Anda di halaman 1dari 37

DAFTAR ISI

BA1PENDHUL

1.1

LATAR BELAKANG.....................................................................................1

1.2

MASALAH PENELITIAN............................................................................3

1.3

TUJUAN PENELITIAN................................................................................4

1.4

PEMBATASAN MASALAH.........................................................................4

1.5

SITEMATIKA PENULISAN.........................................................................4

BA2KJINPUST
2.1

2.2

6
SISTEM JARINGAN JALAN.......................................................................6
2.1.1

Sistim Jaringan Jalan Primer...........................................................6

2.1.2

Sistem Jaringan Jalan Sekunder.......................................................7

KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA......................................................7


2.2.1

Pembagian Jalan Berdasarkan Status...............................................8

2.2.2

Pembagian Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan..........................9

2.3

KATEGORI PEKERJAAN BIDANG JALAN..............................................9

2.4

STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN.......................14

2.5

PEMBIAYAAN JARINGAN JALAN..........................................................17

2.6

PENANGANAN PRASARANA JALAN....................................................20

2.7

INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)........................................................21

2.8

KINERJA JARINGAN JALAN BERDASARKAN INDEKS


AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS.........................................................23

2.9

2.8.1

Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Aksesibilitas..............23

2.8.2

Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Mobilitas...................23

METODE PREDIKSI MARKOVIAN.........................................................24

2.10 PENDAPATAN ASLI DAERAH.................................................................24

2.10.1

Pajak Daerah...................................................................................25

2.10.2

Retrebusi Daerah............................................................................25

2.10.3

Perusahaan Daerah.........................................................................26

BA3METODLGI
3.1

3.2

27
KERANGKA PENELITIAN........................................................................27
3.1.1

Teknik Pengumpulan Data..............................................................27

3.1.1

Teknik Analisis Data.......................................................................28

KEBUTUHAN DANA UNTUK SEKTOR JALAN....................................28


3.2.1

Penetapan Kriteria Alokasi Dana Pengelolaan Jaringan Jalan.......28

3.2.2

Prioritas Kegiatan Pengelolaan Jaringan Jalan...............................29

DAFTAR PUSTAKA

32

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

LATAR BELAKANG
Jalan merupakan salah satu elemen transportasi darat yang ditujukan untuk

memudahkan orang atau barang dalam melakukan pergerakan dari tempat asal
menuju ke tempat tujuan yang penyediaan dan pengelolaannya sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah, sebagai salah satu kewajibannya dalam penyediaan
pelayanan public (Oglesby, 1954). Jalan sebagai salah satu sarana transportasi
yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan yang
penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan perwujudan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (UU No. 38 Tahun 2004). Jalan mempunyai
peran yang sangat strategis, ini dapat dilihat bahwa jalan melayani sekitar 80% 90% dari seluruh angkutan barang dan orang (Rantetoding, 2003). Apalagi setiap
tahun panjang jalan terus bertambah akibat adanya pembangunan jalan baru untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan prasarana jalan
yang dapat menjangkau ke pelosok-pelosok daerah.
Kota Sungai Penuh baru berdiri selama dua tahun yaitu pada tahun 2008,
yang sebelumnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Dasar terbentuknya Kota Sungai Penuh adalah undang undang No. 25 Tahun
2008, tentang pembentukan Kota Otonom Sungai penuh, disahkan dengan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 98, tanggal 21 Juli 2008. Disamping
sebagai ibukota dan pusat pemerintahan, Kota Sungai Penuh juga masih

dimanfaatkan Kabupaten Kerinci sebagai pusat pengumpul distribusi hasil-hasil


pertanian sekaligus, perdagangan, dan sosial ekonomi masyarakat.
Jalan sebagai salah satu aset infrastruktur daerah perlu di kelola serta
difungsikan secara optimal. Sesuai dengan karakteristiknya, jalan akan cenderung
mengalami penurunan kondisi yang diindikasikan dengan terjadinya kerusakan

pada perkerasan jalan. Untuk memperlambat kecepatan penurunan kondisi dan


mempertahankan kondisi pada tingkat yang layak, jaringan jalan tersebut perlu
penanganan pemeliharaan yang baik. Penanganan yang kurang baik, selain
mempercepat proses kerusakan jalan juga sekaligus akan berdampak pada
kebutuhan untuk biaya pemeliharaan yang semakin besar pula.
Pengelolaan jaringan jalan dan pembiayaan jaringan jalan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan karena Jalan sebagai penunjang pembangunan suatu daerah,
hendaknya mendapatkan suatu alokasi dana yang cukup untuk bisa
mempertahankan jalan tersebut tetap dalam kondisi baik. Ketersediaan dana adalah
merupakan kemampuan pemerintah daerah untuk menyediakan dana bagi
penanganan jalan(Haris.S 2010).
Kota Sungai Penuh memiliki panjang jalan 179,73 km. Kondisi jalan di

Kota Sungai Penuh terdiri dari, kondisi baik 95,60 km (53,19%), kondisi sedang
25,20 km (14,02%) dan kondisi rusak 58,93 km (32,79%).
Pada tahun 2009 Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh
mengalokasikan dana untuk penanganan jaringan jalan sebesar Rp.1.448.135.000,
terdiri dari pemeliharaan jalan sebesar Rp. 491.976.000 dan untuk peningkatan
jalan sebesar Rp.956.159.000.
Sedangkan pada Tahun Anggaran 2010 alokasi dana untuk penanganan
jalan sebesar Rp. 34.291.945.000, terdiri dari pemeliharaan jaringan jalan sebesar
Rp. 4.472.374.000, dan untuk peningkatan jaringan jalan Rp.29.819.571.000
Dari uraian diatas terlihat bahwa kondisi jalan di Kota Sungai Penuh 50%
dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan Kota Sungai Penuh yang baru berdiri
masih mendapat alokasi anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand)
kabupaten Kerinci dan provinsi Jambi untuk membiayai seluruh kegiatan
daerahnya. Namun kondisi ini apakah masih bisa dipertahankan setelah alokasi
alokasi anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand) pemerintah kabupaten
dan provinsi tidak ada lagi.
Pada umumnya daerah-daerah kabupaten termasuk Kota Sungai Penuh
yang baru berdiri selama 2 (dua) tahun memiliki sumber pendapatan yang terbatas

sehingga dana yang diperuntukkan untuk sektor jalan pun terbatas pula, karena
dana yang ada dipakai untuk membiayai seluruh kegiatan daerah dalam satu tahun
anggaran yang bersumber dari anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand)
kabupaten Kerinci dan provinsi Jambi yang hanya disediakan selama 3 (tiga)
tahun sejak Kota Sungai Penuh dibentuk (UU No. 25 tahun 2008). Besarnya dana
yang disediakan untuk penanganan jalan sangat tergantung dari besarnya Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), potensi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dimiliki, besarnya kebutuhan kegiatan rutin dan besarnya
biaya yang digunakan untuk pembangunan sektor lain.
Dengan keterbatasan dana tersebut, dalam menetapkan suatu anggaran
hendaknya disertai dengan melakukan pemantauan terhadap penggunaan anggaran
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui apakah anggaran yang
dialokasikan sudah dapat memenuhi harapan yang ingin dicapai. Seperti
penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk sektor jalan belum ada
evaluasinya. Dengan demikian dampak penggunaan anggaran tersebut belum
dapat diukur. Pengalokasian anggaran untuk sektor jalan diharapkan dapat
mengujudkan suatu jaringan jalan yang mempunyai kinerja yang baik. Kinerja
jaringan jalan yang baik akan dapat membantu pemerintah daerah dalam rangka
mengujudkan tujuan pembangunan yaitu mencapai masyarakat yang sejahtera.

