryptococcal meningitides sering terjadi
pada orang-orang dengan imunodefisiensi seperti pada AIDS dan
juga diabetes.
10.
Amuba.
Jarang
terjadi.
Naegleria
fowleri
menyebabkan
menyerang
orang
dengan
system
imun
yang
kuat,
25
Infeksi Intrakranial
Pencegahan
Mencegah infeksi SSP dapat dilakukan dengan ara :
1. Cuci tangan secara menyeluruh dan sering dengan sabun dan air
mengalir. Cuci tangan sangat penting setelah mengganti popok,
menggunakan toilet, batuk atau membuang tissue.
2. Bersihkan permukaan yang terkontaminasi seperti gagang pintu,
remote control dengan sabun dan air.
3. Tutup mulut ketika batuk dengan tissue atau arahkan batuk ke
lengan atas. Setelah menggunakan tisue, dibuang ke tempat
sampah lalu cuci tangan.
4. Hindari mencium atau berbagi gelas minum, alat makan, lipstick
atau barang-barang lainnya dengan orang yang sakit atau dengan
orang lain ketika anda sakit.
5. Vaksinasi dapat melindungi anak dari beberapa bentuk meningitis
a. BCG
Vaksinasi BCG diberikan sebelum berumur 3 bulan.
Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Kementerian
Kesehatan menganjurkan vaksinasi BCG pada umur lebih dari
3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.
Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. Vaksinasi
BCG ulangan tidak dianjurkan. Vaksin BCG merupakan virus
hidup, maka tidak diberikan pada pasien dengan sistem
kekebalan tubuh rendah (leukimia, anak yang sedang dapat
pengobatan steroid jangka panjang, atau penderita infeksi
HIV).
Vaksin BCG disuntikkan di daerah lengan kanan atas
sesuai anjuran WHO, karena lebih mudah dilakukan (jaringan
lemaknya, koreng yang terbentuk tidak mengganggu struktur
otot setempat dibandingkan pemberian di daerah pantat dan
paha, dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosa
apabila diperlukan. Vaksin BCG diberikan secara Intrakutan
1/3 lengan atas kanan (deltoid) dengan dosis 0.5cc.
b. Campak
Vaksin campak disuntikkan pada umur 9 bulan. Dari
hasil studi Badan Penelitian & Pengembangan dan Dirjen
PPM&PL Kmeneterian Kesehatan di 4 provinsi, 18,6%-32,6%
26
Infeksi Intrakranial
anak sekolah mempunyai kadar campak dibawah batas
perlindungan, sehingga dijumpai kasus campak pada anak
usia sekolah. Beberapa provinsi masih melaporjan kejadian
luar biasa (KLB) campak.
Karena selain vaksinasi umur 9 bulan, vaksinasi campak
diberikan pada kesempatan kedua (Second oppurtunity pada
crash program campak) pada umur 6-59 bulan dan SD kelas 16. Crash program campak ini telah dilakukan secara bertahap
(5 tahap) di semua provinsi pada 2006 dan 2007.
Selanjutnya vaksinasi campak dosis ke-2 diberikan pada
program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah) yaitu secara
rutin pada anak sekolah SD kelas 1. Apabila telah mendapat
imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6
tahun; ulangan campak SD kelas 1 tidak diperlukan. Vaksin
Campak diberikan dengan dosis 0.5cc subkutan pada lengan
atas kiri (deltoid).
c. MMR
Vaksin MMR disuntikkan pada umur 15-18 bulan, dengan
jarak minimal 6 bulan antara vaksinasi campak (umur 9 bulan)
dan MMR. Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan banyak
lembaga penelitian termuka di Amerika Serikat dan Eropa
melalui berbagai kajian epidemiologi dan statistik menyatakan
tidak ada hubungan antara MMR dan autisme.
Apabila seorang anak telah mendapat vaksinasi MMR
pada umur 12-18 bulan dan 6 tahun, maka vaksinasi campak
tambahan pada umur 5-6tahun tidak perlu diberikan. Ulangan
vaksinasi MMR diberikan pada umur 6 tahun. Penyuntikan
Vaksin MMR diberikan secara intramuskular/subkutan.
d. Hib
Vaksin Hib disuntikkan pada umur 2, 4 dan 6 bulan,
dapat diberikan dalam bentuk vakisin kombinasi DPT-Hib, DPTHib-Polio. Vaksin Hib perlu diulang pada umur 15 bulan.
Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya
diberikan 1 kali.
27
Infeksi Intrakranial
Pemberian vaksin kombinasi, bertujuan mempersingkat
jadwal
vaksinasi,
kombinasi
DPT
mengurangi
dengan
kunjungan.
Hib,
Selain
Kementerian
vaksin
Kesehatan
disebut
pneumococcal
polysacharide
vaccine
lama.
Sedangkan
Vaksin
penumokokus
A. Meningitis
Meningitis atau radang selaput otak adalah infeksi pada cairan
serebrospinal (CSS) disertai radang pada piamater dan araknoid, ruang
subaraknoid, jaringan superfisial otak dan medula spinalis. Kuman-kuman
dapat masuk ke setiap bagian ruangan subaraknoida dan dengan cepat
sekali menyebar ke bagian lain, sehingga leptomening medula spinalis
28
Infeksi Intrakranial
terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu
merupakan suatu proses serebrospinal.7
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piameter (lapisan dalam selaput otak) dan arakhnoid serta dalam derajat
yang lebih ringan mengenai jaringan otak dan medula spinalis yang
superfisial. Meningitis merupakan peradangan dari meningen yang
menyebabkan terjadinya gejala perangsangan meningen seperti sakit
kepala, kaku kuduk, fotofobia disertai peningkatan jumlah leukosit pada
liquor cerebrospinal (LCS).8
Meningitis bakteri pada anak-anak masih sering dijumpai, meskipun
sudah ada kemoterapeutik, yang secara in vitro mampu membunuh
mikroorganisme penyebab infeksi tersebut. WHO (2003), mendefinisikan
anak-anak antara usia 0-14 tahun karena di usia inilah resiko cenderung
menjadi
besar.
Ini
akibat
infeksi
Haemophilus
influenzae
maupun
Pneumococcus.
Berdasarkan perubahan yang terjadi pada airan otak, meningitis dibagi
menjadi dua golongan yaitu meningitis serosa dan purulenta. Meningitis
serosa adalah radang selaput otak arakhnoid dan piamater yang disertai
cairan otak yang jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium
tuberculosa. Penyebab lain seperti virus, Toxoplasma gondhii, Ricketsia.
Meningitis purulenta adalah radang bernanah arakhnoid dan piamater
yang meliputi otak dan medula spinalis. Penyebabnya antara lain :
Diplococcus
pneumonia,
Neisseria
meningitidis,
Streptococcus
29
Infeksi Intrakranial
Meningitis bakterialis lebih sering terjadi pada anak-anak. Infectious
agent meningitis purulenta mempunyai kecenderungan pada golongan
umur tertentu.
Selama
bulan
pertama
kehidupan,
organisme
yang
paling
biasanya
N.meningitidis.
terjadi
Penyebab
akibat
infeksi
S.pneumoniae,
atau
bakteri.
Gejala
selalu
curigai
ikterus
dan
sepsis
(sepsis
pada
neonatus
meningitis)
-
2. bayi 3 bln- 2 th
-
high-pitched cry
kejang berulang
kejang
30
Infeksi Intrakranial
gejala
neurologik
nyata:
meningismus,
sefalgia,
muntah-
Infeksi Intrakranial
2. Probable
3. Possible
Infeksi Intrakranial
Tanda neurologis fokal
Dominasi mononuklear pada CSS
Rasio glukosa serum dengan LCS <0,5, CSS berwarna kekuningan
(xantokrom) 11
Patogenesis
1. hematogen. Didahului infeksi awal dari tempat lain seperti faringitis,
tonsillitis, infeksi gigi, dan endokarditis
2. perkontinuitatum. Berasal dari sinusitis, mastoiditis, abses otak
3. implantasi langsung seperti pada trauma kepala terbuka, bedah
otak, dan punksi lumbal
4. pada neonatus dapat terjadi dari aspirasi cairan amnion atau juga
transplasental.
