Anda di halaman 1dari 14

INTEGRAL-J KRITIS UNTUK MODEL ELEMEN HINGGA

PADA CABUT SERAT FRAKTUR NYLON 600


Rr. M.I. Retno Susilorini1
Program Studi Teknik Sipil, Unika Soegijapranata
susilorini@unika.ac.id; retno_susilorini@yahoo.com

ABSTRAK
Mekanika fraktur memegang peranan penting dalam sejarah desain material dan struktur.
Dengan pendekatan mekanika fraktur, akan diperoleh solusi yang baik untuk mencegah
kegagalan serius dari struktur. Selama ini keunggulan mekanika fraktur telah terbukti berupa
faktor keamanan yang lebih baik dan nilai ekonomis yang lebih tinggi sejalan dengan
diperolehnya keuntungan struktural. Dalam konteks analisis fraktur, Integral-J kritis menjadi
kriteria fraktur untuk analisis linier maupun non-linier. Integral-J kritis harus diperhitungkan
sebagai kriteria fraktur untuk material dengan perilaku pengerasan-regangan seperti halnya serat
nylon 600 yang tertanam dalam matriks sementitis. Untuk itu, tulisan ini mengemukakan
Integral-J kritis untuk model elemen hingga pada cabut-serat fraktur nylon 600 sebagai
pengembangan dari model Susilorini terdahulu.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dan analitis. Metode eksperimental
diaplikasikan pada pembuatan benda uji cabut-serat fraktur dengan serat nylon 600 buatan
Indonesia. Serat nylon memiliki diameter 1.1 mm dan panjang serat tertanam 100 mm. Desain
campuran untuk matriks sementitis memiliki perbandingan semen : pasir : air sebesar 1:1:0.6.
Dilakukan uji cabut-serat fraktur pada benda uji cabut-serat fraktur dengan Mesin Uji Universal
terkomputerisasi. Hasil uji eksperimental menunjukkan adanya beberapa tahap selama proses
cabut-serat fraktur: (a) Tahap pra-selip, (b) Tahap selip, (c) Tahap transisi, dan (d) Tahap
pengerasan-regangan dengan fenomena gerigi. Hasil uji eksperimental juga memperlihatkan
bahwa fenomena fraktur berlangsung selama proses cabut-serat fraktur. Hasil uji eksperimental
menghasilkan hubungan tegangan-perpindahan () yang digunakan untuk perhitungan
analitis Integral-J kritis. Metode analitis diaplikasikan dengan pemodelan elemen hingga dan
perhitungan analitis Integral-J kritis dengan persamaan baru berdasarkan persamaan Marshall
dan Cox. Model elemen hingga dibangun dengan ADINA v. 8.3. Model ini menggunakan
model material rubberlike material Ogden untuk menghasilkan efek Poisson dan
mengimplementasikan fitur fraktur untuk menghitung Integral-J kritis. Integral-J kritis dari
model elemen hingga diverifikasi dengan Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental. Hasil uji
eksperimental dan perhitungan analitis menunjukkan nilai Integral-J kritis dengan kisaran
18,000-27,000 N/mm, sedangkan model elemen hingga bernilai 18,648.60 N/mm.
Beberapa teori dihasilkan oleh penelitian ini sebagai simpulan: (a) Kriteria fraktur dari komposit
sementitis berserat ditentukan Integral-J kritis; (b) Integral-J kritis memegang peranan penting
dalam proses cabut-serat fraktur sebagai energi komplementer yang signifikan; (c) Model
elemen hingga menghasilkan kriteria fraktur berupa Integral-J kritis dengan tepat; (d) Sebuah
persamaan baru diperoleh untuk menghitung Integral-J kritis berdasarkan persamaan Marshall
and Cox; dan (e) Penahan retak akan hadir pada akhir tahap selip sehingga Integral-J kritis akan
terjadi pada tahap pengerasan-regangan
Kata kunci: fraktur, cabut-serat fraktur, elemen hingga, model, Integral-J kritis

Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT. adalah Dosen Tetap Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata

ABSTRACT
Fracture mechanics takes an important role in material and structure designs history. There is a
good solution found to prohibit a catastrophic failure of structure by fracture mechanics
approach. It has been proven that the fracture mechanics advantage is its more safety margin for
structure and higher economic value as well as structural benefit. In fracture analysis context,
the critical J-Integral becomes a fracture criterion for both linear and non-linear analysis. The
critical J-Integral has to be considered as fracture criterion for material with strain-hardening
behavior such as nylon 600 fiber which is embedded in cementitious matrix. Therefore, this
paper wants to address critical J-Integral for finite element model of fracture nylon 600 fiber
pull-out as an improvement of previous Susilorinis model.
The research conducted by experimental and analytical method. The experimental method is
applied by production of fracture pull-out specimens with local made nylon 600 fiber. The fiber
is 1.1. mm in diameter and has embedded length of 100 mm. Mix design for cementitious
matrix is cement : sand : water ratio of 1:1:0.6. Those specimens were put on fracture pull-out
test by computerized Universal Testing Machine. The experimental result meets several stages
during the fracture pull-out process: (a) Stage of pre-slip, (b) Stage of slip, (c) Stage of
transition, and (d) Stage of strain-hardening with jagged phenomenon. It is also shown by
experimental result that fracture phenomenon happens during the fracture pull-out process. The
experimental result produces stress-displacement () relation that is used for analytical
calculation of critical J-integral. The analytical method is applied by finite element modelling
and critical J-Integral calculation with new equation based on Marshall and Cox one. The finite
element model is constructed by ADINA v. 8.3. This model uses rubberlike material Ogden
material model to provide the Poissons ratio effect and implements fracture feature to calculate
the critical J-Integral. The critical J-Integral of finite element model is verified by the critical JIntegral of experimental result. The critical J-Integral value of experimental result is ranged
about 18,000-27,000 N/mm, and for the finite element model is 18,648.60 N/mm.
Several theories have been established by this research for conclusions: (a) The fracture
criterion of fiber cementitious composites is determined by the critical J-Integral; (b) The
critical J-Integral takes an important role in fracture pull-out process as significant
complementary energy; (c) The finite element model of produces the fracture criterion of
critical J-integral properly; (d) A new equation derived to calculate critical J-Integral which is
based on the equation of Marshall and Cox; and (e) The crack arrester will be established at the
end of stage of slip; therefore the critical J-Integral will take place at the stage of strainhardening
Keywords: fracture, fiber, fracture pull-out, finite element, model, critical J-Integral.
1. PENDAHULUAN
Mekanika fraktur memegang peranan penting dalam sejarah desain material dan
struktur. Dengan pendekatan mekanika fraktur, akan diperoleh solusi yang baik untuk mencegah
kegagalan serius dari struktur. Dengan pendekatan mekanika fraktur, akan diperoleh solusi yang
baik untuk mencegah kegagalan serius dari struktur. Selama ini keunggulan mekanika fraktur
telah terbukti berupa faktor keamanan yang lebih baik dan nilai ekonomis yang lebih tinggi
sejalan dengan diperolehnya keuntungan struktural.
Masalah fraktur menjadi perhatian serius dalam hal struktur beton. Menurut Bazant
(1992), kegagalan struktur beton tidak lepas dari masalah pelunakan-regangan (strain-softening)
maupun pengerasan-regangan (strain-hardening) yang berhubungan erat dengan distribusi
retak, di mana retak yang terlokalisasi dapat berkembang menjadi fraktur dan kemudian runtuh.
Untuk menekan timbulnya fraktur pada struktur beton, upaya meningkatkan keliatan
(toughness) dan daktilitas tarik dapat menjadi pilihan utama (Li dan Wang, 2005).
Dalam analisis fraktur, Integral-J sering digunakan sebagai kriteria fraktur di samping
laju pelepasan energi, G, (Broek, 1982). Integral-J diaplikasikan oleh Rice (1968) untuk

masalah retak, yang merupakan path-independent seperti ditunjukkan Gambar 1 (Broek, 1982;
Shah, et. al, 1995) dan dirumuskan sebagai berikut:

J = Wdy T
ds
x

(1)

W = W ( x, y ) = W ( ) = ij d ij

(2)

Ti = ij n j

(3)

dengan :
J
= J-integral

= kontur yang berhubungan dengan permukaan retak-makro


W
= kerapatan energi regangan
T
= vektor traksi tegak lurus terhadap
u
= vektor peralihan
ds
= panjang elemen lengkung sepanjang
ij
= komponen tensor tegangan
nj
= komponen vektor satuan tegak lurus terhadap

