Anda di halaman 1dari 33

OPTIMASI PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT

PADA TAMBANG BAWAH TANAH DI D.O.Z


PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Tugas Akhir pada jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

NUROPIK ARIEF PURWANSYAH


112990020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2003

OPTIMASI PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT


PADA TAMBANG BAWAH TANAH DI D.O.Z
PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Tugas Akhir pada jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

NUROPIK ARIEF PURWANSYAH


112990020

Mengetahui,

Menyetujui

Dosen Wali

Pembimbing I

(Dr.Ir.S. Koesnarya, Msc)

OPTIMASI PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT


PADA TAMBANG BAWAH TANAH DI D.O.Z
PT. FREEPORT INDONESIA COMPANY

PROPOSAL TUGAS AKHIR


Disusun sebagai salah satu syarat dalam melaksanakan
Tugas Akhir pada jurusan Teknik Pertambangan

Oleh :

NUROPIK ARIEF PURWANSYAH


112990020

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN
YOGYAKARTA
2003

BAB I
PENDAHULUAN

A. JUDUL SKRIPSI
OPTIMASI PRODUKSI ALAT MUAT DAN ALAT ANGKUT PADA
TAMBANG BAWAH TANAH DI D.O.Z PT. FREEPORT INDONESIA
COMPANY

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL


Peralatan produksi pada operasi penambangan merupakan salah satu sarana
produksi yang vital untuk menunjang target produksi akhir yang telah ditentukan
perusahaan. Rencana penambangan bulanan ( Target Produksi ) di tambang dalam
DOZ ( Deep Ore Zone ) yang telah diterapkan oleh PT. Freeport Indonesia adalah
jumlah tonase material yang harus diambil dari sejumlah loading point.
Rencana penambangan bulanan tersebut belumlah lengkap, karena tujuan
pembuangan menuju dumping point /dump area ( Ore crusher dan Waste Dump ) dan
jumlah

tonase

material

yang

didistribusikan

belum

ditentukan,

sehingga

permasalahan disini adalah distribusi tonase material yang diambil dari sejumlah
loading point/ sumber untuk kemudian dibuang menuju dump area/tujuan.
Untuk mengatasi kondisi tersebut maka ditentukan dump area/tujuan dengan batasanbatasan yang telah disepakati dan diperlukan suatu kajian pengoptimasian yakni
penjadwalan produksi dengan pendekatan pada teori Dasar DISPATCH, dimana

dalam membantu menentukan distribusi jumlah tonase yang optimal adalah dengan
membuat permodelan program linier yakni metode transportasi.

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan masukan terhadap
penyelesaian masalah penjadwalan produksi dengan penerapan teori dasar Dispacth
terhadap distribusi jumlah tonase material dari loading point menuju dump area pada
rencana penambangan bulanan tambang DOZ ( Deep Ore Zone ) sehingga dapat
mengoptimalkan jumlah tonase material yang didistrribusikan , serta pengontrolan
terhadap kapasitas tampung dari dumping point untuk memenuhi target produksi
yang diinginkan oleh perusahaan dengan suatu permodelan program linier dengan
metode transportasi yang menggunakan paket program komputasi Quantitative
System For Bussiness plus ( QSB +).

D. RUMUSAN MASALAH
1. Mengetahui distribusi jumlah material yang diambil dari sejumlah loading
point yang akan dibuang menuju dump area.
2. Mengetahui perbandingan alat muat dan angkut sehingga target produksi
dapat tercapai, serta perbandingan LHD (alat muat ) dengan loading point
/dump area.
3. Menentukan suatu pengkajian pengoptimasian dari masalah diatas dengan
suatu pendekatan pada teori dasar Dispatch yaitui dengan membuat suatu
persamaan matematis dan kemudian diolah dengan program QSB + .

BAB II
ANALISIS MASALAH

A. DASAR TEORI
Kompleksitas dan spesifikasi dalam suatu permasalahan, menumbuhkan
kesulitan yang semakin besar untuk mengalokasikan sumberdaya

yang terbatas

dengan cara yang paling baik. Masalah ini dan kebutuhan untuk memeskan cara yang
paling baik dan efektif dalam memecahkannya menimbulkan kebutuhan akan teknik
riset operasi ( Operation Risearch ).Teknik operasi ini merupakan penggunaan
metoda-metoda pendekatan ilmiah secara kuantitatif untuk menemukan cara yang
paling baik dalam memecahkan masalah yang harus dihadapi dan untuk memilih
alternatif yang terbaik dapat dilakukan dengan bantuan model matematika.
Kriteria pemilihan nilai terbaik dari variable keputusan, dapat ditentukan
oleh fungsi linear dari variable keputusan tersebut. Fungsi yang menggambarkan
linearitas ini disebut fungsi tujuan. Karena Syarat linearirtas tersebut maka persoalan
ini disebut program linear.
Untuk penggunaan landasann teorinya yaitu teori dasar daipada Dispatch
yang mengacu pada program linear, diman teori ini akan dipakai untuk mengoptimasi
distribusi tonase jalur/pengangkutan termasuk dari loading point menuju dumping
point pada rencana tambang bulanan DOZ .

