Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan
karunia-Nya sehingga referat Ilmu Penyakit Saraf tentang Dampak Neurologis Pada
Penyakit Fenilketonuria ini dapat selesai. Referat ini dibuat sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan tugas kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf di RS. Panti Wilasa Dr.
Cipto Semarang.
Penulis menyadari ada banyak pihak yang turut mendukung pembuatan referat
ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen pembimbing dr. Hexanto Sp.S yang telah membimbing saya selama kepaniteraan
di RS Panti Wilasa Dr.Cipto dalam pembuatan referat ini.
Penulis sadar referat ini jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan
kritik dan saran yang membangun. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak dan setiap pembaca pada umumnya. Terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1
DAFTAR ISI...................................................................................................... 2
BAB I.............................................................................................................. 3
PENDAHULUAN............................................................................................... 3
Latar Belakang................................................................................................ 3
BAB II............................................................................................................. 4
PEMBAHASAN................................................................................................. 4
BAB III.......................................................................................................... 14
PENUTUP...................................................................................................... 14
Kesimpulan.................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 15
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Enzim adalah biokatalisator organik yang dihasilkan organisme hidup di
dalam protoplasma, yang terdiri atas protein atau suatu senyawa yang berikatan
dengan protein. Enzim mempunyai dua fungsi pokok yaitu mempercepat atau
memperlambat reaksi kimia tanpa ikut bereaksi pula dan mengatur sejumlah
reaksi yang berbeda-beda dalam waktu yang sama. Keberadaan enzim dalam
tubuh mahkluk hidup sangat penting
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
(PKU) merupakan gangguan dari metabolisme asam amino aromatik dimana
fenilalanin tidak dapat dirubah menjadi tirosin.1 Fenilalanin merupakan asam amino
esensial. Defisiensi enzim fenilalanin hidroksilase (PAH) atau kofaktornya
tetrahidrobiopterin menyebabkan akumulasi fenilalanin dalam cairan tubuh.
Terdapat beberapa bentuk hiperfenilalanin yang berbeda secara klinis dan
biokimia.2,7
Penyakit herediter berupa defisiensi enzim fenilalanin hidroksilase. Suatu
gangguan yang diturunkan secara resesif dalam oksidasi fenilalanintirosin dengan
cirri ekskresi asam fenilpiruvat, defisiensi mental, kejang epileptic, dan pigmentasi
ringan. Pada penderita phenylketonuria terdapat gangguan keaktifan enzim
fenilalanin hidroksilase. Dengan demikian terdapat gangguan dalam metabolism
fenilalanintirosin dan lambat laun terdapat akumulasi dari fenilalanin dari diet yang
setelah beberapa minggu dapat mencapai kira-kira 30 kali kadar darah normal.
Kemudian melalui transminasi fenilalalin tersebut disalurkan menjadi fenilpiruvat
yang mudah diekskresikan.
Fenilalanin adalah suatu asam amino penting dan banyak terdapat pada
makanan, biasa disingkat dengan Phe atau F, yang bersama-sama dengan asam
amino tirosin (Tyr, Y) dan triptofan (Trp, W) merupakan kelompok asam amino
aromatik yang memiliki cincin benzena. Fenilalanin bersama-sama dengan taurin
dan triptofan merupakan senyawa yang berfungsi sebagai penghantar atau
penyampai pesan (neurotransmitter) pada sistem saraf otak. Dalam keadaan normal,
fenilalanin diubah menjadi tirosin dan dibuang dari tubuh.
Tyrosine dan Tryptophan merupakan dua jenis asam amino yang memiliki peran
penting untuk mendukung perkembangan otak yang optimal. Tyrosine adalah asam
amino penting yang meningkatkan fungsi otak untuk menyerap informasi
sedangkan Tryptophan adalah asam amino penting yang meningkatkan fungsi otak
untuk memproses informasi dalam otak. Tyrosine adalah asam amino yang
membentuk neutrotransmiter cathecolamine, yang berfungsi untuk menimbulkan
keadaan terjaga, sementara Tryptophan merupakan senyawa yang kemudian
terbentuk menjadi serotonin dan melatonin yang berfungsi untuk meningkatkan
kualitas tidur. Saat terjaga terjadi perkembangan otak melalui stimulasi exogenous,
4
sedangkan waktu tidur yang cukup akan meningkatkan perkembangan otak melalui
stimulasi endogenous dan konsolidasi memori.