Gambar 1. Kontur di sekitar retak pada Integral-J


(Shah, et. al, 1995)
Dalam analisis mekanika fraktur elastis-linier, besarnya integral-J adalah sama dengan
laju pelepasan energi regangan (J = G). Integral-J juga lazim diimplementasikan pada material
elastis non-linier (Shah et. al, 1995), di mana besarnya laju pelepasan energi, Gq, adalah sama
dengan Integral-J. Implementasi Integral-J juga dijumpai dalam pendekatan desain material
pada KSB dengan analisis pertumbuhan retak tunak (steady-state cracking) dan mekanikamikro penjembatanan serat seperti yang dilakukan Marshall dan Cox (1988), Li dan Wu (1992),
serta Li dan Leung (1992). Untuk kriteria pertumbuhan retak tetap, penjalaran retak pada
matriks disertai oleh penjembatanan serat di sekitar tepi retak (Li, 2000). Pada saat retak pada
matriks tumbuh, zona penjembatanan bertambah panjang. Selama pembukaan retak, tegangan
penjembatanan meningkat seiring pelepasan dari antar-muka serat-matriks dan pelepasan dari
segmen serat teregang. Jika tegangan penjembatanan meningkat mendekati besar beban yang
bekerja, tepi retak akan menyempit untuk menjaga agar besarnya tegangan tetap konstan (Li dan
Wu, 1992). Tingkat pembebanan ini disebut tegangan pertumbuhan retak tunak (steady-state
cracking stress), ss, seperti yang disajikan pada Gambar 2.

Marshal dan Cox (1988) merumuskan keliatan ujung retak (crack tip toughness)
berdasarkan analisis Integral-J dengan pertumbuhan retak tetap sebagai berikut:

J tip = ss ss

ss

( )d

(4)

dengan :
= keliatan ujung retak
J tip

ss
ss

= tegangan pertumbuhan retak tetap


= peralihan saat pertumbuhan retak tetap

Tegangan
Penjembatanan 0
Retak

ss

ss

0
Bukaan Retak

Gambar 2. Konsep energi kompelementer dari penjembatanan serat


(Li, 2000)
Pada sebagian besar KSB dengan fraksi volume serat kurang dari 5%, J tip dapat
diperkirakan sebagai keliatan (toughness) dari matriks sementitis (Li, 2000). Tegangan
pertumbuhan retak tunak, ss, dihubungkan dengan penyempitan bukaan retak, ss, dengan
hukum penjembatanan (bridging law). Suku di sebelah kanan dari persamaan (6) merupakan
energi komplementer dari penjembatanan serat dan berhubungan dengan bagian terasir pada
Gambar 2. Untuk pertumbuhan retak tetap yang terjadi secara keseluruhan, tegangan
pertumbuhan retak tunak harus tidak melebihi tegangan penjembatanan maksimum, 0, pada
hukum penjembatanan. Sehingga dapat dirumuskan sebagai:

ss 0

(5)

Persamaan (4) dan (5) menghasilkan


0

J tip = 0 0 ( )d

(6)

dengan :
J tip
= keliatan ujung retak

0
0

= tegangan penjembatanan maksimum


= peralihan saat penjembatanan maksimum

Pendekatan berbasis fraktur, khususnya kriteria fraktur yang direpresentasikan oleh


Integral-J, juga diimplementasikan pada permasalahan cabut-serat. Permasalahan cabut-serat
sangat erat hubungannya dengan mekanisme lekatan (bond) pada antar-muka (interface) seratmatriks semen. Lekatan pada antar-muka serat-matriks semen merupakan salah satu faktor
penting dalam meningkatkan kinerja komposit beton serat (Kawamura dan Igarashi, 1995).
Perilaku lekatan antara serat dan matriks pada antar-muka dapat ditinjau melalui uji cabut-serat.
Kajian perilaku antar muka ditujukan untuk menentukan keseluruhan sifat-sifat komposit,
menyeleksi unsur-unsur pokok dalam komposit, dan memprediksi kegagalan struktur komposit
(Sun dan Lin, 2001).