1.2

MASALAH PENELITIAN
Karena Kota Sungai Penuh merupakan kota yang baru disahkan dan pada

saat ini dan sampai tahun 2011 masih menerima dana hibah (block grand) dari
Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Provinsi Jambi yang memekarkan
wilayahnya (UU No. 25 tahun 2008), maka masalah yang akan dibahas adalah :
a. Berapakah jumlah kebutuhan dana dalam pengelolaan keseluruhan jaringan
jalan di kota Sungai Penuh pada saat ini.
b. Apakah dana APBD cukup untuk pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai
Penuh setelah tidak menerima dana hibah (block grand) dari Pemerintah
Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Provinsi Jambi.

1.3

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui berapa jumlah kebutuhan dana pengelolaan jaringan
jalan di kota Sungai Penuh.
b. Memprediksi kebutuhan dana pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai
Penuh selama lima tahun kedepan.
c. Mencari Alternatif sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk
pembiayaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh.

1.4

PEMBATASAN MASALAH
Pengkajian pembiayaan pengelolaan jaringan jalan ini dibatasi hanya pada

masalah:
a

Ruas ruas jalan yang dikaji adalah jaringan jalan kolektor primer di kota

Sungai Penuh provinsi Jambi.


c. Sumber dana pembiayaan yang digunakan hanya untuk membiayai
pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh provinsi Jambi.
1.5

SITEMATIKA PENULISAN
Tesis ini akan terbagi dalam lima bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian

kajian literatur, bagian gambaran wilayah studi, bagian pendekatan dan


metodologi, bagian analisa dan pembahasan dan bagian penutup berupa
kesimpulan dan saran.
Secara keseluruhan dapat dirincikan sebagai berikut:
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang yang menyoroti pengelolaan dan masalah
pembiayaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Berisikan tentang dasar-dasar teori yang berkaitan dengan pengelolaan jaringan
jalan, pembiayaan jaringan jalan dan metode analisa yang dipakai dalam
penelitian.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Berisikan tentang metode penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik


pengelolaan data yang dipakai dalam penelitian.
BAB 4 DATA DAN ANALISA
Berisikan tentang lokasi studi, data dan pengolahan data dengan analisis kinerja
jaringan jalan yang terjadi selama ini, dilihat dari indeks Prasarana Jalan (IPJ),
efisiensi, efektifitas serta indeks aksesbilitas dan indeks mobilitas, perdiksi
kerusakkan dan pembiayaan jalan.
BAB 5 PENUTUP
Merupakan bagian penutup dari penelitian ini berisikan tentang kesimpulan dari
hasil analisa data dan saran-saran studi lanjutan.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

SISTEM JARINGAN JALAN


Menurut Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004, jalan adalah prasarana

transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan


pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah
dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan
jalan kabel. Jalan sebagai bagian prasarana transportasi mempunyai peranan
penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik,
pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat. Sistem jaringan jalan merupakan kesatuan ruas jalan yang saling
berhubungan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dalam wilayah yang berada
dalam pengaruh pelayanannya dalam suatu hubungan hierarki. Penyusunan sistim
jaringan jalan dilakukan dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah dan
dengan memperhatikan keterhubungan antar dan/atau di dalam kawasan
perkotaan, dan kawasan pedesaan. Sistem jaringan jalan dibedakan atas sistem
jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder

Sistim Jaringan Jalan Primer


Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalandengan

peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untukpengembangan semua wilayah


di tingkat nasional, yang menghubungkansemua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan.Penyusunan sistem jaringan jalan primer dilakukan
dengan mengikuti rencana tata ruang dan memperhatikan keterhubungan antar
kawasan perkotaan yang merupakan pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
a. Menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan.
b. Menghubungkan antar kegiatan nasional

2.1.1

Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Sedangkan sistem jaringan jalan sekunder merupakan system jaringan

jalan dengan peranan pelayanan distribusi barang dan jasa untukmasyarakat di


dalam kawasan perkotaan.
Penyusunan sistem jaringan jalan sekunder ini dilakukan dengan
mengikuti rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten yang menghubungkan
secara menerus kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi primer, fungsi
sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua, fungsi sekunder ketiga dan seterusnya
sampai ke persil.

2.2

KLASIFIKASI JALAN DI INDONESIA


Menurut Undang-undang Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, sesuai

dengan peruntukkannya jalan dibedakan atas,


a. Jalan Khusus
b. Jalan Umum
Jalan khusus yaitu jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha, perseorangan
atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri dan bukan diperuntukkan
bagi lalu lintas dalam rangka distribusi barang dan jasa yang dibutuhkan.
Termasuk jalan khusus antara lain adalah jalan dalam kawasan pelabuhan, jalan
kehutanan, jalan perkebunan, jalan inspeksi pengairan, jalan di kawasan industri
dan jalan di kawasan permukiman yang belum diserahkan kepada pemerintah.
Sedangkan jalan umum adalah jalan diperuntukkan bagi lalu lintas umum. Jalan
umum dapat dikelompokkan menurut sistem, fungsi, status dan kelas. Untuk
mencapai tujuan penyelenggaraan jalan, maka system jaringan jalan di Indonesia
diatur menurut fungsi, peran dan kewenangan pengelolaannya. Aturan yang
berlaku di Indonesia mengenai jalan adalah Undang-undang nomor 38 tahun 2004
tentang Jalan.

2.2.1

Pembagian Jalan Berdasarkan Status


Berdasarkan status atau yang bertanggung jawab dalam pembangunan

dan pengelolaannya jalan dikelompokkan sebagai berikut,

a. Jalan Nasional adalah jalan arteri dan kolektor dalam system jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, jalan strategis nasional,
serta jalan tol. Wewenang penyelenggaraan jalan nasional ada pada
pemerintah pusat melalui Menteri Pekerjaan Umum. Wewenang ini berkaitan
dengan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan
b. Jalan Propinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
kota, atau antar ibukota kabupaten, atau ibukota kabupaten dengan kota, atau
jalan strategis propinsi. Wewenang penyelenggaraan jalan propinsi ada pada
pemerintah propinsi. Wewenang ini berkaitan dengan pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan.
c. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk pada jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,
dan jalan strategis kabupaten, serta jaringan jalan sekunder di daerah
kabupaten. Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten ada pada pemerintah
kabupaten.
d. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, menghubungkan antar
pusat permukiman dan berada di dalam kota. Kewenangan penyelenggaran
jalan ini dilakukan oleh pemerintah kota.
e. Jalan Desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dalam desa
dan antar pemukiman, serta jalan lingkungan. Wewenang penyelenggaraan
jalan desa ada pada pemerintah kabupaten

2.2.2

Pembagian Jalan Berdasarkan Fungsi dan Peranan


Didalam pengelompokan sistem jaringan jalan primer dan sekunder, tiap

ruas dalam sistem tersebut mempunyai fungsi masing - masing yakni sebagai
arteri, kolektor, lokal atau lingkungan.

a.