Salah satu programisasi matematis dengan basis program linear yang cocok dengan
penerapan teori dasar dari pada dispatch adalah persoalan transportasi atau metode
transportasi.
A. TEORI DASAR DISPATCH
1.Dispatc
Sistem pemuatan dan pengangkutan sepeti pada gambar terdapat dua shovel
( S#01 dan S#02 ) dengan dua dump area yakni waste dump dan ore crusher yang
perlu dipahami adalah semua jalur yang layak sebagai jalur pengangkutan diarea
tambang.
Jalur pengangkutan yang layak tersebut digambarkan dua pembatas yakni
sebagai berikut :
a). Truk ( yang disimbolkan anak panah ) bermuatan yang meninggalkan shovel
harus pergi meniuju dump area sesuai dengan material yang diangkutnya. Artinya
muatan untuk ore harus pergi menuju ore crusher dan waste dump .
b). Truk kosong yang meninggalkan dumop area ( ore crusher dan waste dump )
tidak memiliki pembatas dan mungkin saja ditugaskan menuju shovel lain untuk
pemuatan berikutnya.
Selama ini system pemuatan dan pengangkutan yang dikenal adalah system
pengangkutan dengan siklus tertutup, yakni dimana truk biasanya diarea tambang
menuju shovel material ore dan diangkut menuju ore crusher kemudian truk kosong
meninggalkan ore crusher menuju bench semula yang menghasilakan ore . Demikian

juga dengan benchyang menghasilakn waste. Truk dimuat shovel material waste
dump menuju bench semula yang menghasilkan waste
2. Teori Antrian
a. Pengertian umum sistem antrian
Kejadian antrian adalah kejadian yang biasa dijumpai dalam bidang teknik
konstruksi dan teknik pertambangan. Kejadian antrian akan timbul bila tingkat
permintaan untuk memperoleh akan suatu pelayanan melebihi kapasitas pelayanan
yang ada.
Ada dua sistem teori antrian yaitu sistem antrian terbuka dan sistem antrian
tertutup. Disini yang akan dibahas adalah sistem antrian tertutup.
Sistem antrian adalah suatu kesatuan fasilitas pelayanan sejak dari masukkan,
yaitu pelanggan yang akan menggunakan jasa pelayanan, hingga keluar yaitu
pelanggan yang telah memperoleh pelayanan.
b. Karakteristik dasar model antrian
1. Sumber masukkan
Unit masukkan dari sebuah sistem diperoleh dari beberapa populasi. Populasi
ini bisa tidak terbatas dan bisa pula terbatas ukurannya. Tidak terbatas yaitu
ketika jumlahnya sangat besar, namun bisa pula terbatas, yaitu ketika
jumlahnya sangat sedikit,mudah didefinisikan, dan setiap pelanggan yang
datang akan mempengaruhi kedatangan pelanggan yang lain. Populasi
pelanggan adalah sumber permintaan pelayanan sistem.
Kedatangan pelanggan biasanya dicirikan oleh adanya waktu edar antar
kedatangan (interarrival time), yakni waktu antar kedatangan dan pelanggan
yang berturut-turut pada suatu fasilitas pelayanan. Tingkat kedatangan itu

dapat diketahui secara pasti (deterministic), atau berupa suatu variabel acak
distribusi probabilitasnya telah diketahui.
Sebagai pelanggan yang masuk kedalam sistem akan membentuk sebuah
garis tunggu dan antrian dengan tingkat kedatangan, atau arrival rate tertentu
atau random. Berdasarkan keadaan tersebut, maka kedatangan pelanggan
diasumsikan mengikuti distribusi poison. Dalam hal ini, pelanggan yang telah
masuk kedalam sisitem kemudian keluar lagi tidak diperhitungkan.
2. Sifat-sifat antrian
Hal yang menarik dalam kejadian antrian, apakah para pelanggan yang masuk
kedalam fasilitas datang satu-persatu atau secara berombongan dan apakah
penolakan (balking) atau pembatalan (reneging) diperkenankan (Gambar 1).

