Tyagita Rochmah Febriani adalah mahasiswi Jurusan Biologi angkatan 2009 Universitas Negeri
Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi dengan judul yang sama pada program Sarjana
Pendidikan Biologi
2
Dra. Sunarmi, M.Pd adalah Dosen Jurusan Biologi
3
Drs. Sulisetijono, M.Si adalah Dosen Jurusan Biologi
Data
Sumber Data
Instrumen
Keterlaksanaan
pembelajaran inkuiri
Guru model
dan Siswa
Kemampuan berpikir
tingkat tinggi
Hasil belajar siswa
Siswa
Lembar observasi
keterlaksanaan
pembelajaran oleh guru
dan kegiatan siswa
Lembar Kerja Siswa
Siswa
1.
2.
Lembar pengamatan
ranah afektif dan
psikomotor
Tes di setiap akhir
siklus
Teknik
Pengumpulan Data
Obervasi selama
pembelajaran
Melakukan skoring
Observasi selama
pembelajaran dan
melakukan skoring
Kegiatan pembelajaran
Observasi
a)
c)
d)
e)
f)
g)
h)
Penyimpulan
i)
j)
k)
Evaluasi
l)
berdasarkan fenomena
guru memberikan kesempatan siswa menuliskan hal
yang ingin diketahui dari observasi
guru membimbing siswa merumuskan hipotesis
guru menjelaskan prosedur kerja
guru membimbing siswa mengumpulkan data
pengataman
guru membimbing siswa mengklasifikasikan bahan
amatan dengan mentabulasikannya dan menganalisis
alasan pengklasifikasian
guru membimbing siswa menjelaskan konsep
keanekaragaman hayati melalui LKS
guru memberikan penguatan konsep oleh guru
guru membimbing siswa merumuskan kesimpulan
guru member kesempatan siswa merefleksi
pembelajaran
guru meminta siswa menyebutkan contoh konsep
dalam kehidupan sehari-hari
Kualitas keterlaksanaan pembelajaran dan pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dikonversikan ke dalam tingkat keberhasilan yang
disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 Tingkat Keberhasilan Aspek Pembelajaran
Rentang persentase
85% - 100%
75% -< 85%
50% -< 75%
0 -< 50%
Tingkat keberhasilan
Berhasil sekali
Berhasil
Cukup berhasil
Tidak berhasil
Perbandingan
KBTT2>KBTT1
HB2>HB1
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian ini berupa data persentase keterlaksanaan pembelajaran,
data pencapaian kemampuan berpikir tingkat tinggi, dan data hasil belajar ranah
afektif, psikomotor, dan kognitif siklus I dan siklus II. Observasi keterlaksanaan
pembelajaran setiap siklus dilakukan pada setiap tahapan pembelajaran. Tahap
pertama yang merupakan tahap inkuiri yaitu observasi dilakukan dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, menyajikan fenomena menarik. Persentase
keterlaksanaan tahap pada siklus I adalah 87,49% dan pada siklus II adalah 100%.
Tahap kedua merupakan tahap merumuskan masalah. Persentase keterlaksanaan
tahap kedua pada siklus I adalah 74,99% sedangkan pada siklus II adalah 95,83%.
Tahap ketiga merupakan tahap mengajukan hipotesis dan memperkenalkan proses.
Persentase keterlaksanaan tahap pada siklus I adalah 87,49% sedangkan pada
siklus II adalah 95,83%. Tahap keempat merupakan tahap mengumpulkan data
dengan persentase pelaksanaan siklus I dan siklus II sebesar 100%. Tahap kelima
yakni tahap penyimpulan dengan persentase pelaksanaan siklus I dan siklus II
sebesar 100%. Tahap keenam merupakan tahap evaluasi dengan persentase
pelaksanaan siklus I 83,33% dan siklus II sebesar 100%. Tabel peningkatan
keterlaksanaan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Peningkatan Keterlaksaan Pembelajaran
Keterlaksanaan
Siklus I
Siklus II
pembelajaran
Keterlaksanaan
91,66%
100%
pembelajaran oleh guru
Keterlaksanaan
kegiatan 86,10%
97,22%
belajar siswa
Keterlasanaan Pembelajaran 88,88%
98,61%
Peningkatan
Keterangan
9,09%
Meningkat
14,53%
Meningkat
11%
Meningkat
Keterangan
Meningkat
Tabel 7.
Siklus II
100
Peningkatan
tetap
Keterangan
Sempurna
99,01
13,47%
Meningkat
95,09
6,59%
Meningkat
95,09
25,96%
Meningkat
8
Lanjutan Tabel 7.