Jalan Arteri, jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri

perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
b.
Jalan Kolektor, jalan yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c.
Jalan Lokal, jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciriciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
d.
Jalan Lingkungan, jalan yang melayani angkutan lingkungan
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rendah.

2.3

KATEGORI PEKERJAAN BIDANG JALAN


Penyelenggara jalan wajib memprioritaskan pemeliharaan, perawatan,

dan pemeriksaan jalan secara berkala untuk mempertahankan tingkat pelayanan


jalan sesuai dengan standar pelayanan minimal yang ditetapkan (UU No: 38
Tahun 2004). Jenis-jenis pekerjaan jalan dibagi dalam tiga kelompok besar
sebagai berikut :
a. Pembangunan Baru
Pada umumnya terdiri atas pekerjaan untuk meningkatkan jalan tanah atau
jalan setapak agar dapat dilalui kendaraan roda empat. Karena kondisi jalan
yang berat ini, umumnya biaya yang diperlukan mahal dan memerlukan
pekerjaan tanah yang besar pula.
b. Pekerjaan Peningkatan
Dapat dikatakan untuk meningkatkan standar pelayanan dari jalan yang ada,
baik membuat lapisan jadi lebih halus seperti pengaspalan jalan terhadap
jalan yang belum di aspal atau menambah lapis tipis aspal beton (HRS)
kepada jalan yang menggunakan lapis penetrasi (LAPEN); atau menambah
lapisan struktural yang berarti untuk memperkuat perkerasannya; atau
memperlebar lapisan perkerasan yang ada.
c. Pekerjaan Pemeliharaan
Pemeliharaan jalan dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang diberikan hanya pada lapis
permukaan berupa perbaikan ringan yang bersifat reaktif dan pada ruang
milik jalan (rumija) seperti bahu jalan, selokan samping untuk
meningkatkan kualitas berkendaraan, tanpa meningkatkan kekuatan
struktur dan dilakukan menerus sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin
umumnya dilakukan pada jalan dengan kondisi baik.
2) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan
pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kemampuan struktur jalan. Pemeliharaan berkala dapat
berupa tindakan pencegahan (preventif), pelapisan ulang lapis permukaan
(Resurfacing) dan rekonstruksi perkerasan.
Tabel 2.1 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (Departemen PU, 2005)
Katagori Kegiatan
Pemeliharaan Rutin

Pekerjaan tersebut

Tipe Kegiatan

Aktivitas Kegiatan

Uraian

Mempunyai siklus

Kegiatan pemeliharaan

yang dilaksanakan
Jalan beraspal/tidak

tertentu (cyclic)

rutin yang dilakukan

beraspal :

dilaksanakan tiap

secara terjadwal

tahun

dengan interval tertentu

dan bangunan

Dananya dialokasikan

untuk mengantisipasi

pelengkap jalan

tiap tahun

akibat dari pengaruh

lingkungan

Pembersihan jalan

Pengendalian
tanaman/pemotonga
n rumput

Pemeliharaan
gorong-gorong dan
saluran drainase
samping
Jalan Beraspal:

Keadaan/kondisi

Kegiatan perbaikan

kerusakan yang ada

kerusakan jalan secara

Taburan Pasir

(reactive)

responsif berdasarkan

(Sanding)

kondisi kerusakan

Laburan Aspal Pasir

yang terjadi untuk

Setempat

mengantisipasi

(local sealing)

Katagori Kegiatan

Tipe Kegiatan
Pencegahan
(Preventive)

Aktivitas Kegiatan

Uraian
kerusakan ringan

yang dilaksanakan
Penyumbatan Retak

akibat pengaruh lalu

(crack

lintas dan lingkungan

sealing)

Penambahan lapis

Penambalan

tipis aspal pada

Permukaan/

permukaan guna

Perataan

memperbaik

Permukaan (skin

integritas permukaan
dan sebagai lapis

patching/ filing in)

struktural (deep

kedap air namun


tidak meningkatkan
kekuatan struktur dari

Penambalan
patching)

Penambalan Kerikil
Setempat

perkerasan

(spot regraveling/
patching)

Perataan Bahu dan


lereng
(filling on shoulder
and slopes).

Perbaikan Drainase
(improvement
drainase)

Perbaikan Bahu
Jalan
(shoulder
improvement)
Jalan Tidak Beraspal:

Perbaikan Lubang
(Potholes)

Perbaikan Alur

Dragging

Grading
Jalan Berasapal:

Laburan Aspal
Taburan Pasir

BURAS (Resealing)

Lapis Tipis Aspal


Pasir LATASIR/
HRS
Lapis Bubur Aspal
(Slurry Seal)

Katagori Kegiatan

Tipe Kegiatan

Aktivitas Kegiatan

Uraian

Pelaburan

Penambahan lapis

(Resurfacing)

permukaan guna

yang dilaksanakan
Jalan Beraspal:

Laburan Permukaan

memperbaiki

Aspal (Surface

integritas dan kedap

Dressing), yaitu

air dan tidak untuk

Burtu dan Burda.

meningktakan

Lapis Tipis Aspal

kekuatan strukutr dari

Beton

perkerasan

LATASTON (Thin
Overlay)
Jalan Tidak Beraspal:

Pelapisan Tambah

Penambahan tebal

(Overlay)

lapisan perkerasan

Regravelling
Jalan Beraspal:
Lapis Penetrasi

dengan tebal tertentu

Macadam LAPEN

guna meningkatkan

(Macadam).

integritas struktural

Lapis Aspal Beton

dan menginkatkan

LASTON

kekuatan struktur dari

(Asphalt Concrete).

Rekonsruksi

perkerasan
Mengganti sebagian

Perkerasan

atau keseluruhan dari

Inlay

(Pavement

perkerasan dan

Mill and Replace

Reconstruction)

kemudian

Full pavement

menambahnya

Jalan Beraspal:

Recosntruction

dengan yang baru


untuk meningkatkan
itegritas struktural
dan kekuatan
struktur perkerasan
Pemeliharaan Khusus

Penanganan jalan

Jalan Beraspal/ Tdk

(Emergency works)

secara darurat untuk

Beraspal:

jalan yang terhambat

Penanggulangan

Pekerjaan tsb tidak

atau tertutup akibat

Kecelakaan

dapat dipastikan

bencana alam atau

kendaraan.

diawal.

kecelakaan

Dibutuhkan dana

kendaraan.

(Special Works)

Pekerjaan Darurat

Penanggulangan
Bencana alam.

khusus/ dana
kontigensi & dapat
dimasukkan kedalam
pemeliharaan
tahunan.

Pemeliharaan rutin dan penanganan yang tepat pada waktunya merupakan


hal yang menentukan dalam mempertahankan kinerja pelayanan jalan dengan
biaya yang seminimal mungkin. Keterlambatan dalam penanganan jalan akan
berakibat bertambahnya biaya yang diperlukan. Dengan demikian alokasi
anggaran harus dapat memprioritaskan penanganan pemeliharaan jalan.
Pemeliharaan jalan yang baik dan berkesinambungan akan dapat memperpanjang
umur pelayanan jalan karena dapat menunda kerusakan jalan seperti terlihat dalam
siklus kondisi jalan yang ditunjukkan didalam Gambar 2.1.
Produk pembangunan baru
Tingkat pelayanan

Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan berkala

Peningkatan
Tanpa pemeliharaan

Batas mantap
Jalan mantap
Waktu

Gambar 2.1 Hubungan kondisi dan umur (masa layan) jalan


(Puslibang Prastrans,2005)
Menurut M. Y. Shahin, pekerjaan penanganan jalan dibedakan atas
pekerjaan pemeliharaan (maintenance), dan rehabilitasi (rehabilitation).
Berdasarkan cakupan pekerjaannya pekerjaan pemeliharaan jalan dibagi menjadi:
a.