Disiplin antrian

Sumber

Unit
Kedatangan

masukan

Antrian

Sumber
Terbatas

Mekanisme
Pelayanan

Sistem antrian

Penolakan

Pembatalan

Gambar 1
Dasar-dasar proses antrian

Unit
Terlayani

Balking terjadi bila seorang pelanggan menolak untuk memasuki suatu fasilitas
pelayanan karena antriannya terlalu panjang. Reneging terjadi apabila seorang
pelanggan yang telah berada dalam suatu antrian meninggalkan antrian dan
fasilitas pelayanan yang dituju karena menunggu terlalu lama.
3. Disiplin Pelayanan
Disiplin pelayanan adalah suatu aturan dimana para pelanggan dilayani. Tipe
aturan antrian terdiri dari :
a). FIFO (First In First Out)
Aturan yang mendasar pada yang pertama masuk, pertama keluar atau
pertama datang pertama yang akan dilayani (First come first served).
Aturan ini umum digunakan pada pemindahan tanah.
b). LIFO (Last In First Out)
Aturan pelayanan yang mendasarkan pada pelanggan yang terakhir masuk
pertama keluar.
c). SIRO (Service In Random Order)
Aturan pelayanan dalam urutan acak.
d). PRI (Priority Disciplines)
Aturan pelayanan berdasarkan prioritas.
4. Mekanisme Pelayanan
Berdasarkan mekanisme pelayanannya sistem antrian dapat dibedakan
menjadi :
a). Pelayanan tunggal (single server)

Model antrian yang hanya memiliki satu fasilitas pelayanan. Model ini
merupakan konfigurasi dasar model antrian dan akan menjadi dasar bagi
pembahsan sistem-sistem lainnya.
b). Multi pelayanan
i. Sistem antrian dengan pelayanan paralel
Model antrian apabila fasilitas pelayanannya lebih dari satu dan disusun
secara berjajar, artinya sejumlah pelanggan bisa dilayani oleh sejumlah
fasilitas secara bersaman.
ii.

Sistem antrian pelayanan seri


Model antrian apabila fasilitas pelayanannya lebih dari satu yang
disusun secara berurutan, artinya pelanggan dalam fasilitas pelayanan
akan dilayani secara bertahap.

c. Notasi Model Antrian


Terdapat banyak varian yang mungkin dari model antrian. Ciri-ciri dari masingmasing model akan diringkas dalam notasi Kendall.
Notasi Kendall yang asli : (a/b/c) ; yang diperluas : (a/b/c/d/e/f)
Dimana:
a = distribusi kedatangan
b = distribusi keberangkatan atau waktu pelayanan
Untuk a dan b

M menunjukkan poisson
Ek menunjukkan erlang
D menunjukkan deterministik

c = banyaknya pelayanan paralel


d = disiplin antri

e = jumlah maksimum pengantri dalam sistem (antri dan dilayani)


f = jumlah sumber kedatangan
Jika tiga dari notasi Kendall yang diperluas tidak disebutkan berarti :
[ -/-/-/FCFS/~/~]
Artinya disiplin antri FCFS, jumlah maksimum pengganti dalam sistem dan jumlah
sumber kedatangan tak terbatas.
Notasi-notasi untuk model-model antrian sumber tak terbatas :

= tingkat kedatangan rata-rata, unit/jam

1/

= waktu antara kedatangan rata-rata , jam/unit

= tingkat pelayanan rata-rata , unit /jam

1/ = waktu pelayanan rata-rata, jam/unit


O

= deviasi standart tingkat pelayanan, unit/jam

= jumlah individu dalam sistem pada suatu waktu, unit

nq

= jumlah individu rata-rata dalam antrian

nt

= jumlah indifidu dalam sistem total (antrian dan fasilitas pelayanan),


unit

tq

= waktu rata-rata dalam antrian/jam

tt

= waktu rata-rata dalam sistem total,jam

= jumlah fasilitas pelayanan , unit pelayanan

= tingkat kegunaan fasilitas pelayanan, ratio

= kepanjangan maksimum sistem (antrian + ruang pelayanan), unit

Pn

= probabilitas jumlah n individu dalam sistem frekwensi relatif

Po

= probabilitas tidak ada individu dalam sistem

Pw

= probabilitas menunggu dalam antrian

Cs

=biaya pelayanan persatuan waktu perfasilitas pelayanan, Rp/jam/server

Cw = biaya untuk menunggu persatuan wakyu perindividu, Rp/jam/unit


Ct

= biaya total = S Cs + nt.Cw

Untuk Single Server rumus-rumus yang digunakan :