Patofisiologi pada meningitis tuberkulosa agak berbeda dengan
meningitis bakterialis dan ensefalitis. Penyebaran basil secara hematogen,
dari infeksi terutama saluran napas, akan membentuk tuberkel di
meningen atau medulla spinalis. Adanya rangsangan seperti trauma,
system imun yang turun, atau mungkin tanpa rangsangan, akan
menyebabkan tuberkel pecah sehingga basil dan antigennya masuk ke
ruang subaraknoid atau ventrikel, menyebabkan reaksi peradangan.
Diagnosa pasti dengan pemeriksaan CSF dengan punksi lumbal.
Karena meningitis bacterial bersifat progresif maka bisa didapatkan hasil
normal. Namun perlu dilalukan ulangan setelah 8 jam pada anak dengan
sepsis dan demam tidak turun-turun serta terdapat rangsang meningeal.
Gambaran hari I, sel PMN dominant sampai 95%, protein akan meningkat
sampai 75%, serta glukosa bisa menurun sampai 20% atau negative.
Pada meningitis bakterialis diagnosa ditegakkan dengan gejala klinis,
riwayat kontak dengan pasien TBC, serta kultur CSF ditemukan BTA.
33
Infeksi Intrakranial
Etiologi
1. Meningitis Viral
Enteroviruses
menyebabkan lebih dari 85% semua kasus meningitis
virus. Enterovirus merupakan family Picornaviridae dan
termasuk echovirus, coxsackie virus A dan B, poliovirus,
dan
sejumlah
enterovirus.
Nonpolio
enterovirus
secara
kolektif
menyebabkan sekitar
4%
kasus
Infeksi Intrakranial
Adenovirus merupakan penyebab jarang dari meningitis
pada
individu
immunocompeten
tetapi
merupakan
Neisseria meningitidis
Menyebabkan meningococcal meningitis, meningitis yang
umum terjadi pada anak-anak dan remaja, dan merupakan
satu-satunya meningitis yang menyebabkan KLB.
Bakteri ini sangat mudah menular dan hanya terdapat pada
manusia.12, 13
Dua belas jenis kelompok bakteri ini telah diidentifikasi, 5
diantaranya (yang dapat menyebabkan KLB) adalah kelompok
A, B, C, W135 dan X.13
Haemophilus influenzae
Penyebab utama meningitis pada bayi dan anak-anak
di
Streptococcus pneumonia
Merupakan penyebab utama meningitis pada anak-anak pada
masa sekarang.
Bakteri ini berasal dari infeksi sinus atau telinga atau
pneumonia.11
Listeria monocytogenes
Merupakan bakteri yang berada di sekitar kita.
Bakteri ini tidak dengan mudah menginfeksi orang, tetapi
wanita hamil sangat beresiko terinfeksi bakteri ini.12
Infeksi Intrakranial
Epidemiologi
Virus encephalitis B Japaneese, patogen tersering pada meningitis
virus di dunia, menyebabkan lebih dari 35,000 infeksi setiap tahunnya
melalui
Asia
tetapi
diperkirakan
menyebabkan
200-300
kali
orang
per
tahun.
Sejak
tahun
1960,
kejadian
penyakit
meningococcal setiap tahun di Amerika Serikat adalah 0,9 sampai 1,5 per
100.000 penduduk. Kejadian ditemukan paling tinggi pada bayi-bayi yang
berusia di bawah 1 tahun, dimana 7,1 kasus per 100.000 penduduk
dilaporkan pada tahun 2001, dibandingkan dengan hanya 1,8 per 100.000
orang yang berusia 1-4 tahun, 0,7 pada 5-17 tahun dan 0,7 pada 18-34
tahun.
Menurunnya tingkat meningitis bakterialis secara drastis dapat
diperkirakan akibat Hemophilus influenzae tipe b yang juga menurun
secara dramatis sejak ditemukannya vaksin H. influenzae.* Dengan
meluasnya penggunaan vaksin konyugat H. influenzae tipe b yang dimulai
tahun 1990, kejadian penyakit infeksi H. influenzae tipe b diantara anakanak balita berkurang dari 100 kasus per 100.000 penduduk di era vaksin
menjadi 0,3 kasus per 100.000 penduduk pada tahun 1996. Pada tahun
1996, kejadian penyakit invasif H. influenzae tipe b, seperti meningitis dan
sepsis, pada anak-anak balita telah berkurang lebih dari 99 persen.