Localized Maintenance & Rehabilitation

Pekerjaan Localized M & R merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk


mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah. Jenis pekerjaan
pemeliharaan perkerasan jalan berupa patching, full deep patching dan
crack sealing. Full deep patching digunakan untuk memperbaiki
kerusakan retak buaya (alligator cracking), alur (rutting), keriting
(corrugation). Crack sealing dilakukan dengan cara mengisi celah retak
dengan bahan pengisi (misalnya aspal cair). Jenis kerusakan perkerasan
jalan yang dapat ditangani antara lain retak memanjang, retak melintang
dan retak refleksi.
b.

Global Maintenance & Rehabilitation


Pekerjaan global M&R berupa fog seal dan slurry seals. Perbaikan fog
seal dilakukan dengan cara memberi lapis aspal tipis pada permukaan
jalan. Pekerjaan fog seal bertujuan untuk mempertahankan kondisi
permukaan jalan dengan cara mengurangi pelepasan butiran (raveling) dan
meningkatkan kekedapan terhadap air.

c.

Major Maintenance & Rehabilitation


Pekerjaan Major M & R merupakan pekerjaan yang bertujuan untuk
memperbaiki kekuatan struktural perkerasan dan memperbaiki kondisi
permukaan perkerasan jalan. Pekerjaan Major M & R baik digunakan
untuk jalan-jalan yang telah mengalami kerusakan yang cukup besar. Jenis
penanganan jalan berupa cold milling, cold or hot recycling, dan overlay.
Cold milling adalah pekerjaan penanganan jalan dengan cara mebongkar
sebagian dari ketebalan lapisan permukaan jalan dengan menggunakan
mesin, kemudian dicampur dengan agregat dan aspal baru. Cold recycling
adalah pekerjaan penanganan jalan dengan mendaur ulang bahan
perkerasan dengan menambahkan aspal tanpa menggunakan proses
pemanasan pada pencampurannya. Pekerjaan ini ditujukan untuk
memperbaiki kondisi perkerasan yang sudah mengalami kerusakan cukup
parah, misalnya perkerasan yang mengalami ravelling. Hot recycling
adalah teknik penanganan jalan dengan mendaur ulang lapis perkerasan,
dengan menambahkan agregat, aspal dan bahan pendaur ulang yang

dicampur pada keadaan panas. AC overlay adalah teknik penanganan


dengan cara menambahkan satu atau lebih lapisan perkerasan di atas
perkerasan lama. AC overlay umumnya digunakan untuk meningkatkan
kapasitas struktural perkerasan, meningkatkan kekesatan jalan dan
memperbaiki kondisi permukaan jalan. Pada umumnya pelaksanaari AC
overlay akan ekonomis jika dilakukan pada perkerasan yang masih baik.
2.4

STRATEGI PENGELOLAAN PEMELIHARAAN JALAN


Pemeliharaan jalan dimaksudkan sebagai usaha untuk dapat

mempertahankan jalan pada kondisi yang selalu dapat melayani lalu lintas secara
nyaman, aman dan murah. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian
dalam manajemen pemeliharaan jalan, yaitu aspek institusi dan aspek pembiayaan
jalan (Antameng, 2002). Aspek institusi, diharapkan ada yang mengatur
keterlibatan seluruh stakeholder jalan untuk ikut bersama-sama menyusun strategi
serta melakukan pengawasan terhadap kondisi ataupun manajemen jalan, yang
sekarang masih ditangani oleh pihak pemerintah. Aspek pembiayaan, diharapkan
pembiayaan pemeliharaan jalan tidak lagi tergantung pada anggaran pemerintah,
akan tetapi dapat dikelola secara profesional melalui mekanisme pengawasan
yang transparan dan terbuka bagi semua stakeholder jalan
Penanganan suatu ruas jalan bertujuan untuk menjadikan jalan tersebut
menjadi mantap, baik mengenai konstruksi maupun pelayanannya. Aspek-aspek
yang mempengaruhi pemeliharaan jalan dapat dibedakan menjadi dua aspek.
Aspek pertama adalah bahwa program pemeliharaan merupakan sebuah upaya
dalam rangka mengamankan aset atau investasi pada bidang pembangunan
prasarana jalan. Aspek yang kedua adalah bahwa penanganan pemeliharaan jalan
haruslah merupakan jaminan akan adanya ketersediaan jaringan jalan yang
mantap.
Tujuan penanganan jalan oleh Departemen Pekerjaan Umum adalah untuk
mencapai jaringan jalan dengan kondisi seratus persen jalan mantap. Tingkat
kemantapan jalan ditentukan oleh dua kriteria, yaitu mantap secara konstruksi dan
mantap dalam layanan lalu lintas.

Jalan mantap konstruksi adalah jalan dengan kondisi konstruksi di dalam


kategori mantap, dimana untuk penanganannya hanya memerlukan pemeliharaan
berkala dan bertujuan tidak untuk menambah nilai konstruksi. Sedangkan jalan
tidak mantap konstruksi adalah jalan dengan kondisi di luar kategori mantap
dengan penanganan minimalnya adalah pemeliharaan berkala dan maksimal
peningkatan jalan dengan maksud untuk menambah nilai struktur konstruksi.
Jalan mantap layanan adalah jalan dengan kondisi lalu lintas dalam
kategori mantap adalah jalan yang penanganannya tidak memerlukan adanya
penambahan lebar jalan. Sedangkan jalan tidak mantap layanan adalah jalan
dengan kondisi lalu lintas di luar kategori mantap, dimana dalam hal ini
penanganannya memerlukan adanya penambahan lebar jalan.
Pada prinsipnya semua jalan mantap setiap tahunnya harus mendapatkan
prioritas untuk ditangani dengan pemeliharaan rutin dan/atau pemeliharaan
berkala. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga agar permukaan ruas jalan
mendekati kondisi semula, dan juga diperlukan agar suatu proyek pekerjaan berat
memungkinkan untuk tetap bertahan sesuai dengan umur desain yang
direncanakan. Untuk mencapai kondisi jalan yang mantap konstruksi dilakukan
dengan melaksanakan kegiatan penanganan jalan sebagai berikut :
a.

Ruas jalan yang mempunyai kondisi baik ditangani dengan


pemeliharaan rutin.

b.

Ruas jalan yang mempunyai kondisi sedang ditangani dengan


pemeliharaan berkala.

c.