Integral-J kritis menjadi kriteria fraktur untuk analisis linier maupun non-linier. Untuk
masalah cabut-serat berbasis fraktur, Integral-J kritis menjadi kriteria fraktur untuk menghitung
besarnya energi komplementer pada saat serat tercabut atau putus. Dengan demikian, Integral-J
kritis harus diperhitungkan sebagai kriteria fraktur untuk material dengan perilaku pengerasanregangan seperti halnya serat nylon 600 yang tertanam dalam matriks sementitis. Untuk itu,
tulisan ini mengemukakan Integral-J kritis untuk model elemen hingga pada cabut-serat fraktur
nylon 600 sebagai pengembangan dari model Susilorini (2007a) terdahulu.
2. METODE PENELITIAN
tebal spesimen = 20 mm

panjang serat tertanam


(lf)
takikan,
diameter = 10 mm

70 mm

bagian terjepit,
100 mm

300 mm

bagian terjepit,
100 mm

Gambar 3. Rancangan benda uji cabut-serat fraktur


Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dan analitis. Metode
eksperimental diaplikasikan pada pembuatan benda uji cabut-serat fraktur dengan serat nylon
600 buatan Indonesia, seperti dijelaskan pada Gambar 3. Serat nylon yang digunakan dalam
penelitian ini memiliki diameter 1.1 mm dan panjang serat tertanam 100 mm. Desain campuran
untuk matriks sementitis memiliki perbandingan semen : pasir : air sebesar 1:1:0.6. Dilakukan
uji cabut-serat fraktur pada benda uji cabut-serat fraktur dengan Mesin Uji Universal
terkomputerisasi. Tata-letak uji cabut-serat fraktur disajikan oleh Gambar 4.

nut
crosshead
bagian atas
bagian terjepit
crank
serat nylon
spesinen
cabut-serat fraktur
takikan
nut
crosshead
bagian bawah
bagian terjepit

Gambar 4. Tata-letak uji cabut-serat fraktur

Metode analitis dalam penelitian ini diaplikasikan dengan pemodelan elemen hingga
dan perhitungan analitis Integral-J kritis dengan persamaan-persamaan baru (Susilorini, 2007b)
berdasarkan persamaan Marshall dan Cox (1988). Model elemen hingga dibangun dengan
ADINA v. 8.3. Pemodelan elemen hingga pada penelitian ini dilakukan berdasarkan model
cabut-serat fraktur (Susilorini, 2007a) yang pada prinsipnya dibangun dari hasil uji
eksperimental. Adapun persamaan-persamaan baru (Susilorini, 2007b) untuk Integral-J kritis
disusun berdasarkan persamaan Marshall dan Cox yang diimplementasikan pada hasil uji
eksperimental.
3. HASIL UJI EKSPERIMENTAL

Gambar 5. Spesimen cabut-serat fraktur


pasca uji cabut-serat fraktur
Hasil uji eksperimental spesimen cabut-serat fraktur dengan panjang serat tertanam
lf = 100 mm menunjukkan bahwa spesimen cabut-serat fraktur mengalami serat putus (Gambar
5). Rekapitulasi beban dan perpindahan disajikan selengkapnya oleh Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Rekapitulasi beban
hasil uji eksperimental spesimen cabut-serat fraktur
PANJANG
SERAT
TERTANAM