Adapun faktor risiko tinggi ditemukan pada:
-
36
Infeksi Intrakranial
-
Orang-orang
yang
bekerja
atau
selalu
terpapar
dengan
binatang
-
Tatalaksana
Meningitis bakterialis:
-
Kortikosteroid:
Dexamethasone
IV
0.5mg/kgBB
dilanjutkan
hari.
Diberikan
30
menit
sebelum
pemberian
Antibiotik: sebelum ada hasil biakan, berikan Ampisilin 200300mg/kgBB/ hari dan kloramfenikol 100mg/kgBB/hari pada
anak dan 50mg/kgBB/hari pada neonatus secara IV. Lama terapi
pada bayi dan anak 10-14 hari, sedangkan pada neonatus
selama 21 hari. Setelah ada hasil biakan, sesuaikan antibiotic
dengan hasil tersebut.
Suportif:
cairan
IV
bila
terdapat
asidosis.
Meningitis tuberkulosa:
37
Kompres
atau
Infeksi Intrakranial
OAT: INH oral 10-20mg/kgBB/hari, maks 300mg/hr, selama 12
sebagai
terapi
adjuvan:
prednisone
1-
Komplikasi
Penyakit-penyakit yang dapat terjadi akibat dari meningitis antara lain :
1. Trombosis vena serebral, yang menyebabkan kejang, koma atau
kelumpuhan.
2. Efusi atau abses subdural, yaitu penumpukan cairan di ruangan
subdural karena adanya infeksi oleh kuman.
3. Hidrosefalus, yaitu pertumbuhan lingkaran kepala yang cepat dan
abnormal yang disebabkan oleh penyumbatan cairan serebrospinal.
4. Ensefalitis, yaitu radang pada otak
5. Abses otak, terjadi karena radang yang berisi pus atau nanah di
otak.
6. Arteritis pembuluh darah otak, terjadi karena radang yang berisi pus
atau nanah di otak.
7. Arteritis pembuluh darah otak, yang dapat mengakibatkan infark
otak
karena
adanya
infeksi
pada
pembuluh
darah
yang
38
Infeksi Intrakranial
Prognosis
Sangat tergantung dari factor resiko dan cepatnya penanganan
yang tepat. Prognosis pada pasien berumur <3th umumnya buruk. 18%
dari kasus yang hidup memiliki gejala2 neurologik, namun kecerdasan
tetap normal.
B. Ensefalitis
Ensefalitis adalah infeksi jaringan otak oleh berbagai macam
mikroorganisme (Hassan, 1997). Pada encephalitis terjadi peradangan
jaringan otak yang dapat mengenai selaput pembungkus otak dan medula
spinalis.
Penyebab encephalitis yang terpenting dan tersering ialah virus.
Infeksi dapat terjadi karena virus langsung menyerang otak, atau reaksi
radang akut infeksi sistemik atau vaksinasi terdahulu.
Klasifikasi encephalitis berdasar jenis virus serta epidemiologinya ialah:
Infeksi virus yang bersifat endemic:
1. Golongan enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie, virus
ECHO.
2. Golongan virus Arbo : Western equine encephalitis, St. Louis
encephalitis,
Eastern
equine
encephalitis,
Japanese
Infeksi Intrakranial
jenis lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius yang tidak
spesifik. 17
Gejala ensefalitis terkenal dengan trias ensefalitis yaitu demam,
kejang,
dan
penurunan
ensefalitis adalah
adanya
kesadaran.