Ruas jalan yang mempunyai kondisi rusak ditangani dengan


peningkatan perkerasan jalan.
Melihat kondisi jaringan jalan yang ada saat ini, kegiatan pembinaan dan

penyelenggaraan jalan dapat dikelompokkan ke dalam proses penanganan


jaringan jalan berupa kegiatan pemeliharaan jalan dan pembangunan. Kegiatan
pemeliharaan adalah seluruh pekerjaaan yang ditujukan agar jalan dapat
memberikan tingkat pelayanan sesuai dengan yang direncanakan. Kegiatan
pemeliharaan ini meliputi pekerjaan pemeliharaan dan pekerjaan perkuatan
struktur

Pekerjaan pemeliharaan merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan


secara terus menerus sepanjang tahun untuk mengatasi kerusakan jalan yang
bersifat minor dan memerlukan penanganan yang bersifat segera, seperti
penambalan lubang, penutupan retak-retak, pembersihan saluran dan lain
sebagainya.
Kondisi yang terjadi di daerah-daerah kabupaten dan kota dalam kegiatan
pemeliharaan jalan pada umumnya adalah terbatasnya dana untuk kegiatan
pemeliharaan. Karena panjang jaringan jalan yang cukup besar, akibatnya tidak
semua jaringan jalan dapat ditangani program pemeliharaan dengan baik. Untuk
mengatasi hal tersebut maka salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah
membuat prioritas penggunaan biaya sesuai dengan dana yang dialokasikan untuk
kegiatan pemeliharaan jalan. Menurut seri panduan pemeliharaan jalan dalam
melakukan prioritas berdasarkan sumber daya yang terbatas, hendaknya
berpegang pada prinsip-prinsip ekonomi teknik. Salah satu prinsip dasar dalam
program pekerjaan jalan adalah melindungi apa yang telah diinvestasikan
sebelumnya dan untuk itu tahapan yang diperhatikan adalah sebagai berikut :
a. Lakukan pemeliharaan rutin untuk jaringan jalan yang berkondisi baik dan
sedang.
b. Jika masih tersedia dana, lakukan perbaikan setempat pada segmen
tertentu untuk jalan yang berkondisi rusak pada suatu ruas jalan dan
pemeliharaan periodik dengan cara pelapisan ulang ataupun resealing
untuk mencegah kerusakan yang lebih parah.
c. Kalau dana masih tersedia, maka dapat dilakukan pemeliharaan periodik
lainnya seperti rehabilitasi atau peningkatan untuk ruas-ruas jalan yang
berkondisi rusak berat.
d. Jika dana yang tersedia tidak mencukupi untuk kegiatan pemeliharaan
periodik, maka dilakukan kegiatan penunjangan untuk dapat meningkatkan
kemampuan pelayanan pada ruas jalan dengan kondisi kemampuan
pelayanan tidak mantap atau kritis, agar ruas jalan tersebut tetap dapat
berfungsi melayani lalu lintas dan agar kondisi jalan pada setiap saat tidak
semakin menurun. Kegiatan ini adalah merupakan kegiatan pemeliharaan
jalan yang bersifat darurat atau sementara.

2.5

PEMBIAYAAN JARINGAN JALAN


Dengan diterapkannya otonomi daerah berakibat pada terjadinya

perubahan dalam pengelolaan dan pendanaan prasarana jalan di Indonesia. Hal


ini terutama terjadi pada jalan dengan status provinsi dan kabupaten/kota, dimana
keputusan untuk pengalokasian anggaran lebih banyak ditentukan oleh daerah.
Kendala yang sering dihadapi adalah adanya keterbatasan dana yang dimiliki oleh
daerah yang sangat tergantung dari potensi daerah yang dimiliki. Untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan adanya suatu strategi bagi daerah dalam menyusun
program penanganan jalan baik program pemeliharaan maupun program
pengembangan jaringan jalan.
Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah
adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis,
transparan dan efisien dalam rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi
dengan mempertimbangkan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah serta besaran
pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan, (UU No. 33
Tahun 2004).
Dalam Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah, disebutkan yang menjadi
sumber-sumber penerimaan daerah terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan. Pendapatan daerah adalah bersumber dari pendapatan asli daerah,
dana perimbangan serta lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) bersumber dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan
daerah dan lain-lain PAD yang sah, dimana pelaksanaannya disesuaikan dengan
undang-undang. Dana perimbangan sebagai sumber pendapatan daerah adalah
bersumber dari dana bagi hasil, Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK). Sumber pendapatan daerah dari lain-lain pendapatan yang sah
terdiri dari pendapatan hibah dan pendapatan dana darurat. Sedangkan sumber
penerimaan daerah dari pembiayaan terdiri dari sisa lebih perhitungan anggaran
daerah dan penerimaan pinjaman daerah. Pinjaman Daerah bersumber dari
pemerintah yang diberikan melalui Menteri Keuangan, pemerintah daerah lain,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, dan masyarakat.

Sumber-sumber pendanaan untuk penanganan jalan kabupaten pada


umumnya bersumber dari APBD Kabupaten, Dana Alokasi Khusus (DAK) dan
dana dari pinjaman. Dana dari APBD merupakan dana utama yang dipakai untuk
penanganan jalan kabupaten terutama dipakai untuk kegiatan pemeliharaan rutin
dan pemeliharaan berkala. Sedangkan Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan
suatu dana alternatif yang dipakai untuk dana peningkatan jalan dan pembangunan
jalan baru. Dana pinjaman dapat berasal dari pinjaman dalam negeri maupun luar
negeri, dimana dalam prosesnya pemerintah daerah harus mampu meyakinkan
para pemberi pinjaman tentang kelayakan usulan penanganan jalan yang akan
didanai. Hal yang perlu diperhatikan bila dana pengelolaan jalan dari dana
pinjaman ini adalah pemerintah daerah harus mempunyai kemampuan untuk
mengembalikan pinjaman tersebut sehingga tidak akan membebani APBD dalam
jangka waktu yang panjang.
Suatu jaringan jalan sangat memerlukan adanya suatu alokasi anggaran
yang mencukupi. Hal yang perlu diperhatikan mengenai jaringan jalan di
Indonesia adalah diperlukan adanya ketersediaan dana yang berkesinambungan
dengan jumlah yang semakin bertambah setiap tahun. Sistem melalui anggaran
pemerintah, dana yang terkumpul dari pajak yang dibayar oleh pengguna jalan
dikumpulkan melalui rekening pemerintah dan kemudian dialokasikan kembali
untuk belanja sektor jalan melalui suatu bentuk anggaran tahunan. Keseluruhan
dana yang terkumpul dari pajak yang dibayar oleh pengguna jalan tidak
seluruhnya kembali ke sektor jalan tetapi juga dialokasikan untuk sektor-sektor
lain. Hal ini merupakan konsekuensi logis dari sistem pembiayaan melalui
anggaran pemerintah, seringkali urutan prioritasnya lebih mengarah kepada
pertimbangan politis daripada pertimbangan teknis. Sistem pembiayaan jalan
dengan anggaran pemerintah ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain :
a.

Jumlah anggaran untuk sektor jalan semakin menurun


sedangkan dana pengeluaran untuk sektor jalan semakin meningkat.

b.

Bila dana yang tersedia untuk sektor jalan semakin kecil, maka
pemerintah semakin sulit untuk membuat suatu perencanaan jangka
panjang bagi sektor jalan.

c.

Dengan sistem anggaran pemerintah, terdapat pemisahan antara


fungsi penerimaan dan fungsi pengeluaran. Hal ini akan menyebabkan
para pemangku kepentingan (stakeholder) yang terlibat dalam
penanganan sektor jalan tidak mengetahui dengan tepat berapa besarnya
dana yang dapat digunakan setiap tahunnya. Stakeholder hanya
menyusun program tanpa mengetahui besarnya dana yang tersedia,
sehingga apabila ada keterbatasan dana maka tidak seluruh program yang
direncanakan dapat dilaksanakan.

d.