KODE
SPESIMEN

BEBAN
PRA-SELIP

BEBAN
SELIP

(mm)
100
100

706
730

(N)
1264.00
1318.00

(N)
171.50
127.00

BEBAN
BEBAN
TRANSISI
(N)
9.80
8.08

BEBAN
PUTUS
(N)
754.60
779.10

Tabel 2. Rekapitulasi perpindahan


hasil uji eksperimental spesimen cabut-serat fraktur
PANJANG
SERAT
TERTANAM

KODE
SPESIMEN

PERPINDAHAN
PRA-SELIP

(mm)
100
100

706
730

(mm)
1.12
0.96

PERPINDAHAN
PERPINDAHAN PERPINDAHAN
SELIP
TRANSISI
(mm)
1.24
1.32

(mm)
10.92
4.08

PERPINDAHAN
PUTUS
(mm)
54.80
50.76

Tahapan yang terjadi selama proses cabut-serat tampak jelas pada kurva relasi P-
(beban-perpindahan) dan (tegangan-perpindahan) pada Gambar 6 dan Gambar 7. Tahapan
tersebut meliputi: (a) Tahap pra-selip, (b) Tahap selip, (c) Tahap transisi, dan (4) Tahap
pengerasan-regangan (strain-hardening) dengan detail berupa fenomena bergerigi (Susilorini,
2007), yang juga dijumpai pada penelitian lain (Avarett, 2004). Kurva relasi P- (bebanperpindahan) dan (tegangan- perpindahan) uji cabut-serat fraktur pada Gambar 6 dan 7
memperlihatkan fenomena bergerigi yang disebabkan terjadinya perpanjangan titik leleh dan
adanya sifat viskusitas serat nylon. Peningkatan beban diikuti oleh penurunan beban merupakan
implikasi fenomena perpanjangan titik leleh akibat sifat viskusitas material nylon. Averett
(2004) menyampaikan hasil uji tarik serat nylon 6.6 dengan fenomena bergerigi yang juga
dijumpai pada kurva relasi P- (beban-perpindahan) dan (tegangan-regangan).
1600
1400
1200
706

BEBAN
(N)

1000
800

730

600
MODEL
TEORITIS

400
200
0
0

10

20

30

40

50

60

PERPINDAHAN
(mm)

Gambar 6. Relasi beban-perpindahan (P-)


hasil uji eksperimental dan model teoritis
1600
1400

TEGANGAN
(MPa)

1200
1000

706

800

730

600

MODEL
400
200
0
0.00

0.20

0.40

0.60

0.80

1.00

1.20

1.40

1.60

1.80

REGANGAN

Gambar 7. Relasi tegangan-perpindahan (-)


hasil uji eksperimental dan model teoritis

4. PEMODELAN TEORITIS CABUT-SERAT FRAKTUR


Hasil uji eksperimental spesimen cabut-serat fraktur telah memperlihatkan berbagai
fenomena yang menjadi dasar-dasar pemodelan teoritis cabut-serat fraktur. Adanya fenomena
gerigi pada bagian kurva dengan pengerasan-regangan adalah sangat signifikan. Peristiwa
yang unik ini dinamakan perpanjangan titik leleh (yield point elongation). Fenomena fraktur
tampak jelas selama berlangsungnya proses cabut-serat. Beberapa aspek penting yang perlu
dicermati dalam penelitian ini meliputi: (1) Kapasitas fraktur (fracture capacity) dari serat
tertanam adalah merupakan fungsi dari angka Poisson serat, (2) Terjadinya beberapa tahapan
dalam proses cabut-serat fraktur, (3) Terjadinya fenomena bergerigi (jagged) pada bagian
kurva pengerasan-regangan untuk relasi P- (beban-perpindahan) dan (teganganperpindahan) selama berlangsungnya proses cabut-serat, dan (4) Terjadinya fenomena proses
fraktur tak stabil dan proses fraktur stabil dalam proses cabut serat.
Pada pemodelan teoritis cabut-serat fraktur, terdapat fenomena fraktur di mana akan
selalu timbul retak tak stabil (Susilorini, 2007a). Retak stabil hanya akan terjadi bila timbul
adanya penahan retak (crack arrester). Panjang retak stabil (stable crack length) ditentukan oleh
posisi dari penahan retak (crack arrester). Pada spesimen cabut-serat fraktur, serat tertanam
sepenuhnya di dalam matriks. Kondisi ini menyebabkan terjadinya retak normal pada saat
spesimen ditarik pada uji cabut-serat. Retak normal ini terletak di antara dua buah takikan
(notch) berbentuk setengah lingkaran yang terletak di tengah-tengah tepi atas dan bawah
spesimen (Gambar 8). Setelah spesimen terpisah (Gambar 9), maka retak lateral akan timbul,
yang menyebabkan lepasnya lekatan serat dan matriks.

lf
l1
Gambar 8. Spesimen cabut-serat fraktur saat terjadi retak normal dan retak lateral secara
instantaneous
Fenomena proses fraktur tak stabil terjadi dengan timbulnya retak normal yang diikuti
oleh retak lateral secara instantaneous. Saat fenomena proses fraktur menjadi stabil, keadaan
spesimen sudah terpisah sejarak lebar retak (crack width) c. Pada saat ini perpindahan bekerja
pada ujung spesimen yang terpisah (titik B pada Gambar 9).

lf
l1
Gambar 9. Spesimen cabut-serat fraktur saat terjadi pemisahan dengan lebar retak c
Fenomena proses fraktur stabil diperlihatkan Gambar 10 dengan panjang retak stabil
didefinisikan sebagai l2 dengan penahan retak A. Bila besarnya nilai perpindahan saat tercapai
panjang retak stabil, maka perpindahan saat tercapai regangan kritis adalah setengah dari
lebar retak c, atau = 0.5c , sehingga panjang retak stabil l2 juga dapat dinyatakan sebagai
fungsi dari lebar retak. Pemodelan teoritis cabut-serat fraktur menghasilkan formulasi sebagai
berikut (Susilorini, 2007a).