demam
akut,
Selebihnya
dengan
gejala-gejala
kombinasi
kejang,
serologis:
uji
fiksasi
komplemen,
uji
inhibisi
Infeksi Intrakranial
infeksi sistem saraf, bekuan darah, abses, jaringan parut otak, dapat
menyebabkan aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan
6. CT scan Pemeriksaan CT scan otak seringkali didapat hasil normal,
tetapi bisa pula didapat hasil edema diffuse, dan pada kasus khusus
seperti Ensefalitis herpes simplex, ada kerusakan selektif pada lobus
inferomedial temporal dan lobus frontal
Tekanan LCS
Protein
Hitung Sel
Glukosa
>50 PMN
Rendah
N atau
Lifosit
N atau
Pleositosis
Rendah
Meningitis
bakterialis
Meningitis
viral
Meningitis
tuberculosis
atau
limfositosis
Ensefalitis
N atau
Limfositosis
LCS
Normal
Bakteri
Virus
TBC
Toxoplasm
Jamur
Warna
Jernih
Keruh/purule
jernih
Jernih-
a
jernih
Jernih
sel
Sel
<4
L
n
100-10.000
PMN
keruh
10-500
L/M
25-500
M
dominan
Tekanan
70- 180
N/
N/
(mmH2o)
Protein
<50
N/ sedikit
(mg/dl)
41
Infeksi Intrakranial
Glukosa
50-75
N/
(mg/dl)
ensefalitis
ditemukan
meningkat
pada
musim
hujan,
Infeksi Intrakranial
per 100.000 penduduk dengan factor resiko anak umur 5-14 tahun
sebanyak 32%, 15-64 tahun 19% dan di atas 64 tahun sebanyak 12%.
(Farley, 2006) Sedangkan di Jepang dilaporkan pasien ensefalitis sebanyak
3.3 per 100.000 penduduk dan insiden ensefalitis post vaksinasi pada
anak berumur di bawah 4 tahun sebanyak 6.6 per 100.000 penduduk.
(Hom J, 2006)
Tatalaksana
antikonvulsi: diazepam IV 0.3-0.5mg/kgBB, rectal 5 -10 mg,
fenolbarbital
8-10mg/kgBB/hari
dosis
awal
dan
dosis
maintenance 4-5mg/kgBB/hari
Antiviral : jika sangat dicurigai HSV
sampai
30mg/kgBB/hari
usia
dibagi
12
tahun.
menjadi
Remaja
dosis.
&
dewasa,
Jika
dicurigai
Prognosis
Angka kematian 35-50% sedangkan pasien hidup dengan gejala sisa
terdapat sebanyak 20-40%. Gejala sisa dapat berupa parestesis/ paralysis,
epilepsy, RM, gangguan tinggah laku, korea, gangguan pengelihatan dan
gangguan pendengaran.
C. Abses Serebri
43
Infeksi Intrakranial
Abses serebri merupakan infeksi pyogenik yang terbatas pada
jaringan parenkimal otak. 40% Infeksi supuratif pada jaringan parenkimal
otak berasal dari infeksi lokal yang berdekatan (sinus paranasal, telinga
tengah dan sel mastoid). Disamping itu perlu dipertimbangkan juga
penyebab sekunder dari infeksi paru supuratif (abses paru, bronkiektasis
dan endokarditis bakterialis). Diperkirakan insiden abses otak relatif tetap
stabil di era antibiotik.13 Abses bisa berasal dari organisme aerobik gram
+ (Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus) dan juga gram (E.coli, H.
influenzae, Pseudomonas), organisme anaerobic, jamur, dan parasit
seperti E. hystolitica. Perlu diperhatiknan pada abses otak sering terjadi
peningkatan TIK sehingga pemeriksaan dengan punksi lumbal biasanya
tidak dilakukan karena bahaya herniasi. Penegakan diagnosis sering
dilakukan dari gejala klinik, lekositosis, peningkatan LED, serta dengan
CTscan
dimana
menyingkirkan
ada
pelebaran
kemungkinan
sutura.
tumor,
Biopsy
sedangkan
dilakukan
untuk
untuk
mengetahui
organisme penyebab.
Sekitar 1/3 dari seluruh kasus abses otak adalah akibat metastatis
(hematogen), dan 20% kasus dengan sumber yang tidak diketahui.
Diagnosis dini dan terapi yang adekuat dan tepat dapat memberikan
prognosis yang baik.13
Etiologi
Sebenarnya, penyakit abses otak jarang terjadi. Biasanya merupakan
akibat dari :
Infeksi mata,
Infeksi Intrakranial
Patogenesis13
Mekanisme infeksi pada abses serebri:
Penyebaran langsung dari fokus primer (>50% kasus), seperti
sinusitis, infeksi gigi, telinga tengah, mastoid, yang dapat langsung
menembus duramater atau tidak langsung mengikuti vena.
