Rudi NATAMIHARDJA
Hukum internasional (HI) merupakan norma atau aturan non nasional, yang
mengatur hubungan antara subyek hukum internasional 1. Hukum internasional
publik atau yang selanjutnya disebut dengan hukum internasional ialah mata
kuliah pada Fakultas Hukum, Universitas Lampung, diajarkan kepada mahasiswa
sarjana hukum (S1).
Pembahasan mata kuliah HI ini terdiri dari dua belas pokok bahasan utama : (1)
Pendahuluan ; (2) Masyarakat dan Hukum Internasional ; (3) Sejarah Hukum
Internasional dan Perkembangannya ; (4) Hakikat Dasar dan Berlakunya HI ; (5)
Hubungan antara HI dan Hukum Nasional ; (6) Subyek Hukum Internasional ; (7)
Sumber Hukum Internasional ; (8) Wilayah negara ; (9) Pengakuan Internasional ;
(10) Yuridikasi negara dalam Hukum Internasional ; (11) Pergantian Negara
(Suksesi Negara) ; dan (12) Pertanggungjawaban negara.
Kedua belas pokok bahasan tersebut di atas akan dijelaskan kepada mahasiswa
melalui kuliah umum. Kuliah tersebut dibagi ke dalam dua bagian besar. Bagian
pertama dari pembahasan pertama sampai dengan pembahasan kedelapan
(wilayah negara). Kemudian bagian kedua dilanjutkan setelah ujian tengah
semester dari pembahasan sembilan (pengakuan internasional) sampai dengan
selesai.
I.
Pendahuluan
Pada bagian pertama, pendahuluan, terdiri dari tiga pokok bahasan dibagi ke
dalam tiga bab : Istilah, pengertian, perbedaan antara HI dengan hukum perdata
internasional (Bab 1) ; bentuk perwujudan khusus HI (Bab 2), terakhir masyarakat
internasional dan strukturnya (Bab 3).
BAB I : ISTILAH, PENGERTIAN, PERBEDAAN HI DAN HPI
Tiga hal pembahasan secara singkat pada awal perkuliahan, yaitu mengenai :
istilah, pengertian hukum internasional, dan terakhir, perbedaan antara hukum
intenasional (HI) dan hukum perdata internasional (HPI).
A. Istilah dan Pengertian
Istilah atau dapat dimaknai dengan asal muasal munculnya gabungan kata
hukum dan intenasional. Hal ini perlu diperhatikan karena kata hukum
internasional sendiri berasal dari bahasa inggris International law, common law,
law of nations, transnational law dan dalam bahasa Perancis dikenal dengan
droit international. Perbedaan terdapat pada kata terjemahan law dan droit, yang
memiliki makna identik hukum atau aturan. Dalam kamus bahasa indonesia
1
Subyek hukum internasional yaitu negara, organisasi internasional, tahta suci (Negara
vatikan), palang merah internasional, individu, pemberontak
berada dalam satu pembahasan dan ruanglingkup yang sama, memiliki sumber
hukum dan subjek hukum yang identik. Oleh karena itu, perlu membedakan
mana yang tergolong dalam peristiwa HI dan mana yang tergolong dalam HPI.
Hal ini merupakan dasar dalam memahami ruang lingkup kajian hukum
internasional.
Hukum internasional dapat dibagi ke dalam dua ketegori : hukum internasional
publik dan hukum internasional privat, yang mengatur mengenai hubungan
antara individu yang memiliki kewarganegaraan yang berbeda. Dalam konteks
mata kuliah Hukum internasional yang akan dipelajari HI merupakan hukum
internasional publik. HPI akan dibahas pada mata kuliah tersendiri.
Berbeda dalam definisi, HPI merupakan keseluruhan kaedah dan asas hukum
yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas Negara atau hukum yang
mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masingmasing tunduk pada hukum perdata (nasional) yang berlainan 3. Sedangkan
hukum internasional merupakan keseluruhan kaidah dan asas hukum yang
mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan
internasional) yang bukan bersifat perdata.
Antara HI dan HPI terdapat titik taut, atau persamaan yaitu, keduanya mengatur
hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara , yang biasa disebut
dengan internasional , namun sifat hukum atau persoalan yang diaturnya atau
objeknya berbeda.
