Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
Aminah Tuzahra
NIM : 107051102738
KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1432 H / 2011 M
LEMBAR PERNYATAAN
Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti karya ini hasil jiplakan dari hasil karya orang
lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam
Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Aminah Tuzahra
ABSTRAK
Aminah Tuzahra
107051102738
Analisis Semiotik Film Biola Tak Berdawai
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, pemilik alam semesta.
Alangkah tak berdayanya semua makhluk dihadapan-Mu, Dzat yang Maha Kuasa,
Dzat yang Maha Mengatur, sehingga dengan Rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam kepada Nabi
Muhammad SAW, sebagai nabi akhir zaman yang menjadi suri teladan bagi
seluruh umat manusia.
Tahap demi tahap dengan selalu memohon ridlo kepada Allah SWT,
akhirnya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini, dengan didukung oleh
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Ibuku tercinta, Fathiyah Duryad Reso Radin dan almarhum bapakku,
Muslim Salimin, atas segala ridlo dan ketangguhannya mendidikku. Ini
bukan akhir perjalanan hidupku untuk membahagiakan kalian.
2. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi; Bapak Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku Pembantu
Dekan I; Bapak Drs. Mahmud Djalal, M.A selaku Pembantu Dekan II;
serta Bapak Drs. Study Rizal LK, M.A selaku Pembantu Dekan III.
3. Bapak Dr. Suhaimi, M.Si, selaku Dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan waktu, motivasi, doa dan ilmu kepada penulis.
4. Ibu Rubiyanah, M.A, selaku Ketua Konsentrasi Jurnalistik, beserta Ibu
Ade Rina Farida, M.Si, selaku Sekretaris Konsentrasi Jurnalistik.
5. Seluruh Dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kepada Ibu Sekar Ayu Asmara, selaku sutradara film Biola Tak Berdawai,
yang banyak membantu demi terselesaikannya skripsi ini.
7. Kepada kru Kalyana Shira Film, atas segala bantuan dan partisipasinya.
8. Keluargaku tercinta, Siti Widiyastuti Muslim, Arif Rahman Muslim, MF
Amin Fauzi Muslim, Hasan Alwi Muslim, M. Lutfi Muslim, Sholahuddin
Muslim, Husni Mubarok Muslim, Yuyun Nazili, dan Ayu Irawati
Wulandari, serta kedua keponakanku, Savira Layyina Rizqa dan Vara
Lubhna Aghnia. Terima kasih atas segala dukungan kepada penulis, baik
moril maupun materil.
9. Segenap karyawan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
10. Segenap guru SDN Dukuh 09 Pagi Jak-Tim, MTs NU Banat Kudus JaTeng, dan MAK Futuhiyyah-1 Mranggen Ja-Teng yang turut membantu
demi terselesaikannya skripsi ini.
11. Teman-teman Jurnalistik angkatan 2007: Ika, Cahya, Mawa, Zahro, Ririn,
Zabrina, Yanti, Dita, Nana, Nunu, Sintia, Lola, Nia, Silvi, Nadia, Andi,
Wahyu, Ajat, Iqbal, Miral, Kiki, Helmi, Taufik, Rezza, Munir, Dodo,
Nujumul, Fajar, Iman, Era dan Zainal. Terima kasih atas kebersamaannya
selama ini. Spesial untuk Ahmad Syafiul Alam, yang telah banyak
membantu, meluangkan waktu, dan memberikan motivasi.
Serta rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih
atas segala dukungan dan perhatian kalian.
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi
penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI..
DAFTAR TABEL..
DAFTAR GAMBAR.
i
ii
v
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN.
A. Latar Belakang Masalah
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
D. Metodologi Penelitian
E. Tinjauan Kepustakaan...
F. Sistematika Penulisan
1
1
4
4
5
7
8
10
10
28
28
34
39
48
48
49
51
55
55
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran..
86
86
87
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
88
90
60
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 : Trikotomi Ikon/ Indeks/ Simbol dari Charles Sanders Pierce
Tabel 2 : Peta Tanda Roland Barthes...
Tabel 3 : Scene 2...
Tabel 4 : Scene 5
Tabel 5 : Scene 8
Tabel 6 : Scene 10..
Tabel 7 : Scene 24..
Tabel 8 : Scene 25..
Tabel 9 : Scene 40..
Tabel 10: Scene 41..
Tabel 11: Scene 62.
Tabel 12: Scene 73.
32
37
60
63
66
69
71
73
76
79
81
83
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1 : Mbak Wid Bermain Kartu Tarot..
Gambar 2 : Renjani akan Menghadiri Acara Pemakaman.
Gambar 3 : Renjani dan Dewa Berjalan-jalan di Pematang Sawah
Gambar 4 : Renjani Berbincang dengan Mbak Wid..
Gambar 5 : Renjani Menari Ballet untuk Dewa.
Gambar 6 : Mbak Wid Bermain Kartu Tarot.
Gambar 7 : Renjani Berbincang dengan Bhisma...
Gambar 8 : Renjani Menari Ballet Diiringi Alunan Biola Bhisma
Gambar 9 : Mbak Wid Bermain Kartu Tarot.
Gambar 10: Bhisma dan Dewa ke Pusara Makam Renjani
61
63
66
69
71
74
77
79
81
83
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr, Teori Komunikasi: Sejarah, Metode, dan
Terapan di Dalam Media Massa, ed. 5, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 57.
2
D.A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), cet. 1, h.146.
William L. Rivers, jay W. Jensen, dan Theodore Peterson, Media Massa dan
Masyarakat Modern, (Terj.) oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. (Jakarta:Prenada Media,
2004), ed. 2, cet. 2, h.291.
adalah sebagai musik Terpuji yang digarap oleh Addie MS. Selanjutnya
MTV Indonesia menggelar pula ajang bergengsi untuk insan film Indonesia,
yang dikenal dengan MTV Indonesia Movie Awards. Dari 5 nominasi Most
favorite yang direncanakan, BTB yang berdurasi 97 menit masuk 4
nominasi yang berasal dari pemilihan seratus jurnalis yaitu: Most Favorite
Actor (Nicolas Saputra), Most Favorite Actress (Ria Irawan), Most Favorite
Supporting Actor (Dicky Lebrianto), Most Favorite Supporting Actress
(Jajang C. Noer). Dari berbagai macam ajang penghargaan perfilman
tersebut, jelas bahwa film Biola Tak Berdawai memiliki kualitas yang
cukup diperhitungkan dan diakui dalam perfilman di dalam maupun di luar
negeri4.