m
A

B
l2

0.5 lf

Gambar 10. Model cabut-serat fraktur


saat proses fraktur stabil (stable fracture process)
Panjang retak stabil (stable crack length) untuk model cabut-serat fraktur dirumuskan sebagai:

0.5c
l2 =

l2 =

(7)
(8)

Besarnya beban Pn selama proses cabut-serat untuk model cabut-serat fraktur dirumuskan
sebagai:




a
a
a
a
Pn = rI 1 E ps A + rII 1 E s A + rIII 1 E tr A + rIII 1 E pr A
a2
a2
a2




a2

(9)

Persamaan (9) dapat dijelaskan dengan Gambar 11 dan Tabel 3 berikut.

Tabel 3. Nilai Es, Eps, Etr, dan Epr untuk model cabut-serat fraktur
TAHAP

TAHAP SELIP

PRA-SELIP

AWAL

TAHAP

TAHAP

AKHIR

TRANSISI

PENGERASANREGANGAN

Eps

Es

Es

Etr = En

Epr = En

(MPa)
100000 - 150000

(MPa)
100000 - 150000

(MPa)
4000 -5000

(MPa)
40 - 60

(MPa)
100 - 700

Pps

1 x1 2 x2

Detail I

Detail I

Ppr
Ps

Ptr

ps s

tr

pra-selip selip transisi

pr
pengerasan-regangan

Gambar 11. Relasi beban-perpindahan (P-) selama proses fraktur


Pemodelan teoritis cabut-serat fraktur disajikan pada kurva relasi P- (bebanperpindahan) dan (tegangan-perpindahan) pada Gambar 6 dan Gambar 7 terdahulu.

5. PEMODELAN ANALITIS INTEGRAL-J KRITIS


Berdasarkan persamaan Marshall dan Cox (1988) yang diimplementasikan pada
persamaan (9), maka disusun persamaan Integral-J kritis untuk tahap pengerasan-regangan
dalam proses cabut-serat fraktur (Susilorini, 2007b) sebagai berikut:
pr

J pr = pr pr ( )d
tr

(10)

Dengan:
Jpr
pr
pr
tr

= Integral-J untuk tahap pengerasan-regangan (N/mm)


= tegangan serat saat tahap pengerasan-regangan (MPa)
= perpindahan saat tahap pengerasan-regangan (mm)
= perpindahan saat tahap transisi (mm)

Integral-J kritis merupakan nilai Integral-J pada saat serat tercabut atau putus,
dalam hal ini adalah pada akhir tahap pengerasan-regangan. Hasil perhitungan analitis
Integral-J krritis untuk perhitungan analitis dari model teoritis serta spesimen 705 dan 730
selama proses cabut-serat fraktur disajikan Tabel 4 berikut.

10

Tabel 4. Nilai Integral-J kritis untuk tahap pengerasan-regangan


INTEGRAL-J
lf = 100

PENGERASAN-REGANGAN

INTEGRAL-J
KRITIS

(mm)
PERHITUNGAN
ANALITIS
706
730

(N/mm)

(N/mm)

18,568.00
27,877.10
18,364.69

18,568.00
27,877.10
18,364.69

6. PEMODELAN ELEMEN HINGGA

Model elemen hingga dalam penelitian ini dibangun dengan ADINA v. 8.3. yang
merupakan model 2-dimensi dengan elemen bidang datar isoparametrik kuadrilateral empat
titik. Model material yang digunakan adalah homogen-isotropis dan elastis-linier untuk matriks
sementitis; serta model rubberlike material - Ogden untuk senar pancing untuk menghasilkan
efek Poisson. Relasi konstitutif tegangan-regangan untuk matriks sementitis dan senar pancing
berasal dari sifat-sifat material hasil uji eksperimental yang diimplementasikan pada ADINA
dengan metode curve-fitting. Model ini mengimplementasikan fitur fraktur dengan metode
virtual-shift untuk menghitung Integral-J kritis. Integral-J kritis dari model elemen hingga
diverifikasi dengan Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental.

