Anda di halaman 1dari 8

PENGHENTIAN PENYIDIKAN

1. PELAKSANAAN
1. Penghentian penyidikan tindak pidana di perpajakan dilakukan dalam hal :
a. Karena tidak terdapat cukup bukti,
b. Peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan,
c. Perkara di tutup demi hukum :
 Bilamana tersangka meninggal dunia
 Perkara tergolong “nebis in idem” atau
 Kadaluarsa
2. Apabila dari hasil pemeriksaan terhadap tersangka dan atau saksi/saksi ahli dan
berdasarkan bukti-bukti yang ada ternyata memenuhi syarat-syarat seperti butir 1 di
atas, maka Penyidik Pajak segera membuat :
a. Laporan Kemajuan Pelaksanaan Penyidikan dikirimkan kepada Penyidik POLRI dan
Jaksa/Penuntut Umum.
b. Surat usul penghentian penyidikan dengan dilampiri tindasan Laporan Kemajuan
Pelaksanaan Penyidikan, diajukan kepada DJP untuk memperoleh persetujuan.
c. Apabila DJP menyetujui usul penghentian penyidikan, maka Penyidik Pajak
mempersiapkan Surat Instruksi Penghentian Penyidikan untuk ditandatangani oleh
DJP.
d. Berdasarkan instruksi penghentian penyidikan dari DJP, selanjutnya dibuat Surat
Ketetapan Penghentian Penyidikan yang ditandatangani oleh Penyidik Pajak, setelah
mendapat petunjuk tertulis dari Penyidik POLRI bahwa tidak terdapat cukup bukti
atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan.
e. Pemberitahuan mengenai penghentian penyidikan disampaikan kepada
Jaksa/Penuntut Umum, tersangka atau keluarganya melalui penyidik POLRI.

BAB VIII
PENYUSUNAN ISI BERKAS PERKARA DAN PEMBERKASAN
1. Persiapan
1. Pemberkasan adalah kegiatan untuk memberkaskan isi berkas perkara dengan syarat-
syarat yang ditentukan mengenai susunannya, penghimpunan, pengikatan, penyegelan
(lak) dan penomorannya.
2. Agar berkas perkara memenuhi persyaratan teknis administrative sebagaimana
dimaksud pada angka 1 di atas, maka terlebih dahulu dilakukan penelitian mengenai :
2.1. Kelengkapan administrasi penyidikan yang merupakan isi berkas perkara, yaitu :
 Sampul berkas perkara
 Daftar isi berkas perkara
 Laporan terjadinya tindak pidana di bidang perpajakan yang diterima
Penyidik Pajak
 Surat perintah penyidikan
 Pemberitahuan saat dimulainya penyidikan
 Berita acara pendapat/resume
 Daftar saksi/saksi ahli
 Berita acara pemeriksaan saksi/saksi ahli
 Berita acara pengangkatan sumpah saksi/saksi ahli
 Berita acara penghitungan kerugian Negara
 Daftar tersangka
 Berita acara pemeriksaan tersangka
 Surat tanda bukti penerimaan bahan bukti
 Surat perintah penyitaan
 Surat perintah penggeladahan
 Surat permintaan izin penggeledahan/penyitaan kepada ketua PN
setempat
 Surat permohonan persetujuan atas penggeledahan/penyitaan dalam
keadaan sangat perlu dan mendesak.
 Surat izin penggeledahan dan atau penyitaan dari ketua PN setempat.
 Surat persetujuan penggeledahan/penyitaan dalam keadaan sangat
perlu dan mendesak
 Berita acara penggeledahan
 Berita acara penyitaan bahan bukti
 Berita acara pengembalian bahan bukti yang disita
 Surat penunjukan saksi ahli
 Surat panggilan
 Berita acara penyegelan (lak) barang bukti
 Daftar barang bukti
2.2. Alat-alat untuk pemberkasan, yaitu :
 Tali untuk mengikat berkas perkara
 Jarum untuk menjahitkan benang/tali untuk mengikat label barang bukti
 Lak
 Cap PPNS DJP yang terbuat dari logam
 Lilin, korek api
 Perforator/pembolong kertas
 Kertas sampul
2.3. Mencocokkan barang bukti yang tercantum dalam berita acara penyitaan yaitu
apakah telah sesuai dengan yang disimpan di tempat penyimpanan benda sitaan
guna pembuatan daftar barang bukti
2. Pelaksanaan
1. Penyusunan isi berkas perkara:
a. Isi berkas perkara, disusun sesuai dengan urutan yang dimaksud angka 2.1.
dengan memperhatikan kelengkapan.
b. Lembaran kelengkapan administrasi yang tidak diperlukan jangan digabungkan
dimasukkan ke dalam berkas perkara, namun tetap disusun dan diarsipkan
secara tertib.
2. Pemberkasan :
Setelah kelengkapan administrasi lengkap maka dilakukan pemberkasan.
3. Jumlah berkas :
Berkas perkara dibuat rangkap 6 (enam) dengan rincian sbb:
a. 4 berkas masing-masing untuk Penyidik POLRI sebagai Korwas PPNS, Jaksa
Penuntut Umum yang menangani perkara tersebut dan Jaksa Agung Muda
Tindak Pidana Khusus serta untuk PN.
b. 1 berkas untuk Dir. Pemeriksaan Pajak
c. 1 berkas untuk Kantor Wilayah Direktorat Pajak yang terkait
d. Apabila penyidikan dilakukan oleh unit pemeriksaan pajak, maka perlu 1
tambahan berkas untuk arsip seksi penyidikan pada unit pemeriksaan dan
penyidikan pajak tersebut.
4. Pembuatan bagan modus operandi dan matrik berkas perkara.
5. Gelar perkara dilakukan oleh penyidik pajak di hadapan pejabat DJP yang member
masukan dan juga sebagai pertanggungjawaba atas penugasan yang diberikan.
6. Gelar perkara juga dilakukan di hadapan pejabat penyidik POLRI atau jaksa/penuntut
umum atas permintaan mereka.