Dalam film ini, ada scene yang menggambarkan tentang seorang
anak yang lahir dalam keadaan yang tidak normal. Seorang anak yang
dilahirkan dengan jaringan otak yang rusak berat. Selain itu, dia juga
mempunyai kecendrungan autisme dan penyandang tuna wicara. Tubuhnya
kerdil, kepalanya selalu tertunduk ke bawah dengan tatapan mata yang
hampa. namun pada suatu hari, anak yang menderita ketidak normalan itu
mendadak mengangkat kepalanya, untuk yang pertama kalinya. hal ini
dikarenakan setelah ia mendengarkan lagu dan tarian. Inilah yang membuat
penulis tertarik untuk sedikit menyajikan unsur komunikasi non verbal
dalam film ini. Bahwa ternyata pentingnya mempelajari komunikasi non
verbal disamping komunikasi verbal yang telah kita miliki sejak lahir.
Semua ini terbingkai apik dalam film besutan sutradara Sekar Ayu Asmara.
4
Ismail Fahmi, Biola Tak Berdawai,artikel ini diakses pada 17 Juli 2011 dari
cafe.degromiest.nl/wp/archives/30.
Ini adalah drama kemanusiaan yang mengisahkan cinta lebih besar dari
segalanya, bahwa cinta bisa membuat harapan yang tidak mungkin bisa
menjadi kenyataan. Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik
untuk menyusun skripsi ini dengan judul: Analisis Semiotik Film Biola
Tak Berdawai
B.
C.
lain,
khususnya
dikalangan
mahasiswa.
Untuk
D.
Metodologi Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif ini digunakan dengan pertimbangan bahwa penelitian ini
nantinya akan menganalisis pesan yang disampaikan dalam film BTB,
Sedangkan taraf analisis dalam penelitian ini adalah deskriptif.
Penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dan
penjelasan terkait dengan rumusan masalah.
2.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab semua
pertanyaan yang ada, dan untuk menemukan hasil yang sesuai ialah
metode analisis semiotik. Semiotik merupakan teori yang membahas
tanda-tanda.
Akan tetapi, yang akan dibahas lebih lanjut adalah tanda-tanda
yang dihasilkan oleh manusia. Melihat sebenarnya manusia hidup
Objek Penelitian
Objek penelitian adalah film Biola Tak Berdawai besutan
sutradara Sekar Ayu Asmara yang dirilis pada tahun 2003.
4.
pengamatan
langsung
melalui
media
yang
Unit Analisis
Unit analisis penelitiannya adalah potongan gambar atau teks
yang terdapat dalam film Biola Tak Berdawai yang berkaitan dengan
rumusan masalah dan penelitian.
6.
Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Januari hingga Mei 2011.
7.
E.
Tinjauan Kepustakaan
Tinjauan kepustakaan yang menjadi rujukan penulis, yaitu:
1.
Analisis Semiotika Film Turtle Can Fly oleh Istianah tahun 2009,
jurusan Jurnalistik, UIN Jakarta.
2.
yang membedah tentang Film dan Foto. Di sini penulis bermaksud, untuk
mengetahui persamaan dan perbedaan diantara kedua skripsi tersebut.
Masing-masing menggunakan teknik analisis semiotika model Roland
Barthes.
Selain itu peneliti juga mencari data-data dan artikel di internet dan
skripsi lain yang mungkin terdapat ketidaksengajaan sama dengan judul ini.
Peneliti
menemukan
sebuah
abstrak
di
internet
yaitu
Universitas
Muhammadiyah
Malang,
namun
peneliti
tidak
F.
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah proses penelitian ini, penulis menguraikan
beberapa hal pada penulisan yang terdiri dari lima bab dengan beberapa subbabnya. Sistematika penulisan skripsi ini berdasarkan pada buku pedoman
penulisan Karya Ilmiah UIN ( Skripsi, Tesis, dan Disertasi Karya hamid
Nasuhi dkk), yaitu sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang masalah, batasan dan Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian, Metodologi Penelitian, Tinjauan Kepustakaan dan
Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN TEORITIS
Bab ini menguraikan Tinjauan umum Film; Pengertian Film, Sejarah dan
Perkembangan Film, Jenis dan Klasifikasi Film, Unsur-unsur Pembentuk
Film, Struktur Film, Film Suatu Medium Ekspresi dan Komunikasi, Teknik
Pengambilan Gambar; Konsep Umum Semiotik, Konsep Semiotik Roland
Barthes serta Tinjauan Umum tentang Komunikasi Non Verbal.
BAB III GAMBARAN UMUM FILM BIOLA TAK BERDAWAI
Bab ini menggambarkan secara umum film Biola Tak Berdawai karya Sekar
Ayu Asmara, terdiri dari biografi Sekar Ayu Asmara dan karya-karyanya,
Sinopsis Cerita serta Profil Tokoh.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini memfokuskan pada data dan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menyampaikan uraian singkat berupa kesimpulan dan saran penulis
atas permasalahan yang diteliti.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Pengertian Film
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut movie. Film,
secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber
dari kata kinematik atau gerak. Film juga sebenarnya merupakan
lapisan-lapisan cairan selulosa, biasa di kenal di dunia para sineas
sebagai seluloid. Pengertian secara harafiah film (sinema) adalah
Cinemathographie yang berasal dari Cinema + tho = phytos (cahaya) +
graphie = grhap (tulisan = gambar = citra), jadi pengertiannya adalah
melukis gerak dengan cahaya. Agar kita dapat melukis gerak dengan
cahaya, kita harus menggunakan alat khusus, yang biasa kita sebut
dengan kamera.5
Definisi Film Menurut UU 8/1992, adalah karya cipta seni dan
budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar
yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita
seluloid,
pita
video,
piringan
video,
dan/atau
bahan
hasil
artikel ini
David Summerton, Definisi Film artikel ini diakses pada 11 Mei 2011 dari Ayanona.
Tumblr.com.
7
D.A. Peransi, Film/Media/Seni, (Jakarta: FFTV-IKJ Press, 2005), cet. 1, h.146.
8
Ibid, h.28.
9
Ibid, h.29.
2.
a.
b.
Film Dokumenter
c.
d.
Film Kartun
e.
10
YS. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo,
1998), h. 11-12.
11
Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, (Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009), h. 1.
12
John Vivian, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Kencana, 2008), ed. 8, h.161.