Pengambilan keputusan mengenai sektor mana yang menjadi


prioritas sering dipengaruhi oleh kepentingan politik, yang dapat
mengabaikan kepentingan sektor jalan.

2.6

PENANGANAN PRASARANA JALAN


Penanganan prasarana jalan bertujuan untuk menjaga kinerja jalan

sehingga fungsinya dalam sistem infrastruktur jalan atau dalam jaringan jalan
dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
prasarana jalan yaitu penanganan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan
operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik. Dengan demikian
akan dapat dioperasikan atau dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia
(Departemen Kimpraswil, 2001)
Bidang
No
1

Pelayanan

Cakupan

Standar Pelayanan
Kuantitas
Konsumsi/Produksi

Kualitas

Ket.

Jaringan Jalan
Kepadatan Penduduk
2

Aspek

Seluruh

Aksesibiltas

Jaringan

Aspek Mobilitas

(jiwa/km )
Sangat tinggi > 5000
Tinggi > 1000
Sedang > 500
Rendah > 100

Indeks
Aksesibilitas
>5
> 1,5
> 0,5
> 0,15

Sangat rendah < 100

> 0,05

Seluruh

PDRB per kapita

Indeks

Jaringan

(juta Rp/kap/th)
Sangat tinggi > 10
Tinggi > 5
Sedang > 2
Rendah > 1
Sangat rendah < 1

Mobilitas
>5
>2
>1
> 0,5
> 0,2

Panjang
jalan/luas
(km/km2)

Panjang
jalan/1000
penduduk

Kecelakaan
Pemakai Jalan

Indeks Kecelakaan 1

/100.000 km
kendaraan

Aspek
Keselamatan

Seluruh

Kepadatan Penduduk

Jaringan

(jiwa/km2)
Sangat tinggi > 10
Tinggi > 5
Sedang > 2
Rendah > 1
Sangat Rendah < 1

Indeks Kecelakaan 2

Kecelakaan
/Km/tahun

Ruas Jalan
Lebar jalan Min

Volume lalulintas

Kondisi IRI/RCI

2X7m

(kend/hari)
LHR > 20.000

IRI<6,0 atau

7m

20.000>LHR>8000

RCI>6,5
IRI<6,0 atau

6m

8000>LHR>3000

RCI>6,5
IRI<8,0 atau

4,5 m

LHR < 3000

RCI>5,5
IRI<6,0 atau

Kondisi Jalan

RCI>6,5
Standar pelayanan
NO

Pelayanan

Kondisi
Pelayanan

2.7

Kuantitas

Bidang
Cakupan

Kosumsi produksi

Fungsi Jalan

Pengguna Jalan

Kualitas

Ket

Kecepatan Tempuh

Arteri primer

Lalulintas regional jarak

Min
25 km/jam

Kolektor primer

jauh
Lalulintas regional jarak

20 km/jam

Lokal primer
Arteri sekunder
Kolektor sekunder

sedang
Lalulintas lokal
Lalulintas kota jarak jauh
Lalulintas kota jarak

20 km/jam
25 km/jam
20 km/jam

Lokal sekunder

sedang
Lalulintas lokal kota

20 km/jam

INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)


Untuk menilai kinerja setiap tahapan suatu program diperlukan sejumlah

indikator yang akan memberikan gambaran bagaimana elemen sistem yang


dibentuk berinteraksi, dengan acuan sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
kegiatan dalam sistem tersebut di setiap tahapannya. Salah satu ukuran kinerja
adalah efisiensi dan efektivitas jaringan jalan. Dalam konteks kajian transportasi
secara makro, efisiensi penyelenggaraan sistem jaringan jalan dapat diartikan
sebagai ukuran kinerja yang berkaitan dengan masukan (dana dan sumber daya)
dan keluaran berupa volume kegiatan penanganan, kuantitas dan kualitas sistem

jaringan jalan. Sedangkan efektivitas dalam kajian makro dikaitkan dengan


tingkat penyediaan prasarana (hasil) dan pemanfaatannya dalam konteks yang
lebih luas yang dikaitkan dengan pencapaian misi dan kebijakan pengembangan
jaringan jalan, keterpaduan fungsi prasarana wilayah, sebagai hasil dari
pengembangan jaringan jalan (Depkimpraswil., 2000).
Kinerja dari suatu jaringan jalan dapat ditentukan dengan melakukan
evaluasi terhadap kondisi jalan tersebut. Evaluasi ini dinyatakan dalam suatu
indeks yang disebut Indeks Prasarana Jalan (IPJ). Perhitungan IPJ pada
prinsipnya berkaitan dengan beberapa variabel penting yaitu sebagai berikut :
a. Ketersediaan jalan, merupakan perbandingan antara total panjang jalan
dengan luas wilayah.
b. Kinerja jalan, merupakan perbandingan antara panjang jalan dalam kondisi
mantap dengan total panjang jalan.
c. Pelayanan jalan, merupakan perbandingan antara total panjang jalan
dengan jumlah penduduk suatu wilayah.
d. Beban lalu lintas, merupakan perbandingan antara total panjang jalan
dengan jumlah kendaraan dalam suatu wilayah.
Besarnya nilai IPJ didapat kombinasi dari keempat variabel tersebut yaitu
ketersediaan jalan, kinerja jalan, pelayanan jalan dan beban lalu lintas. Adapun
persamaan yang dipakai menentukan nilai IPJ berdasarkan Direktorat Jenderal
Pengembangan Prasarana Wilayah adalah sebagai berikut (Ditjen Pengembangan
Prasarana Wilayah, 2004) :
Ppr(ktj)xW(ktj) + Ppr(knj)xW(knj) + Ppr(pyp)xW(pyp) + Ppr(bln)xW(bln)
IPJ =

dengan :
IPJ

: Indeks Prasarana Jalan.

Ppr(ktj)

: Proporsi ketersediaan jalan.

Ppr(knj)

: Proporsi kinerja jalan.

(2.1)

Ppr(pyp) : Proporsi pelayanan jalan.


Ppr(bln)

: Proporsi beban lalu lintas.

W(ktj)

: Faktor beban ketersediaan jalan.

W(knj)

: Faktor beban kinerja jalan.

W(pyp)

: Faktor beban pelayanan jalan.

W(bln)

: Faktor beban lalu lintas.

Dan bobot perwilayah dapat dihitung dengan persamaan berkut:

Bobot wilayah=

IPJ wilayah
IPJwilayah

...............................................

(2.2)
Untuk Wilayah dengan bobot terkecil mempunyai kinerja pelayanan jalan
terburuk berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Alokasi dana pemeliharaan
jalan dilakukan berdasarkan bobot masing-masing wilayah untuk mengurangi
ketimpangan antar wilayah. Alokasi dana pengelolaan jaringan jalan dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
Dana Jalan=

1 Bobot wilayah
x total Dana
...............................
1Bobot wilayah

(2.3)

2.8

KINERJA JARINGAN JALAN BERDASARKAN INDEKS


AKSESIBILITAS DAN MOBILITAS

2.8.1

Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Aksesibilitas


Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang jalan di Indonesia,

kinerja jaringan jalan ditentukan oleh indeks aksesibilitas dari jaringan jalan

tersebut. Indeks aksesibilitas merupakan standar pelayanan secara kualitas,


berkaitan dengan kepadatan penduduk yang merupakan standar palayanan secara
kuantitas.
2.8.2

Kinerja Jaringan Jalan Berdasarkan Indeks Mobilitas


Dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang jalan di Indonesia,

kinerja jaringan jalan ditentukan oleh indeks mobilitas dari jaringan jalan
Penentuan batas minimal indeks mobilitas suatu jaringan jalan ditentukan oleh
besarnya nilai PDRB per kapita (juta Rp/kap/Tahun) suatu daerah. Ini
menunjukkan bahwa penambahan jaringan jalan dapat mengakibatkat adanya
peningkatan perekonomian masyarakat yang ditandai dengan peningkatan PDRB
per kapita pertahun. Dengan peningkatan taraf perekonomian masyarakat tersebut
akan mengakibatkan peningkatan mobilitas dari masyarakat, sehingga diperlukan
adanya penambahan panjang jaringan jalan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.

