BA1PENDHUL
1.1
LATAR BELAKANG.....................................................................................1
1.2
MASALAH PENELITIAN............................................................................3
1.3
TUJUAN PENELITIAN................................................................................4
1.4
PEMBATASAN MASALAH.........................................................................4
1.5
SITEMATIKA PENULISAN.........................................................................4
BA2KJINPUST
2.1
2.2
6
SISTEM JARINGAN JALAN.......................................................................6
2.1.1
2.1.2
2.2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
2.7
2.8
2.9
2.8.1
2.8.2
2.10.1
Pajak Daerah...................................................................................25
2.10.2
Retrebusi Daerah............................................................................25
2.10.3
Perusahaan Daerah.........................................................................26
BA3METODLGI
3.1
3.2
27
KERANGKA PENELITIAN........................................................................27
3.1.1
3.1.1
3.2.2
DAFTAR PUSTAKA
32
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Jalan merupakan salah satu elemen transportasi darat yang ditujukan untuk
memudahkan orang atau barang dalam melakukan pergerakan dari tempat asal
menuju ke tempat tujuan yang penyediaan dan pengelolaannya sepenuhnya
dilaksanakan oleh pemerintah, sebagai salah satu kewajibannya dalam penyediaan
pelayanan public (Oglesby, 1954). Jalan sebagai salah satu sarana transportasi
yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat mempunyai peranan yang
penting dalam mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan
pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan perwujudan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia (UU No. 38 Tahun 2004). Jalan mempunyai
peran yang sangat strategis, ini dapat dilihat bahwa jalan melayani sekitar 80% 90% dari seluruh angkutan barang dan orang (Rantetoding, 2003). Apalagi setiap
tahun panjang jalan terus bertambah akibat adanya pembangunan jalan baru untuk
memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menyediakan prasarana jalan
yang dapat menjangkau ke pelosok-pelosok daerah.
Kota Sungai Penuh baru berdiri selama dua tahun yaitu pada tahun 2008,
yang sebelumnya merupakan pemekaran dari Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi.
Dasar terbentuknya Kota Sungai Penuh adalah undang undang No. 25 Tahun
2008, tentang pembentukan Kota Otonom Sungai penuh, disahkan dengan
Lembaran Negara Republik Indonesia nomor 98, tanggal 21 Juli 2008. Disamping
sebagai ibukota dan pusat pemerintahan, Kota Sungai Penuh juga masih
Kota Sungai Penuh terdiri dari, kondisi baik 95,60 km (53,19%), kondisi sedang
25,20 km (14,02%) dan kondisi rusak 58,93 km (32,79%).
Pada tahun 2009 Dinas Pekerjaan Umum Kota Sungai Penuh
mengalokasikan dana untuk penanganan jaringan jalan sebesar Rp.1.448.135.000,
terdiri dari pemeliharaan jalan sebesar Rp. 491.976.000 dan untuk peningkatan
jalan sebesar Rp.956.159.000.
Sedangkan pada Tahun Anggaran 2010 alokasi dana untuk penanganan
jalan sebesar Rp. 34.291.945.000, terdiri dari pemeliharaan jaringan jalan sebesar
Rp. 4.472.374.000, dan untuk peningkatan jaringan jalan Rp.29.819.571.000
Dari uraian diatas terlihat bahwa kondisi jalan di Kota Sungai Penuh 50%
dalam kondisi baik. Hal ini dikarenakan Kota Sungai Penuh yang baru berdiri
masih mendapat alokasi anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand)
kabupaten Kerinci dan provinsi Jambi untuk membiayai seluruh kegiatan
daerahnya. Namun kondisi ini apakah masih bisa dipertahankan setelah alokasi
alokasi anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand) pemerintah kabupaten
dan provinsi tidak ada lagi.
Pada umumnya daerah-daerah kabupaten termasuk Kota Sungai Penuh
yang baru berdiri selama 2 (dua) tahun memiliki sumber pendapatan yang terbatas
sehingga dana yang diperuntukkan untuk sektor jalan pun terbatas pula, karena
dana yang ada dipakai untuk membiayai seluruh kegiatan daerah dalam satu tahun
anggaran yang bersumber dari anggaran pemerintah dan dana hibah (block grand)
kabupaten Kerinci dan provinsi Jambi yang hanya disediakan selama 3 (tiga)
tahun sejak Kota Sungai Penuh dibentuk (UU No. 25 tahun 2008). Besarnya dana
yang disediakan untuk penanganan jalan sangat tergantung dari besarnya Dana
Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK), potensi Pendapatan Asli
Daerah (PAD) yang dimiliki, besarnya kebutuhan kegiatan rutin dan besarnya
biaya yang digunakan untuk pembangunan sektor lain.