William L. Rivers, jay W. Jensen, dan Theodore Peterson, Media Massa dan
Masyarakat Modern, Edisi kedua, (Terj.) oleh Haris Munandar dan Dudy Priatna. (Jakarta:
Prenada Media, 2004), cet. 2, h.198.
14
Misbach Yusran Biran, Sejarah Film 1900-1950: Bikin Film di Jawa, (Jakarta:
Komunitas Bambu, 2009), h. xv.
b.
c.
d.
e.
f.
15
YS. Gunadi dan Djony Heffan, Himpunan Istilah Komunikasi, (Jakarta: PT Grasindo,
1998), h. 11-12.
3.
Jenis-Jenis Film
Jika dilihat dari isinya, film dibedakan menjadi jenis film
fiksi dan non fiksi. Sebagai contoh, untuk film non fiksi adalah
film dokumenter yang menjelaskan tentang dokumentasi sebuah
kejadian alam, flora, fauna maupun manusia. Adapun penjelasan
dari jenis-jenis film itu sebagai berikut:
1)
2)
3)
Klasifikasi Film
Menurut Himawan Pratista dalam buku Memahami Film-nya,
metode yang paling mudah dan sering digunakan untuk
mengklasifikasi film adalah berdasarkan genre, yaitu klasifikasi
dari sekelompok film yang memiliki karakter atau pola sama
(khas) sebagai berikut17:
1)
2)
dramatik,
dan
mampu
menguras
air
mata
4)
16
17
Ibid, h. 13-20.
4-8.
5)
6)
7)
8)
9)
yang
ditimbulkan
oleh
aksi
perang
dengan
4.
b)
c)
d)
Suara, yakni segala hal dalam film yang mampu kita tangkap
melalui indera pendengaran.
Film juga mengandung unsur-unsur dramatik. Unsur dramatik
1-2.
5.
Struktur Film20
Esensi dari struktur film terletak pada pengaturan berbagai unit
cerita atau ide sedemikian rupasehingga mudah dipahami. Struktur
adalah blueprint; kerangka desain yang menyatukan berbagai unsur
film dan merepresentasikan jalan pikiran dari pembuat film. Struktur
terdapat dalam semua bentuk karya seni. Pada film ia mengikat aksi
(action) dan ide menjadi satu kesatuan yang utuh.
Struktur yang baik adalah struktur yang sederhana tapi penuh
relief. Struktur yang sederhana berhubungan dengan kontinyuitas fisik,
yaitu: anak dilahirkan, hidup sebagai orang dewasa, kemudian mati. Ini
mengandaikan adanya permulaan, pengembangan dan akhir. Variasi
dari urutan ini banyak sekali, misalnya suatu akhir dapat dijadikan
permulaan dalam hal kilas balik flashback umpamanya.
19
h.100-103.
20
b.
c.
Tekaan: Berhubungan dengan atau menentukan posisi dari unitunit pertama dan sampingan, hubungan yang satu terhadap yang
lain. Tekanan menentukan juga proporsi dari unit-unit itu
sehingga menjadi jelas nilai dari berbagai unit tersebut.
d.
b.
c.
d.
2.
awal
dari
kekuatan-kekuatan
yang
saling
bertentangan.
3.
4.
5.
6.
7.
Rising
action
atau
tanjakan
aksi:
bagian
cerita
yang
9.
10.
11.
Kesimpulan: dalam tahap ini semua pertanyaan dijawab, masalahmasalah utama dan sampingan dipecahkan dan diatasi.
6.
21
mengekspresikan
arti
dan
bersifat
lebih
abstrak,
film
7.
22
h. 55.
Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional, (Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1,
2)
3)
4)
5)
6)
obyek
kecil
lainnya.
Teknik
ini
mampu
23
104-106.
b.
High Angle
Low Angle
24
Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1,
h. 49.
25
Ibid, h. 50.
Eye Level
Frog Level
permukaan
tempat
objek
berdiri,
seolah-olah
B.
Konsep Semiotik
Semiotika sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial
memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar
yang disebut dengan tanda. Dengan demikian, semiotik mempelajari
hakikat tentang keberadaan suatu tanda.28
Secara sederhana semiotika adalah ilmu tentang tanda-tanda.
Semiotika mempelajari sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi
yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.29
Studi sistematis tentang tanda-tanda dikenal sebagai semiologi.
Arti harfiahnya adalahkata-kata mengenai tanda-tanda. Kata semi
26
Yannes Irwan Mahendra, Dari Hobi jadi Profesional,(Yogyakarta: Andi, 2010), ed. 1,
h. 49.
27
Ibid, h.50.
Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 6, h.87.
29
Rahmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2006),ed. 1, h. 261-262.
28
Linguistik.
Bahasa
adalah
suatu
sistem
tanda
yang
suatu
tanda
dan
bagaimana
hukum-hukum
itu
mengaturnya.31
Untuk menyederhanakannya kemudian Umberto Eco dalam
bukunya A Theory of Semiotics menjelaskan dan mempertimbangkan,
bahwa semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai
tanda-tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati
(dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu lainnya.
Segala sesuatu ini tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau
mengaktualisasikan
30
perihal
dimana
dan
kapan
suatu
tanda
segala
sesuatu
tidak
dapat
dipakai
untuk
menceritakan
tanda,
namun
mereka
tidak
32
yang
didasarkan
pada
pandangan
Pertama
Saussure
yang
Petanda
Citra-bunyi
konsep
36
Alex Sobur, Analisis teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), cet. 6, h.123.
37
Sumbo Tinarbuko, Semiotika Komunikasi Visual; Metode Analisis Tanda dan Makna
pada Karya Desain Komunikasi Visual, (Yogyakarta: Jalasutra, 2008), cet. 2, h. 11.
38
Arthur Asa Berger, Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan
Kontemporer,Edisi Baru, (Yogyakarta: tiara wacana, 2010), cet. 1, h. 13-14.