Perbedaan yang sangat menonjol antara HI dan HPI terletak pada sumber
hukumnya. Sumber HI, sesuai Pasal 38 Piagam Mahkamah Internasional, yaitu
Perjanjian Internasional (traktat), Kebiasaan-kebiasaan intenasional, asas umum
hukum yang diakui bangsa-bangsa beradab, kuputusan hakim (yurisprudensi)
dan doktrin (pendapat pada ahli hukum). Sedangkan HPI menggunakan sumber
hukum nasional Negara yang dipilih untuk menyelesaikan permasalahan.
Adalah suatu kesatuan aturan hukum yang mengatur permasalahan privat yang
mengandung unsur asing. Hukum yang diberlakukan merupakan hukum nasional dair
Negara-negara yg bersengketa.
4
Ruang lain yaitu mengenai perdamaian dan keamanan, perkembangan, hak asasi
manusia dan kegiatan kemanusiaan
II.
dan
hukum
Masyarakat atau yang dikenal dengan istilah society, adalah kumpulan manusia
yeng memiliki tujuan dan
A. Masyarakat internasional
internasional
sebagai
landasan
sosiologis
hukum
pertukaran
dan
Persamaan derajat (equality) : negara yang berdaulat selain masingmasing merdeka juga memiliki derajat yang sama antara satu dengan
yang lainnya.
Hukum internasional merupakan satu-satunya kunci keberhasilan
menciptakan keteraturan kehidupan masyarakat internasional (Muchtar
K)
Bab 3. Masyarakat Internasional dalam peralihan : perubahanperubahan dalam peta bumi politik, kemajuan teknologi dan struktur
masyarakat internasional.
MI selalu tidak konstan, berubah-ubah dan tidak selalu sempurna.
Perubahan yang mendasar yaitu setelah PD II : pembagian kekuasaan
dan peta politik
Penjajahan merupakan hal yang bertentangan dengan kodrat alami,
bangsa yang bebas
Bermunculan Negara yang merdeka dan berdaulat
Adanya perubahan dari konsep lama kepada konsep baru merupakan
hal yang tidak dapat dielakan. Hal ini menggambarkan kekuatan
masyarakat internasional yang tidak dapat terbendung.
Perubahan terlihat pula dalam konsep ilmu hukum yang berkenaan
dengan perjanjian, kewajiban Negara, nasionalisasi, hukum laut
Kemajuan teknologi mengakibatkan pula perubahan terhadap
masyarakat internasional dan hubungan internasional
o Kemudahan dalam perpindahan tempat
o Batas antara Negara menjadi tidak lagi dirasakan : komunikasi,
informasi, mengakibatkan kriminalitas yang kompleks dan
terkadang belum memiliki pengaturannya.
Hukum internasional menjadi hukum yang sifatnya koordinasi, tidak lagi
terdapat strata vertikal antara anggota Bangsa-Bangsa.
III.
Hukum tidak pernah terlepas dari sejarah, antara kedua bidang tersebut terjalin
hubungan yang erat. Melalui sejarah dapat dilihat bagaimana evolusi hukum,
perkembangannya, serta megetahui latar belakang terciptanya suatu peraturan.
Oleh karena itu, seorang ahli hukum hendaklah mengetahui serta memahami
sejarah bidang hukum yang digelutinya.
Sejarah merupakan karya para ahli sejerah yang diakui dan telah menjadi sebuah
karya tulis. Sejarah berisikan kejadian-kejadian masa lalu yang dianggap penting
serta memberikan arti khusus pada cerita dan kejadian tersebut di ulang kembali.
Dalam rangka mengetahui dan memahami bagaimana perkembangan hukum
internasional haruslah dimulai dari sejarah, bagaimana hukum internasional
tersebut terbentuk. Sejarah hukum internasional yang akan disampaikan
kehadapan saudara semua merupakan ringkasan dari meteri mengenai sejarah
hubungan internasional yang dimulai sejak 1919 sampai dengan 2009. Hal ini
berbeda dengan buku karangan Muchtar K dan Etty R dimana mereka memulai
menceritakan mengenai sejarah hukum internasional sejak kebudayaan India
kuno5.
Setelah berakhirnya perang dunia pertama, Eropa mendominasi dunia sehingga
masyarakat internasional melihat Eropa sebagai suatu contoh dan panutan,
namun sebaliknya saat akan berkecamuknya perang dunai kedua dan
setelahnya, Eropa yang melihat bagaimana disisi lain terjadi kemajuan, sehingga
pandangan Eropa tertuju kepada kemajuan Negara-negara lain.
Setelah perang dunia kedua terlihatlah dunia yang modern dan terdapatnya
permasalahana geopolitik dan geoekonomi.