Dengan keterbatasan dana tersebut, dalam menetapkan suatu anggaran
hendaknya disertai dengan melakukan pemantauan terhadap penggunaan anggaran
tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk dapat mengetahui apakah anggaran yang
dialokasikan sudah dapat memenuhi harapan yang ingin dicapai. Seperti
penggunaan anggaran yang dialokasikan untuk sektor jalan belum ada
evaluasinya. Dengan demikian dampak penggunaan anggaran tersebut belum
dapat diukur. Pengalokasian anggaran untuk sektor jalan diharapkan dapat
mengujudkan suatu jaringan jalan yang mempunyai kinerja yang baik. Kinerja
jaringan jalan yang baik akan dapat membantu pemerintah daerah dalam rangka
mengujudkan tujuan pembangunan yaitu mencapai masyarakat yang sejahtera.
1.2
MASALAH PENELITIAN
Karena Kota Sungai Penuh merupakan kota yang baru disahkan dan pada
saat ini dan sampai tahun 2011 masih menerima dana hibah (block grand) dari
Pemerintah Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Provinsi Jambi yang memekarkan
wilayahnya (UU No. 25 tahun 2008), maka masalah yang akan dibahas adalah :
a. Berapakah jumlah kebutuhan dana dalam pengelolaan keseluruhan jaringan
jalan di kota Sungai Penuh pada saat ini.
b. Apakah dana APBD cukup untuk pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai
Penuh setelah tidak menerima dana hibah (block grand) dari Pemerintah
Kabupaten Kerinci dan Pemerintah Provinsi Jambi.
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui berapa jumlah kebutuhan dana pengelolaan jaringan
jalan di kota Sungai Penuh.
b. Memprediksi kebutuhan dana pengelolaan jaringan jalan di kota Sungai
Penuh selama lima tahun kedepan.
c. Mencari Alternatif sumber pembiayaan yang dapat digunakan untuk
pembiayaan jaringan jalan di kota Sungai Penuh.
1.4
PEMBATASAN MASALAH
Pengkajian pembiayaan pengelolaan jaringan jalan ini dibatasi hanya pada
masalah:
a
Ruas ruas jalan yang dikaji adalah jaringan jalan kolektor primer di kota
SITEMATIKA PENULISAN
Tesis ini akan terbagi dalam lima bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
2.2
2.2.1
a. Jalan Nasional adalah jalan arteri dan kolektor dalam system jaringan jalan
primer yang menghubungkan antar ibukota propinsi, jalan strategis nasional,
serta jalan tol. Wewenang penyelenggaraan jalan nasional ada pada
pemerintah pusat melalui Menteri Pekerjaan Umum. Wewenang ini berkaitan
dengan pengaturan, pembinaan, pembangunan, dan pengawasan
b. Jalan Propinsi adalah jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibukota propinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar
kota, atau antar ibukota kabupaten, atau ibukota kabupaten dengan kota, atau
jalan strategis propinsi. Wewenang penyelenggaraan jalan propinsi ada pada
pemerintah propinsi. Wewenang ini berkaitan dengan pengaturan, pembinaan,
pembangunan, dan pengawasan.
c. Jalan Kabupaten adalah jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
tidak termasuk pada jalan nasional dan propinsi yang menghubungkan
ibukota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibukota kecamatan,
ibukota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan lokal,
dan jalan strategis kabupaten, serta jaringan jalan sekunder di daerah
kabupaten. Wewenang penyelenggaraan jalan kabupaten ada pada pemerintah
kabupaten.
d. Jalan Kota adalah jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang
menghubungkan antar pusat pelayanan dalam kota, menghubungkan pusat
pelayanan dengan persil, menghubungkan antar persil, menghubungkan antar
pusat permukiman dan berada di dalam kota. Kewenangan penyelenggaran
jalan ini dilakukan oleh pemerintah kota.
e. Jalan Desa adalah jalan umum yang menghubungkan kawasan dalam desa
dan antar pemukiman, serta jalan lingkungan. Wewenang penyelenggaraan
jalan desa ada pada pemerintah kabupaten
2.2.2
ruas dalam sistem tersebut mempunyai fungsi masing - masing yakni sebagai
arteri, kolektor, lokal atau lingkungan.
a.
