Sewaktu pengajianku minggu lepas, seorang pelajar telah bertanya kepadaku mengenai
hukum memakan biawak. Maka aku katakan bahwa disisi mazhab Syafie BIAWAK
adalah HARAM dimakan kerana BIAWAK dikategorikan sebagai khabaaits (keji/kotor).
Kemudian pelajarku berkata lagi, seorang ustaz (berasal dari sebuah negeri paling utara
di Malaysia …tak payahlah aku sebutkan namanya disini ….) berkata bahwa biawak
boleh [...]
Makanan HARAM :
1. BANGKAI
Yaitu hewan yang mati bukan karena disembelih atau
diburu. Hukumnya
jelas haram dan bahaya yang ditimbulkannya bagi agama
dan badan manusia
sangat nyata, sebab pada bangkai terdapat darah yang
mengendap sehingga
sangat berbahaya bagi kesehatan. Bangkai ada beberapa
macam sbb :
A. Al-Munkhaniqoh yaitu hewan yang mati karena
tercekik baik secara
sengaja atau tidak.
B. Al-Mauqudhah yaitu hewan yang mati karena
dipukul dengan
alat/benda keras hingga
mati olehnya atau disetrum dengan alat
listrik.
C. Al-Mutaraddiyah yaitu hewan yang mati karena
jatuh dari tempat
tinggi atau jatuh ke
dalam sumur sehingga mati.
D. An-Nathihah yaitu hewan yang mati karena
ditanduk oleh hewan
lainnya (lihat Tafsir
Al-Qur'an Al-Adzim 3/22 oleh Imam Ibnu
Katsir).
2. DARAH
Yaitu darah yang mengalir sebagaimana dijelaskan dalam
ayat lainnya:
"Atau darah yang mengalir" (QS. Al-An'Am: 145)
Demikianlah dikatakan oleh Ibnu Abbas dan Sa'id bin
Jubair. Diceritakan
bahwa orang-orang jahiliyyah dahulu apabila seorang
diantara mereka
merasa lapar, maka dia mengambil sebilah alat tajam
yang terbuat dari
tulang atau sejenisnya, lalu digunakan untuk memotong
unta atau hewan
yang kemudian darah yang keluar dikumpulkan dan dibuat
makanan/minuman.
Oleh karena itulah, Allah mengharamkan darah pada umat
ini. (Lihat
Tafsir Ibnu Katsir 3/23-24).
Sekalipun darah adalah haram, tetapi ada
pengecualian yaitu hati
dan limpa berdasarkan hadits Ibnu Umar di atas tadi.
Demikian pula
sisa-sisa darah yang menempel pada daging atau leher
setelah disembelih.
Semuanya itu hukumnya halal. Syaikul Islam Ibnu
Taimiyyah mengatakan: "
Pendapat yang benar, bahwa darah yang diharamkan oleh
Allah adalah darah
yang mengalir. Adapun sisa darah yang menempel pada
daging, maka tidak
ada satupun dari kalangan ulama' yang
mengharamkannya". (Dinukil dari
Al-Mulakhas Al-Fiqhi 2/461 oleh Syaikh Dr. Shahih
Al-Fauzan).
3. DAGING BABI
Babi baik peliharaan maupun liar, jantan maupun
betina. Dan
mencakup seluruh anggota tubuh babi sekalipun
minyaknya. Tentang
keharamannya, telah ditandaskan dalam al-Qur'an,
hadits dan ijma' ulama.
9. AL-JALLALAH
Hal ini berdasarkan hadits :
"Dari Ibnu Umar berkata: Rasulullah melarang dari
jalalah unta untuk
dinaiki. (HR. Abu Daud no. 2558 dengan sanad shahih).
"Dalam riwayat lain disebutkan: Rasulullah melarang
dari memakan
jallalah dan susunya." (HR. Abu Daud : 3785, Tirmidzi:
1823 dan Ibnu
Majah: 3189).
"Dari Amr bin Syu'aib dari ayahnya dari kakeknya
berkata: Rasulullah
melarang dari keledai jinak dan jalalah, menaiki dan
memakan dagingnya.
"(HR Ahmad (2/219) dan dihasankan Al-Hafidz dalam
Fathul Bari 9/648).