P = /
Po = 1 - / Po = 1 P
Pn = Po ( ./)n
2
nq =
( -)

nt =
( - )

tq =
( - )
1
tt =
( -)
Untuk Multiple Server rumus-rumus yang digunakan :
P = / s
1

Po =
S1

(/)n

(/)S

+
n!

n=0

Pn =

S! (1 /s )

Po

S! (1 [1 (/s)]

Po (/)S
nq =

(S 1)! (S - )2

nt = nq + /
Tq =

Po
(/)S
S (S!) [1 (/S)]2

tt = tq + 1/
d. Informasi Sistem Antrian
Secara prinsip informasi sistem antrian yang perlu ditarik adalah:
1. Waktu tunggu truck dalam sistem dan dalam antrian
2. Panjang antrian truck, jumlah truck dalam sistem
3. Waktu menganggur loader
4. Jumlah loader yang menganggur
5. Produktifitas, produksi atas hasil dari suatu operasi.

2. Sistem Antrian Putaran


Sistem antrian putaran adalah salah satu sistem antrian tertutup, yang lebih
komplek dari model antrian pelayanan tunggal atau antrian terbuka. Pada operasi ini

terdiri dari tahap-tahap atau tingkat-tingkat yang terbatas dalam sebuah putaran
tertutup. Hal ini dapat diperlihatkan pada Gambar 2.
Pelanggan yang selesai dilayani pada tahap i,

dengan segera antri untuk

mendapat pelayanan pada tahap i + 1. Dimana i = 1,2,3,.,M, dan

M = Jumlah

total tahap.
Tahap 1

Tahap M

Tahap 2

Tahap ?
Gambar 2
Tahap-tahap dalam sistem antrian putaran
Hasil dari tahap i adalah masukkan untuk tahap i + 1 sehinnga antrian yang
terjadi pada tahap awal akan terulang pada tahap berikutnya. Karena operasi antrian
merupakan sirkuit tertutup, maka jumlah pelanggannya terbatas.
Sebagai contoh, pada operasi penambangan yang melibatkan sebuah loader, unit
stockpile dan beberapa dump truck. Pada operasi ini terdiri dari empat tahap, yaitu :
1. Loader atau excavator ( merupakan pelayanan pemuatan dump truck)
2. Dump truck bermuatan (merupakan pelayanan pengangkutan ke stockpile)
3. Lokasi stockpile (merupakan pelayanan dump truck menumpahkan muatannya).
4. Dump truck kosong ( merupakan pelayanan dump truck kembali ke front
penambangan).

Pada model antrian putaran ini seluruh aktifitas pemuatan dan pengangkutan
kedua alat mekanis ini dianggap sebagai aktifitas pelayanan pada setiap tahapnya.
Dimana pada masing-masing tahapnya memiliki aktifitas pelayanan yang berbedabeda. Pada Gambar 2, tahap ke-2 dan tahap ke-4 dianggap sebagai tahap pelayanan
sendiri (self service). Dari skema penambangan yang dapat dilihat pada Gambar 3
sudah dapat dipastiikan pula bahwa waktu pelayanan dari masing-masing tahap
adalah berlainan.
Disiplin antrian pada model antrian putaran ini harus benar-benar dilaksanakan
guna mengurangi waktu tunggu yang terlalu lama dari peralatan mekanis untuk
dilayani sehingga sasaran produksi yang diinginkan dapat tercapai.

Tahap 1
Loader

Dump truck
kosong

Dump truck
bermuatan

Tahap 4

Tahap 2
Stockpile

Tahap 3
DUMP TRUCK

Gambar 3
Skema operasi penambangan

a. Probabilitas keadaan steady state (keseimbangan)