Tanda
Ikon
Ditandai
Persamaaan
dengan
(kesamaan)
Contoh:
Proses
Indeks
Simbol
Gambar-gambar
Asap/api
Kata-kata
Patung-patung
Gejala/penyakit
Isyarat
tokoh besar
(Bercak
Foto Reagen
merah/campak)
Dapat dilihat
Dapat
diperkirakan
Harus
dipelajari
39
berpikir dengan
medium
40
44
Aart Van Zoest, Interpretasi dan Semiotika, (Terj.) oleh Okke K.S Zaimar dan Ida
Sundari Husein dalam Panuti Sujiman dan Aart van Zoest, (Ed) Serba-Serbi Semiotika, (Jakarta:
Gramedia, 1991), h.1.
tentang semua sistem tanda (atau tentang semua sistem simbol), sistemsistem itu bisa membuat manusia bisa berkomunikasi diantara mereka.45
Roland Barthes lahir tahun 1915 dari keluarga menengah Protestan
di Cherbourg dan dibesarkan di Bayonne, kota kecil dekat pantai Atlantik
di sebelah barat daya Prancis. Dia dikenal sebagai salah seorang pemikir
strukturalis yang rajin mempraktikkan model linguistik semiologi
Saussure.46Saussure tertarik pada cara kompleks pembentukan kalimat
dan cara bentuk-bentuk kalimat menentukan makna, tetapi kurang
tertarik pada kenyataan bahwa kalimat yang sama bisa saja
menyampaikan makna yang berbeda situasinya. Roland Barthes
meneruskan pemikiran tersebut yang dikenal dengan istilah order of
signification.47
Bagi Roland Barthes yang juga mengikuti Saussure, maka secara
prospektif objek semiologi adalah semua sistem tanda, entah apapun
substansinya, apapun batasannya (limit): gambar, gerak tubuh, bunyi
melodis, benda-benda, dan pelbagai kompleks yang tersusun oleh
substansi yang bias ditemukan dalam ritus, protokol, dan tontonan
sekurangnya merupakan sistem signifikasi (pertandaan), kalau bukan
merupakan bahasa (langage).48
Pada mulanya Mounin dan Barthes membatasi medan riset
semiologi dengan menetapkan: medan semiologi berisi sistem-sistem
45
didalamnya
beroprasi
makna
yang
bersifat
implisit
dan
tersembunyi.51
49
2. Signified
(petanda)
4.Connotative signifier
5.Connotative
(penanda konotatif)
signified
(petanda konotatif)
Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri
atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan,
tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal
tersebut merupakan unsur material: hanya jika anda mengenal tanda
sign, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian
menjadi mungkin.52
Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki
makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif
yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan
Barthes yang berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang
berhenti pada penandaan dan tatanan denotatif. Konotasi dan denotasi
sering dijelaskan dalam istilah tingkatan representasi atau tingkatan
52
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet. 2,h. 69.
2.
53
C.
55
56
94.
224.
57
6.19.
Ibid. h. 308.
Sasa Djuarsa Sendjaja. Pengantar Komunikasi, (Universitas Terbuka (UT)),. h. 6.3-
Complementing
2.
Accenting
3.
Contradicting
4.
Repeating
5.
Regulating
6.
Substituting
Menurut Samovar dalam suatu komunikasi, perilaku non verbal
pengganti
(subtitution),
pengaturan
(regulation),
60
Akhmad Farhan, Komunikasi Nonverbal, artikel ini diakses pada 17 Juli 2011 dari
akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/.../komunikasi-nonverbal...
61
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, (Universitas Terbuka (UT)), h. 6.316.33.
Pesan Kinesik
Pesan kinesik merupakan bentuk komunikasi non verbal
yang menggunakan gerakan tubuh yang berarti. Terdiri dari tiga
komponen utama, yaitu:
a.
dapat
menyampaikan
paling
sedikit
sepuluh
dan
tekad.
Sementara
itu
Leathers
b.
c.
2)
Pesan proksemik
Pesan proksemik merupakan pesan yang disampaikan
melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan mengatur
jarak bagaimana kita mengungkapkan keakraban kita dengan
orang lain.
2)
Touching (sentuhan)
Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut
bentuknya sentuhan badan dibagi atas tiga macam berikut :
Kinestheic
ialah
isyarat
yang
ditunjukkan
dengan
62
3)
Paralanguage
Ialah isyarat yang ditimbulkan dari tekanan atau irama suara
sehingga penerima dapat memahami sesuatu di balik apa yang
diucapkan. Misalnya datanglah bisa diartikan betul-betul
mengundang kehadiran kita atau sekedar basa-basi tergantung
intonasi suara kita.
4)
Diam
Berbeda dengan tekanan suara, sikap diam juga merupakan kode
non verbal yang mempunyai arti. Max Picard menyatakan bahwa
diam tidak semata-mata mengandung arti bersikap negative, tetapi
bisa juga melambangkan sikap positif.
5)
Postur Tubuh
Orang lahir ditakdirkan dengan berbagai bentuk tubuh. Well dan
Siegel dua orang ahli psikologi melalui studi yang mereka
lakukan, membagi bentuk tubuh atas tiga tipe, yakni ectomophory
dilambangkan sebagai orang yang mempunyai sikap ambisi,
pintar, kritis dan sedikit cemas. Mesomorphy dilambangkan
sebagai pribadi yang cerdas, bersahabat, aktif dan kompetitif, dan
endomorphy digambarkan sebagai pribadi yang humoris, santai
dan cerdik.
7)
9)
Warna
Warna juga memberi arti terhadap suatu objek. Hampir semua
bangsa di dunia memiliki arti tersendiri pada warna. Hal ini bisa
dilihat pada bendera nasional masing-masing, serta upacaraupacara ritual lainnya yang sering dilambangkan dengan warnawarni.
10)
Waktu
Waktu mempunyai arti tersendiri dalam kehidupan manusia. Bagi
masyarakat tertentu, melakukan suatu pekerjaan sering kali
dikaitkan dengan waktu. Misalnya membangun rumah, menanam
padi, melaksanakan perkawinan, membeli sesuatu dan sebaginya.
11)
Bunyi
Apabila paralanguage dimaksudkan sebagi tekanan suara yang
keluar dari mulut untuk mejelaskan ucapan verbal, banyak bunyibunyian yang dilakukan sebagai tanda isyarat yang tidak dapat
digolongkan sebagai paralanguage. Misalnya bersiul, bertepuk
tangan, bunyi terompet, letusan senjata, beduk, sirine dan
sebagainya.
12)
Bau
Bau juga digunakan sebagi kode non verbal. Selain digunakan
untuk melambangkan sesuatu seperti kosmetik, bau juga dapat
dijadikansebagi petunjuk arah. Misalnya posisi bangkai, bau karet
terbakar dan sebagainya.
BAB III
Gambaran Umum Film Biola Tak Berdawai
A.
menjadi
film
layar
lebar
oleh
Joko
Anwar.
email: xekarayu@gmail.com.