Jawaban:
Dalam Islam, hubungan antara pria dan wanita dibagi menjadi dua, yaitu hubungan
mahram dan hubungan nonmahram. Hubungan mahram adalah seperti yang disebutkan
dalam Surah An-Nisa 23, yaitu mahram seorang laki-laki (atau wanita yang tidak boleh
dikawin oleh laki-laki) adalah ibu (termasuk nenek), saudara perempuan (baik sekandung
ataupun sebapak), bibi (dari bapak ataupun ibu), keponakan (dari saudara sekandung atau
sebapak), anak perempuan (baik itu asli ataupun tiri dan termasuk di dalamnya cucu), ibu
susu, saudara sesusuan, ibu mertua, dan menantu perempuan. Maka, yang tidak termasuk
mahram adalah sepupu, istri paman, dan semua wanita yang tidak disebutkan dalam ayat
di atas.
Uturan untuk mahram sudah jelas, yaitu seorang laki-laki boleh berkhalwat (berdua-
duaan) dengan mahramnya, semisal bapak dengan putrinya, kakak laki-laki dengan
adiknya yang perempuan, dan seterusnya. Demikian pula, dibolehkan bagi mahramnya
untuk tidak berhijab di mana seorang laki-laki boleh melihat langsung perempuan yang
terhitung mahramnya tanpa hijab ataupun tanpa jilbab (tetapi bukan auratnya), semisal
bapak melihat rambut putrinya, atau seorang kakak laki-laki melihat wajah adiknya yang
perempuan. Aturan yang lain yaitu perempuan boleh berpergian jauh/safar lebih dari tiga
hari jika ditemani oleh laki-laki yang terhitung mahramnya, misalnya kakak laki-laki
mengantar adiknya yang perempuan tour keliling dunia. Aturan yang lain bahwa seorang
laki-laki boleh menjadi wali bagi perempuan yang terhitung mahramnya, semisal seorang
laki-laki yang menjadi wali bagi bibinya dalam pernikahan.
Hubungan yang kedua adalah hubungan nonmahram, yaitu larangan berkhalwat (berdua-
duaan), larangan melihat langsung, dan kewajiban berhijab di samping berjilbab, tidak
bisa berpergian lebih dari tiga hari dan tidak bisa menjadi walinya. Ada pula aturan yang
lain, yaitu jika ingin berbicara dengan nonmahram, maka seorang perempuan harus
didampingi oleh mahram aslinya. Misalnya, seorang siswi SMU yang ingin berbicara
dengan temannya yang laki-laki harus ditemani oleh bapaknya atau kakaknya. Dengan
demikian, hubungan nonmahram yang melanggar aturan di atas adalah haram dalam
Islam. Perhatikan dan renungkanlah uraian berikut ini.
Firman Allah SWT yang artinya, �Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.� (Al-Isra: 32).
Menundukkan pandangan yaitu menjaga pandangan, tidak dilepas begitu saja tanpa
kendali sehingga dapat menelan merasakan kelezatan atas birahinya kepada lawan
jenisnya yang beraksi. Pandangan dapat dikatakan terpelihara apabila secara tidak
sengaja melihat lawan jenis kemudian menahan untuk tidak berusaha melihat mengulangi
melihat lagi atau mengamat-amati kecantikannya atau kegantengannya.
Dari Jarir bin Abdullah, ia berkata, �Saya bertanya kepada Rasulullah saw. tentang
melihat dengan mendadak. Maka jawab Nabi, �Palingkanlah pandanganmu itu!� (HR
Muslim, Abu Daud, Ahmad, dan Tirmizi).
Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. telah bersabda yang artinya, �Kedua
mata itu bisa melakukan zina, kedua tangan itu (bisa) melakukan zina, kedua kaki itu
(bisa) melakukan zina. Dan kesemuanya itu akan dibenarkan atau diingkari oleh alat
kelamin.� (Hadis sahih diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibn
Abbas dan Abu Hurairah).
�Tercatat atas anak Adam nasibnya dari perzinaan dan dia pasti mengalaminya. Kedua
mata zinanya melihat, kedua teling zinanya mendengar, lidah zinanya bicara, tangan
zinanya memaksa (memegang dengan keras), kaki zinanya melangkah (berjalan) dan hati
yang berhazrat dan berharap. Semua itu dibenarkan (direalisasi) oleh kelamin atau
digagalkannya.� (HR Bukhari).
Rasulullah saw. berpesan kepada Ali r.a. yang artinya, �Hai Ali, Jangan sampai
pandangan yang satu mengikuti pandangan lainnya! Kamu hanya boleh pada pandangan
pertama, adapun berikutnya tidak boleh.� (HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Yang terendah adalah zina hati dengan bernikmat-nikmat karena getaran jiwa yang dekat
dengannya, zina mata dengan merasakan sedap memandangnya dan lebih jauh terjerumus
ke zina badan dengan, saling bersentuhan, berpegangan, berpelukan, berciuman, dan
seterusnya hingga terjadilah persetubuhan.
