Anda di halaman 1dari 8

Bersikap Adil dan Bijaksana dalam bergaul

Posted: Wed 30 May 2007 12:49:51


Janganlah seseorang mu'min lelaki
membenci seorang wanita mu'minah.
Karena, kalaupun ia tidak menyenangi
suatu karakter yang ada padanya, tentu
ia menyenangi karakter lain yang ada
padanya. (HR Muslim)
Arahan untuk bergaul dengan kerabat
dekat, teman, istri, orang yang bekerja
sama dengan anda, dan semua yang ada
keterkaitan dan hubungan antara anda
dan dia. Yaitu, seyogyianya anda tata
batin anda dalam bergaul dengannya.
bahwa pasti ia mempunyai cela atau
kekurangan atau hal yang tidak anda
sukai. Jika anda dapati hal yang
demikian, bandingkanlah itu dengan
kuatnya pertalian dan kesinambungan
cinta antara anda dan dia yang wajib atau
seyogyianya anda bina, dengan mengingat sisi-sisi kebaikan, maksud-maksud baik bersifat
umum atau khusus yang ada pada dirinya. Dengan menutup mata dari sisi-sisi keburukan dan
memandang sisi-sisi kebaikan, persahabatan dan tali hubungan akan langgeng dan
ketenteraman batin akan terwujud bagi anda.
Hilangnya kegelisahan maupun keguncangan, langgengnya ketulusan cinta, keberlanjutan
menunaikan tuntunan bergaul yang bersifat wajib maupun sunnah, dan terwujudnya
ketenteraman batin antara kedua belah pihak.
Barangsiapa yang tidak mengambil pelajaran dari hadist Nabi ini, tetapi bahkan ia melakukan
sebaliknya, yaitu dengam memperhatikan sisi-sisi keburukan dan membutakan mata dari
melihat sisi-sisi kebaikan, maka pasti ia guncang dan gelisah, dan pasti tidaklah mulus cinta
yang ada antara dia dan orang yang sudah terjalin hubungan dengannya. Di samping itu,
sejumlah hak maupun kewajiban yang harus dipelihara oleh masing-masing dari keduanya
pun akan putus.
Banyak tokoh atau pahlawan yang mampu menguatkan hatinya untuk sabar dan tenang saat
terjadinya bencana atau malapetaka besar. Namun, di saat menghadapai perkara-perkara
remeh dan sederhana, mereka justru guncang dan kepolosan hatinya tidak jernih lagi.

Sebabnya adalah karena mereka dapat menguatkan hati dalam menghadapi perkara-perkara
besar, namun saat menghadapi perkara-perkara kecil, justru mereka biarkan diri mereka tanpa
kontrol, sehingga membahayakan mereka dan berefek buruk pada ketenangan mereka.
Orang yang berkepribadian kokoh mampu menguatkan hatinya untuk menghadapi perkaraperkara kecil maupun besar. Ia memohon pertolongan Allah untuk menghadapinya dan
memohon agar Allah tidak menitipkan dirinya kepada dirinya walau sekejap mata. Maka,
disaat itulah perkara kecil menjadi mudah baginya, sebagaimana perkara besar pun menjadi
mudah. Dan , ia tetap berjiwa tenteram dan behati tenang dan nyaman.

@ Adil berdasarkan "egoisme pribadi":