Renjani
Tokoh Renjani yang diperankan Ria Irawan merupakan pemeran
utama dalam film BTB. Tipologi Renjani tergolong sederhana,
berkarakter lembut, dan penyanyang. Seorang wanita yang berprofesi
sebagai penari balet ini mengalami pemerkosaan oleh lelaki yang
dicintainya namun sayangnya tidak bertanggung jawab. Anak yang
dikandungnya sengaja ia aborsikan. Kemudian, karena malu di hina
oleh masyarakat sekitar, ia pun berniat berhijrah ke Yogyakarta.
Renjani tidak memiliki orang tua bahkan saudara kandung dan
kerabat dekat. Dalam perjalanan menuju Yogya, ia bertemu dengan
seorang wanita yang membawa seorang anak dalam dekapannya.
Wanita tersebut kemudian menitipkan anaknya kepada Renjani,
karena ia tak mampu untuk merawatnya. Renjani pun tak bias
mengelak, ia luluh dengan keadaan mereka. Diterimanya anak
tersebut, Renjani tahu bahwa anak tersebut terlahir dalam keadaan
yang tidak normal. Renjanipun berniat untuk membesarkannya.
b.
Bhisma
Nicholas Saputra begitu apik memerankan tokoh Bhisma. Lelaki
muda seorang pemain biola yang memiliki karakter baik, ramah dan
mudah bergaul.
Mbak Wid
Tokoh mbak wid yang diperankan oleh Jajang C.Noer ini adalah
seorang dokter anak yang bertempat tinggal di Kota gede,
Yogyakarta. Wanita yang lahir dari seorang ibu yang bekerja sebagai
Wanita Tuna Susila (WTS) ini, selalu bertekad dan bercita-cita untuk
bisa
Dewa
Dewa merupakan seorang anak yang dilahirkan dengan jaringan
otak yang rusak berat. Selain itu, dia juga mempunyai kecendrungan
autisme dan penyandang tuna wicara. Tubuhnya kerdil, kepalanya
selalu tertunduk ke bawah dengan tatapan mata yang hampa.
Dicky Lebrianto yang berperan sebagai Dewa, meski hampir
sepanjang film tidak ada dialog yang diucapkannya, namun Dicky
dengan sukses memberikan perhatian kepada penonton seorang Dewa
yang cukup misterius.
63
Crew:
Produksi : PT. Kalyana Shira Film
Producers: Afi Shamara, Nia Dinata, Sekar Ayu Asmara
Executive Producer: Seto Harjojudanto
Music by Addie MS
Sound Designer: Adityawan, Susanto, Satrio Budiono
Art director: Iri Supit
Editor: Dewi S. Alibasah
cacat
belum bisa merespon karena distorsi fungsi otak dan tuna wicara yang
dialaminya.
Suatu hari, Renjani menemukan Dewa membongkar perlengkapan
baletnya. Renjani menggunakannya dan menari sambil menyetel musik
klasik, saat itulah Dewa merespon dengan mengangkat kepalanya. Renjani
berpikir Dewa bisa disembuhkan dengan terapi musik atau tarian,
Renjanipun mencarikan sebuah resital musik atau tari untuk disinggahi.
Mereka menonton resital musik biola. Setelah selesai, Dewa tidak mau
pulang. Saat itulah seorang pemuda yang memainkan biola di resital tadi,
Bhisma
BAB IV
DATA DAN HASIL PENELITIAN
Film yang menjadi penelitian penulis berjudul Biola Tak Berdawai (BTB).
Film yang berdurasi 97 menit ini, berkisah tentang ketegaran hidup wanita yang
bernama Renjani yang dihamili oleh seorang lelaki yang tidak bertanggung jawab,
yang memaksanya untuk menggugurkan kandungan tersebut. Kemudian untuk
mengubur kisahnya, ia pergi ke Yogyakarta, disana ia bertemu dengan Mbak Wid.
Mbak Wid adalah anak satu-satunya yang berhasil dilahirkan hasil hubungan
gelap, karena ibunya bekerja sebagai Wanita Tuna Susila (WTS). Tekadnya untuk
menjadi seorang dokter anak pun tercapai, kemudian ia bersama dengan Renjani
mendirikan sebuah rumah asuh khusus anak-anak penyandang cacat. Salah satu
anak yang diasuhnya adalah Dewa, anak yang lahir dengan jaringan otak yang
rusak berat, selain itu ia juga menderita autisme. Renjani selalu memperlakukan
Dewa seperti anak yang normal dan mencurahkan kasih sayangnya, walaupun
Dewa tetap bergeming. Klimaksnya, Dewa yang selama hidupnya selalu
menundukkan kepalanya, dan tidak pernah merespon apa yang terjadi
disekitarnya, tiba-tiba setelah ia mendengarkan alunan biola yang dimainkan oleh
Bhisma, Dewa kemudian bisa mengangkat kepala dan mulai memberikan respon.
tidak
pernah
mengeluarkan
kata-kata apapun. Ia
hanya
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):Ya Tuhan kami, tiadalah
Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa neraka. Selain itu dijelaskan pula pada
surah Al Anbiya ayat 16:
Artinya: Dan tidaklah Kami ciptakan langit dan bumi dan segala yang
ada di antara keduanya dengan bermain-main.
Inilah salah satu kuasa Allah SWT, menciptakan beraneka ragam
makhluk hidup dan benda-benda lainnya. Setiap ciptaan-Nya tidak ada
yang sempurna, pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masingmasing. Kelebihan yang dimiliki seseorang itu dapat menutupi
kekurangan orang lain, begitu pula sebaliknya.
Allah menciptakan makhluk hidup yang beragam dan tidak
mungkin sia-sia. Manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, selalu
memiliki ketergantungan hidup. Kita tidak menutup kemungkinan
untuk belajar mengenai alam. Salah satunya melihat fenomena
metamorfosis kupu-kupu. Melihat fenomena metamorfosis kupu-kupu,
pikiran kita akan menemukan cakrawala baru tentang proses luarbiasanya. Berproses dari ulat yang menjadi kepompong, dan akhirnya
berubah menjadi kupu-kupu. Ulat adalah binatang yang menjijikan.
Ulat akan mencari jalan keluar menuju hidup yang lebih baik dan
tentunya bisa berinteraksi dengan makhluk lain. Seekor ulat berani
menahan makan dan tidur untuk berubah total wujudnya, demi citacitanya yang tidak mungkin terwujud. Tetapi dengan keyakinan,
keteguhan dan rasa optimisnya, ulat akhirnya sukses melakukan
bahwa
lingkungan
lebih
kuat
dari
kepribadian.