- Mempertahankan argumen dalam
diskusi dengan menyebutkan fakta
serta konsep yang mendukung
- Memperjelas pendapat dalam
diskusi dengan menyebutkan
fakta-fakta serta konsep yang
mendukung
- Perilaku kerjasama dalam
kelompok diskusi
- Menghargai pendapat sesama
anggota kelompok diskusi
- Kedisiplinan dalam mengerjakan
LKS
Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal (%)
78,43
90,19
14,99%
Meningkat
77,45
97,05
25,30%
Meningkat
88,23
89,21
1,11%
Meningkat
86,27
89,21
3,40%
Meningkat
61,76
93,13
50,79%
Meningkat
73,52
100
36,01
Meningkat
Siklus II
100
98,03
Peningkatan
14,93%
Keterangan
sempurna
Meningkat
96,07
15,28%
Meningkat
100
93,13
39,74%
72,71%
Meningkat
Meningkat
98,03
14,93%
Meningkat
92,15
1,07%
Meningkat
92,15
14,62%
Meningkat
86,27
tetap
90,19
19,47%
Meningkat
81,37
18,58%
Meningkat
97,06
26,92%
Meningkat
Peningkatan
10,33
87,52
Keterangan
Meningkat
Meningkat
PEMBAHASAN
Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri di Kelas X-G MAN Malang 1
Model pembelajaran inkuiri yang diterapkan di kelas X-G MAN Malang 1
meliputi 5 tahap. Tahap pertama ini merupakan tahap observasi. Guru
menyampaikan tujuan pembelajaran dan memberikan fenomena yang menarik
serta permasalahan. Peningkatan keterlaksanaan pembelajaran tahap pertama tidak
terlepas dari hasil refleksi siklus I dan tindakan siklus II. Perbaikan yang
dilakukan pada siklus II tahap pertama ini adalah guru menyampaikan tujuan
10
11
Pada siklus I 18 siswa dari 34 siswa belum mampu mencapai ketuntasan yang
ditetapkan menurut KKM yaitu 75. Hasil belajar kognitif siswa mencapai rerata
73,73 dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 47,05%. Pada siklus II
sebagian besar yakni 30 siswa dari 34 siswa telah mencapai ketuntasan yang
ditetapkan menurut KKM. Hasil belajar kognitif siswa mencapai rerata 81,35
dengan persentase ketuntasan belajar klasikal 88,23%. Hasil analisis data ini
menunjukkan bahwa tindakan yang diberikan berupa penerapan model pembelajaran inkuiri untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa belum berhasil dan
pada siklus II dapat dikatakan berhasil.
Peningkatan hasil belajar kognitif siswa, salah satunya adalah melalui
penerapan model pembelajaran inkuiri ini, menunjukkan adanya keuntungan
mengajar dengan model inkuiri seperti yang diungkapkan oleh Nurhadi dkk.
(2004) yaitu memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka
untuk melanjutkan pekerjaannya hingga mereka menemukan jawabannya.
Keuntungan yang lain, siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dan
meningkatkan keterampilan berpikir kritis karena siswa harus selalu menganalisis
dan menangani informasi. Selain itu siswa ditekankan untuk melakukan suatu
penyelidikan untuk menemukan konsep secara langsung. Hal ini mengakibatkan
konsep yang didapatkan tidak mudah luntur dari pikiran. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rustaman (2005) yang menyatakan bahwa belajar yang didukung
dengan pengalaman secara langsung dapat meningkatkan daya ingat siswa dan
memungkinkan siswa mengembangkan konsep sehingga hasil belajarnya
meningkat.
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan pada bab V dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa kelas X-G MAN Malang 1. Hal ini dapat
diketahui dari data kesesuaian jawaban tingkat tinggi siswa dengan rubrik
penilaian kemampuan berpikir tingkat tinggi setiap siklusnya.
2. Penerapan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar
biologi siswa kelas X-G MAN Malang 1. Hal ini dapat diketahui dari data
peningkatan rerata hasil belajar afektif, psikomotor, dan kognitif serta
persentase ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I dan siklus II.
SARAN
Berdasarkan pembahasan dapat disarankan penerapan model pembelajaran
inkuiri dapat dijadikan alternatif pembelajaran guru biologi untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi dan hasil belajar biologi siswa pada pada KD
lainnya dengan materi yang karakteristiknya sesuai. Dalam penerapan
pembelajaran inkuiri perlu diberikan pemahaman pada siswa mengenai
penyusunan hipotesis yang baik dan benar sesuai dengan rumusan masalah yang
dimunculkan serta perlu pengajaran yang optimal agar penerapan model
pembelajaran inkuiri pada siswa tingkat pendidikan SMA/MAN, siswa mampu
terlibat secara maksimal sesuai dengan tuntutan inkuiri tingkat III.
12
DAFTAR RUJUKAN
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Permendiknas No. 22 Tahun
2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Budiarti, I. 2012. Keefektifan Penggunaan Model Pembelajaran Inkuiri
Terbimbing dan Learning Cycle Pada Materi Kesetimbangan Kimia
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikri Tingkat
Tinggi Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Turen. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: jurusan Kimia FMIPA UM.
Llewellyn, D. 2002. Inquire Within: Implementing Inquiry-Based Science
Standards. California: Corwin Press, Inc
Nurhadi, Burhan, Y. dan Agus, G.S. 2004. Pembelajaran Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning/CTL) dan Penerapannya dalam KBK. Malang:
Universitas Negeri Malang
Parkay, F dan Beverly Stanfold. 2006. Becoming a Teacher 7th Edition. New
York: Allyn and Bacon
Prajawati. D. I. T. 2008. Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-Masyarakat
Dengan Strategi Pembelajaran Diskoveri-Inkuiri Sebagai Upaya
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Dan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Malang. Skripsi tidak diterbitkan.
Malang: jurusan Biologi FMIPA UM.
Rustaman, N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press.
Susanto, P. 2002. Keterampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme.
Malang: Jurusan Biologi FMIPA UM.
Tobin, K., Capie, W. & Bettencourt, A. (1988). Active teaching for higher
cognitive learning in science. International Journal of Science Education,
1 (1), 17-27.