Penyebaran melalui darah (25% kasus), berasal dari infeksi primer
paru, jantung, dan kulit. Separuh dari seluruh kasus abses hematogen
berhubungan dengan infeksi kronis paru (bronkiektasis, abses paru).
Paparan langsung organisme sebagai akibat trauma tembus kepala
atau komplikasi tindakan bedah saraf (35-40% kasus).
Stadium pembentukan abses serebri :
Stadium serebritis awal (hari 1-3) reaksi radang perivaskular
yang mengelilingi daerah nekrotik, disertai edema.
Stadium serebritis lanjut (hari 4-9) munculnya fibroblas dan
neovaskular di tepi daerah nekrotik.
Stadium pembentukan kapsul awal (hari 10-13) pembentukan
lapisan fibroblas yang sempurna dengan serebritis yang menetap
dan neovaskularisasi.
Stadium pembentukan kapsul lanjut (>hari 14 ) penebalan
kapsul yang kaya akan kolagen yang reaktif.
Manifestasi Kinik
Abses otak biasanya muncul sebagai suatu proses subakut dan gejala
timbul dalam waktu 2 minggu. Tetapi bila lokasi di temporal cukup luas,
maka gejala dapat timbul secara akut (hari) atau kronik (bulan). Hal ini
tergantung dari penekanan efek massa di otak.12
Trias gejala klinis yang klasik adalah sakit kepala (75%), demam (4080%) dan defisit neurologis fokal (50%).
Sign or Symptom
Headache
Mental Status Change
Fever
4-6
Approximate Frequency
~ 75%
~50%
40 80% (higher % in children)
45
Infeksi Intrakranial
Motor Weakness (e.g Hemiparesis)
Cranial Nerve Palsies
Seizures
Nause & Vomiting
Nuchal Rigidity
Papilloedema
Aphasia
Table 4. Frequency of Common
30%
15 30%
25 45%
20 50%
25 30%
25 30%
~10%
Signs & Symptoms in Brain Abscess
Diagnosis
Jumlah sel darah putih dapat normal atau meningkat, dan biakan
darah adalah positif hanya pada 10% kasus. Pemeriksaan cairan
serebrospinal (LCS) menunjukkan hasil yang berbeda-beda; sel darah
putih dan protein dapat normal atau sedikit meningkat. Glukosa mungkin
sedikit rendah dan biakan LCS jarang positif. Karena pemeriksaan LCS
jarang berguna dan pungsi lumbal dapat menyebabkan herniasi tonsil
serebellum, tindakan ini sebaiknya tidak dilakukan pada anak yang
dicurigai abses otak. Pada lebih dari 80% kasus, pemeriksaan EEG
46
Infeksi Intrakranial
memperlihatkan pelambatan setempat. Pemeriksaan menggunakan CTscan dan MRI merupakan metoda yang paling dapat dipercaya untuk
memperagakan pembentukan serebritis dan abses.
Terapi
Manajemen
pemberian
awal
regimen
abses
otak
adalah
diagnosis
antibiotik
yang
didasarkan
atas
segera
dan
kemungkinan
abses,
sefalosporin
generasi
III
digunakan
dan
aminoglikosida dipertimbangkan.
Pada penderita dengan tanggap imun yang lemah, digunakan
antibiotik spektrum luas, dan terapi amfoterisin B harus dipertimbangkan.
Manajemen bedah abses otak telah berubah sejak adanya CT-san. Pada
awal stadium serebritis atau dengan abses multiple, dapat digunakan
antibiotik saja. Lama terapi antibiotik tergantung pada organisme dan
respons terhadap terapi, namun biasanya memerlukan 3 sampai 4
minggu.
Prognosis
Mortalitas abses telah menurun secara bermakna sekitar 5 10%
dengan penggunaan CT-san atau MRI dan antibiotik segera serta
47
Infeksi Intrakranial
manajemen bedah. Faktor-faktor yang terkait dengan mortalitas yang
tinggi pada saat masuk adalah abses multiple, koma dan kurangnya
fasilitas CT-scan. Skuele jangka panjang terjadi pada setidaknya pada 50%
dari penderita yang bertahan hidup dan meliputi hemiparesis, kejang,
hidrosefalus, kelainan saraf kranialis dan masalah belajar dan perilaku.