B. Makna Denotasi, Konotasi dan Mitos dalam Film Biola Tak Berdawai
1. Scene 2:
Salah satu aspek utama yang terdapat dalam sebuah film adalah
setting. Setting yang digunakan dalam sebuah film umumnya dibuat
senyata mungkin dengan konteks ceritanya, sehingga hal ini mampu
66
Ikhwan Luthfi, dkk, Psikologi Sosial, (Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah, 2009), h. 11-12.
menyakinkan penonton bahwa seluruh peristiwa dalam filmnya benarbenar terjadi pada lokasi cerita yang sesungguhnya.
Dalam film BTB, setting yang digunakan adalah jenis setting shot
a location, artinya produksi film dengan menggunakan lokasi aktual yang
sesungguhnya, yaitu di Kotagede, Yogyakarta, Indonesia.
Scene kedua memperlihatkan sebuah ruangan yang diterangi oleh
banyaknya cahaya lilin. Ruang ini-lah yang sering digunakan oleh Mbak
Wid saat memainkan kartu tarotnya. Ia sering meramal keadaan anak-anak
penyandang cacat yang mungkin sudah tidak tahan hidup menderita
penyakit yang mereka rasakan.
Visual
Dialog/Suara
Type of shot
Medium Shot, yakni
pada jarak ini subjek
hanya
terlihat
sebagian saja, jika
diibaratkan manusia,
hanya
memperlihatkan
tubuh dari bagian
pinggang ke atas.
Close-up, jarak ini
memperlihatkan satu
bagian tubuh yang
mendetail
saja,
misalkan hanya pada
bagian wajah atau
tangan saja.
Dalam
gambar
tersebut (zoom in)
tampak bahwa mbak
Wid
sedang
membuka
kartu
Death, sebagai kartu
terakhir.
Close-up
-
Denotasi
kartu
tarotnya.
Sebuah
kartu
Mitos
panji.
Dalam
dunia
ramal,
ini
semua
ramalan-ramalan
orang
tersebut.
percaya
dengan
Mungkin
hanya
2. Scene 5:
Adegan selanjutnya memperlihatkan kamar tidur Renjani. Ia
berada didepan meja rias dan sedang menyisir rambut hitamnya yang
panjang. Ia lantas mengepang rambutnya. Di sini, tampak ia sedang
mengajak seseorang bicara, namun yang diajak bicara tidak membalas kata
apapun.
Visual
Dialog/Suara
Renjani: Kamu tahu,
kemarin malam adik
Larasati
meninggal
dunia. Tapi kamu tidak
usah sedih, kematian
itu adalah bagian dari
perjalanan
hidup.
Semua yang hidup
pasti mati.
(pada
salah
satu
dinding terlihat sebuah
bayangan yang tidak
bergerak)
Type of shot
Medium
Close-up,
pada
jarak
ini
memperlihatkan
manusia dari dada ke
atas.
Denotasi
Konotasi
tidak
normal.
Walaupun
usianya
yang
dimainkan
oleh
Renjani,
67
Sekolah Luar Biasa Kartini Batam, Tuna Daksa, artikel ini diakses pada 29 Juli 2011
dari www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=73
Maka
dari
itu,
mereka
butuh
3. Scene 8:
Pada scene selanjutnya, memperlihatkan suasana di pagi hari, di
mana Renjani mengajak Dewa berjalan-jalan di suatu persawahan yang
berlimpah dengan padi yang menguning. Renjani terlihat membimbing
langkah Dewa menapaki petak sawah. Renjani terus mengajaknya
berbicara,
mengenalkan
banyak
pengetahuan-pengetahuan
alam
Dialog/Suara
Renjani: Kiri dikit,
terus maju, pinter anak
ibu
Renjani:
Sssstjangan berisik
Renjani:Kamu
tahu
asalnya
kupu-kupu?
Dari
telur
yang
ditetaskan ibunya, akan
muncul ulat, itu yang
sering kamu lihat di
daun pisang. Lalu ulat
itu
akan
merajut
kepompong sebagai
rumah dimana ia akan
tidur.
Renjani:
Beberapa
Type of shot
Long Shot, di mana
tubuh
manusia
tampak terlihat jelas
dan latar tempat
subjek berada terlihat
di dalam frame.
Long shot
Long shot
jalan
di
suatu
persawahan.
Renjani
Di
tengah
perjalanan,
mereka
kupu-kupu.
Renjani
kemudian
Konotasi
demi
cita-citanya
yang
tidak
menjadi
makhluk
yang
banyak
4. Scene 10:
Scene selanjutnya memperlihatkan saat Mbak Wid duduk disalah
satu kursi sambil memainkan kartu tarotnya. Bila sedang tidak bertugas
sebagai dokter kepala, dirumah asuh tersebut, penampilan Mbak Wid
sangat berbeda. Ia selalu mengenakan baju berwarna hitam. Rambutnya
terurai, garis matanya dibingkai celak hitam, bibirnya bergincu merah
anggur. Ia juga mengenakan satu stel perhiasan perak yang bertahtakan
batu-batuan. Terlihat Renjani sedang menyuapi nasi tim kepada Dewa
yang sedang duduk dihadapan Mbak Wid.
Visual
Dialog/Suara
Renjani:
Anak
pintarmakannya habis.
Anak ibu memang pintar.
Dan hanya nak-anak
pintar serperti kamu
Dewa, yang hanya boleh
tinggal di sini.
MbakWid: Anak-anak
yang dibuang orang
tuanya. Anak-anak yang
bikin malu keluarganya.
Anak-anak yang cacatnya
dobel-dobel. Anak-anak
yang umurnya tidak
lama!
Renjani: Ssst Mbak
Wid, ada Dewa.
MbakWid:duu Renjani,
Renjani saya tahu kamu
sangat sayang terhadap
Dewa. Tapi itu anak
tidak tahu omongan kita.
Dia bukan saja jaringan
otaknya yang rusak, tapi
juga autistik. Kamu
sendirikan sudah tahu
hasil testnya.
Renjani:Tapi hasil test
itu
kan
Cuma
Type of shot
Medium
Close-up,
pada
jarak
ini
memperlihatkan
manusia dari dada ke
atas.
Medium Close-up
Denotasi
memberitahu
keadaan
fisiknya saja. Kita tidak
pernah tahu bagaimana
perasaan Dewa.