Di dalam tubuh tirosin akan disintesa menjadi 2 penghantar saraf yang penting
yang berperan pada berkembangnya penyakit parkinson dan juga hilangnya
keinginan melakukan hubungan seksual pada usia lanjut
Kadar fenilalanin yang tinggi dalam cairan tubuh menghambat transport asam
amino ke dalam sel, sehingga dengan demikian terdapat kekurangan serebrosid
dalam otak yang menyolok. Perubahan ini akan menyebabkan gangguan mental.
Pada umur enam bulan terdapat penghambatan dalam perkembangan mental,
kejang, serta kelainan saraf lainnya berupa gejala ekstrapiramidal. Gangguan
pembentukan melanin oleh enzim tirosinase akan mengakibatkan berkurangnya
pembentukan pigmen pada rambut, mata, dan kulit.
2.
Epidemiologi
Penyakit ini merupakan penyakit yang diwariskan dan pengaturan diet makanan
penyakit yang diturunkan kedua orang tua melalui alel resesif autosomal. PP
merupakan gen untuk orang normal, Pp merupakan gen untuk karier, sedangkan
penderita phenylketonuria memiliki gen pp. Pada karier (Pp), fenotip tampak
normal, namun IQ pada karier biasanya lebih rendah dibandingkan orang normal.
Begitu juga dengan kadar fenilalanin dalam tubuh. Karier memiliki kadar
phenylalanine lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal sehingga karier
phenylketonuria otomatis memiliki kadar tirosin dibawah orang normal. Hal ini pun
berpengaruh pada pembentukan melanin. Namun, hipopigmentasi yang terjadi pada
karier tidak se-ekstrem penderita bahkan pada fenotip sering tidak terlihat.
4. Patofisologi
Fenilalanin merupakan asam amino esesial yang yang dimetabolisme di hati
oleh
enzim
fenilalanin
hidroksilase
(PAH)
menjadi
tirosin.Enzim
PAH
yaitu
berbau khas keton. Kelebihan fenilalanin memang diubah menjadi fenilketon dan
dikeluarkan melalui urin. Penderita fenilketonuria juga cenderung bermata biru dan
berambut pirang. Hal ini disebabkan oleh rendahnya kadar tirosin darah yang
mengakibatkan menurunnya produksi dari pigmen melanin. Tanda-tanda yang lain
adalah kejang, mual dan muntah, perilaku agresif atau melukai diri sendiri,
hiperaktif, gejala psikis (kadang-kadang), bau badannya menyerupai tikus (keton)
karena di dalam air kemih dan keringatnya mengandung asam fenil asetat (hasil
pemecahan fenilalanin).
Bayi yang terkena PKU terlihat normal saat lahir.1,2 Retardasi mental dapat
berkembang secara bertahap dan mungkin tidak nyata selama beberapa bulan.