Bab 1. Akibat dari perdamaian 1919/1920 : penghancuran yang kalah
dan stabilitas di Eropa.
Setelah perang dunia pertama perdamaian tercipta, namun perdamaian tersebut
merupakan perdamaian pihak yang menang dalam peperangan. Bukan
perdamaian yang tercipta atas kehendak dan kesadaran kedua belah pihak, yang
kalah dan yang menang dalam perang. Dikenal pula dengan perjanjian
perdamaian, para pemenang perang dunia pertama menandatangan perjanjian
untuk menekan mereka yang kalah dalam pertempuan. Berikut ini beberapa
perjanjian yang dilakukan antara kedua belah pihak yang telah bertempur.
-
Dimana tidak dijelaskan secara rinci sejak tahun berapa kebudayaan india kuno dimulai.
A. Semangat Perdamaian
- Gagasan Wilson (1856-1924)
Wilson merupakan Presiden Amerika Serikat periode 1913-1921, dia berasal
dari partai demokrat. Awalnya dia mempertahankan politik mengasingkan
sejak 1923, warisan dari Presiden terdahulu Monrow. Politik mengasingkan
adalah politik untuk terlepas dari campur tangan dan kegiatan di benua eropa.
Namun pada akhirnya Amerika turut tangan dalam urusan di benua Eropa
dikarenakan tentara Jerman hampir menguasai wilayah laut dan jika dibiarkan
merupakan ancaman bagi keamanan Amerika sendiri. Perang dunia kedua
yang dianggap adalah perang untuk kebebasan dan hak melawan Jerman
yang melanggar perjanjian-perjanjian. Wilson menginginkan perdamaian
yang berkepanjangan.
Dalam idenya menganai perdamaian, Wilson mengemukakan empat belas
pokok pikiran. Dimana dia menggagas suatu perhimpunan internasional yang
dinama, Liga Bangsa-Bangsa (LBB) yang kemudian berubah menjadi
Perserikatan Bangsa-Bangsa.
-
Adalah seorang dokter Perancis yang terpilih dari partai kiri moderat, menjadi
orang nomor satu di Perancis sejak nopember 1917. Kepemimpinannya
sangat nasionalisme, menjauhkan mereka yang mengkritik terhadap
pemerintahan Perancis. Kehawatiran utamanya adalah kebangkitan Jerman
dan balas dendamnya dikarenakan kekalahan perang dunia pertama.
- xx
B. xx
Bab 2. Pembentukan Organisasi Internasional LBB dan PBB
A. LBB dan Perang
B. Pembentukan PBB : menegakkan keadilan dengan hukum
d. Romawi
Sebenarnya pada masa ini, orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis Hukum, yaitu Ius Ceville
(Hukum bagi Masyarakat Romawi) dan Ius Gentium (bagi Orang Asing). Hanya saja, pada zaman ini
tidak mengalami perkembangan pesat, karena pada saat itu masyarakat dunia merupakan satu
Imperium, yaitu Imperium Roma yang mengakibatkan tidak adanya tempat bagi Hukum BangsaBangsa. Hukum Romawi tidak menyumbangkan banyak asas. Asas yang kemudian diterima hanyalah
asas Pacta Sun Servanda (setiap janji harus ditepati)..
e. Eropa Barat
Pada masa ini, Eropa mengalami masa-masa chaotic (kacaubalau) sehingga tidak memungkinkannya
kebutuhan oerangkat Hukum Internasional. Selain itu, selama abad pertengahan, muncul dua hal
utama yang menjadi penghalang Evolusi, yaitu kesatuan duniawi dan rohani sebagian besar Eropa
dibawah Imperium Romawi Suci dan struktur Feodal Eropa Barat.
B. Periode Modern
Pada periode inilah, Hukum Internasional berkembang dengan sangat pesat. Dimulai pada masa
pencerahan
atau
Renaissance,
memperokporandakanbelenggu
yang
kesatuan
merupakan
politik
dan
revolusi
rohani
keagamaan
Eropa.
yang
Teori-teori
telah
kemudian
3.
persamaan derajat.
Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti seorang
4.
kaisar pada zaman abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja.
Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil oper
5.
6.
7.
i. Hugo Grotius
Hukum Internasionalnya berlaku Hukum Alam yang telah terlepas dari pengaruh keagamaan dan
kegerjaan. Banyak didasarkan pada praktek Negara dan perjanjian Negara sebagai Sumber Hukum
Internasional.
1.
Perjanjian
melarang
perang
untuk
2.
mencapai
kepentingan
IV.
keadaan
yang
demikianlah
sehingga
beberapa
pihak
Bab
2.