BAB IX
PENYERAHAN BERKAS PERKARA, BARANG BUKTI DAN
TERSANGKA KEPADA JAKSA/PENUNTUT UMUM MELALUI
PENYIDIK POLRI
1. Persiapan
Sebelum berkas perkara diserahkan kepada jaksa/penuntut umum melalui penyidik POLRI,
perlu dilakukan persiapan sbb :
1. Berkas perkara
Berkas perkara sebelum diserahkan kepada jaksa/penuntut umum melalui penyidik
POLRI harus diteliti ulang terlebih dahulu, yaitu apakah sudah memenuhi syarat teknis
maupun administrative sebagaimana diatur dalam petunjuk teknis tentang Isi Berkas
Perkara dan pemberkasan
2. Barang bukti
Diserahkan kepada jaksa/penuntut umum melalui penyidik POLRI oleh penyidik pajak
supaya diteliti kelengkapan jumlah dan jenis.
3. Tersangka
Mempersiapkan tersangka oleh POLRI untuk diserahkan kepada jaksa/penuntut umum .
4. Surat pengantar
Mempersiapkan surat pengantar pengiriman berkas perkara, penyerahan barang bukti
dan penyerahan tersangka dan sekaligus dipersiapkan pula tanda terima.
5. Petugas dan transportasi
Mempersiapkan petugas yang dapat dipercaya dan transportasi yang aman.
2. Pelaksanaan
1. Setelah pemberkasan, atasan penyidik pajak dengan surat pengantar pengiriman yang
sudah dipersiapkan dan ditandatanganinya, segera menyerahkan berkas perkara kepada
penyidik POLRI/jaksa/penuntut umum dalam rangkap 4.
2. Surat pengantar tersebut dicantumkan :
2.1. Nomor dan tanggal berkas perkara
2.2. Jumlah berkas perkara yang dikirim
2.3. Nama, umur, pekerjaan/jabatan dan alamat tersangka
2.4. Jumlah dan jenis barang bukti
2.5. Tindak pidana dan pasal yang dipersangkakan
2.6. Hal-hal lain yang dianggap perlu.
3. Pengiriman berkas perkara dicatat dalam buku ekspedisi, disertai dengan surat tanda
terima berkas,tanggal penerimaan, nama terang dan NIP petugas POLRI/kejaksaan yang
menerimanya.
Jika dalam 14 hari tidak dikembalikan sejak berkas diterima, maka berkas tersebut dapat
diterima tanpa koreksi. Jika belum dianggap sempurna maka berkas dikembalikan dalam
waktu 14 hari tersebut kepada penyidik pajak tersebut.
4. Berkas tersebut dibungkus rapi dengan kertas sampul dan ditulis kata-kata:
5. Jika dalam 14 hari tersebut penyidik POLRI/jaksa/penuntut umum tidak mengembalikan
berkas, atau sebelum 14 hari lewat diberitahukan bahwa berkas sudah lengkap maka
penyidikan dianggap selesai dan penyidik pajak menyerahkan tanggung jawab barang
bukti kepada jaksa melalui penyidik POLRI dengan tembusan :
a. Mabes POLRI cq.Dir. Reserse
b. Ketua PN setempat.
c. Penanggung jawab penyimpanan barang sitaan.
6. Jika dalam waktu 14 hari berkas perkara dikembalikan kepada Penyidik pajak oleh
penyidik POLRI/jaksa/penuntut umum, maka penyidik pajak segera menyempurnakan
berkas perkara tersebut sesuai petunjuk.
7. Berkas tersebut harus dikembalikan kepada peyidik POLRI/jaksa/penuntun umum dalam
waktu yang telah ditetapkan mereka.
8. Sebelum adanya rumah penyimpana benda sitaan Negara, tersangka dan barang bukti
diserahkan secara fisik kepada kejaksaan negeri setempat melalui POLRI.
9. Bersamaan dengan no.8 maka tersangka dibertahukan secara bahwa perkaranya telah
diserahkan kepada Kepala kejaksaan negeri dan ketua pengadilan negeri setempat.
10. Penyerahan tersangka dan barang bukti disertai dengan surat pengantar dan dicatat
dalam buku ekspidisi yang ditandatangani oleh penyidik POLRI/jaksa penuntut umum
yang menerimanya, dengan nama terang, NRP/NIP, tanggal dan cap dinasnya.
11. Penyerahan tersebut harus dibuatkan berita acara yang ditandatangani oleh penyidik
pajak dan penyidik POLRI/jaksa penuntut umum serta penanggung jawab RUPBASAN.
12. Penyidik pajak memantau/memonitor penuntutan perkara di depan pengadilan.