Diperkirakan bahwa bayi yang tidak ditangani akan mengalami penurunan IQ pada
akhir umur tahun pertama. Retardasi mental yang terjadi biasanya berat dan
kebanyakan penderita membutuhkan perawatan.2 Muntah, merupakan gejala awal
yang kadang-kadang cukup parah sehingga terjadi salah diagnosis sebagai stenosis
pylorus.1,2 Anak-anak yang lebih tua yang tidak diobati menjadi hiperaktif dengan
gerakan-gerakan tanpa tujuan, bergetar ritmik dan atetosis.2
Pada pemeriksaan fisik, bayi dengan PKU lebih pirang daripada saudara
kandungnya yang tidak terkena; mempunyai kulit lebih pirang dan bermata biru
dijumpai 90% dari kasus. Beberapa menderita ruam kulit seboroik atau eksematoid,
yang biasanya ringan dan hilang bersamaan dengan pertumbuhan anak.Bau badan
yang tidak biasa dapat terlihat pada masa awal. Bau badan pada anak dengan PKU
dapat dideskripsikan seperti bau apak atau seperti bau tikus.2
Manifestasi neurologi biasanya tidak terlalu menonjol, tetapi sepertiga pasien
mempunyai gejala cerebral palsy. Dijumpai spastic, hipertonik, dan peningkatan
reflek tendon dalam.1 Sekitar seperempat anak mendapat serangan kejang, dan lebih
dari 50% mempunyai ketidaknormalan elektroensefalografi (EEG). Temuan-temuan
lain yang umum tampak pada anak yang tidak diobati adalah mikrosefali, maksila
yang menonjol dengan gigi-gigi yang jarang, hipoplasia email dan retardasi
pertumbuhan.2
Pada saat lahir, bayi dengan PKU secara klinis normal, dan uji urinnya untuk
asam fenilpiruvat mungkin negatif pada beberapa hari setelah lahir. Oleh karena
diagnosis tergantung pada pengukuran kadar fenilalanin dalam darah, maka metode
pemeriksaan penghambatan bakteri Guthrie digunakan secara luas pada periode
9
bayi baru lahir untuk skrining PKU. Uji ini menggunakan sedikit tetes darah kapiler,
yang diletakkan pada kertas saring. Fenilalanin darah pada anak yang terkena dapat
meningkat hingga kadar yang membuat uji Guthrie positif pada 4 jam setelah lahir,
tanpa adanya konsumsi protein. Namun, direkomendasikan bahwa darah yang
digunakan untuk skrining diambil setelah umur 48-72 jam dan lebih baik setelah
mengkonsumsi protein untuk mengurangi kemungkinan hasil negative palsu. Jika
uji ini menunjukkan adanya kenaikan kadar fenilalanin, maka kadar fenilalanin dan
tirosin dalam plasma harus diukur.2
Pemeriksaan fisik dapat dijumpai kelainan pada kulit, yaitu3:
Manifestasi lain yang dapat dijumpai pada pasien yang tidak diterapi3 :
Disabilitas intelektual
Bau badan apek/bau tikus
Epilepsi (50%)
Manifestasi ekstrapiramidal (mis. parkinsonisme)
Abnormalitas pada mata (mis. hipopigmentasi)
6. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk pasien dengan PKU dapat dilakukan dengan,
skrining yang dilakukan pada bayi baru lahir yaitu dengan kartu kertas filter,
pemeriksaan plasma ditemukan fenilalanin meningkat, tirosin normal sampai
meneurun dan pada pemeriksaan urin ditemukan.
7. Diagnosis
Kriteria diagnosis PKU klasik adalah:
1. Kadar fenilalanin plasma diatas 20 mg/dL (1200 mol/L)
2. Kadar tirosin plasma normal
3. Meningkatnya kadar metabolit fenilalanin urin (asam fenilpiruvat dan ohidroksifenilasetat)
4. Kadar kofaktor tetrahidrobiopterin normal
10
8. Penatalaksanaan
Tujuan terapi adalah menurunkan fenilalanin dan metabolitnya dalam tubuh
untuk mencegah atau meminimalkan kerusakan otak. 2,4 Hal ini dapat dicapai dengan
diet rendah fenilalanin. Pemberian diet rendah fenilalanin membutuhkan
pengawasan nutrisi yang ketat dan sering dilakukan pemantauan kadar fenilananin
serum. Kadar optimum yang harus dipertahankan antara 3 15 mg/dL (0,8-0,9
mM).2 Kadar fenilalanin dibawah 120mol/L atau diatas 300 mol/L berhubungan
dangan penurunan IQ.7 Karena fenilalanin tidak disintesis didalam tubuh, diet ketat
berlebihan terutama pada anak yang cepat masa pertumbuhannya, dapat
menyebabkan defisiensi fenialanin dengan manifestasi letargi, anoreksia, anemia,
ruam, diare dan bahkan kematian. Penanganan diet harus dimulai segera setelah
lahir jika diagnosis sudah ditegakkan.2 Dalam banyak kasus pengobatan bergantung
pengurangan asupan fenilalanin dengan membatasi protein natural seperti daging,
keju, ikan, kacang-kacangan, roti, kentang, jagung dan susu (seiris roti atau
sejumlah kecil kentang goring mengandung sekitar 120-150mg fenilalanin).2,4
Diet semi-sintetik terdiri dari4 :
Makanan yang kadar fenilalanin rendah tidak dibatasi asupannya seperti sayuran
dan buah-buahan.