Untuk perluasan model antrian putaran tiap-tiap tahap dapat dianggap sama,
seperti keadaan untuk seluruh sistem putaran yang dapat ditunjukkan dengan (n1, n2,
,nM) dimana, n1 unit truck pada tahap 1, ada n 2 unit truck dalam tahap 2 dan
seterusnya hingga tahap M. Untuk K unit putaran diperoleh :
M

n1 = K

i=1

Keadaan probabilitasnya ditunjukkan dengan P(n1, n2,., nM) yang didefinisikan


sebagai probabilitas yang ada pada tahap i sejumlah n 1 unit. Pada gambar dibawah
adalah contoh untuk metode antrian dua tahap dimana ada tiga kemungkinan keadaan
yaitu (2,0); (1,1) dan (0,2) menyatakan bahwa ada dua dump truck pada tahap 1 dan
0 dump truck pada tahap 2.
Rata-rata tingkat pelayanan untuk tahap 1 dan 2 adalah 1 dan 2.
Persamaan keadaan tetap dapat diperoleh dengan :
0 = 2P (1,1) - 1P (2,0)
0 = 1 P (2,0) (1 + 2 )P (1,1) + 2 P(0,2)
0 = 1 P (1,1) - 2 P (0,2)
Tahap 1
Tahap 2
2

2,0

1,1

0,2

Gambar 4
Skema Sistem Antrian Putaran Dua Tahap
Dengan memperhatikan probabilitas keadaan P (2,0), maka penyelesaian persamaan
diatas dapat diberikan :
P (2,0) = P (2,0)
P (1,1) = (1 /2 ) P (2,0)
P (0,2) = (1 /2 )2 P (2,0)
Secara umum dapat ditulis :
P (n1 , n2) =

1 2 n1
P (2,0)
1

n2

Untuk jumlah K truck diperoleh :

P (n1 , n2) =

1 K n1
P (K,0)

n2

Persamaan keadaan tetap dari kasus M tahap dan K truck menjadi :

K+M1

(K + M 1)!

(M 1)! K!

Probabilitas keadaan tetap dapat diselesaikan berkenaan dengan satu yang tidak
diketahui, P(K,0,.,0) yang dapat diberikan dengan :

1 K n1

P (n1, n2,..,nM) =

P (K,0,,0)

2
=

1
1

n2

n3

3 M
n1

1
2

nM

n2

..

1
M

nM

P (K,0,,0)

P (K,0,.0) diperoleh dengan ketentuan jumlah probabilitas keadaan tunak = 1 yaitu


P (n1, n2,., nM ) = 1
Sehingga :
P(K,0,,0)

1
1

n1

1
2

n2

..

-1
nM

b. Karakteristik sistem
Probabilitas bahwa ada n dump truck dalam beberapa tahap dapat dihitung dengan
menjumlahkan seluruh probabilitas pada keadaan n dump truck dari tahap tersebut.
Pada probabilitas keadaan dari sebuah tahap dalam keadaan menganggur, dimana n
= 0 ; maka :
Pr (tahap I menganggur) = 1 - i = P (n1 , n2 ,.., ni 1, 0 , ni + 1, . nM )
i = Tingkat penggunaan tahap I
Untuk probabilitas keadaan bahwa sebuah tahap sedang bekerja.
Pr (tahap I bekerja) = i = 1 Pr (tahap I menganggur).
Hasil tiap tahap (pelanggan yang telah dilayani/unit waktu) adalah :
= i j
Untuk proses antrian yang mendasarkan kesetimbangan, harga harus sama tiap
tahap (1 = j = 0).
Jumlah dump truck dalam tahap ke-i adalah :
Lj = ni P(n1 , n2 ,.. ni ,. nM )
Ni = 0,1,2,K
Jumlah dump truck dalam antrian pada tahap ke-I adalah :
Lqi = (ni 1) P (n1 , n2 ,..., ni,.. nM )

Dengan ni = 1,2,.,K sehingga dapat dikembangkan :


Lqi = ni P (n1 , n2 ,..., ni,.. nK ) - P (n1 , n2 ,..., ni,.. nM )
= Li - i
Waktu sebuah dump truck yang antri dalam tahap I, adalah :
Wqi = Lqi /
Waktu bahwa ada sebuah dump truck tahap I, adalah :
Wi = Wqi + 1/ i
Rata-rata total waktu edar dump truck (truck yang telah menyelesaikan M tahap)
adalah :

Rata-rata total waktu edar = (Wqi +1/ i)


I=1
c. Kesetimbangan pelayanan
Probabilitas

keadaan

dan

sifat-sifat

sistem

pada

antrian

putaran

dapat

disederhamakan. Jika diasumsikan bahwa seluruh tahap mempunyai sifat yang sama.
Jadi i = dimana, I = 1,2,,M.