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
dibatasi secara berdaya guna.
b.
Jalan Kolektor, jalan yang melayani angkutan
pengumpulan/pembagi dengan ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan
rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk dibatasi.
c.
Jalan Lokal, jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciriciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan
masuk tidak dibatasi.
d.
Jalan Lingkungan, jalan yang melayani angkutan lingkungan
dengan ciri-ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rendah.
2.3
1) Pemeliharaan Rutin
Pemeliharaan rutin adalah pemeliharaan yang diberikan hanya pada lapis
permukaan berupa perbaikan ringan yang bersifat reaktif dan pada ruang
milik jalan (rumija) seperti bahu jalan, selokan samping untuk
meningkatkan kualitas berkendaraan, tanpa meningkatkan kekuatan
struktur dan dilakukan menerus sepanjang tahun. Pemeliharaan rutin
umumnya dilakukan pada jalan dengan kondisi baik.
2) Pemeliharaan Berkala
Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan
pada waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kemampuan struktur jalan. Pemeliharaan berkala dapat
berupa tindakan pencegahan (preventif), pelapisan ulang lapis permukaan
(Resurfacing) dan rekonstruksi perkerasan.
Tabel 2.1 Kategori Kegiatan Pemeliharaan Jalan (Departemen PU, 2005)
Katagori Kegiatan
Pemeliharaan Rutin
Pekerjaan tersebut
Tipe Kegiatan
Aktivitas Kegiatan
Uraian
Mempunyai siklus
Kegiatan pemeliharaan
yang dilaksanakan
Jalan beraspal/tidak
tertentu (cyclic)
beraspal :
dilaksanakan tiap
secara terjadwal
tahun
dan bangunan
Dananya dialokasikan
untuk mengantisipasi
pelengkap jalan
tiap tahun
lingkungan
Pembersihan jalan
Pengendalian
tanaman/pemotonga
n rumput
Pemeliharaan
gorong-gorong dan
saluran drainase
samping
Jalan Beraspal:
Keadaan/kondisi
Kegiatan perbaikan
Taburan Pasir
(reactive)
responsif berdasarkan
(Sanding)
kondisi kerusakan
Setempat
mengantisipasi
(local sealing)
Katagori Kegiatan
Tipe Kegiatan
Pencegahan
(Preventive)
Aktivitas Kegiatan
Uraian
kerusakan ringan
yang dilaksanakan
Penyumbatan Retak
(crack
sealing)
Penambahan lapis
Penambalan
Permukaan/
permukaan guna
Perataan
memperbaik
Permukaan (skin
integritas permukaan
dan sebagai lapis
struktural (deep
Penambalan
patching)
Penambalan Kerikil
Setempat
perkerasan
(spot regraveling/
patching)
Perbaikan Drainase
(improvement
drainase)
Perbaikan Bahu
Jalan
(shoulder
improvement)
Jalan Tidak Beraspal:
Perbaikan Lubang
(Potholes)
Perbaikan Alur
Dragging
Grading
Jalan Berasapal:
Laburan Aspal
Taburan Pasir
BURAS (Resealing)
Katagori Kegiatan
Tipe Kegiatan
Aktivitas Kegiatan
Uraian
Pelaburan
Penambahan lapis
(Resurfacing)
permukaan guna
yang dilaksanakan
Jalan Beraspal:
Laburan Permukaan
memperbaiki
Aspal (Surface
Dressing), yaitu
meningktakan
Beton
perkerasan
LATASTON (Thin
Overlay)
Jalan Tidak Beraspal:
Pelapisan Tambah
Penambahan tebal
(Overlay)
lapisan perkerasan
Regravelling
Jalan Beraspal:
Lapis Penetrasi
Macadam LAPEN
guna meningkatkan
(Macadam).
integritas struktural
dan menginkatkan
LASTON
(Asphalt Concrete).