2.9

METODE PREDIKSI MARKOVIAN


Teknik prediksi Markovian didasarkan pada penentuan prediksi yang

dihubungkan dengan kondisi perkerasan dalam menentukan tingkatan kondisi,


apakah tetap dalam kondisi yang sama atau mengalami penurunan ke kondisi yang
lebih rendah setelah selesainya masa pelaksanaan pekerjaan (Shahin, 1994) .
Dalam metode prediksi ini, yang menjadi kunci adalah bagaimana
menghasilkan suatu Matriks Transisi. Matriks ini dapat dihitung berdasarkan data
series beberapa tahun kebelakang. Semakin banyak data, akan semakin akurat
prediksi yang dihasilkan.

a 11 a 12 a13
a 21 a 22 a23
a 31 a 32 a33

Baris pertama pada Matriks menunjukkan perubahan kondisi berdasarkan


kecenderungan selama tahun pengamatan, sedangkan baris kedua dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan (2.4)
a + b(a22) = c .....................................................................(2.4)

dengan:
a

= jumlah penurunan kondisi baik dalam dua tahun terakhir

= kondisi sedang pada dua tahun terakhir

= kondisi sedang pada tahun terakhir

a22

= persentase jalan

2.10

PENDAPATAN ASLI DAERAH


Pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang diperoleh dari sumber-

sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pada
uraian terdahulu berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, dan
perusahaan daerah.
2.10.1

Pajak Daerah

Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 disebutkan bahwa pajak


daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada
daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk
membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembengunan daerah.
Pasal 2 ayat (1) dan (2) didalam UndangUndang Nomor 28 tahun 2009
disebutkan bahwa jenis pajak daerah yaitu :
1. Jenis pajak provinsi, terdiri dari: pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, pajak bahan bakar kenderaan bermotor, pajak air
permukaan, dan pajak rokok.
2. Jenis pajak kabupaten/kota, terdiri dari : pajak hotel, pajak restoran, pajak
hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan
logam dan batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak
sarang burung walet, pajak bumi dan bangunan perdesaan
dan perkotaan.

Tarif pajak untuk provinsi diatur dengan peraturan pemerintah dan


penetapannya seragam di seluruh Indonesia. Sedang untuk kabupaten/kota,
selanjutnya ditetapkan oleh peraturan daerah masing-masing. Memperhatikan
sumber pendapatan asli daerah yang bervariasi untuk masing-masing daerah,
sehingga penetapan pajak untuk setiap daerah juga bervariasi.

2.10.2

Retrebusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat

pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang
diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan
prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi
daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retrebusi sangat
berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang
membutuhkan.
Jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada kabupaten/kota dapat kita
lihat kelompokkan retribusi sebagai berikut:
Retribusi jasa umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
Retribusi jasa usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.

2.10.3

Perusahaan Daerah
Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu

mendapat perhatian khusus adalah perusahaan daerah. Perusahaan Daerah adalah


kesatuan produksi yang bersifat :
1. Memberi jasa
2. Menyelenggarakan pemanfaatan umum
3. Memupuk pendapatan

Tujuan perusahaan daerah untuk turut serta melaksanakan pembangunan


daerah dan pembangunan kebutuhan rakyat. Perusahaan daerah bergerak dalam
lapangan yang sesuai dengan urusan rumah tangganya menurut perundangundangan yang mengatur pokok-pokok pemerintahan daerah.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1

KERANGKA PENELITIAN
Secara garis besar metodologi penelitian ini meliputi studi literatur,

pengumpulan data sekunder, analisis mengenai pembiayaan jaringan jalan. Di


samping itu dengan data yang ada, dilakukan mengaji ketersediaan dana di masa
yang akan datang serta alternatif pembiayaan pengelolaan jaringan jalan di kota
Sungai Penuh, dapat diuraikan tahapan penelitian yang akan dilakukan adalah
sebagai berikut:
a. Pengumpulan data sekunder seperti panjang jalan, kondisi jalan, jumlah
kendaraan, jumlah penduduk, besarnya Produk Domistik Regional Bruto

(PDRB) serta data mengenai alokasi dana yang dianggarkan untuk


prasarana jalan.
b. Dari data yang terkumpul dilakukan suatu penilaian terhadap dampak yang
terjadi pada kondisi jaringan jalan di kota Sungai Penuh. Dalam hal ini
akan dilihat hubungan antara alokasi dana yang dianggarkan tiap tahun
terhadap perkembangan kondisi jaringan jalan.
c. Tahap selanjutnya dilakukan suatu analisis mengenai kinerja jaringan jalan
kabupaten yang terjadi selama ini, dilihat dari Indeks Prasarana Jalan
(IPJ), efisiensi, efektifitas serta Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas.
d. Tahap selanjutnya melakukan suatu analisis guna memprediksi kondisi
atau kerusakan jaringan jalan lima tahun kedepan dari data yang ada yaitu
dua tahun terakhir.

Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam kajian alokasi dana

pengelolaan jaringan jalan adalah sebagai berikut:


a. Pengumpulan data dari studi literatur, dilakukan dengan mengumpulkan
data dari bahan kepustakaan yang berkaitan dengan tujuan kajian.
b. Pengumpulan data sekunder, dengan cara mengumpulkan data dari instansi
pemerintah dalam hal ini dari Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh
dan BPS Kabupaten Kerinci. Data yang diperlukan adalah:
1) Data jaringan jalan Kota Sungai Penuh dan kondisinya dari tahun
2009 dan tahun 2010.
2) Data jumlah penduduk dan luas tiap wilayah.
3) Data tahunan yang dikeluarkan untuk pekerjaan pemeliharaan rutin
dan pemeliharaan berkala.
4) Data PDRB.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah sebagai

Berikut:

a. Menghitung Indeks Prasarana Jalan (IPJ), bobot tiap wilayah dan bobot
alokasi dengan menggunakan persamaan 2.1 , 2.2 dan 2.3.
b. Menghitung prediksi bobot keadaan atau kerusakkan jalan alokasi dana
pengelolaan jaringan jalan dikota Sungai Penuh selama lima tahun dengan
menggunakan metode prediksi Markovian dengan menggunakan
persamaan 2.4.