Gambar 12. Model elemen hingga cabut-serat fraktur pada tahap pengerasan-regangan sebelum
beban dikerjakan

Model elemen hingga ini dibangun khusus untuk menjelaskan mekanisme tahap
pengerasan-regangan yang diakhiri putusnya serat. Pada tahapan ini putusnya serat merupakan
kelanjutan (progression) dari peristiwa selip yang diikuti dengan pelepasan yang signifikan di
bagian serat, dan akhirnya serat putus. Pada model ini (Gambar 12), elemen-elemen matriks
sementitis di ujung tepi kanan matriks sementitis juga memiliki nodal mandiri yang berhimpit
(coincide) dengan elemen serat sepanjang 10 mm dari tengah serat ke ujung tepi kanan dan tepi
kiri. Beban P pada ujung tepi kanan matriks sementitis dikenakan sebesar 1500 N. Pada model
ini terdapat 4 buah virtual-shift yang tampil sebagai bidang berwarna-warni pada bagian matriks
sementitis dan serat yang berhimpit.
Analisis elemen hingga menunjukkan bahwa terjadi pergeseran nodal antara matriks
sementitis. Nodal-nodal tersebut mengalami perpindahan baik secara horisontal maupun
vertikal. Peristiwa pelepasan serat yang progresif terjadi pada spesimen tersebut seperti yang

11

disajikan Gambar 13. Pelepasan yang progresif ini diikuti oleh putusnya serat. Pada saat ini
tegangan tarik maksimum (Gambar 14) berada pada bagian serat yang terlepas.

Gambar 13. Model elemen hingga cabut-serat fraktur saat terjadi pelepasan progresif yang
diikuti putusnya serat

Besarnya nilai Integral-J kritis dalam model elemen hingga ini direpresentasikan dengan
terminologi J-parameter 2, yang diperoleh sebesar 18,648.60 N/mm.

Gambar 14. Distribusi tegangan tarik pada model elemen hingga cabut-serat fraktur saat terjadi
pelepasan progresif yang diikuti putusnya serat

Adapun hasil perhitungan nilai Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental, perhitungan
analitis, maupun pemodelan elemen hingga disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 membuktikan
bahwa baik model analitis maupun model elemen hingga dapat merepresentasikan nilai IntegralJ kritis dengan tepat, sesuai dengan nilai Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental. Meskipun
pada spesimen 706 nilai Integral-J kritis menjadi lebih tinggi (27,877.10 N/mm), namun nilai
Integral-J kritis pada spesimen 703 (18,364.69 N/mm) dinilai lebih sesuai sebagai rujukan oleh
karena model analitis dan model elemen hingga memiliki nilai Integral-J kritis yang berdekatan
(18,568.00 N/mm dan 18,648.60 N/mm). Dengan demikian, besarnya energi komplementer
yang dibutuhkan pada tahap pengerasan-regangan pada spesimen cabut-serat fraktur dengan
panjang serat tertanam lf = 100 mm adalah sebesar kurang lebih 18,500 N/mm.

12

Tabel 5. Nilai Integral-J kritis untuk hasil uji eksperimental, perhitungan analitis, dan
pemodelan elemen hingga
INTEGRAL-J
lf = 100

KRITIS

(mm)

(N/mm)

SPESIMEN 706

27,877.10

SPESIMEN 730

18,364.69

PERHIITUNGAN ANALITIS

18,568.00

MODEL ELEMEN HINGGA

18,648.60

6. SIMPULAN

Penelitian ini menghasilkan beberapa teori tentang masalah cabut-serat fraktur dengan nylon
600 dan Integral-J kritis. Beberapa teori tersebut disampaikan sebagai simpulan sebagai berikut:
(a) Kriteria fraktur dari komposit sementitis berserat ditentukan Integral-J kritis
(b) Integral-J kritis memegang peranan penting dalam proses cabut-serat fraktur sebagai
energi komplementer yang signifikan
(c) Model elemen hingga menghasilkan kriteria fraktur berupa Integral-J kritis dengan
tepat
(d) Sebuah persamaan baru diperoleh untuk menghitung Integral-J kritis berdasarkan
persamaan Marshall and Cox (1988)
(e) Penahan retak akan hadir pada akhir tahap selip sehingga Integral-J kritis akan
terjadi pada tahap pengerasan-regangan