* Pandangan seperti ini tentu saja menilai suatu tindakan atau perbuatan
siapa pun, yang pasti selalu dikaitkan dengan keuntungan diri sendiri,
seberapa besar keuntungan yang diperolehnya, itulah yang sangat
berpengaruh pada makna adil di sini. Mereka dengan paham seperti ini
punya kecenderungan tidak mau tahu orang lain, yang penting adalah
keuntungan diri sendiri. Mereka tidak mempunyai "rasa empati" pada
sesama, maunya menang sendiri. Dan, penganut paham ini pasti akan
langsung berteriak bahwa "itu adil" jika dia mendapatkan keuntungan dari
tindakan atau perbuatan itu. Sebaliknya, jika mereka tidak memperoleh
keuntungan apa pun dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang
ataupun oleh suatu lembaga; maka mereka akan berkata bahwa itu tidak
adil.
@ Adil berdasarkan "egoisme kelompok":
* Pandangan tentang adil seperti ini, hampir mirip dengan pandangan adil
berdasarkan egoisme pribadi. Bedanya, penganut paham ini bisa sedikit
berpandangan lebih luas mengenai keadilan, yaitu adil untuk kelompoknya
sendiri. Jika dia merasa kelompoknya atau keluarganya memperoleh
hasil-hasil bagus dari sesuatu, dari siapa pun, maka dia juga akan
berseru bahwa itu memang adil. Tapi, jika kelompoknya tidak memperoleh
hasil sesuai harapannya atau hanya sedikit mendapatkan bagian, maka
pasti dia berteriak bahwa itu tidak adil. Paham adil berdasarkan egoisme
kelompok ini sangat banyak dianut oleh sebagian besar orang di dalam
negeri kita ini. Paham ini muncul, karena tentu adanya kesamaan
pandangan diantara masing-masing pribadi yang terlibat, sehingga mereka
kemudian bisa bersatu. Mereka yang masuk di dalam paham ini, juga
memiliki "rasa empati", tetapi empati ini hanya khusus ditujukan kepada
orang-orang yang sepaham dengan dirinya, hanya sebatas empati di dalam
kelompoknya.
@ Adil berdasarkan "kelayakan bagi orang lain":
* Inilah pandangan yang dipegang oleh orang-orang dengan idealisme
tinggi dan penuh rasa peduli dengan sesama. Mereka dengan paham seperti
ini akan selalu memperjuangkan "rasa keadilan" bagi sesama. Setiap
perbuatan yang dilakukan oleh siapa pun, selalu dicermati dengan sudut
pandang, seberapa jauh perbuatan itu bisa bermanfaat bagi banyak orang.
Jika dirasa bahwa perbuatan itu benar-benar bisa membawa manfaat bagi
banyak orang, maka itu sudah dianggapnya "adil". Sebaliknya, meskipun
tindakan itu bisa dirasakan oleh sekelompok orang sudah adil, tetapi
menurut pemegang paham ini, hal itu masih dianggap "tidak adil", karena
tindakan tersebut hanya bermanfaat bagi sekelompok golongan kecil saja.
Mereka yang mendukung paham ini, cenderung memiliki "rasa empati" sangat

tinggi kepada orang lain yang "tidak mendapatkan keadilan". Bahkan


mereka cenderung lebih mengutamakan orang lain daripada dirinya sendiri.
@ Adil berdasarkan "kesamaan derajat":
* Menurut saya inilah sebagian besar "paham keadilan" yang banyak
dipegang oleh orang. Mungkin juga Anda termasuk di dalamnya. Penganut
paham ini, saya pikir memang bisa lebih bersikap adil, baik terhadap
sesama orang, maupun terhadap dirinya sendiri. Ini bagi saya merupakan
paham yang paling cocok dan ideal untuk semua orang. Oleh karena dengan
memahami adanya "kesamaan derajat" diantara sesama manusia, maka kita
tentu bisa lebih "proporsional" dalam hal berlaku adil ini. Kita bisa
berlaku adil untuk sesama orang, dan kita juga bisa berlaku adil untuk
diri kita sendiri, sebab "derajat" kita sebagai sesama manusia
sesungguhnya memang sama. Mereka ini pun juga memiliki "rasa empati"
terhadap sesamanya. Rasa empati yang dimiliki oleh orang dengan paham
"adil berdasarkan kesamaan derajat" ini lebih bersifat proporsional
juga, tidak berlebihan, sehingga mereka bisa bersikap lebih bijak, baik
kepada orang lain maupun kepada dirinya sendiri.
@ Adil berdasarkan "hukum":
* Nah, paham yang ini beda dengan paham yang lainnya. Kalau adil
berdasarkan hukum ini, kita semua sebagai warga masyarakat tentu saja
mau atau tidak mau...ya harus patuh dengan bentuk keadilan semacam ini.
Oleh karena, berdasarkan hukum yang berlaku di masing-masing Negara,
semua orang sesungguhnya mempunyai persamaan hak dan kewajibannya, tidak
dibeda-bedakan. Demikian juga aturan yang ada di dalam hukum Agama,
setiap orang punya hak dan kewajiban sama. Ini sebuah prinsip hukum,
meskipun di dalam pelaksanaannya tetap saja ada
penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh manusia. Mengapa selalu
ada penyimpangan? Jawabannya, karena kita ini juga dipengaruhi oleh
berbagai paham yang lainnya, tiga paham sebelumnya tersebut. Ketiga
paham tentang adil yang saya sebut sebelumnya di awal tadi, pasti juga
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan seseorang dalam menyikapi
suatu keadilan.