Makanan dengan kadar fenilalanin sedang
sekitar 1 gr protein.
Asam amino bebas fenilalanin dapat digabungkan untuk melengkapi kebutuhan
Aspartam merupakan pemanis sintetik yang terdapat pada makanan, minuman dan
obat-obatan. Pada minuman kaleng ukuran 12-oz terkandung fenilalanin sekitar 105
mg.2 Bayi dengan PKU membutuhkan fenilalanin 40-60mg/kgBB/hari untuk
menjaga pertumbuhan dan perkembangan yang normal. Makanan/susu formula bayi
yang bebas fenilalanin kini telah tersedia, yang mengandung asam lemak asensial.
Pemberian ASI dibolehkan bahkan pada bayi dengan PKU berat dengan syarat ibu
11
membatasi asupan fenilalanin selama masa menyusui.2,4 Diet pasien dengan PKU
harus dibawah pengawasan spesialis.4 Anak yang lebih besar dan dewasa dengan
PKU toleransi dengan asupan fenilalanin 200-400mg/hari.2
Durasi dari terapi diet masih kontroversial. Meskipun kontrol diet yang ketat
dapat diperlonggar setelah umur 6 tahun, beberapa bentuk pembatasan dalam diet
fenilalanin penting untuk diterapkan tanpa ada batas waktunya.2
Kecukupan nutrisi pada diet PKU harus dipantau secara teratur oleh
spesialis.Defisiensi vitamin B12 sering dijumpai selain besi, selenium dan
calcium.Densitas
mineral
tulang
biasanya
lebih
rendah
daripada
orang
normal.Kadar asam lemak tak jenuh pada anak dengan PKU yang mengikuti diet
biasanya lebih rendah di dalam darah dan plasma. Hal ini mungkin karena
rendahnya asupan protein hewani.4
Beberapa pasien tidak dapat membatasi secara ketat asupan fenilalanin
sepanjang hidupnya, oleh karena itu adanya beberapa alternatif pengobatan PKU,
yaitu :
1. Terapi enzim pengganti
Terapi ini masih diperdebatkan.Terapi ini dengan mengkonsumsi sejumlah besar
asam amino netral. Hal ini membuat terhambatnya fenilalanin masuk ke dalam
otak karena asam amino netral berkompetisi masuk ke dalam sawar darah otak
dan menimbulkan kadar fenilalanin di dalam plasma menjadi rendah.3,5
2. Terapi sapropterin
Beberapa pasien dengan PKU mengalami penurunan kadar fenilalanin setelah
mengkonsumsi sapropterin, yaitu kofaktor tetrahidrobiopterin (BH4), yang saat
ini tersedia secara komersialdan disetujui oleh FDA.3,6
3. Terapi gen
Hasil yang menjanjikan dari eksperimen menggunakan recombinant adenoassociated virus vector dimana koreksi jangka panjang tanpa efek samping
yangtelah dilaporkan pada tikus dengan PKU. Belum dilakukan studi ini pada
manusia.4
4. Transplantasi hati
Prosedur ini efektif menghasilkan aktivitas fenilalanin hidroksilase pada anak
dengan PKU yang membutuhkan transplantasi hati.4
12
13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fenilketonuria merupakan penyakit metabolik bawaan yang disebabkan
kurangnya enzim fenilalanin hidroksilase. Dimana penderita tidak dapat
memetabolisme amino esensial fenilalanin secara baik menjadi asam amino non
esensial tirosin.
Cara penyembuhan fenilketonuria yaitu dilaksanakan dengan memberi diet
tertentu, yaitu protein diganti dengan campuran asam amino yang mengandung
fenilalanin dalam jumlah yang rendah. Pembatasan asupan fenilalanin sebaiknya
dilakukan sepanjang hidup penderita.
DAFTAR PUSTAKA
14
Reference.
diunduh
dari
15