Rekonsruksi
perkerasan
Mengganti sebagian
Perkerasan
Inlay
(Pavement
perkerasan dan
Reconstruction)
kemudian
Full pavement
menambahnya
Jalan Beraspal:
Recosntruction
Penanganan jalan
(Emergency works)
Beraspal:
Penanggulangan
Kecelakaan
dapat dipastikan
kendaraan.
diawal.
kecelakaan
Dibutuhkan dana
kendaraan.
(Special Works)
Pekerjaan Darurat
Penanggulangan
Bencana alam.
khusus/ dana
kontigensi & dapat
dimasukkan kedalam
pemeliharaan
tahunan.
Pemeliharaan rutin
Pemeliharaan berkala
Peningkatan
Tanpa pemeliharaan
Batas mantap
Jalan mantap
Waktu
c.
mempertahankan jalan pada kondisi yang selalu dapat melayani lalu lintas secara
nyaman, aman dan murah. Ada beberapa aspek yang perlu mendapatkan perhatian
dalam manajemen pemeliharaan jalan, yaitu aspek institusi dan aspek pembiayaan
jalan (Antameng, 2002). Aspek institusi, diharapkan ada yang mengatur
keterlibatan seluruh stakeholder jalan untuk ikut bersama-sama menyusun strategi
serta melakukan pengawasan terhadap kondisi ataupun manajemen jalan, yang
sekarang masih ditangani oleh pihak pemerintah. Aspek pembiayaan, diharapkan
pembiayaan pemeliharaan jalan tidak lagi tergantung pada anggaran pemerintah,
akan tetapi dapat dikelola secara profesional melalui mekanisme pengawasan
yang transparan dan terbuka bagi semua stakeholder jalan
Penanganan suatu ruas jalan bertujuan untuk menjadikan jalan tersebut
menjadi mantap, baik mengenai konstruksi maupun pelayanannya. Aspek-aspek
yang mempengaruhi pemeliharaan jalan dapat dibedakan menjadi dua aspek.
Aspek pertama adalah bahwa program pemeliharaan merupakan sebuah upaya
dalam rangka mengamankan aset atau investasi pada bidang pembangunan
prasarana jalan. Aspek yang kedua adalah bahwa penanganan pemeliharaan jalan
haruslah merupakan jaminan akan adanya ketersediaan jaringan jalan yang
mantap.
Tujuan penanganan jalan oleh Departemen Pekerjaan Umum adalah untuk
mencapai jaringan jalan dengan kondisi seratus persen jalan mantap. Tingkat
kemantapan jalan ditentukan oleh dua kriteria, yaitu mantap secara konstruksi dan
mantap dalam layanan lalu lintas.
b.
c.
2.5
b.
Bila dana yang tersedia untuk sektor jalan semakin kecil, maka
pemerintah semakin sulit untuk membuat suatu perencanaan jangka
panjang bagi sektor jalan.
c.
d.
2.6
sehingga fungsinya dalam sistem infrastruktur jalan atau dalam jaringan jalan
dapat berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan tujuan penyelenggaraan
prasarana jalan yaitu penanganan adalah untuk menjaga kondisi fisik dan
operasional dari jaringan jalan agar tetap dalam kondisi baik. Dengan demikian
akan dapat dioperasikan atau dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya.
Tabel 2.3 Standar Pelayanan Minimal Bidang Jalan di Indonesia
(Departemen Kimpraswil, 2001)
Bidang
No
1
Pelayanan
Cakupan
Standar Pelayanan
Kuantitas
Konsumsi/Produksi
Kualitas
Ket.