P (n1, n2,..,nM) =

K n1
P (K,0,...,0)= P (K,0,...,0)

K n1

Jumlah truck dalam tiap tahap (Li ) adalah :


Li = (L) = K/M
Jumlah dump truck menunggu antri dalam tiap tahap adalah :
Lqi =

K
M

K
K (K 1)
-
=
K+M1
M (K + M 1)

Hasil (dump truck yang telah dilayani/unit waktu) untuk tiap tahap (), adalah :

= / =
K+M1
Waktu tunggu dump truck dalam antrian :
Wq = Lq/ =

K (K 1)
M (K + M 1)

K+M1

K-1

Waktu tunggu dump truck dalam tiap-tiap tahap


W = Wi = Wq + 1/
= (K 1)/ M + 1/
Jadi rata-rata total waktu edar 1 unit dump truck (CT) adalah :
CT = (K 1)/ + M/
d. Pelayanan Paralel
Perluasan teori antrian dasar untuk multi pelayanan dalam beberapa tahap tidak
mudah untuk antrian putaran. Fasilitas pelayanan paralel untuk beberapa tahap
mungkin dapat membantu, dengan menggunakan model-model antrian lainnya, yaitu
dengan merubah tingkat pelayanan untuk tahap yang dianggap khusus. Sebagai
contoh, jika pada tahap i mempunyai 2 pelayanan paralel, masing-masing dengan
rata-rata tingkat pelayanan i , sehingga tingkat pelayanan pada tahap tersebut
adalah :
i

untuk ni < 2

2 i untuk ni 2
Persamaan yang meggambarkan probabilitas keadaan diberikan dalam bentuk
khusus. Sebagai contoh yaitu untuk kasus 2 tahap (M = 2) dengan truck sebanyak 3

unit (K = 3), 1 unit pada pelayan tahap 1 dan 2 unit pada pelayanan tahap 2 (Gambar.
5). Sebagai persamaan keseimbangannya dapat diselesaikan menjadi :
1

12

13

P(2,1) = P (3,0) ; P (1,2) =


P (3,0) ; P (0,3) =
P (3,0)
2
3
2
22
42

22

22

0,3

22

3,0

1,2

2,1

Gambar 5
Diagram angka kasus 2 tahap
Persamaan ini dapat ditulis secara umum untuk kasus Ci pelayanan dalam tahap i
(i = 1).
Maka dapat ditulis :

1 K n1

P (n1, n2,,nM) =

P (K, 0,..,0)
2

n2

n3

ni

..nii M

nM

n = 1, 2, ,Ci 1
1 K n1
P (n1, n2,,nM) =

P (K, 0,..,0)

2 n2 3

n3

..CI !Ci

ni Ci

i niM

nM

n = Ci - 1, CI,K.
Untuk pelayanan sendiri (self service) pada tahap i, diperoleh C i = ni dan Ci ! Ci

ni Ci

menjadi ni !, ini untuk i 1


1 K n1

P (n1, n2,,nM) =

P (K, 0,..,0)
2

n2

n3

ni

..ni!i M

nM

n = 1, 2, K
Untuk kasus 3 tahap, seperti dalam operasi loader-truck diasumsikan sistem
antrian putaran mempunyai 3 tahap, dengan salah satu tahapnya dianggap
mempunyai pelayanan sendiri, seperi terlihat pada Gambar 6.

Kasus A

Pengangkutan
Tahap 1

Pemuatan
Tahap 3

Penumpahan
Tahap 2

Kasus B

Pemuatan
Tahap 1
Penumpahan
Tahap 3

Pengangkutan
Tahap 2
Gambar 6
Operasi loader-truck pada kasus 3 tahap

Gambar 6A, menunjukkan kasus K = 3, yang mempunyai tahap pelayanan


sendiri (tahap pengangkutan) yaitu pada tahap 1. Untuk kasus dimana tahap

pelayanan sendiri-sendiri berada pada tahap 1, maka penyelesaian persamaan


keseimbangannya merupakan sebuah kasus khusus.
Untuk, ni = 1,2,.K ; i = 1,2,3
(K) (K 1).(n1 + 1)1 K n1

P (K, 0,0)
2

n2

n1 K

n3

P (n1, n2,,nM) =
P (K,0,0)

n1 = K

Diamana P (K,0,0) sebagai persamaan dengan jumlah probabilitas keadaan


tunak sama dengan 1.
Untuk kasus dimana tahap pelayanan-sendiri tidak dalam tahap 1, tetapi dalam
tahap 2 (Gambar. 2B), maka penyelesaian persamaan ini dianggap sebagai kasus
khusus juga.
Untuk ni = 1,2,K ; i = 1,2,3

