Anda di halaman 1dari 3

Ibu Mely, begitu sapaan akrab semua murid SMA Arjasa, pertama saya

mengenalnya sekitar agustus 2010, saat itu saya masih kelas 10. Saya betul-betul
ingat saat itu, di depan ruang BK (bimbingan konsling), saya bertemu beliau untuk
diajak ikut lomba karya tulis ilmiah bersama anak-anak KIR lainnya, karna saya
memang memutuskan ikut extra KIR sebagai extra pilihannya. Dari sana, kemudian
saya bertemu firsa dan uut dan menjadi tim. Sebenarnya saya tidak cukup pandai
untuk menulis apalagi sampai menulis karya tulis, ilmiah lagi, saya penulis amatiran
yang kebetulan punya ide yang masuk diketegori tema lomba itu, yaitu alat
pencacah dan penggepeng umbi garut untuk menjadi emping dengan segala ke
unggulannya maka firsa putuskan untuk kasi nama alat itu gepeng, ibu mely
hanya ketawa aja mendengar ide kami itu.
Tak sedikitpun beliau menampakkan keraguannya sama ide itu, beliau begitu
percaya dan mensupport ide, yang kalau diingat sekarang idenya, Hihi, agak
kampungan ya bu. Kami juga tidak punyak cukup modal untuk bolak-balik ke warnet
untuk ngetik, tapi Alhamdulillah beliau mengusahakan untuk pinjem komputer di
sekolah dengan alasan meminjamnya sendiri. Karna ibu mely takut kami ketahuan
sama pihak sekolah jika ditinggal sendiri, beliau selepas sekolah bersedia nunggui
kami yang ngetik dan sekalian bimbing kami sampai jam lima sore. Kami tau, Ibu
mely pasti lelah habis mengajar, tapi itu tidak menyurutkan ibu untuk tetap
membimbing kami bertiga, gapapa ya bu. :D. walau kami belum tau itu
pengorbanan ibu buat kami, tapi Alhamdulillah setelah kami kirim dapat
menjuarainya, juara 3 ya buk.
Hari-hari biasa kami lalui lebih banyak diorganisasi dimana kami anak KIR
yaitu, ada nisa, gaby, vitha, ria, fuad, bernad, lita, resti, wiko, Karin, nyul dan lainlain (mav yang gak aku sebut rek) bertemu ibu mely setiap hari senin sepulang
sekolah untuk mengikuti bimbingannya disamping . Meskipun kami anak KIR tapi
jangan lupa bahwa tiap hari kami jika menemukan ide selalu berkonsultultasi
dengan beliau, kapanpun, dimanapun dan apapun yang terjadi, gak heran jika meja
bu mely dan kantor tiap istirahat sekolah penuh dengan kami anak KIR yang
jumlahnya dua limaan, Disana ibu mely memfasilitasi kita, menerima setiap mimpimimpi baru anak-anak KIR untuk menjadi nyata lewat tulisannya. Untuk mengawal
mimpi-mimpi yang buaanyak, bu mely dengan serius memberikan kami ilmu
tambahan yaitu Neuro-linguistik Program (NLP) bersama bapak Iskandar Karim.
Untuk mendukung kami menulis karya tullis, ibu mely tidak hanya buka
konsultasi di sekolah, tapi ibu mely juga aktif di media sosial dan boleh saja kami
sms bu mely meskipun dengan bahasa kami yang alay. Ibu mely juga menyediakan
rumahnya sebagai tempat konsultasi 24 jam jika sedang libur sekolah atau ketika
ibu mely sakit atau tidak masuk sekolah. Beliau dengan telatennya mengoreksi
setiap tulisan kami satu per satu. Hingga bu mely bilang kalau beliau sudah bisa
menebak karakter seseorang melalui tulisannya. Kalau saya katanya tipe orangnya
bullet dan gak to the point, hihi (maklum kalau tulisan saya yang ini juga bullet).
Akhirnya ide itu satu persatu mulai menjadi nyata, anak-anak KIR mulai sering