Ath-Thabarani meriwayatkan, Nabi saw. bersabda yang artinya, �Awaslah kamu dari
bersendirian dengan wanita, demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang lelaki
yang bersendirian (bersembunyian) dengan wanita malainkan dimasuki oleh setan antara
keduanya. Dan, seorang yang berdesakkan dengan babi yang berlumuran lumpur yang
basi lebih baik daripada bersentuhan bahu dengan bahu wanita yang tidak halal
baginya.�
Di dalam kitab Dzamm ul Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan dari Abu al-Hasan al-
Wa�ifdz bahwa dia berkata, �Ketika Abu Nashr Habib al-Najjar al-Wa�idz wafat di
kota Basrah, dia dimimpikan berwajah bundar seperti bulan di malam purnama. Akan
tetapi, ada satu noktah hitam yang ada wajahnya. Maka orang yang melihat noda hitam
itu pun bertanya kepadanya, �Wahai Habib, mengapa aku melihat ada noktah hitam
berada di wajah Anda?� Dia menjawab, �Pernah pada suatu ketika aku melewati
kabilah Bani Abbas. Di sana aku melihat seorang anak amrad dan aku
memperhatikannya. Ketika aku telah menghadap Tuhanku, Dia berfirman, �Wahai
Habib?� Aku menjawab, �Aku memenuhi panggilan-Mu ya Allah.� Allah berfirman,
�Lewatlah Kamu di atas neraka.� Maka, aku melewatinya dan aku ditiup sekali
sehingga aku berkata, �Aduh (karena sakitnya).� Maka. Dia memanggilku, �Satu kali
tiupan adalah untuk sekali pandangan. Seandainya kamu berkali-kali memandang, pasti
Aku akan menambah tiupan (api neraka).�
Hal tersebut sebagai gambaran bahwa hanya melihat amrad (anak muda belia yang
kelihatan tampan) saja akan mengalami kesulitan yang sangat dalam di akhirat kelak.
�Semalam aku melihat dua orang yang datang kepadaku. Lantas mereka berdua
mengajakku keluar. Maka, aku berangkat bersama keduanya. Kemudian keduanya
membawaku melihat lubang (dapur) yang sempit atapnya dan luas bagian bawahnya,
menyala api, dan bila meluap apinya naik orang-orang yang di dalamnya sehingga
hampir keluar. Jika api itu padam, mereka kembali ke dasar. Lantas aku berkata, �Apa
ini?� Kedua orang itu berkata, �Mereka adalah orang-orang yang telah melakukan
zina.� (Isi hadis tersebut kami ringkas redaksinya. Hadis di ini diriwayatkan oleh
Bukhari dan Muslim).
Di dalam kitab Dzamm ul-Hawa, Ibnul Jauzi menyebutkan bahwa Abu Hurairah r.a. dan
Ibn Abbas r.a., keduanya berkata, Rasulullah saw. Berkhotbah, �Barang siapa yang
memiliki kesempatan untuk menggauli seorang wanita atau budak wanita lantas dia
melakukannya, maka Allah akan mengharamkan surga untuknya dan akan memasukkan
dia ke dalam neraka. Barang siapa yang memandang seorang wanita (yang tidak halal)
baginya, maka Allah akan memenuhi kedua matanya dengan api dan menyuruhnya untuk
masuk ke dalam neraka. Barang siapa yang berjabat tangan dengan seorang wanita (yang)
haram (baginya) maka di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan dibelenggu
tangannya di atas leher, kemudian diperintahkan untuk masuk ke dalam neraka. Dan,
barang siapa yang bersenda gurau dengan seorang wanita, maka dia akan ditahan selama
seribu tahun untuk setiap kata yang diucapkan di dunia. Sedangkan setiap wanita yang
menuruti (kemauan) lelaki (yang) haram (untuknya), sehingga lelaki itu terus
membarengi dirinya, mencium, bergaul, menggoda, dan bersetubuh dengannya, maka
wanitu itu juga mendapatkan dosa seperti yang diterima oleh lelaki tersebut.�
Dari Ghazwan ibn Jarir, dari ayahnya bahwa mereka berbicara kepada Ali ibn Abi Thalib
mengenai beberapa perbuatan keji. Lantas Ali r.a. berkata kepada mereka, �Apakah
kalian tahu perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Jalla Sya�nuhu?� Mereka
berkata, �Wahai Amir al-Mukminin, semua bentuk zina adalah perbuatan keji di sisi