Renjani sedang menyuapi nasi tim kepada
Dewa yang duduk dihadapan Mbak wid. Mbak
Wid sedang berbincang dengan Renjani.
Konotasi
Renjani
terhadap
mempunyai
ilmu
sikap
kedokteran,
yang
skeptis
apalagi
itu
5. Scene 24:
Renjani membuka pintu dan melangkah memasuki kamarnya.
Suatu keadaan yang tak lazim menarik perhatian Renjani saat memasuki
kamarnya. Ketika dilihat, pintu lemarinya terbuka lebar. Tumpukan baju
yang biasa tersusun rapi kini berantakan. Tangan Renjani meraba-raba di
dalam lemari seakan sedang mencari sesuatu. Ia sedikit terperangah ketika
melihat Dewa sedang membuka sebuah kotak kenangan milik Renjani. Di
sinilah awal perkembangan Dewa. Dewa mulai memberikan respon ketika
Renjani menari ballet.
Visual
Dialog/Suara
Renjani:Kamu
suka
sepatu ini. Namanya
sepatu ballet, ini punya
ibu. Dari kecil ibu
bercita-cita
menjadi
seorang penari ballet.
Dan
akhirnya
ibu
berhasil menjadi penari
ballet. Dan sudah menari
dimana-mana.
Tapi
akhirnya
ibu
harus
berhenti menari.
Renjani:ah nanti kalau
kamu sudah besar ibu
akan ceritakan.
Type of shot
Close-up, jarak ini
memperlihatkan
satu bagian tubuh
yang
mendetail
saja,
misalkan
hanya pada bagian
wajah atau tangan
saja.
Long Shot, di
mana
tubuh
manusia tampak
terlihat jelas dan
latar tempat subjek
berada terlihat di
dalam frame.
Long Shot
Close-up
-
Medium Close-up,
pada jarak ini
memperlihatkan
manusia dari dada
ke atas.
Renjani:
Long Shot
DewaDewaDewa
suka ibu menari ya,
ahibu sayang sekali
sama kamu Dewa.
Denotasi
dan
isi
dalam
kotak
tersebut
berhamburan.
Pandangan mata Renjani terus melihat
Dewa yang saat itu memegang erat sepatu
balletnya. Tiba-tiba ia memperoleh sebuah
gagasan. Ia menari diiringi musik. Ternyata
tarian dan musik tersebut direspon oleh Dewa.
Konotasi
Musik
dan
tarian
dapat
membantu
lagi
tidak
dilihat
dari
segi
dan
collaborative/coordinative
pengembangan
komunikasi
non-
verbal68.
Mitos
anak-anak
semacam
Dewa,
efektif
dapat
membantu
6. Scene 25:
Seperti biasa, Mbak Wid sedang duduk dengan tumpukan kartu
tarotnya. Di hadapannya duduk Dewa dengan posisi biasanya pula.
68
Nuruz Zaman, Beberapa Pendapat Tentang Musik Dan Tarian Untuk Terapi Anak,
artikel ini diakses pada 14 Juli 2011dari nuruz-zaman.blogspot.com/.../beberapa-pendapat-tentangmusik....
Denotasi
Dialog/Suara
Mbak Wid: Kamu
yakin
tadi
Dewa
mengangkat
kepalanya?
Renjani:Iya. Senang
loh mbak, ternyata
mendapat respons dari
Dewa. Tarian dan
musik, saya pikir salah
satu pasti terapi yang
tepat untuk Dewa.
Renjani:Tadi
saya
sempat
telpon
beberapa teman saya,
saya
mau
Tanya
tentang pagelaran tari
atau musik, saya mau
ajak Dewa menonton
Mbak Wid:Ini kartu
matahari. Ini kartu
bagus. Sebuah luka
lama akan terobati.
Wah siap-siap kamu,
kamu akan mengalami
perubahan
penting
dalam hidupmu.
Mbak Wid:Wah, ada
cinta ini. Kartu ini
perlambang kamu akan
mendapatkan cinta.
Type of shot
Medium Close-up,
pada
jarak
ini
memperlihatkan
manusia dari dada
ke atas.
kartu
tarotnya.
Renjani
Lovers,
kartu
ini
tidak
saja
gambar.
Gambar
The
Lovers,
tidak
saja
7. Scene 40:
Hubungan antara Renjani dan Bhisma telah terjalin lebih erat.
Keduanya telah sampai disebuah tingkat persahabatan, dimana keduanya
saling menghormati. Bhisma mengagumi keberanian dan dedikasi Renjani
dalam mengurus dan mengasuh bayi-bayinya. Sebaliknya, Renjani
menghargai sikap yang Bhisma tunjukkan kepada Dewa dan bayi-bayi
asuhannya. Mereka sedang menikmati sore di Gajah Wong Caf bersama
Dewa. Seperti biasa, Dewa hanya bergeming.
Visual
Denotasi
Dialog/Suara
Type of shot
Bhisma:Kamu sudah
diambang pintu surga. Long Shot, di mana
Mana ada di jaman tubuh
manusia
modern ini, ada orang tampak
terlihat
yang
masih
mau jelas dan latar
memikirkan nasib bayi- tempat
subjek
bayi itu.
berada terlihat di
Renjani:Saya
tahu dalam frame.
mungkin hidup mereka Close-up, jarak ini
tipis.
Tapi
selama memperlihatkan
jantung mereka masih satu bagian tubuh
berdetak, harus ada yang
mendetail
yang mengurusi mereka saja,
misalkan
sampai ajal mereka hanya pada bagian
tiba.
wajah atau tangan
Bhisma:Saya sempat saja.
berpikir, waktu pertama
kali melihat mereka. Medium
shot,
Buat
apa
mereka yakni pada jarak
dilahirkan. Seperti tidak ini memperlihatkan
berguna.
Seperti tubuh manusia dari
biola, biola yang tidak pinggang ke atas.
ada dawainya. Seperti Gestur
serta
biola tak berdawai.
ekspresi
wajah
Renjani:Tidak
bisa mulai
tampak.
dimainkan, tidak bisa Sosok
manusia
menghasilkan nada-nada mulai
dominan
indah.
dalam frame.
Tampak Renjani dan Bhisma sedang
menikmati
sore
dengan
bersantai
dan
orang
lain,
dan
sebaliknya.