D.Meningo-Ensefalitis
Epidemiologi
Diperkirakan insiden tahunan di UK sebesar 4 per 100,000. Infeksi
paling sering berat pada anak-anak dan orang tua. Herpes simpleks dapat
menyebabkan limfositik meningitis jinak pada orang dewasa, tapi
biasanya menghasilkan ensefalitis berat pada neonatus.13
Etiologi
Etiologi meningonecephalitis sama dengan etiologi encephalitis. Infeksi
HIV
meningkat
dengan
tajam;
toxoplasmic
meningoencephalitis
merupakan satu dari infeksi oportunistik yang dapat terlihat pada pasien
yang
Meskipun
terinfeksi
HSV
(biasanya,
tipe
HIV.5
2)
dapat
menyebabkan
Infeksi Intrakranial
minggu maka akan terjadi demam akut disertai dengan sakit kepala, lesi
lokal berbentuk vesikuler, lymphocytic pleocytosis dan berbagai pola
gejala neurologis yang berbeda.13
Diagnosis13-15
Kebanyakan
pasien
meningoensefalitis
menunjukkan
gejala
tanda-tanda
neurologik,
tanda
peningkatan
tekanan
49
Infeksi Intrakranial
Prognosis
tergantung
pada
umur
pasien
dan
penyebab
yang
Bab 3. Penutup
Infeksi pada sistem syaraf pusat dan pada jaringan disekitarnya
merupakan kondisi yang mengancam jiwa. prognosis tergantung pada
identifikasi tempat dan jenis pathogen yang menyebabkan terjadinya
inflamasi sehingga bisa diberikan pengobatan anti biotic yang efektif
secepat mungkin.
Meningitis merupakan suatu penyakit yang mengancam jiwa dan
memberikan sekuelae yang bernakna pada penderita.
Pemberian
pengobatan
terapi
meningitis
antimikroba
bakterial
di
merupakan
hal
samping
terapi
penting
dalam
suportif
dan
simptomatik.
Oleh
karena
analisis
LCS,
biopsy,
dan
analisis
laboratorium
50
Infeksi Intrakranial
DAFTAR PUSTAKA
1) Mardjiono, Prof.dr. Mahar dan Sidharta, Prof.dr. Priguna. Mekanisme
Infeksi Susunan Saraf. Jakarta: ECG.2008. hal.312-313
2) Moore KL, Agur AM. Anatomi Klinis Dasar. Jakarta: Hipokrates; 2002.
3) Susunan Saraf. Jakarta: Dian Rakyat. 2008. hal 303-331.
4) Fauci, Branwald, Kasper et al. Infection Disease; Harisons Principle of
Internal Medicine 17th Ed, 2008.
5) Stephen J, Mc Phee MD, William F MD, Nervous System Disorder , Lange
Pathophisiology. Mc Graww Hill, 2006.
6) Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. PERDOSSI. Gajah Mada University
Press, Yogyakarta, 2006; 161-167.
7) Workshop Neuro-Infeksi 1 Hand out workshop Neuro-infeksi. Jakarta:
Perhimpunan dokter spesialis saraf. Feb 2011.
8) Japardi, Iskandar. 2002. Meningitis Meningococcus. FK Bagian Bedah
Universitas Sumatera Utara. library. usu.ac.id/ download/ fk/ bedahiskandar%20japardi23. pdf. Diakses pada 22 Maret 2011
9) WHO
(World
Health
Organization). Meningococcal
Meningitis.
Desember
2010.http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs141/en/index.html.
diakses pada 22 Maret 2011
51
Infeksi Intrakranial
10)
Anak.
Jakarta.
Departemen
Ilmu
Kesehatan
Anak
FKUI.2013.hal.32-34.
12) Karen.M, Robert.K,dkk. Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial.
Jakarta.2011.hal.743-770.
13)
Irawan M, Setyo H,dkk. Tata Laksana Kejang pada Bayi dan Anak.
Semarang. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.2013.hal.59-79.
52