Allah.� Ali r.a. berkata, �Akan tetapi, aku akan memberitahukan kepada kalian sebuah
bentuk perbuatan zina yang paling keji di sisi Allah Tabaaraka wa Taala, yaitu seorang
hamba berzina dengan istri tetangganya yang muslim. Dengan demikian, dia telah
menjadi pezina dan merusak istri seorang lelaki muslim.� Kemudian, Ali r.a. berkata
lagi, �Sesungguhnya akan dikirim kepada manusia sebuah aroma bisuk pada hari
kiamat, sehingga semua orang yang baik maupun orang yang buruk merasa tersiksa
dengan bau tersebut. Bahkan, aroma itu melekat di setiap manusia, sehingga ada
seseorang yang menyeru untuk memperdengarkan suaranya kepada semua manusia,
�Apakah kalian tahu, bau apakah yang telah menyiksa penciuman kalian?� Mereka
menjawab, �Demi Allah, kami tidak mengetahuinya. Hanya saja yang paling
mengherankan, bau tersebut sampai kepada masing-masing orang dari kita.� Lantas
suara itu kembali terdengar, �Sesungguhnya itu adalah aroma alat kelamin para pezina
yang menghadap Allah dengan membawa dosa zina dan belum sempat bertobat dari dosa
tersebut.�
Bukankah banyak kejadian orang-orang yang berpacaran dan bercinta-cinta dengan orang
yang telah berkeluarga? Jadi, pacaran tidak hanya mereka yang masih bujangan dan
gadis, tetapi dari uisa akil balig hingga kakek nenek bisa berbuat seperti yang diancam
oleh hukuman Allah tersebut di atas. Hanya saja, yang umum kelihatan melakukan
pacaran adalah para remaja.
Namun, bukan berarti tidak ada solusi dalam Islam untuk berhubungan dengan
nonmahram. Dalam Islam hubungan nonmahram ini diakomodasi dalam lembaga
perkawinan melalui sistem khitbah/lamaran dan pernikahan.
�Hai golongan pemuda, siapa di antara kamu yang mampu untuk menikah, maka
hendaklah ia menikah, karena menikah itu lebih menundukkan pandangan, dan lebih
memelihara kemaluan. Tetapi, siapa yang tidak mampu menikah, maka hendaklah ia
berpuasa, karena puasa itu dapat mengurangi syahwat.� (HR Bukhari, Muslim, Abu
Daud, Tirmizi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan Darami).
Selain dua hal tersebut di atas, baik itu dinamakan hubungan teman, pergaulan laki
perempuan tanpa perasaan, ataupun hubungan profesional, ataupun pacaran, ataupun
pergaulan guru dan murid, bahkan pergaulan antar-tetangga yang melanggar aturan di
atas adalah haram, meskipun Islam tidak mengingkari adanya rasa suka atau bahkan
cinta. Anda bahkan diperbolehkan suka kepada laki-laki yang bukan mahram, tetapi
Anda diharamkan mengadakan hubungan terbuka dengan nonmahram tanpa mematuhi
aturan di atas. Maka, hubungan atau jenis pergaulan yang Anda sebutkan dalam
pertanyaan Anda adalah haram. Kalau masih ingin juga, Anda harus ditemani kakak laki-
laki ataupun mahram laki-laki Anda dan Anda harus berhijab dan berjilbab agar
memenuhi aturan yang telah ditetapkan Islam.
Hidup di dunia yang singkat ini kita siapkan untuk memperoleh kemenangan di hari
akhirat kelak. Oleh karena itu, marilah kita mulai hidup ini dengan bersungguh-sungguh
dan jangan bermain-main. Kita berusaha dan berdoa mengharap pertolongan Allah agar
diberi kekuatan untuk menjalankan perintah dan meninggalkan larangan-Nya. Semoga
Allah menolong kita, amin.
Adapun pertanyaan berikutnya kami jawab bahwa cara mengetahui sifat calon pasangan
adalah bisa tanya secara langsung dengan memakai pendamping (penengah) yang
mahram. Atau, bisa melalui perantara, baik itu dari keluarga atau saudara kita sendiri
ataupun dari orang lain yang dapat dipercaya. Hal ini berlaku bagi kedua belah pihak.
Kemudian, bagi seorang laki-laki yang menyukai wanita yang hendak dinikahinya,
sebelum dilangsungkan pernikahan, maka baginya diizinkan untuk melihat calon
pasangannya untuk memantapkan hatinya dan agar tidak kecewa di kemudian hari.