3.2

KEBUTUHAN DANA UNTUK SEKTOR JALAN

3.2.1

Penetapan Kriteria Alokasi Dana Pengelolaan Jaringan Jalan


Dalam penetapan kriteria untuk pengalokasian dana pengelolaan jaringan

jalan harus dipenuhi beberapa azas yaitu:


a. Berdasarkan kebutuhan, Kriteria yang dipilih harus mengakomodasi
kebutuhan dana yang diperlukan untuk pemeliharaan jalan dengan
mengacu pada SPM.
b. Sederhana, kriteria yang digunakan diusahakan sesederhana mungkin,
dengan rumus yang tidak rumit dan berdasarkan data yang mudah
diperoleh.
c. Transparan, kriteria tersebut menggunakan data yang dapat diperoleh
secara umum dan sulit dimanipulasi seperti: jumlah penduduk, luas
wilayah, PDRB, panjang dan kondisi jalan.
d. Adil, dalam pengalokasian pada setiap cadin harus memperhatikan fungsi
dan kontribusi kawasan.
Kriteria yang digunakan dalam kajian ini dapat dilihat pada Tabel 3.1,
yang dalam kajian ini menggunakan empat kriteria yaitu kriteria ketersediaan
jalan, pelayanan jalan, kinerja jalan dan pengembangan kawasan.
Tabel 3.1 Kriteria dalam alokasi dana penegelolaan jaringan jalan
(Kepmen Kimpraswil No.534/KPT/M/2001)
NO

KRITERIA

VARIABEL

Fungsi ketersediaan

Sumbangan ruas jalan terhadap tingkat

jalan

aksesibilitas (panjang jalan/luas wilayah)

Fungsi pelayanan jalan

Sumbangan ruas jalan terhadap tingkat


mobilitas (panjang jalan/jumlah penduduk)

Kinerja jalan

Kondisi jalan (jalan baik/panjang jalan)

Fungsi pengembangan

Pertumbuhan ekonomi (PDRB wilayah/panjang

kawasan

jalan)

3.2.2

Prioritas Kegiatan Pengelolaan Jaringan Jalan


Secara ideal kegiatan pengelolaan jaringan jalan dilakukan pada seluruh

ruas jalan yang ada. Namun karena adanya keterbatasan dana, maka perlu perlu
diadakan penentuan prioritas agar dapat dicapai pemanfaatan dana secara efektif.
Sebagai pedoman, penentuan prioritas untuk operasional kegiatan pengelolaan
jaringan jalan dapat ditentukan dengan menggunkan matrik hubungan antara
hirarki lalulintas dengan hirarki aktifitas pemeliharaan (Pulitbang PrasTrans
Departemen PU, 2005), matrik ini dapat dilihat pada table 3.2

Tabel 3.2 Matriks Prioritas Pemeliharaan Jalan (Pulitbang PrasTrans


Departemen PU, 2005)
Peringkat Kegiatan Pemeliharaan

Prioritas
Kategori Lalulintas
LL-3 LL-4 LL-5 LL-6

LL-1

LL-2

10

14

15

16

perkerasan (Reactive works on

21

24

pavenment)
Pekerjaan pelaburan ulang dan

22

25

Pekerjaan darurat (Emergency works)


Pekerjaan pemeliharaan drainase
(Cyclic drainage work)
Pekerjaan perbaikan kerusakkan

pencegahan secara periodik (Periodic

LL-7

LL-8

11

12

13

17

18

19

20

27

30

33

36

39

28

31

34

37

40

preventive and resurfacing work)


Pekerjaan pengendalian tanaman dan
pembersihan jalan/bangunan
pelengkap (Other cyclic and reactive

23

26

29

32

35

38

41

42

43

44

45

56

47

48

work)
Overlay secara perodik dan rehabilitasi
perkerasan jalan(Peridic overlay and
pavement construction)

Prioritas pemeliharaan dilakukan dengan urutan 1 merupakan prioritas tertinggi


dan 48 merupakan prioritas terendah.
Sedangkan urutan prioritas untuk lalulintas tersebut dapat dilihat pada
table 3.3, dengan pertimbangan bahwa ruas jalan dengan lalulintas tinggi
merupakan jalan yang penting dari sudut ekonomi dan jalan tersebut lebih cepat
rusak/aus.
Tabel 3.3 Kategori LaluLintas (Pulitbang PrasTrans Departemen
PU, 2005)
Kategori lalulintas
LL-1
LL-2
LL-3
LL-4
LL-5
LL-6
LL-7
LL-8

LHR
Jalan strategis
>1.000
500-1000
200-500
>200
<200
50-200
<50
Mulai

Latar Belakang Masalah

Masalah Penelitian:
Jumlah kebutuhn dana pengelolaan jalan

Tujuan Penelitian:

Mengetahui jumlah kebutuhan dana pengelolaan


jaringan jalan

Memprediksi kebutuhan dana pengelolaan


jaringan jalan

Mencari alternatif sumber pembiayaan

Jenis perkerasan
Diperkeras
Diperkeras
Diperkeras
Diperkeras
Tidak diperkeras
Diperkeras
Tidak diperkeras
Tidak diperkeras

Batasan Masalah:

Ruas jalan yang dikaji

Sumber dana pembiayaan hanya untuk


jaringan jalan

Studi Literatur

Data :
Panjang Jalan
Kondisi Jalan
Jumlah penduduk
Luas Wilayah
Jumlah Kendaraan
Jumlah Anggaran yang Dialokasikan Untuk
Pengelolaan Jaringan jalan
Kebutuhan Dana Untuk Sektor Jalan:

Bedasarkan Kriteria

Berdasarkan Prioritas

Analisis Pembiayaan Jaringan Jalan


Berdasarkan IPJ
Indeks Aksesibilitas & Mobilitas

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1.1 Bagan Alir Penelitian

DAFTAR PUSTAKA
Oglesby, Clarkson H, 1954, Higway Engineering, John Willey and Son, New
York, USA.
Rantetoding, Patana, 2003, Penyertaan Masyarakat Pemakai Jalan dalam
Pengelolaan dan Pembiayaan Road Fund, Makalah Seminar Nasional Road
Fund 2003, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik
Parahyangan Bandung.
Antameng, Max, 2002, Meniti Kemungkinan Penerapan Road Fund di Jawa
Barat, ,Faedah dan Masalah Dalam Pengimplementasiannya, Seminar
Lokakarya Pemeliharaan Jalan, Bandung, 2002
Haris S, 2010, Perkiraan Anggaran Minimum Pemeliharaan Jalan di Provinsi
Jawa Barat, Simposium XIII FSTPT 2010, Universitas Kristen
Soegijapranata, Semarang.
Shahin, M.Y, Pavement Management For Airports, Roads, and Parking Lots,
Chapman & Hall, New York, Unitet State of America 1994.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Seri Panduan Pemeliharaan Jalan
Kabupaten, Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, Teknik Pengelolaan Jalan, Puslitbang Prasarana
Transportasi, Bandung, 2005
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
534/KPTS/M/2001 Tentang Penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2004. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2004. Undang undang No. 38 Tahun 2004
tentang Jalan, Jakarta

Pemerintah Republik Indonesia, 2009. Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009


tentang Pajak dan Retrebusidaerah, Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2008. Undang undang No. 25 Tahun 2008
tentang Pembentukkan kota Sungai Penuh di Provinsi Jambi, Jakarta.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kerinci, Produk Domestik Regional Bruto Kota
Sungai Penuh 2009, BPS Kabupaten Kerinci, 2009.
Pemerintah Kota Sungai Penuh, 2009, Catatan Laporan Keuangan Tahun 2009,
Sungai Penuh.

Anda mungkin juga menyukai