Dalam kitab-kitab fikih kata adil didefinisikan sebagai sikap konsisten melaksanakan ajaran
agamanya (bertaqwa dan menjaga muruah). Dengan demikian, orang yang adil adalah orang
yang mampu melaksanakan segala aturan dalam agamanya (Islam), sehinnga orang tersebut
dapat menjadi orang bertakwa kepada Allah SWT.
Adil suatu tindakan yang setiap orang mudah untuk mengatakannya tetapi ternyata ketika
akan berbuat adil itu ternyata susah. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah dalam salah satu kitabnya,
Majm al-Fatw mengatakan Sesungguhnya manusia tidak berselisih pendapat, bahwa
dampak kezaliman itu sangatlah buruk, sedangkan dampak keadilan itu adalah baik. Oleh
karena itu, dituturkan, Allah menolong negara yang adil walaupun negara itu kafir dan tidak
akan menolong negara zalim, walaupun negara itu Mukmin. Sesungguhnya manusia tidak
berselisih pendapat, bahwa dampak kezaliman itu sangatlah buruk, sedangkan dampak
keadilan itu adalah baik. Oleh karena itu, dituturkan, Allah menolong negara yang adil
walaupun negara itu kafir dan tidak akan menolong negara zalim, walaupun negara itu
Mukmin
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebaikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan." (QS
16:90).

Dalam pandangan Islam, keadilan bukan sekedar seruan atau perintah agama. Keadilan
adalah sebuah fitrah. Barang siapa yang mencoba-coba berbuat tidak adil, mereka akan
merasakan akibatnya, baik secara langsung maupuin tidak langsung. Baik yang bersifat
jasadiyah maupun ruhiyah.
Manusia senantiasa diperintahkan bertakwa kepada Allah, dan ketahuilah bahwa Allah taala
memerintahkan berbuat adil dan mengabarkan bahwa Allah mencintai orang-orang yang adil.
Allah taala berfirman yang artinya :Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat adil dan
baik. (AnNahl : 90) Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang adil. (AlMaidah :
42) Adil adalah sikap dalam segala sesuatu dan keadilan adalah karakter yang mengharuskan
seseorang menjaga diri dari hilangnya kehormatannya.
Dalam Islam , perintah selalu diiringi dengan larangan. Maka, perintah berbuat
adil pun diiringi dengan larangan berbuat dzalim. Allah SWT. berfirman: Dan
janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain di antara kamu
dengan cara yang bathil dan (janganlah) kamu membawa urusan harta itu
kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian dari harta benda orang
lain itu dengan (cara berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui. (Q.S. Al
Baqarah: 188). Rasulullah SAW. juga bersabda: Berhati-hatilah, terhadap doa
orang-orang yang terdzalimi. Sebab antara mereka dengan Allah tidak terdapat
hijab (penghalang). (H.R. Muslim dan Bukhari)

2. 1. Adil

1. a. Pengertian adil
Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah (persamaan) dan al qisth
(moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim.[1] Prinsip ini benar-benar
merupakan akhlak mulia yang sangat ditekankan dalam syariat Islam, sehingga wajar kalau
tuntunan dan aturan agama semuanya dibangun di atas dasar keadilan dan seluruh lapisan
manusia diperintah untuk berlaku adil.
Adil adalah memberikan hak kepada orang yang berhak menerimanya tanpa ada
pengurangan, dan meletakkan segala urusan pada tempat yang sebenarnya tanpa ada aniaya,
dan mengucapkan kalimat yang benar tanpa ada yang ditakuti kecuali terhadap Allah swt
saja.[2] Allah swt berfirman:
* $pkrt t%!$# (#qYtB#u (#qRq. tBqs% )9$$/ u!#ypk !
qs9ur #n?t N3Rr& rr& y9uq9$# t/t%F{$#ur 4 b) 3t $Yx
rr& #Z)s !$$s 4n<rr& $yJk5 ( xs (#q7Fs? #uqol;$# br& (#q9s? 4
b)ur (#q=s? rr& (#q? b*s !$# tb%x. $yJ/ tbq=yJs? #Z6yz
Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan
kaum kerabatmu. jika ia[3]Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya.
Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan

jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya
Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.(QS. An-Nisa:135)
Islam memerintahkan kepada kita agar kita berlaku adil kepada semua manusia. yaitu
keadilan seorang Muslim terhadap orang yang dicintai, dan keadilan seorang Muslim
terhadap orang yang dibenci. Sehingga perasaan cinta itu tidak bersekongkol dengan
kebathilan, dan perasaan benci itu tidak mencegah dia dari berbuat adil (insaf) dan
memberikan kebenaran kepada yang berhak.[4]
Allah SWT berfirman: Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benarbenar menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri
atau ibu bapak dan kaum kerabatmu . (An-Nisa: 135)
1. b. Dalil tentang adil
u!$yJ9$#ur $ygysu y|urur c#uJ9$# wr& (#qts? b#uJ9$#
(#qJ%r&ur cuq9$# )9$$/ wur (#rB tb#uJ9$#
Artinya:Dan Allah Telah meninggikan langit dan dia meletakkan neraca (keadilan).8.
Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu.9. Dan Tegakkanlah timbangan itu
dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.. (QS. Ar-Rahman:7-9)
s)s9 $uZ=yr& $oYn= MuZit79$$/ $uZ9tRr&ur OgytB |
=tG39$# c#uJ9$#ur tPq)u9 $Y9$# )9$$/ ( $uZ9tRr&ur ypt:
$# m t/ x oYtBur $Z=9 zNn=u9ur !$# `tB nZt
&s#ur =t9$$/ 4 b) !$# ;qs% t
Artinya:Sesungguhnya kami Telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti-bukti
yang nyata dan Telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan. dan kami ciptakan besi yang padanya terdapat
kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan
besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)Nya dan rasul-rasulNya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.
(QS. Al-Hadidi:25)
Dan Allah Ahkamul Hkimn memerintah untuk berlaku adil secara mutlak,
Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil kendatipun dia adalah
kerabat(mu). (QS. Al-Anm : 152)
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kalian orang yang benar-benar penegak
keadilan, menjadi saksi karena Allah, biarpun terhadap diri kalian sendiri atau ibu bapak
dan kaum kerabat kalian. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu
kemaslahatannya. Maka janganlah kalian mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang
dari kebenaran. Dan jika kalian memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi,
maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjaan. (QS.
An-Nis` : 135)
Dan Rabbul Izzah tetap memerintahkan untuk berlaku adil walaupun terhadap musuh
sendiri,

Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali
kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku
adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-M`idah : 8)
Dan Allah memuji orang-orang yang berlaku adil,
Dan di antara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan
hak, dan dengan yang hak itu (pula) mereka menjalankan keadilan. (QS. Al-Arf : 181)
Dan Nabi-Nya telah diperintah untuk menyatakan,
Dan aku diperintahkan supaya berlaku adil di antara kalian. (QS. Asy-Syr: 15)
1. c. Cotoh perilaku adil
Abu Yusuf duduk di kursi hakim, lalu datang seseorang bersama al Hadi, raja abbasiyah
mempersengketakan sebuah kebun, Abu Yusuf melihat bahwa kebenaran ada di tangan orang
itu, sedangkan sultan datang membawa para saksi, maka Qadhi berkata: lawan anda meminta
agar anda bersumpah bahwa para saksi itu jujur. maka al Hadi tidak ingin bersumpah, karena
hal itu menurunkan wibawanya, maka Abu Yusuf mengembalikan ketun itu kepada
pemiliknya
Qadhi Muhammad bin Umar at thalhi memanggil khalifah almanshur al Abbasi dan beberapa
kuli angkut ke majlis pengadilan dihalaman masjid, beliau mendudukkan kedua belah pihak
di hadapannya, lalu beliau memenangkan perkara untuk para kuli angkut tersebut.
Penduduk Samarkand menyampaikan pengaduan kepada Amirul mukminin Umar bin Abdul
aziz atas panglima pasukannya Qutaibah, karena pasukan Islam masuk Negara mereka dan
memeranginya tanpa peringatan sebelumnya sebagaimana diwajibkan oleh syariat al-Quran,
maka amirul mukminin mengalihkan pengaduan mereka kepada Qadhi, lalu penduduk
Samarkand memenangkan perkara, karena Qadhi membuat putusan agar umat Islam keluar
dari Samarkand.[5]
Hikmah Hikmah perilaku adil, ridho, dan rela berkorban
Perilaku terpuji bagi setiap individu muslim haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip agama.
beberapa hikmah dari ketiga perilaku terpuji di atas adalah:
1. Dapat menenangkan pikiran atau batin
2. Dapat meningkatkan keimanan kepada Allah SWT
3. Menciptakan suasana damai dengan masyarakat