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak penyandang dana bagi penelitian


ini, yaitu Yayasan Sandjojo Semarang, LPPM Unika Parahyangan Bandung, UBCHEA USA.
Terima kasih penulis haturkan atas dukungan dan bimbingan selama menempuh studi Strata 3
diperoleh tanpa henti dari Prof. Ir. Moh. Sahari Besari, MSc., PhD. dan Prof. Bambang
Suryoatmono, PhD. sehingga buah pikiran dan materi penelitian dari disertasi dapat
dikembangkan menjadi penelitian yang dipublikasikan dalam tulisan ini.
DAFTAR PUSTAKA

Avarett, RD (2004). Fracture Mechanics of High Performance Nylon Fibers, Thesis, Georgia
Institute of Technology, USA.
Bazant, ZP. (1992). Fracture Mechanics of Concrete: Concepts, Models, and Determination of
Material Properties State of the Art Report, Proceedings, First International
Conference on Facture Mechanics Concrete Structure (Framcos 1), (Ed. Bazant, ZP),
Colorado, USA, pp.6-140.
Broek, D. (1982). Elementary Engineering Fracture Mechanics, Martinus Nijhoff Publishers,
The Hague, Boston, London.
Li, V.C. (2000). J-Integral Applications to Characterization and Tailoring of Cementitious
Material, Multiscale Deformation and Fracture in Materials and Structures, T.J.
Chuang dan J.W. Rudnick (eds), Kluwer Academic Publishers, Netherlands, 385-406.

13

Li, V.C., Leung, C.K.Y. (1992). Steady-State and Multiple Cracking of Short Random Fiber
Composites, ASCE Journal of Engineering Mechanics, Vol. 29, pp. 2719-2724.
Li, V.C., Wu, H.C. (1992). Conditions for Pseudo Strain-Hardening in Fiber Reinforced
Brittle Matrix Composites, Applied Mechanics Rev. on Micromechanical Modelling
of Quasi-Brittle Materials Behavior, (ed. Li, V.C.), ASME, Vol. 45, No. 8, August,
390-398.
Li, V.C., and Wang, S. (2005). Suppression of Fracture Failure of Structures by Composite
Design based on Fracture Mechanics, corresponding paper in Compendium of Papers
CD ROM, Paper 5543.
Li, V.C., Chan, Y.W., Wu, H.C. (1994). Interface Strengthening Mechanism in Polymeric
Fiber Reinforced Cementitious Composites, Proceedings of International Symposium
on Brittle Matrix Composites, (eds. Brandt, A.M, Li, V.C., Marshall, L.H), IKE and
Woodhead Publ, Warsaw, 7-16.
Kawamura, M., Igarashi, S.I. (1995). Fluorescence Microscopic Study of Fracture Process of
the Interfacial Zone Between a Steel Fiber and Cementitious Matrix Under Pullout
Loading, ACI SP-156 on Interface Fracture and Bond, (eds. Buyukozturk, O.,
Wecharatana, M.), 173-190.
Marshall, D.B., Cox, B.N. (1988). A J-Integral Method for Calculating Steady-State Matrix
Cracking Stresses in Composites, Mechanics of Material, Vol. 7, pp. 127-133.
Rice, J.R. (1968). Mathematical Analysis in the Mechanics of Fracture, in Fracture: An
Advanced Treatise, Vol. II, ed. Liebowits, H., Academic, New York, pp. 191-311.
Shah, S.P., Swartz, S.E., Ouyang, C. (1995). Fracture Mechanics of Concrete: Applications of
Fracture Mechanics to Concrete, Rock, and Other Quasi-Brittle Materials, John Wiley
& Sons, Inc., New York.
Sun, W., Lin, F. (2001). Computer Modelling and FEA Simulation for Composite Single Fiber
Pullout, Journal of Thermoplastic Composite Materials, Vol. 14, No. 4, 327-343.
Susilorini, Retno, M.I. (2007a). Model Masalah Cabut-Serat Nylon 600 Tertanam dalam
Matriks Sementitis yang Mengalami Fraktur, Disertasi, Parahyangan Catholic
University, Bandung.
Susilorini, Retno, M.I. (2007b). Fractured Based Approach for Structural Element Design
Safe Building, Safe City, Proceeding Third International Conference on Economic and
Urban Management City Marketing, Heritage, and Identity), PMLP Unika
Soegijapranata, Semarang, pp.-.

14

Anda mungkin juga menyukai