Jaringan Jalan
Kepadatan Penduduk
2
Aspek
Seluruh
Aksesibiltas
Jaringan
Aspek Mobilitas
(jiwa/km )
Sangat tinggi > 5000
Tinggi > 1000
Sedang > 500
Rendah > 100
Indeks
Aksesibilitas
>5
> 1,5
> 0,5
> 0,15
> 0,05
Seluruh
Indeks
Jaringan
(juta Rp/kap/th)
Sangat tinggi > 10
Tinggi > 5
Sedang > 2
Rendah > 1
Sangat rendah < 1
Mobilitas
>5
>2
>1
> 0,5
> 0,2
Panjang
jalan/luas
(km/km2)
Panjang
jalan/1000
penduduk
Kecelakaan
Pemakai Jalan
Indeks Kecelakaan 1
/100.000 km
kendaraan
Aspek
Keselamatan
Seluruh
Kepadatan Penduduk
Jaringan
(jiwa/km2)
Sangat tinggi > 10
Tinggi > 5
Sedang > 2
Rendah > 1
Sangat Rendah < 1
Indeks Kecelakaan 2
Kecelakaan
/Km/tahun
Ruas Jalan
Lebar jalan Min
Volume lalulintas
Kondisi IRI/RCI
2X7m
(kend/hari)
LHR > 20.000
IRI<6,0 atau
7m
20.000>LHR>8000
RCI>6,5
IRI<6,0 atau
6m
8000>LHR>3000
RCI>6,5
IRI<8,0 atau
4,5 m
RCI>5,5
IRI<6,0 atau
Kondisi Jalan
RCI>6,5
Standar pelayanan
NO
Pelayanan
Kondisi
Pelayanan
2.7
Kuantitas
Bidang
Cakupan
Kosumsi produksi
Fungsi Jalan
Pengguna Jalan
Kualitas
Ket
Kecepatan Tempuh
Arteri primer
Min
25 km/jam
Kolektor primer
jauh
Lalulintas regional jarak
20 km/jam
Lokal primer
Arteri sekunder
Kolektor sekunder
sedang
Lalulintas lokal
Lalulintas kota jarak jauh
Lalulintas kota jarak
20 km/jam
25 km/jam
20 km/jam
Lokal sekunder
sedang
Lalulintas lokal kota
20 km/jam
dengan :
IPJ
Ppr(ktj)
Ppr(knj)
(2.1)
W(ktj)
W(knj)
W(pyp)
W(bln)
Bobot wilayah=
IPJ wilayah
IPJwilayah
...............................................
(2.2)
Untuk Wilayah dengan bobot terkecil mempunyai kinerja pelayanan jalan
terburuk berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Alokasi dana pemeliharaan
jalan dilakukan berdasarkan bobot masing-masing wilayah untuk mengurangi
ketimpangan antar wilayah. Alokasi dana pengelolaan jaringan jalan dapat
dihitung dengan persamaan berikut:
Dana Jalan=
1 Bobot wilayah
x total Dana
...............................
1Bobot wilayah
(2.3)
2.8
2.8.1
kinerja jaringan jalan ditentukan oleh indeks aksesibilitas dari jaringan jalan
kinerja jaringan jalan ditentukan oleh indeks mobilitas dari jaringan jalan
Penentuan batas minimal indeks mobilitas suatu jaringan jalan ditentukan oleh
besarnya nilai PDRB per kapita (juta Rp/kap/Tahun) suatu daerah. Ini
menunjukkan bahwa penambahan jaringan jalan dapat mengakibatkat adanya
peningkatan perekonomian masyarakat yang ditandai dengan peningkatan PDRB
per kapita pertahun. Dengan peningkatan taraf perekonomian masyarakat tersebut
akan mengakibatkan peningkatan mobilitas dari masyarakat, sehingga diperlukan
adanya penambahan panjang jaringan jalan dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat.
2.9
a 11 a 12 a13
a 21 a 22 a23
a 31 a 32 a33
dengan:
a
a22
= persentase jalan
2.10
sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pada
uraian terdahulu berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 disebutkan
bahwa pendapatan asli daerah terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, dan
perusahaan daerah.
2.10.1
Pajak Daerah
2.10.2
Retrebusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran atas pemakaian jasa atau karena mendapat
pekerjaan usaha atau milik daerah bagi yang berkepentingan atau jasa yang
diberikan oleh daerah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena
itu setiap pungutan yang dilakukan oleh pemerintah daerah senantiasa berdasarkan
prestasi dan jasa yang diberikan kepada masyarakat, sehingga keluasaan retribusi
daerah terletak pada yang dapat dinikmati oleh masyarakat. Jadi retrebusi sangat
berhubungan erat dengan jasa layanan yang diberikan pemerintah kepada yang
membutuhkan.
Jenis-jenis retribusi yang diserahkan kepada kabupaten/kota dapat kita
lihat kelompokkan retribusi sebagai berikut:
Retribusi jasa umum yaitu retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan umum serta dapat dinikmati oleh
orang pribadi atau badan.
Retribusi jasa usaha yaitu retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemda dengan
menganut prinsip komersial karena pada dasarnya disediakan oleh sektor swasta.