Prof.Quraisy Shihab menguraikan tentang makna keadilan dalam bukunya


Wawasan Al-Quran hal. 114-116, paling tidak ada empat pengertian adil yang

dikemukakan oleh para ulama, yaitu ;


1. Adil dalam arti sama
Dalam arti memperlakukan sama terhadap orang-orang, tidak membedakan hakhaknya. Firman Allah dari Q.S. an-Nisa (4) ayat 58 berikut :

Artinya :
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di
antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah
memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha mendengar lagi Maha melihat. (Q.S. an-Nisa : 58)
Perhatikan contoh keadilan yang dipraktekkan oleh Ali bin Abi Thalib berikut,
pernah suatu hari terjadi sengketa diantara Ali bin Abi Thalib dengan seorang
Yahudi, yaitu suatu sengketa yang sampai juga ke meja hijau (majlis hukum)
dibawah pimpinan Umar bin Khattab guna mendapatkan penyelesaian. Setelah
kedua pihak sama-sama datang menghadap Umar, maka berkatalah Umar
kepada Ali : Ya Abal Hasan, berdirilah berdekatan dengan lawanmu. Seusai
Umar memberikan keputusannya, Umar melihat bahwa diwajah Ali terdapat
tanda-tanda kedukaan, maka ujarnya : Wahai Ali, mengapa saya lihat anda
agak susah ?. Ali menjawab : Sebab anda tidak mempersamakan antara saya
dan lawan saya, anda memanggil saya dengan sebutan kehormatanku Abal
Hasan , sedang anda memanggil Yahudi dengan namanya yang biasa.
Pernahkah anda saksikan suatu tindak keadilan yang mencapai jangkauan
setinggi itu ? Apa yang dipraktekkan oleh khalifah Umar bin Khattab dan Ali bin
Abi Thalib itu adalah cermin keadilan didalam Islam. Karena Islam menyeru
kepada umatnya untuk berlaku adil, Islam melarang keras untuk berlaku
sebaliknya.
Imam Ibnu Taimiyah berkata : Bahwasanya Allah akan menolong penguasa
atau pemerintah yang adil sekalipun dia pemerintah kafir, dan Allah tidak akan
menolong penguasa pemerintah yang zalim kendatipun dia itu Islam . Allah swt.
berfirman dalam surat al-Hud ayat 117 :

Artinya :
Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim,
sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.(Q.S. al-Hud :117)
2. Adil dalam arti seimbang
Keseimbangan sangat diperlukan dalam suatu kelompok yang didalamnya
terdapat beragam bagian yang bekerja menuju satu tujuan tertentu. Dengan
terhimpunnya bagian-bagian itu, kelompok tersebut dapat berjalan atau
bertahan sesuai tujuan kehadirannya. Firman Allah dalam surat al-Infithar (82)

ayat 6-7 berikut ;






Artinya :
Hai manusia, Apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka)
terhadap Tuhanmu yang Maha Pemurah. Yang telah menciptakan kamu lalu
menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang.
(Q.S. al Infithar :6-7)
Kata dalam ayat tersebut berarti seimbang. Tubuh manusia akan normal
selama bagian-bagian tubuh itu semua bekerja atau berfungsi sesuai tujuan
kehadirannya.
Contoh lainnya terdapat dalam firman Allah Q.S. al-Mulk (67) ayat 3 berikut ;


Artinya :
Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat
pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka
lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? (Q.S.
al-Mulk :3)
Alam semesta akan bertahan selama bagian-bagian dari ekosistem yang
ditetapkan Allah swt. bekerja dengan seimbang.
3. Adil dalam arti Perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak
itu kepada setiap pemiliknya.
Pengertian inilah yang didefinisikan dengan menempatkan sesuatu pada
tempatnya atau memberi pihak lain haknya melalui jalan yang terdekat.
Lawannya adalah kezaliman dalam arti melanggar hak-hak pihak lain. Pengertian
ini melahirkan keadilan sosial.
4. Adil yang dinisbatkan kepada Ilahi.
Adil disini artinya memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak
mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak
kemungkinan untuk itu. Keadilan Ilahi merupakan rahmat dan kebaikanNya.
Keadilannya mengandung konsekwensi bahwa rahmat Allah swt. tidak tertahan
untuk diperoleh, sejauh makhluk itu dapat meraihnya.

Anda mungkin juga menyukai