1 K n1

P (n1, n2, n3) =

P (K, 0, 0)
n2 ! 2

n2

n3

dimana P (K, 0, 0) sebagai dasar persamaan dengan jumlah probabilitas keadaan


tunak sama dengan 1.
3. Waktu Edar dan Produksi Alat Muat
Waktu edar untuk alat angkut yang digunakan pada operasi pengangkutan adalah
:
Rata-rata waktu edar

waktu tunggu truck


+ waktu penumpahan truck

+ waktu antri pada loader


+ waktu waktu antri pada lokasi stockpile
+ Waktu pengangkutan truck
+ waktu truck kembali kosong
= Wi
Produksi yang dihasilkan untuk periode waktu yang diberikan untuk satu shift
(pengangkutan satu unit truck ketempat penumpahan), dapat dihitung dengan :

Periode waktu yang tertarik


Produksi =

N Kapasitas truck
Waktu edar

Produksi dapat juga dihitung dengan :


Produksi = Periode waktu yang tertarik kapasitas truck
Dimana : N = Jumlah truck
= Tingkat kesibukan loader (%)
= tingkat pelayanan loader, truck/jam
4. Penjadwalan Kerja
Hasil akhir dari teori antrian adalah membuat suatu penjadwalan kerja dari alat
angkut, dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran tentang durasi awal
kedatangan alat angkut di lokasi penambangan sampai awal keberangkatan alat
angkut dari lokasi stockpile ke lokasi penambangan lagi.
Dengan mengetahui waktu tunggu alat muat atau tingkat pelayanan rata-rata alat
muat (Wq1) dan waktu edar dari alat angkut (CT2), maka dapat dibuat suatu
penjadwalan kerja dari alat muat dan alat angkut.

Waktu edar rata-rata alat angkut secara terperinci yaitu :


a. Waktu pemuatan atau waktu pelayanan, menit.
b. Waktu pengangkutan alat angkut,menit.
c. Waktu penumpahan material oleh alat angkut, menit.
d. Waktu kembali kosong ke lokasi penambangan, menit.
Penjadwalan juga dibuat berdasarkan pada waktu antara kedatangan alat angkut
dan waktu edar alat muat.
Dengan adanya penjadwalan kerja tersebut diharapkan :
1. Dapat menambah target produksi sesuai dengan sasaran produksi yang
dikehendaki.
2. Dapat meningkatkan effesiensi kerja alat muat dan alat angkut.
3. Dapat memperkecil kemungkinan terjadinya waktu tunggu alat muat dan waktu
antri alat angkut baik pada saat dilayani maupun pada saat penumpahan.
B. DATA PENDUKUNG
Yang dimaksud dengan data pendukung adalah data-data yang dapat
mendukung data-data dari lapangan guna menganalisa permasalahan yang ada untuk
mencari alternatif penyelesaian masalah.
Data pendukung dapat diambil antara lain dari data hasil pengamatan di
lapangan, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan, brosur--brosur dari
perusahaan, data dari instansi yang terkait dan dari literatur-literatur.
C. ANALISA PENYELESAIAN MASALAH
Permasalahan yang ada di lapangan selanjutnya dipelajari dan dikaji
berdasarkan data yang ada, baik data yang dikumpulkan dari hasil penyelidikan

maupun data penunjang dan didukung berbagai teori yang menunjang permasalahan
tersebut, selanjutnya dicarikan alternatif penyelesaiannnya.
Adapun rincian dari analisa penyelesaian masalah optimasi produksi alat
muat dan alat angkut pada tambang bawah tanah di Deep Ore Zone adalah sebagai
berikut :
1.

Tahap Persiapan
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data-data jumlah dan spesifikasi alat
muat dan angkut yang dipakai pada saat ini dan dasar-dasar teknis penggunaan
alat-alat berat tersebut.

2. Tahap Penyelidikan pendahuluan


Tahap penyelidikan pendahuluan dimaksudkan untuk mendapatkan deskripsi
umum daerah yang akan diselidiki, meliputi pengumpulan data-data tentang
kondisi area kerja dan front kerja yang mempengaruhi dalam kinerja dari alat
muat dan angkut.
3.

