Integral-J Kritis Untuk Model Elemen Hingga Pada Cabut Fraktur Nylon 600
Integral-J Kritis Untuk Model Elemen Hingga Pada Cabut Fraktur Nylon 600
ABSTRAK
Mekanika fraktur memegang peranan penting dalam sejarah desain material dan struktur.
Dengan pendekatan mekanika fraktur, akan diperoleh solusi yang baik untuk mencegah
kegagalan serius dari struktur. Selama ini keunggulan mekanika fraktur telah terbukti berupa
faktor keamanan yang lebih baik dan nilai ekonomis yang lebih tinggi sejalan dengan
diperolehnya keuntungan struktural. Dalam konteks analisis fraktur, Integral-J kritis menjadi
kriteria fraktur untuk analisis linier maupun non-linier. Integral-J kritis harus diperhitungkan
sebagai kriteria fraktur untuk material dengan perilaku pengerasan-regangan seperti halnya serat
nylon 600 yang tertanam dalam matriks sementitis. Untuk itu, tulisan ini mengemukakan
Integral-J kritis untuk model elemen hingga pada cabut-serat fraktur nylon 600 sebagai
pengembangan dari model Susilorini terdahulu.
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental dan analitis. Metode eksperimental
diaplikasikan pada pembuatan benda uji cabut-serat fraktur dengan serat nylon 600 buatan
Indonesia. Serat nylon memiliki diameter 1.1 mm dan panjang serat tertanam 100 mm. Desain
campuran untuk matriks sementitis memiliki perbandingan semen : pasir : air sebesar 1:1:0.6.
Dilakukan uji cabut-serat fraktur pada benda uji cabut-serat fraktur dengan Mesin Uji Universal
terkomputerisasi. Hasil uji eksperimental menunjukkan adanya beberapa tahap selama proses
cabut-serat fraktur: (a) Tahap pra-selip, (b) Tahap selip, (c) Tahap transisi, dan (d) Tahap
pengerasan-regangan dengan fenomena gerigi. Hasil uji eksperimental juga memperlihatkan
bahwa fenomena fraktur berlangsung selama proses cabut-serat fraktur. Hasil uji eksperimental
menghasilkan hubungan tegangan-perpindahan () yang digunakan untuk perhitungan
analitis Integral-J kritis. Metode analitis diaplikasikan dengan pemodelan elemen hingga dan
perhitungan analitis Integral-J kritis dengan persamaan baru berdasarkan persamaan Marshall
dan Cox. Model elemen hingga dibangun dengan ADINA v. 8.3. Model ini menggunakan
model material rubberlike material Ogden untuk menghasilkan efek Poisson dan
mengimplementasikan fitur fraktur untuk menghitung Integral-J kritis. Integral-J kritis dari
model elemen hingga diverifikasi dengan Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental. Hasil uji
eksperimental dan perhitungan analitis menunjukkan nilai Integral-J kritis dengan kisaran
18,000-27,000 N/mm, sedangkan model elemen hingga bernilai 18,648.60 N/mm.
Beberapa teori dihasilkan oleh penelitian ini sebagai simpulan: (a) Kriteria fraktur dari komposit
sementitis berserat ditentukan Integral-J kritis; (b) Integral-J kritis memegang peranan penting
dalam proses cabut-serat fraktur sebagai energi komplementer yang signifikan; (c) Model
elemen hingga menghasilkan kriteria fraktur berupa Integral-J kritis dengan tepat; (d) Sebuah
persamaan baru diperoleh untuk menghitung Integral-J kritis berdasarkan persamaan Marshall
and Cox; dan (e) Penahan retak akan hadir pada akhir tahap selip sehingga Integral-J kritis akan
terjadi pada tahap pengerasan-regangan
Kata kunci: fraktur, cabut-serat fraktur, elemen hingga, model, Integral-J kritis
Dr. Rr. M.I. Retno Susilorini, ST., MT. adalah Dosen Tetap Program Studi Teknik Sipil, Fakultas
Teknik, Universitas Katolik Soegijapranata
ABSTRACT
Fracture mechanics takes an important role in material and structure designs history. There is a
good solution found to prohibit a catastrophic failure of structure by fracture mechanics
approach. It has been proven that the fracture mechanics advantage is its more safety margin for
structure and higher economic value as well as structural benefit. In fracture analysis context,
the critical J-Integral becomes a fracture criterion for both linear and non-linear analysis. The
critical J-Integral has to be considered as fracture criterion for material with strain-hardening
behavior such as nylon 600 fiber which is embedded in cementitious matrix. Therefore, this
paper wants to address critical J-Integral for finite element model of fracture nylon 600 fiber
pull-out as an improvement of previous Susilorinis model.