PENGHENTIAN PENYIDIKAN
Tidak terdapat cukup bukti,

KRITERIA PENGHENTIAN PENYIDIKANbukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan,

Perkara ditutup demi hukum: meninggal dunia, “nebis in idem”, kadaluarsa

Jika memenuhi
kriteria2 di atas,
Penyidik akan:

Membuat
Kemajuan Pelaksanaan Penyidikan Surat
(LKPP) usul Penyidik
kepada penghentian penyidikan
POLRI & lamp.tindsan
dan Jaksa/Penuntut UmumLKPP diajukan kpd Dirjen Pajak utk dis

entian Penyidikan yg dtdtgni Penyidik Pajak Penyidik


Jk disetujui, (ptjuk trtlis
akandrmembuat
POLRI bhw tdk Instruksi
Surat ckp bukti Penghentian
atau bukan TPP
Penyidikan yg akan dtdtgni Dirjen

nghentian Pemeriksaan kpd Jaksa/Penuntut Umum, trsngka/Keluarganya mlalui Penyidik POLRI

BAB 8

BAGAN PENYUSUNAN ISI BERKAS PERKARA DAN PEMBERKASAN


Pemberkasan
Kelengkapan Administrasi
TAHAP PERSIAPAN

Penelitian Alat Pemberkasan

Mencocokkan brg bukti

Pemberkasan (6 rangkap)
Penyusunan isi berkas perkara
TAHAP PELAKSANAAN

Pejabat DJP
Bagan modus operandi & matriks berkas perkara
Gelar Perkara
Penyidik POLRI

BAB 9

PENYERAHAN BERKAS PERKARA, BARANG BUKTI, DAN TERSANGKA KEPADA


JAKSA/PENUNTUT UMUM MELALUI PENYIDIK POLRI

Berkas Perkara

Barang Bukti

TAHAP PERSIAPAN Tersangka

Surat Pengantar

Petugas & Transport.


TAHAP PELAKSANAAN

Penyidik Pajak Penyidik POLRI/Jaksa/Penuntut Umum Kepala Kejaksaan Negeri

Surat Pengantar yg dtdtgani Surat Pengantar

Berkas Perkara
Berkas Perkara

Dicatat dlm buku ekspdisi


disertai surat tanda terima
berkas perkara

d belum
Berkas Perkara sempurna?

sudah

Berkas Perkara (dibungkus rapi)


disempurnakan

Tersangka & brg bukti Tersangka & brg bukt


serta srt pgantar serta srt pgantar

1
3
ditandatangani BA Penyidikan BA Penyidikan
2

Anda mungkin juga menyukai