dipanggil ke depan lapangan untuk mendapat penghargaan sekolah. Ada bernad


yang juara nasional magistra, geby juara puslit koka, lita juara di FTP (mav, juga g
diesbut satu-satu) Alhamdulillah, itu kebahagiaan guru terhadap muridnya dan
kebanggaan kami atas didikanmu bu, trimakasih bu, kami atas nama anak KIR,
trimakasih yang tak terhingga.
2011, perkenalan kami dengan ibu mely, tidak hanya persoalan karya tulis,
namun juga pada karakter-karakter diri kami masing-masing. Kami mulai sedih
mendengar isu ibu mely akan dimutasi ke sekolah lain. Dan ibu juga sangat sedih
rupanya tapi beliau tak ingin menanggapinya negative, namun ibu berpositif
thinking terhadap apapun yang terjadi dan meyakinninya ada hikmah dibalik semua
itu. Dugaan itu benar, ibu dimutasi tapi tidak secara total hanya untuk beberapa
bulan. Tapi cukup membuat kantor sepi dijam istirahat, hehe. Kami hanya bisa
konsultasi melalui media sosial dan sms, dan ternyata benar ada hikmahnya ibu
mely bisa curi-curi ilmu nata de coco di sekolah berbasis pertanian tersebut buat
kami. Hehe
2012, saya tidak tau persis kapan itu dimulai, saya dengar ibu mely ambil
cuti untuk berobat kedokter di jogja selama beberapa bulan. Saya kira awalnya
hanya sakit biasa dan mulai menebar berbagai isu dan pertanyaan pada saya
mengenai penyakit ibu. Sadar atau tidak sudah terjadi berbulan-bulan dan kadang
pulang ke jember untuk mengajar seperti biasa. Semua dijalani seperti biasa,
meskipun bu mely tau dan cerita sama saya bahwa penyakitknya serius, beliau
tetap semangat dan paling semangat dan memberi semangat untuk saya dan
teman-teman yang lain yang kadang galau karna masalah keluarga, ataupun
masalah remaja. Saya dan teman-teman juga sering berkunjung ke rumahnya untuk
saling melepas kangen dan tawa dan membahas masalah-masalah kami dan lainlain.
Saya dan temen-temen semakin terbiasa dengan keadaan bu mely yang
kadang mengirim pesan, Alhamdulillah, ibu sedang kemo dan hasilnya baik,
makasih ya doanya. Atau dari saya yang menanyakan kabar, beliau selalu
mejawab alhamdulillah baik. saya tidak merasa kawatir dengan keadaannya
meskipun mungkin sangat menyakitkan bagi bu mely yang selalu tersenyum
bahkan saya yang kadang datang dengan sedih. Bu mely sempat juga bilang kalau
beliau putus asa tapi beliau bisa mengatasinya dengan inspirasi dari orang lain dan
selalu dekat dengan Allah. Tapi lagi-lagi beliau bisa ambil hikmah dari semua itu,
Alhamdulillah bu mely dengan sakit ini bisa jalan-jalan keliling jawa yang belum
pernah bu mely dapatkan sewaktu sehat, asiik. Saya hanya bilang Alhamdulillah bu
dan saya tidak merasa kawatir dan cemas sedkitpun dengan keadaannya karna
beliaulah orang paling optimis yang pernah saya kenal.
Sejak Kita (saya, bu mely, pak is, geby, vitha, ria, dan yulinda) pulang liburan
dari jogja untuk liburan bersama, Sekitar libur UAN, 2013. Saya sudah mulai
banyak disibukkan dengan masuk universitas, hingga hampir bisa dihitung

perbulannya untuk ketemu beliau. 2 bulanan saya tidak ketemu beliau hanya
melalui pesan singkat dan facebook. Saya ingin sekali main kerumahnya, seperti
biasa sebelum ke rumahnya saya biasanya sms terlebih dahulu. Dan beliau tidak
menjawabnya. Setelah beberapa hari saya dengar beliau masih belum bisa nerima
tamu, saya pikir, ah itu wajar wajar saja, mungkin lagi capek karna habis kemo.
Saya sms lagi ibu mely, gmna kabarnya dengan bahasa sms beliau jawab baik
jawabnya singkat. Saya sms lagi beliau boleh saya main bu , tapi rasanya saya
tidak beruntung untuk bisa melihat senyumnya seperti dulu. Setelah beberapa hari
Anis sms saya katanya beliau telah berpulang. Saya netes air mata dan saya gak
percaya sama sekali, orang yang punya semangat dan optimism yang tiggi begitu
cepat meninggalkan saya.
Saya minta mav bu, belum bisa balas jasa-jasa ibu, saya bersyukur bertemu
ibu, maafin saya bu dak ada disaat ibu sakit, maaf bu ndak bisa nemenin ibu di
saat-saat terakhir. Dosa saya banyak sama ibuk. Maaaf bu, ndak bisa balas jasa-jasa
ibu. Semoga ibu berada diantara mereka kekasih Alla SWT :) .

Anda mungkin juga menyukai