2.10.3
Perusahaan Daerah
Salah satu sumber pendapatan asli daerah yang sangat penting dan perlu
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1
KERANGKA PENELITIAN
Secara garis besar metodologi penelitian ini meliputi studi literatur,
Berikut:
a. Menghitung Indeks Prasarana Jalan (IPJ), bobot tiap wilayah dan bobot
alokasi dengan menggunakan persamaan 2.1 , 2.2 dan 2.3.
b. Menghitung prediksi bobot keadaan atau kerusakkan jalan alokasi dana
pengelolaan jaringan jalan dikota Sungai Penuh selama lima tahun dengan
menggunakan metode prediksi Markovian dengan menggunakan
persamaan 2.4.
3.2
3.2.1
KRITERIA
VARIABEL
Fungsi ketersediaan
jalan
Kinerja jalan
Fungsi pengembangan
kawasan
jalan)
3.2.2
ruas jalan yang ada. Namun karena adanya keterbatasan dana, maka perlu perlu
diadakan penentuan prioritas agar dapat dicapai pemanfaatan dana secara efektif.
Sebagai pedoman, penentuan prioritas untuk operasional kegiatan pengelolaan
jaringan jalan dapat ditentukan dengan menggunkan matrik hubungan antara
hirarki lalulintas dengan hirarki aktifitas pemeliharaan (Pulitbang PrasTrans
Departemen PU, 2005), matrik ini dapat dilihat pada table 3.2
Prioritas
Kategori Lalulintas
LL-3 LL-4 LL-5 LL-6
LL-1
LL-2
10
14
15
16
21
24
pavenment)
Pekerjaan pelaburan ulang dan
22
25
LL-7
LL-8
11
12
13
17
18
19
20
27
30
33
36
39
28
31
34
37
40
23
26
29
32
35
38
41
42
43
44
45
56
47
48
work)
Overlay secara perodik dan rehabilitasi
perkerasan jalan(Peridic overlay and
pavement construction)
LHR
Jalan strategis
>1.000
500-1000
200-500
>200
<200
50-200
<50
Mulai
Masalah Penelitian:
Jumlah kebutuhn dana pengelolaan jalan
Tujuan Penelitian:
Jenis perkerasan
Diperkeras
Diperkeras
Diperkeras
Diperkeras
Tidak diperkeras
Diperkeras
Tidak diperkeras
Tidak diperkeras
Batasan Masalah:
Studi Literatur
Data :
Panjang Jalan
Kondisi Jalan
Jumlah penduduk
Luas Wilayah
Jumlah Kendaraan
Jumlah Anggaran yang Dialokasikan Untuk
Pengelolaan Jaringan jalan
Kebutuhan Dana Untuk Sektor Jalan:
Bedasarkan Kriteria
Berdasarkan Prioritas
Selesai
DAFTAR PUSTAKA
Oglesby, Clarkson H, 1954, Higway Engineering, John Willey and Son, New
York, USA.
Rantetoding, Patana, 2003, Penyertaan Masyarakat Pemakai Jalan dalam
Pengelolaan dan Pembiayaan Road Fund, Makalah Seminar Nasional Road
Fund 2003, Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Katolik
Parahyangan Bandung.
Antameng, Max, 2002, Meniti Kemungkinan Penerapan Road Fund di Jawa
Barat, ,Faedah dan Masalah Dalam Pengimplementasiannya, Seminar
Lokakarya Pemeliharaan Jalan, Bandung, 2002
Haris S, 2010, Perkiraan Anggaran Minimum Pemeliharaan Jalan di Provinsi
Jawa Barat, Simposium XIII FSTPT 2010, Universitas Kristen
Soegijapranata, Semarang.
Shahin, M.Y, Pavement Management For Airports, Roads, and Parking Lots,
Chapman & Hall, New York, Unitet State of America 1994.
Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Seri Panduan Pemeliharaan Jalan
Kabupaten, Puslitbang Prasarana Transportasi, Bandung.
Departemen Pekerjaan Umum, Teknik Pengelolaan Jalan, Puslitbang Prasarana
Transportasi, Bandung, 2005
Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor
534/KPTS/M/2001 Tentang Penentuan Standar Pelayanan Minimal (SPM),
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2004. Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004
Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah,
Jakarta.
Pemerintah Republik Indonesia, 2004. Undang undang No. 38 Tahun 2004
tentang Jalan, Jakarta