8. Scene 41:
Bhisma memiliki sebuah ide. Sepulang dari pertemuannya dengan
Renjani dan Dewa di Gajah Wong Caf, ia ingin memainkan biola
mengiringi tarian ballet Renjani. Hal ini diharapkan Dewa dapat
memberikan tanggapan atau respon lagi. Alunan musik semakin
memuncak, bagitu juga tarian Renjani. Akhirnya, untuk yang kedua
kalinya Dewa mengangkat kepala.
Visual
Dialog/Suara
Denotasi
Type of shot
Long Shot, di mana
tubuh
manusia
tampak terlihat jelas
dan latar tempat
subjek
berada
terlihat di dalam
frame.
Medium Close-up,
pada
jarak
ini
memperlihatkan
manusia dari dada
ke atas.
kalinya.
Konotasi
Musik
dan
tarian
dapat
membantu
lagi
tidak
dilihat
dari
segi
dan
collaborative/coordinative
pengembangan
komunikasi
non-
verbal69.
Mitos
anak-anak
semacam
Dewa,
69
Nuruz Zaman, Beberapa Pendapat Tentang Musik Dan Tarian Untuk Terapi Anak,
artikel ini diakses pada 14 Juli 2011dari nuruz-zaman.blogspot.com/.../beberapa-pendapat-tentangmusik....
9. Scene 62:
Scene selanjutnya memperlihatkan Mbak Wid sedang memainkan
kartu tarotnya. Rautmukanya terlihat tegang membaca nasib yang telah
didakwa oleh permainan kartunya. Diakhir permainannya, ia membuka
kartu yang tidak sama sekali ia inginkan. Sebuah lilin pun mendadak surut
sinarnya.
Visual
Dialog/Suara
Type of shot
kartu terakhir.
Close-up
-
Denotasi
Airmuka
Mbak
Wid
terlihat
tegang
menara
rubuh
ini
Kartu
tarot
yang
ia
mainkan
ini,
Kartu
The
tower
yang
kartu
yang
melambangkan
panji.
Dalam
dunia
ramal,
ini
semua
orang
percaya
dengan
akan
hal-hal
seperti
itu.
Kita
Dialog/Suara
Type of shot
Long Shot, di mana
tubuh
manusia
tampak
terlihat
jelas
dan
latar
tempat
subjek
berada terlihat di
dalam frame.
Close-up
Denotasi
yang ia ciptakan
Tidak
hanya
itu,
Dewa
juga
Musik
dan
tarian
dapat
membantu
lagi
tidak
dilihat
dari
segi
dan
collaborative/coordinative
pengembangan
komunikasi
non-
verbal70.
Mitos
anak-anak
semacam
Dewa,
70
Nuruz Zaman, Beberapa Pendapat Tentang Musik Dan Tarian Untuk Terapi Anak,
artikel ini diakses pada 14 Juli 2011dari nuruz-zaman.blogspot.com/.../beberapa-pendapat-tentangmusik....
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mendeskripsikan dan menganalisis hasil temuan data yang telah
dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini penulis akan menarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1.
2.
3.
harus dapat menghasilkan nada-nada atau bunyi yang indah. Selain itu,
ketidakpercayaan Renjani pada kesimpulan dokter tentang fisik Dewa
hal ini mendobrak mitos orang-orang modern. Orang modern percaya
kepada dokter tentang fisik tanpa meninjau psikis seseorang.
B. Saran
Ada beberapa saran yang ingin penulis sampaikan mengenai film ini, yaitu:
1.
Saat menonton sebuah film, sebaiknya kita tidak pasif menerima apa
saja yang disuguhkan film tersebut. Tetapi yang harus kita lakukan
adalah bersikap lebih kritis dan menilai pesan yang sebenarnya yang
ingin disampaikan sutradara film tersebut. Sehingga kita tidak mudah
terpengaruh terpengaruh dan terprovokasi oleh sebuah film.
2.
Pada ending cerita film ini masih terlihat samar, yaitu bagaimana
keadaan rumah asuh tersebut setelah ditinggal oleh Renjani?, dan
khususnya bagaimana pula keadaan Dewa setelah kepergian Renjani?,
karena Renjani selalu menemani Dewa bercengkrama sepanjang hari,
walaupun Dewa hanya bergeming.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyana, Deddy.
Rosdakarya, 2005.
Pratista, Himawan. Memahami Film. Yogyakarta: Homerian Pustaka, 2008.
Rivers, L William,dkk. Media Massa dan Mayarakat Modern. (Terj.) oleh Haris
Munandar dan Dudy Priatna, Jakarta: Prenada media, 2004. ed-2.
Sendjaja, Sasa Djuarsa. Pengantar Komunikasi. Jakarta: Universitas Terbuka
(UT), 2005.
Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana,
Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2006.
______________. Semiotika Komunikasi . Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Vivian, John. Teori Komunikasi Massa Edisi ke-8. Jakarta: Kencana Media
Group, 2008.
Internet:
Fahmi, Ismail. Biola Tak Berdawai. Artikel ini diakses pada 17 Juli 2011 dari
cafe.degromiest.nl/wp/archives/30.
Farhan, Akhmad. Komunikasi Nonverbal. Artikel ini diakses pada 17 Juli 2011
dari akhmadfarhan.wordpress.com/2008/12/.../komunikasi-nonverbal...
Id.wikipedia.org/wiki/Biola_Tak_Berdawai. Artikel ini diakses pada tanggal 15
Juli 2011.
Id.wikipedia.org/wiki/Kedokteran. Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juli 2011.
Kartini Batam, Sekolah Luar Biasa. Tuna Daksa. artikel ini diakses pada 29 Juli
2011 dari www.slbk-batam.org/index.php?pilih=hal&id=73
Summerton, David. Definisi Film. Artikel ini diakses pada 11 Mei 2011 dari
Ayanona. Tumblr.com.
Zaman, Nuruz. Beberapa Pendapat Tentang Musik dan Tarian untuk Terapi
Anak. Artikel ini diakses pada tanggal 14 Juli 2011 dari Nuruzzaman.blogspot.com/.../beberapa-pendapat-tentang-musik....
Sutradara
Produser
Nia Dinata
Afi Shamara
Penulis
Pemeran
Nicholas Saputra
Ria Irawan
Jajang C. Noer
Dicky Lebrianto
Musik oleh
Addie MS
Victorian Philarmonic Orchestra
Sinematografi
German G. Mintapradja
Penyunting
Dewi S. Alibasah
Distributor
Durasi
97 menit
Negara
Indonesia