Teori-teori
tentang
Dasar
Kekuatan
Mengikat
Hukum
Internasional
Jika pada kenyataannya hukum internasional tidak memiliki lembaga
legislatif, eksekutif, yudisial, maupun kepolisian tetapi pada kenyataannya pula
hukum internasional itu mengikat, maka timbul pertanyaan: mengapa hukum
internasional itu mengikat? Bagaimana penjelasannya?
Dalam hubungan ini telah timbul beberapa teori atau ajaran yang mencoba
memberikan landasan pemikiran tentang mengikatnya hukum internasional,
yaitu:
(1)Mazhab atau Ajaran Hukum Alam;
(2)Mazhab atau Ajaran Hukum Positif; dan
(3)Mazhab Perancis.
(1) Mazhab/Ajaran Hukum Alam.
Menurut Mazhab Hukum Alam, hukum internasional mengikat karena ia
adalah bagian dari hukum alam yang diterapkan dalam kehidupan bangsabangsa. Negara-negara tunduk atau terikat kepada hukum internasional dalam
hubungan antarmereka karena hukum internasional itu merupakan bagian dari
hukum yang lebih tinggi, yaitu hukum alam. Tokoh-tokoh dari mazhab ini,
antara lain, Hugo Grotius (Hugo de Groot), Emmeric Vattel, dll.
Kontribusi terbesar ajaran atau mazhab hukum alam bagi hukum
internasional adalah bahwa ia memberikan dasar-dasar bagi pembentukan
hukum yang ideal. Dalam hal ini, dengan menjelaskan bahwa konsep hidup
bermasyarakat internasional merupakan keharusan yang diperintahkan oleh akal
budi (rasio) manusia, mazhab hukum alam sesungguhnya telah meletakkan
dasar rasionalitas bagi pentingnya hidup berdampingan secara tertib dan damai
antarbangsa-bangsa di dunia ini walaupun mereka memiliki asal-usul keturunan,
pandangan hidup, dan nilai-nilai yang berbeda-beda.
Meskipun demikian, ia juga mengandung kelemahan yang cukup mendasar
yaitu tidak jelasnya apa yang dimaksud dengan hukum alam itu. Akibatnya,
pengertian tentang hukum alam itu menjadi sangat subjektif, bergantung pada
penafsiran masing-masing orang atau ahli yang menganjurkannya.
menjelaskan
bagaimana
jika
negara-negara
itu
secara
sepihak
Maksudnya,
bermaksud
mengatakan
bahwa
negara-negara
itu
telah
telah
berusaha
menjawab
kritik
terhadap
kelemahan
Mazhab/Teoeri Kehendak Negara, Mazhab/Teori Kehendak Bersama Negaranegara ini tetap saja mengandung kelemahan, yaitu:
Pertama,
mazhab
memuaskan
dimungkinkan
internasional
ini
tidak
terhadap
pertanyaan:
menarik
secara
mampu
persetujuan
sendiri-sendiri,
memberikan
kalaupun
untuk
penjelasan
yang
negara-negara
tidak
terikat
bagaimana
jika
kepada
hukum
negara-negara
internasional?
Apakah
dengan
demikian
berarti
hukum
yang
melekat
pada
mazhab-mazhab
yang
ada terlebih dahulu yang terlepas dari dikehendaki atau tidak oleh negara-negara
(aliran pemikiran ini kerap disebut sebagai aliran objektivist). Tokoh terkenal dari
aliran ini adalah Hans Kelsen yang mazhabnya dikenal dengan sebutan Mazhab
Wina (Vienna School of Thought).
Menurut Kelsen, ada dan mengikatnya kaidah hukum internasional
didasarkan oleh ada dan mengikatnya kaidah hukum lain yang lebih tinggi. Ada
dan mengikatnya kaidah hukum yang lebih tinggi itu didasarkan oleh ada dan
mengikatnya kaidah hukum yang lebih tinggi lagi. Demikian seterusnya hingga
sampai pada suatu puncak piramida
kaidah dasar (grundnorm) yang tidak lagi dapat dijelaskan secara hukum
melainkan harus diterima adanya sebagai hipotesa asal (ursprungshypothese).
Menurut Kelsen, kaidah dasar dari hukum internasional itu adalah prinsip atau
asas pacta sunt servanda.
Kelemahan dari mazhab atau teori ini adalah bahwa memang sepintas
tampak
bahwa
konstruksi
pemikiran
mazhab
ini
tampak
logis
dalam
tentang
dasar
mengikatnya
hukum
internasional
akhirnya
dikembalikan lagi kepada nilai-nilai kehidupan manusia di luar hukum yaitu rasa
keadilan dan moral yang berarti sama saja dengan mengembalikan dasar
mengikatnya hukum internasional itu kepada hukum alam.
Mazhab Perancis
Suatu mazhab yang mencoba menjelaskan dasar mengikatnya hukum
internasional dengan konstruksi pemikiran yang sama sekali berbeda dengan
kedua mazhab sebelumnya (Mazhab Hukum Alam dan Mazhab Hukum Positif)
muncul di Perancis. Karena itu, Mazhab ini dikenal sebagai Mazhab Perancis.
Pelopornya, antara lain, Leon Duguit, Fauchile, dan Schelle.
Dalam garis besarnya, mazhab ini meletakkan dasar mengikatnya hukum
internasional sebagaimana halnya bidang hukum lainnya pada faktor-faktor
yang mereka namakan fakta-fakta kemasyarakatan (fait social), yaitu berupa
faktor-faktor biologis, sosial, dan sejarah kehidupan manusia. Artinya, dasar
mengikatnya hukum internasional itu dapat dikembalikan kepada sifat alami
manusia sebagai mahluk sosial yang senantiasa memiliki hasrat untuk hidup
bergabung dengan manusia lain dan kebutuhan akan solidaritas. Kebutuhan dan
naluri sosial manusia sebagai individu itu juga dimiliki oleh negara-negara atau
bangsa-bangsa (yang merupakan kumpulan manusia). Dengan kata lain, menurut
mazhab ini, dasar mengikatnya hukum internasional itu, sebagaimana halnya
dasar mengikatnya setiap hukum, terdapat dalam kenyataan sosial yaitu pada
kebutuhan manusia untuk hidup bermasyarakat.
V.
Internasional
didasarkan
atas
pikiran
adanya
masyarakat
internasional yang terdiri atas sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka
dalam arti masing- masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat
internasional yang sederajat.
Hukum Nasional di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum
hukum Eropa, hukum Agama dan hukum Adat. Sebagian besar sistem yang
dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa kontinental,
khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang
merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia Belanda (NederlandschIndie). Hukum Agama, karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut
Islam, maka dominasi hukum atau Syari'at Islam lebih banyak terutama di bidang
perkawinan, kekeluargaan dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku
sistem hukum Adat, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat
dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah Nusantara.
Dalam perkembangan teori-teori hukum, dikenal dua aliran besar mengenai
hubungan antara hukum nasional dengan hukum internasional. Monisme dan
dualisme.
Untuk
memperjelas
hubungan
antara
hukum
Nasional
dan
Internasional, maka permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini adalah
bagaimana hubungan hukum nasional dan internasional.
Bab 1. Pengertian Hukum Internasional
Hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang
sebagian besar terdiri atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus
ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu juga harus ditaati dalam
hubungan- hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta yang juga
mencakup
(a)
organisasi
internasional,
hubungan
antara
organisasi
negara
atau
negara-negara
dan
hubungan
antara
organisasi
negara
atau
subyek
(Kusumaatmadja, 1999; 2)
hukum
bukan
negara
satu
sama
lain.
dari
pentingnya
hubungan
lintas
negara
disegala
sektor
kehidupan seperti politik, sosial, ekonomi dan lain sebagainya, maka sangat
diperlukan hukum yang diharap bisa menuntaskan segala masalah yang timbul
dari hubungan antar negara. Hukum Internasional ialah sekumpulan kaedah
hukum wajib yang mengatur hubungan antara person hukum internasional
(Negara dan Organisasi Internasional), menentukan hak dan kewajiban badan
tersebut serta membatasi hubungan yang terjadi antara person hukum tersebut
dengan masyarakat sipil.
Oleh
karena
itu
hukum
internasional
adalah
hukum
masyarakat
internasional yang mengatur segala hubungan yang terjalin dari person hukum
internasional serta hubungannya dengan masyarakat sipil. Hukum internasional
mempunyai
beberapa
segi
penting
seperti
prinsip
kesepakatan
bersama
hukum
internasional
memberikan
implikasi
hukum
bagi
para
dimana
hukum
internasional
mewajibkan
kepada
person
hukum
merupakan
fondasi
tertinggi
yang
mengatur
hubungan
KESIMPULAN
Menurut
teori
Dualisme,
hukum
internasional
dan
hukum
nasional,