The research conducted by experimental and analytical method. The experimental method is
applied by production of fracture pull-out specimens with local made nylon 600 fiber. The fiber
is 1.1. mm in diameter and has embedded length of 100 mm. Mix design for cementitious
matrix is cement : sand : water ratio of 1:1:0.6. Those specimens were put on fracture pull-out
test by computerized Universal Testing Machine. The experimental result meets several stages
during the fracture pull-out process: (a) Stage of pre-slip, (b) Stage of slip, (c) Stage of
transition, and (d) Stage of strain-hardening with jagged phenomenon. It is also shown by
experimental result that fracture phenomenon happens during the fracture pull-out process. The
experimental result produces stress-displacement () relation that is used for analytical
calculation of critical J-integral. The analytical method is applied by finite element modelling
and critical J-Integral calculation with new equation based on Marshall and Cox one. The finite
element model is constructed by ADINA v. 8.3. This model uses rubberlike material Ogden
material model to provide the Poissons ratio effect and implements fracture feature to calculate
the critical J-Integral. The critical J-Integral of finite element model is verified by the critical JIntegral of experimental result. The critical J-Integral value of experimental result is ranged
about 18,000-27,000 N/mm, and for the finite element model is 18,648.60 N/mm.
Several theories have been established by this research for conclusions: (a) The fracture
criterion of fiber cementitious composites is determined by the critical J-Integral; (b) The
critical J-Integral takes an important role in fracture pull-out process as significant
complementary energy; (c) The finite element model of produces the fracture criterion of
critical J-integral properly; (d) A new equation derived to calculate critical J-Integral which is
based on the equation of Marshall and Cox; and (e) The crack arrester will be established at the
end of stage of slip; therefore the critical J-Integral will take place at the stage of strainhardening
Keywords: fracture, fiber, fracture pull-out, finite element, model, critical J-Integral.
1. PENDAHULUAN
Mekanika fraktur memegang peranan penting dalam sejarah desain material dan
struktur. Dengan pendekatan mekanika fraktur, akan diperoleh solusi yang baik untuk mencegah
kegagalan serius dari struktur. Dengan pendekatan mekanika fraktur, akan diperoleh solusi yang
baik untuk mencegah kegagalan serius dari struktur. Selama ini keunggulan mekanika fraktur
telah terbukti berupa faktor keamanan yang lebih baik dan nilai ekonomis yang lebih tinggi
sejalan dengan diperolehnya keuntungan struktural.
Masalah fraktur menjadi perhatian serius dalam hal struktur beton. Menurut Bazant
(1992), kegagalan struktur beton tidak lepas dari masalah pelunakan-regangan (strain-softening)
maupun pengerasan-regangan (strain-hardening) yang berhubungan erat dengan distribusi
retak, di mana retak yang terlokalisasi dapat berkembang menjadi fraktur dan kemudian runtuh.
Untuk menekan timbulnya fraktur pada struktur beton, upaya meningkatkan keliatan
(toughness) dan daktilitas tarik dapat menjadi pilihan utama (Li dan Wang, 2005).
Dalam analisis fraktur, Integral-J sering digunakan sebagai kriteria fraktur di samping
laju pelepasan energi, G, (Broek, 1982). Integral-J diaplikasikan oleh Rice (1968) untuk
masalah retak, yang merupakan path-independent seperti ditunjukkan Gambar 1 (Broek, 1982;
Shah, et. al, 1995) dan dirumuskan sebagai berikut:
J = Wdy T
ds
x
(1)
W = W ( x, y ) = W ( ) = ij d ij
(2)
Ti = ij n j
(3)
dengan :
J
= J-integral
Marshal dan Cox (1988) merumuskan keliatan ujung retak (crack tip toughness)
berdasarkan analisis Integral-J dengan pertumbuhan retak tetap sebagai berikut:
J tip = ss ss
ss
( )d
(4)
dengan :
= keliatan ujung retak
J tip
ss
ss
Tegangan
Penjembatanan 0
Retak
ss
ss
0
Bukaan Retak
ss 0
(5)
J tip = 0 0 ( )d
(6)
dengan :
J tip
= keliatan ujung retak
0
0
Integral-J kritis menjadi kriteria fraktur untuk analisis linier maupun non-linier. Untuk
masalah cabut-serat berbasis fraktur, Integral-J kritis menjadi kriteria fraktur untuk menghitung
besarnya energi komplementer pada saat serat tercabut atau putus. Dengan demikian, Integral-J
kritis harus diperhitungkan sebagai kriteria fraktur untuk material dengan perilaku pengerasanregangan seperti halnya serat nylon 600 yang tertanam dalam matriks sementitis. Untuk itu,
tulisan ini mengemukakan Integral-J kritis untuk model elemen hingga pada cabut-serat fraktur
nylon 600 sebagai pengembangan dari model Susilorini (2007a) terdahulu.
2. METODE PENELITIAN
tebal spesimen = 20 mm
70 mm
bagian terjepit,
100 mm
300 mm
bagian terjepit,
100 mm
nut
crosshead
bagian atas
bagian terjepit
crank
serat nylon
spesinen
cabut-serat fraktur
takikan
nut
crosshead
bagian bawah
bagian terjepit
Metode analitis dalam penelitian ini diaplikasikan dengan pemodelan elemen hingga
dan perhitungan analitis Integral-J kritis dengan persamaan-persamaan baru (Susilorini, 2007b)
berdasarkan persamaan Marshall dan Cox (1988). Model elemen hingga dibangun dengan
ADINA v. 8.3. Pemodelan elemen hingga pada penelitian ini dilakukan berdasarkan model
cabut-serat fraktur (Susilorini, 2007a) yang pada prinsipnya dibangun dari hasil uji
eksperimental. Adapun persamaan-persamaan baru (Susilorini, 2007b) untuk Integral-J kritis
disusun berdasarkan persamaan Marshall dan Cox yang diimplementasikan pada hasil uji
eksperimental.
3. HASIL UJI EKSPERIMENTAL
KODE
SPESIMEN
BEBAN
PRA-SELIP
BEBAN
SELIP
(mm)
100
100
706
730
(N)
1264.00
1318.00
(N)
171.50
127.00
BEBAN
BEBAN
TRANSISI
(N)
9.80
8.08
BEBAN
PUTUS
(N)
754.60
779.10
KODE
SPESIMEN
PERPINDAHAN
PRA-SELIP
(mm)
100
100
706
730
(mm)
1.12
0.96
PERPINDAHAN
PERPINDAHAN PERPINDAHAN
SELIP
TRANSISI
(mm)
1.24
1.32
(mm)
10.92
4.08
PERPINDAHAN
PUTUS
(mm)
54.80
50.76
Tahapan yang terjadi selama proses cabut-serat tampak jelas pada kurva relasi P-
(beban-perpindahan) dan (tegangan-perpindahan) pada Gambar 6 dan Gambar 7. Tahapan
tersebut meliputi: (a) Tahap pra-selip, (b) Tahap selip, (c) Tahap transisi, dan (4) Tahap
pengerasan-regangan (strain-hardening) dengan detail berupa fenomena bergerigi (Susilorini,
2007), yang juga dijumpai pada penelitian lain (Avarett, 2004). Kurva relasi P- (bebanperpindahan) dan (tegangan- perpindahan) uji cabut-serat fraktur pada Gambar 6 dan 7
memperlihatkan fenomena bergerigi yang disebabkan terjadinya perpanjangan titik leleh dan
adanya sifat viskusitas serat nylon. Peningkatan beban diikuti oleh penurunan beban merupakan
implikasi fenomena perpanjangan titik leleh akibat sifat viskusitas material nylon. Averett
(2004) menyampaikan hasil uji tarik serat nylon 6.6 dengan fenomena bergerigi yang juga
dijumpai pada kurva relasi P- (beban-perpindahan) dan (tegangan-regangan).
1600
1400
1200
706
BEBAN
(N)
1000
800
730
600
MODEL
TEORITIS
400
200
0
0
10
20
30
40
50
60
PERPINDAHAN
(mm)
TEGANGAN
(MPa)
1200
1000
706
800
730
600
MODEL
400
200
0
0.00
0.20
0.40
0.60
0.80
1.00
1.20
1.40
1.60
1.80
REGANGAN
lf
l1
Gambar 8. Spesimen cabut-serat fraktur saat terjadi retak normal dan retak lateral secara
instantaneous
Fenomena proses fraktur tak stabil terjadi dengan timbulnya retak normal yang diikuti
oleh retak lateral secara instantaneous. Saat fenomena proses fraktur menjadi stabil, keadaan
spesimen sudah terpisah sejarak lebar retak (crack width) c. Pada saat ini perpindahan bekerja
pada ujung spesimen yang terpisah (titik B pada Gambar 9).
lf
l1
Gambar 9. Spesimen cabut-serat fraktur saat terjadi pemisahan dengan lebar retak c
Fenomena proses fraktur stabil diperlihatkan Gambar 10 dengan panjang retak stabil
didefinisikan sebagai l2 dengan penahan retak A. Bila besarnya nilai perpindahan saat tercapai
panjang retak stabil, maka perpindahan saat tercapai regangan kritis adalah setengah dari
lebar retak c, atau = 0.5c , sehingga panjang retak stabil l2 juga dapat dinyatakan sebagai
fungsi dari lebar retak. Pemodelan teoritis cabut-serat fraktur menghasilkan formulasi sebagai
berikut (Susilorini, 2007a).
m
A
B
l2
0.5 lf
0.5c
l2 =
l2 =
(7)
(8)
Besarnya beban Pn selama proses cabut-serat untuk model cabut-serat fraktur dirumuskan
sebagai:
a
a
a
a
Pn = rI 1 E ps A + rII 1 E s A + rIII 1 E tr A + rIII 1 E pr A
a2
a2
a2
a2
(9)
Tabel 3. Nilai Es, Eps, Etr, dan Epr untuk model cabut-serat fraktur
TAHAP
TAHAP SELIP
PRA-SELIP
AWAL
TAHAP
TAHAP
AKHIR
TRANSISI
PENGERASANREGANGAN
Eps
Es
Es
Etr = En
Epr = En
(MPa)
100000 - 150000
(MPa)
100000 - 150000
(MPa)
4000 -5000
(MPa)
40 - 60
(MPa)
100 - 700
Pps
1 x1 2 x2
Detail I
Detail I
Ppr
Ps
Ptr
ps s
tr
pr
pengerasan-regangan
J pr = pr pr ( )d
tr
(10)
Dengan:
Jpr
pr
pr
tr
Integral-J kritis merupakan nilai Integral-J pada saat serat tercabut atau putus,
dalam hal ini adalah pada akhir tahap pengerasan-regangan. Hasil perhitungan analitis
Integral-J krritis untuk perhitungan analitis dari model teoritis serta spesimen 705 dan 730
selama proses cabut-serat fraktur disajikan Tabel 4 berikut.
10
PENGERASAN-REGANGAN
INTEGRAL-J
KRITIS
(mm)
PERHITUNGAN
ANALITIS
706
730
(N/mm)
(N/mm)
18,568.00
27,877.10
18,364.69
18,568.00
27,877.10
18,364.69
Model elemen hingga dalam penelitian ini dibangun dengan ADINA v. 8.3. yang
merupakan model 2-dimensi dengan elemen bidang datar isoparametrik kuadrilateral empat
titik. Model material yang digunakan adalah homogen-isotropis dan elastis-linier untuk matriks
sementitis; serta model rubberlike material - Ogden untuk senar pancing untuk menghasilkan
efek Poisson. Relasi konstitutif tegangan-regangan untuk matriks sementitis dan senar pancing
berasal dari sifat-sifat material hasil uji eksperimental yang diimplementasikan pada ADINA
dengan metode curve-fitting. Model ini mengimplementasikan fitur fraktur dengan metode
virtual-shift untuk menghitung Integral-J kritis. Integral-J kritis dari model elemen hingga
diverifikasi dengan Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental.
Gambar 12. Model elemen hingga cabut-serat fraktur pada tahap pengerasan-regangan sebelum
beban dikerjakan
Model elemen hingga ini dibangun khusus untuk menjelaskan mekanisme tahap
pengerasan-regangan yang diakhiri putusnya serat. Pada tahapan ini putusnya serat merupakan
kelanjutan (progression) dari peristiwa selip yang diikuti dengan pelepasan yang signifikan di
bagian serat, dan akhirnya serat putus. Pada model ini (Gambar 12), elemen-elemen matriks
sementitis di ujung tepi kanan matriks sementitis juga memiliki nodal mandiri yang berhimpit
(coincide) dengan elemen serat sepanjang 10 mm dari tengah serat ke ujung tepi kanan dan tepi
kiri. Beban P pada ujung tepi kanan matriks sementitis dikenakan sebesar 1500 N. Pada model
ini terdapat 4 buah virtual-shift yang tampil sebagai bidang berwarna-warni pada bagian matriks
sementitis dan serat yang berhimpit.
Analisis elemen hingga menunjukkan bahwa terjadi pergeseran nodal antara matriks
sementitis. Nodal-nodal tersebut mengalami perpindahan baik secara horisontal maupun
vertikal. Peristiwa pelepasan serat yang progresif terjadi pada spesimen tersebut seperti yang
11
disajikan Gambar 13. Pelepasan yang progresif ini diikuti oleh putusnya serat. Pada saat ini
tegangan tarik maksimum (Gambar 14) berada pada bagian serat yang terlepas.
Gambar 13. Model elemen hingga cabut-serat fraktur saat terjadi pelepasan progresif yang
diikuti putusnya serat
Besarnya nilai Integral-J kritis dalam model elemen hingga ini direpresentasikan dengan
terminologi J-parameter 2, yang diperoleh sebesar 18,648.60 N/mm.
Gambar 14. Distribusi tegangan tarik pada model elemen hingga cabut-serat fraktur saat terjadi
pelepasan progresif yang diikuti putusnya serat
Adapun hasil perhitungan nilai Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental, perhitungan
analitis, maupun pemodelan elemen hingga disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 membuktikan
bahwa baik model analitis maupun model elemen hingga dapat merepresentasikan nilai IntegralJ kritis dengan tepat, sesuai dengan nilai Integral-J kritis dari hasil uji eksperimental. Meskipun
pada spesimen 706 nilai Integral-J kritis menjadi lebih tinggi (27,877.10 N/mm), namun nilai
Integral-J kritis pada spesimen 703 (18,364.69 N/mm) dinilai lebih sesuai sebagai rujukan oleh
karena model analitis dan model elemen hingga memiliki nilai Integral-J kritis yang berdekatan
(18,568.00 N/mm dan 18,648.60 N/mm). Dengan demikian, besarnya energi komplementer
yang dibutuhkan pada tahap pengerasan-regangan pada spesimen cabut-serat fraktur dengan
panjang serat tertanam lf = 100 mm adalah sebesar kurang lebih 18,500 N/mm.
12
Tabel 5. Nilai Integral-J kritis untuk hasil uji eksperimental, perhitungan analitis, dan
pemodelan elemen hingga
INTEGRAL-J
lf = 100
KRITIS
(mm)
(N/mm)
SPESIMEN 706
27,877.10
SPESIMEN 730
18,364.69
PERHIITUNGAN ANALITIS
18,568.00
18,648.60
6. SIMPULAN
Penelitian ini menghasilkan beberapa teori tentang masalah cabut-serat fraktur dengan nylon
600 dan Integral-J kritis. Beberapa teori tersebut disampaikan sebagai simpulan sebagai berikut:
(a) Kriteria fraktur dari komposit sementitis berserat ditentukan Integral-J kritis
(b) Integral-J kritis memegang peranan penting dalam proses cabut-serat fraktur sebagai
energi komplementer yang signifikan
(c) Model elemen hingga menghasilkan kriteria fraktur berupa Integral-J kritis dengan
tepat
(d) Sebuah persamaan baru diperoleh untuk menghitung Integral-J kritis berdasarkan
persamaan Marshall and Cox (1988)
(e) Penahan retak akan hadir pada akhir tahap selip sehingga Integral-J kritis akan
terjadi pada tahap pengerasan-regangan
Avarett, RD (2004). Fracture Mechanics of High Performance Nylon Fibers, Thesis, Georgia
Institute of Technology, USA.
Bazant, ZP. (1992). Fracture Mechanics of Concrete: Concepts, Models, and Determination of
Material Properties State of the Art Report, Proceedings, First International
Conference on Facture Mechanics Concrete Structure (Framcos 1), (Ed. Bazant, ZP),
Colorado, USA, pp.6-140.
Broek, D. (1982). Elementary Engineering Fracture Mechanics, Martinus Nijhoff Publishers,
The Hague, Boston, London.
Li, V.C. (2000). J-Integral Applications to Characterization and Tailoring of Cementitious
Material, Multiscale Deformation and Fracture in Materials and Structures, T.J.
Chuang dan J.W. Rudnick (eds), Kluwer Academic Publishers, Netherlands, 385-406.
13
Li, V.C., Leung, C.K.Y. (1992). Steady-State and Multiple Cracking of Short Random Fiber
Composites, ASCE Journal of Engineering Mechanics, Vol. 29, pp. 2719-2724.
Li, V.C., Wu, H.C. (1992). Conditions for Pseudo Strain-Hardening in Fiber Reinforced
Brittle Matrix Composites, Applied Mechanics Rev. on Micromechanical Modelling
of Quasi-Brittle Materials Behavior, (ed. Li, V.C.), ASME, Vol. 45, No. 8, August,
390-398.
Li, V.C., and Wang, S. (2005). Suppression of Fracture Failure of Structures by Composite
Design based on Fracture Mechanics, corresponding paper in Compendium of Papers
CD ROM, Paper 5543.
Li, V.C., Chan, Y.W., Wu, H.C. (1994). Interface Strengthening Mechanism in Polymeric
Fiber Reinforced Cementitious Composites, Proceedings of International Symposium
on Brittle Matrix Composites, (eds. Brandt, A.M, Li, V.C., Marshall, L.H), IKE and
Woodhead Publ, Warsaw, 7-16.
Kawamura, M., Igarashi, S.I. (1995). Fluorescence Microscopic Study of Fracture Process of
the Interfacial Zone Between a Steel Fiber and Cementitious Matrix Under Pullout
Loading, ACI SP-156 on Interface Fracture and Bond, (eds. Buyukozturk, O.,
Wecharatana, M.), 173-190.
Marshall, D.B., Cox, B.N. (1988). A J-Integral Method for Calculating Steady-State Matrix
Cracking Stresses in Composites, Mechanics of Material, Vol. 7, pp. 127-133.
Rice, J.R. (1968). Mathematical Analysis in the Mechanics of Fracture, in Fracture: An
Advanced Treatise, Vol. II, ed. Liebowits, H., Academic, New York, pp. 191-311.
Shah, S.P., Swartz, S.E., Ouyang, C. (1995). Fracture Mechanics of Concrete: Applications of
Fracture Mechanics to Concrete, Rock, and Other Quasi-Brittle Materials, John Wiley
& Sons, Inc., New York.
Sun, W., Lin, F. (2001). Computer Modelling and FEA Simulation for Composite Single Fiber
Pullout, Journal of Thermoplastic Composite Materials, Vol. 14, No. 4, 327-343.
Susilorini, Retno, M.I. (2007a). Model Masalah Cabut-Serat Nylon 600 Tertanam dalam
Matriks Sementitis yang Mengalami Fraktur, Disertasi, Parahyangan Catholic
University, Bandung.
Susilorini, Retno, M.I. (2007b). Fractured Based Approach for Structural Element Design
Safe Building, Safe City, Proceeding Third International Conference on Economic and
Urban Management City Marketing, Heritage, and Identity), PMLP Unika
Soegijapranata, Semarang, pp.-.
14