Tahap Penyelidikan Terinci


Pengamatan dilapangan untuk mengetahui pelaksanaan produksi dari alat muat
dan angkut yang meliputi siklus waktu edar dari alat berat tersebut, jumlah tonase
material yang diambil dari sejumlah loading point serta jumlah tonase yang
didistribusikan ke dumping area.
Setelah melalui tahap ini maka dilanjutkan dengan :
a. Analisis terhadap produksi dari alat muat-angkut serta pendistribusian
material pada sejumlah loading point saat ini.
Disini dilakukan perhitungan teoritis dan memasukan data ke program QSB+
serta hasil yang akan dicapai dan pemaparan masalah yang akan terjadi
dengan pola yang digunakan saat ini.

b. Perencanaan perubahan terhadap penjadwalan produksi dari alat muat


dan angkut
Penentuan rancangan penjadwalan

yang paling sesuai sehingga target

produksi perusahaan dapat tercapai, serta perbandingannya terhadap jadwal


semula dikaitkan dengan keefektifan produksi alat muat-angkut.

BAB III
PENELITIAN DI LAPANGAN

A. METODOLOGI PENELITIAN
Didalam melaksanakan penelitian permasalahan ini, penulis menggabungkan
antara teori dengan data-data lapangan, sehingga dari keduanya didapat
pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu :
1. Study literatur, brosur-brosur, laporan penelitian terdahulu dari perusahaan.
2. Pengamatan langsung di lapangan, dilakukan dengan cara peninjauan lapangan
untuk melakukan pengamatan langsung terhadap semua kegiatan di daerah
yang akan diteliti
3. Pengambilan Data, dengan pengukuran langsung di lapangan maupun
penelitian di laboratorium.
4. Akuisisi Data
a. Pengelompokan data

b. Jumlah data
c. Uji realitas
WAKTU
JENIS KEGIATAN
1. STUDI LITERATUR

MINGGU
I

II

III

IV

VI

VII

2. PENGAMATAN
3. PENGAMBILAN DATA
4. PENGOLAHAN DAN
ANALISIS DATA
5. PEMBUATAN
LAPORAN

5. Pengolahan data
6. Analisis hasil Pengolahan data
7. Kesimpulan

B. RENCANA JADWAL KEGIATAN PENELITIAN

VIII

IX

XI

XII

C. RENCANA DAFTAR PUSTAKA


1. Carmichael. D.G., Engineering Queues in Construction and Mining.,
Departemen of Civil Engineering Univercity of Westeren Australia., 1987.
2. Frederic.S. Hiller & Gerald J. Lieberman, Introduction to Operation Research.,
Edisi ketiga, Holden-Day,Inc., Sanfrancisco,1981.
3. Hamdy.A. Taha, Operation Research An Introduction. Edisi ketiga, Macmillan
Publishing Co.,Inc.,New York, 1990.
4. Pangestu Subagio, SE, MBA, Dasar-dasar Operasi Riset (Operation Research),
BPFEE, Yogyakarta, 1983.
5. Partanto Prodjosumarto, Pemindahan Tanah Mekanis, Jurusan Teknik
Pertambangan, ITB, Bandung, 1995.
6. Zanwawi Soejoeti, Metode Statistik. Penerbit Karunia Jakarta, Universitas
Terbuka, 1985.
7. Miswanto & Wing Wahyu Winarno, Analisis Manajemen Kuantitatif dengan
QSB+. Edisi kedua, Penerbit STIE YKPN Yogyakarta, 1995

RENCANA DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN MOTTO
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Penelitian
C. Permasalahan
D. Penyelidikan Masalah
E.

BAB

Hasil

II. TINJAUAN UMUM


A. Lokasi dan Kesampaian Daerah
B. Keadaan Geologi
C. Cadangan
D. Kegiatan Penambangan Bawah Tanah

BAB III. DASAR TEORI

A. Teori Dispatch
B. Teori Antrian

BAB IV. SISTEM PRODUKSI ALAT MUAT - ALAT ANGKUT SERTA


DISTRIBUSI MATERIAL PADA LOADING POINT DAN DUMP
AREA
A. Tinjauan Terhadap Lapangan Operasi
B. Geometri Keadaan Jalan Alat Muat-Angkut
C. Kapasitas Jumlah Tonase Material dari Loading point dan Dump area
D. Sistem Kerja Alat Muat dan Alat Angkut untuk Pendistribusian
Material
E. Analisa Kemampuan Kerja Alat-alat Mekanis
F. Efesiensi Kerja Berdasarkan Waktu Tunggu
G. Penentuan Total Waktu Edar
H. Produksi Alat-alat Mekanis
BAB V.

PEMBAHASAN
A. Model Antrian pada Sistem Produksi Alat Muat dan Alat Angkut.
B. Jumlah Tonase Material pada Loading Point
C. Penjadwalan Produksi terhadap distribusi jumlah tonase material dari
loading poit menuju dump area

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai