KERATITIS
Disusun oleh
Noorgiani Lestari
NIM: 07120100056
Pembimbing:
dr. Karliana Taswir, SpM
dr. Werlinson Tobing, SpM
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I STATUS PASIEN........................................................................................1
Identitas Pasien........................................................................................................1
Anamnesis................................................................................................................1
Pemeriksaan Fisik....................................................................................................3
Resume.....................................................................................................................9
Follow up...............................................................................................................10
Diagnosis................................................................................................................10
Diagnosis Banding.................................................................................................10
Tata Laksana..........................................................................................................10
Saran Pemeriksaan.................................................................................................11
Prognosis................................................................................................................11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................12
Epidemiologi..........................................................................................................12
Patogenesis.............................................................................................................12
Manifestasi Klinis..................................................................................................13
Diagnosis................................................................................................................14
Tata Laksana..........................................................................................................15
Prognosis................................................................................................................16
BAB III PEMBAHASAN......................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21
BAB I
STATUS PASIEN
Identitas Pasien
No. MR
: RSUS 00-00-66-64-56
Nama
: Bpk S
: 36 tahun
Status
: Sudah menikah
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Supir Truck
Pendidikan
: SLTA
Kebangsaan
: Indonesia
Autoanamnesis
Tanggal
: 2 September 2015
Jam
: 08.00 WIB
Pemeriksaan Fisik
Status Generalisata
Keadaan umum
GCS
Tanda vital:
Nadi
: 80 / menit
Suhu tubuh
: tidak dilakukan
Tekanan darah
: 120/80 mmHg
Laju pernapasan
: 16 kali / menit
Status Oftalmikus
Acies Visus Okulo Dextra: 1/60
Dengan pin hole : VOD 1/60
Acies Visus Okulo Sinistra: 6/6 Emetropia
PD: 60/58
OD
Inspeksi
OS
OD
Tidak dilakukan
n/p
OS
Tidak dilakukan
n/p
OD
Tes Konfrontasi
OS
+
+
+
+
+
+
+
+
Nasal
Temporal
Superior
Inferior
Nasal Superior
Nasal Inferior
Temporal Superior
Temporal Inferior
+
+
+
+
+
+
+
+
OD
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Sedikit bengkak
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Palpebra Superior
Bengkak
Merah / ekimosis
Benjolan / tumor
Ptosis
Pseudoptosis
Lagoftalmos
Blefarospasm
Entropion
Ektropion
Trikiasis
Abses
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
sedikit bengkak
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Palpebra Inferior
Bengkak
Merah / ekimosis
Benjolan / tumor
Blefarospasm
Entropion
Ektropion
Trikiasis
Abses
Madarosis
Xantelasma
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Pungtum Lakrimal
Bengkak
Hiperemi
Fistula
Benjolan / tumor
Lakrimasi
Epifora
Sekret
Madarosis
Xanthelasma
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Konjungtiva Tarsalis
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Superior
Litiasis
Hordeolum
Kalazion
Membran
Pseudomembran
Papil / giant papil
Folikel / cobble stone
Simblefaron
Hiperemis
Pucat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Konjungtiva Tarsalis
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Inferior
Litiasis
Hordeolum
Kalazion
Membran
Pseudomembran
Papil / giant papil
Folikel / cobble stone
Simblefaron
Hiperemis
Pucat
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tes Bulbi
Sekret
Kemosis
Papil
Folikel
Perdarahan
Injeksi siliar
Injeksi episklera
Injeksi konjungtiva
Pterigium
Pinguekula
Tumor dan nevus
OS
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Sklera
Nodul
Warna
Stafiloma
OS
Tidak ada
Putih
Tidak ada
Tidak ada
Ruptur
Tidak ada
OD
Jernih
Tampak infiltrat sentralis
Kornea
Kejernihan
Gambaran kelainan
OS
Jernih
Tidak ada
berwarna keputihan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Positif
Tidak dilakukan
Arkus senilis
Edema
Korpus alienum
Tes fluoresein
Tes sensibilitas (refleks
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
kornea)
Nebula
Leukoma
Stafiloma
Perforasi
Vesikel / bula
Ulkus
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
dalam
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
COA
Kedalaman
Flare
Hipopion
Hifema
OS
Dalam
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Coklat tua
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Iris
Warna
Atrofi
Sinekia anterior
Sinekia posterior
Gambaran radier
Iris termulans
Iris bombe
Iridodialisis
OS
Coklat tua
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
+
+
Pupil
Reflek cahaya langsung
Refleks cahaya tidak
OS
+
+
Bulat
langsung
RPAD
Bentuk
Bulat
3 mm
Sentral
Isokoria
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Ukuran
Letak
Isokoria / anisokoria
Oklusio
Seklusio
Leukoria
3 mm
Sentral
Isokoria
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Di tengah
Tidak ada
Sentral
Isokoria
Lensa
Kejernihan
Letak kekeruhan
Iris shadow test
Letak lensa
Refleks kaca
Letak
Isokoria / anisokoria
OS
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Di tengah
Tidak ada
Sentral
Isokoria
OD
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Badan Kaca
Kejernihan
Flare
Sel radang
Sel darah merah
Fibrosis
OS
Jernih
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
OD
Jernih
Oranye
Jelas
0.3
2/3
Jernih, refleks cemerlang
Tenang
Tenang
Sulit dinilai
Funduskopi
Refleks fundus
Media
Warna papil
Batas papil
Cup/disc ratio
Arteri/vena ratio
Macula lutea
Retina sentral
Retina perifer
Gambaran kelainan
OS
+
Jernih
Oranye
Jelas
0.3
2/3
Jernih, refleks cemerlang
Tenang
Tenang
Sulit dinilai
Resume
Bapak S, 36 tahun datang dengan keluhan mata kanan merah sejak 1
minggu SMRS dan semakin memburuk. mata kiri pasien tenang, riwayat trauma
(+). AVOD: 2/60,15, TIO: N/P. OS mata merah (+), perasaan mengganjal (+),
nyeri (+) bersifat episodik 2-3 kali sehari kualitas tajam dengan durasi beberapa
detik skala 4 dari 10. Pasien sudah mencoba terapi namun tidak ada perbaikan.
AVOS: 6/6, TIO:N/P. Pada pemeriksaan fisik ditemukan: status generalis baik,
konjungtiva hiperemis (+), injeksi konjungtiva dan silier (+) OD. Riwayat
penggunaan kacamata (-). Riwayat ganguan sebelumnya (+) 1 tahun yang lalu
dengan pengobatan cendofenicol.
Follow up
Pada 8 september 2015 pasien kontrol ke Poli mata RSUS dengan perbaikan
kondisi. AVOD :
AVOS : 6/6 Emetropia
Diagnosis
Keratitis Bakterial
Diagnosis Banding
Tatalaksana
Medikamentosa
Polydex ED 6 dd gtt 1 OS
Ibuprofen tab 200 mg PO 3 dd 1
Non-medikamentosa
berubah.
Segera kontrol apabila terdapat gejala baru seperti rasa sakit yang
memberat dan tidak memberikan respon terhadap terapi yang telah
diberikan.
Saran Pemeriksaan
Saran pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
jumlah sel darah putih, laju endap darah (ESR), dan CRP.
Pemeriksaan laboratorium (Rheumatoid factor) untuk memastikan
kelainan sistemik pada pasien karena pada anamnesis diperoleh data
bahwa pasien memiliki riwayat didiagnosis dengan radang sendi pada satu
tahun yang lalu.
Prognosis
Quo ad visam
: bonam
Quo ad sanam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Quo ad kosmeticam
: bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. EPISKLERITIS
1. Epidemiologi
Kurang lebih 70 persen dari seluruh kasus episkleritis menyerang wanita,
terutama pada populasi dengan umur muda dan menengah tetapi secara
keseluruhan, episkleritis dapat menyerang berbagai kelompok usia1.
Umumnya sebagian besar kasus episkleritis merupakan kasus yang terisolasi
dalam artian bahwa kejadian episkleritis tidak dihubungkan dengan adanya
gangguan sistemuk (seperti yang lebih umum terobservasi pada skleritis). Tetapi,
tidak menutup kemungkinan bahwa episkleritis juga dihubungkan dengan
beberapa gangguan sistemik seperti1,2:
cytoplasmic antibodies).
Nodular episcleritis umumnya
bersifat
idiopatik
namun
dapat
Simple episcleritis
2. Patogenesis
Nodular episcleritis
4. Diagnosis
Pada pasien dengan episode pertama episkleritis, evaluasi yang dapat dilakukan
mencakup anamnesis dan pemeriksaan fisik yang lengkap. Rujukan kepada dokter
spesialis mata disarankan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya diagnosis
yang salah.
Jika anamnesis dan pemeriksaan fisik menunjukkan hasil yang normal, maka
pemeriksaan lebih lanjut sebaiknya tidak dilakukan kecuali gejala muncul kembali
atau pasien mengalami keluhan lain karenan umumnya episkleritis dapat sembuh
dengan sendirinya tanpa terapi dalam waktu kurang lebih 3 minggu.
Pemeriksaan penunjang umum yang dapat disarankan untuk pasien dengan
episkleritis antara lain2-4:
hematokrit.
Pemeriksaan kimia darah pemeriksaan ini mencakup level dari kreatinin,
gromerulonefritis.
Reaktan fase akut pasien dengan episkleritis yang berhubungan dengan
gangguan sistemik umumnya memiliki tingkat reaktan fase akut yang
tinggi seperti ESR dan CRP.
Rheumatoid factor
Antibodi terhadap CCP Antibodi terhadap CCP yang positif
menunjukkan bahwa pasien mengalami rheumatoid artritis.
Radiologi thorax rontgen thorax dapat dilakukan pada pasien episkleritis dengan
kecurigaan terhadap terdapatnya gangguan sistemik. Abnormalitas apapun yang
terdeteksi pada pemeriksaan sebaiknya ditelusuri lebih lanjut dengan pemeriksaan
lain seperti misalnya CT scan.
Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan sesuai dengan gejala atau gangguan
lain yang ditemukan selama anamnesis dan pemeriksaan fisik seperti misalnya
endoskopi apabila terdapat kecurigaan terdapatnya inflammatory bowel disease2-5.
5. Tata Laksana
a. Farmakologis
Episkleritis merupakan gangguan yang tidak membahayakan penglihatan dan
pada sebagian besar pasien bersifat episodik dan sembuh dengan sendirinya tanpa
terapi. Tujuan dari terapi episkleritis adalah penanganan simtomatik. Terdapat 4
pilihan terapi yang dapat diberikan6:
topikal.
Penting
bagi
dokter
untuk
menyingkirkan
b. Nonfarmakologis
Tata laksana nonfarmakologis yang dapat dilakukan antara lain:
diberikan.
Merujuk ke dokter spesialis mata apabila terdapat kecurigaan adanya
skleritis untuk tata laksana lebih lanjut.
6. Prognosis
Episkleritis merupakan gangguan yang dapat sembuh dengan sendirinya tanpa
memerlukan terapi. Gangguan ini jarang sekali menimbulkan komplikasi yang
berat dan mengganggu penglihatan. Komplikasi yang dapat muncul antara lain1-4:
a. Inflamasi kornea, ditandai dengan terlihatnya infiltrat kecil pada kornea
perifer dalam pemeriksaan slit lamp yang menunjukkan terdapatnya
inflamasi pada stroma kornea. Pasien dengan gejala ini sebaiknya
menjalani pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan keluhan yang ia
alami tidak berlanjut hingga menjadi skleritis.
b. Anterior uveitis, yang ditandai dengan ditemukannya keratic precipitate
pada lapisan endotel kornea di pemeriksaan slit lamp disertai dengan
keluhan fotofobia, rasa sakit sampai gangguan penglihatan. Kondisi ini
dapat ditangani dengan pemberian kortikosteroid topikal.
BAB 3
PEMBAHASAN
Pasien pertama kali datang dengan keluhan kemerahan pada mata tanpa
adanya gangguan pada penglihatan. Hal ini dikonfirmasi lagi pada pemeriksaan
fisik yang dilakukan di mana ditemukan kemerahan pada mata kiri dan hasil
pemeriksaan visus menunjukkan tidak adanya penurunan tajam penglihatan pada
mata yang dikeluhkan. Hal ini memberikan beberapa kemungkinan diagnosis pada
pasien ini. Dari inspeksi yang dilakukan, ditemukan bahwa gejala kemerahan pada
mata pasien bersifat lokal pada sisi temporal mata kiri yang memberikan
pemikiran
bahwa
kemungkinan
konjungtivitis
sebagai
diagnosis
dapat
karena bisa saja telah terjadi komplikasi seperti uveitis yang membutuhkan tata
laksana lebih lanjut. Episode episkleritis berikutnya juga kemungkinan
membutuhkan pemeriksaan penunjang untuk memastikan kondisi sitemik yang
menyebabkan keluhan.
Secara keseluruhan, prognosis pasien dengan episkleritis adalah baik.
Untuk fungsi penglihatan, karena gangguan ini (selain jika terjadi komplikasi)
tidak menimbulkan gangguan penglihatan, memberikan prognosis yang baik.
Untuk prognosis rekurensi (quo ad sanationam) adalah dubia ad bonam karena
episkleritis bisa terjadi kembali walaupun angka rekurensinya tidak tinggi.
Sedangkan untuk prognosis secara kosmetik (quo ad kosmetikam) juga baik
karena secara umum, tanpa terapipun episkleritis dapat hilang dengan sendirinya
dalam waktu 3 hingga 4 minggu.
REFERENSI
1. Jabs DA, Mudun A, Dunn JP, Marsh MJ. Episcleritis and Scleritis: Clinical
Features and Treatment Results. Am J Ophthalmol. 2000; Vol. 130(1): 460-469.
2.
3.
Ehlers JP, Shah CP. The Willis Eye Manual: Office and Emergency
Diagnosis and Treatment of Eye Disease. 5th ed. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins. 2008. 5: 111-115.
4.
Ilyas HS. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Penerbit FKUI;
2010.
5.
Trottini M, Telud C. Scleritis: When a Red Eye Raises a Red Flag. Review
of Optometry. 2014; Vol. 12(1): 29-33.
6. Williams CP, Browning AC, Sleep TJ, et al. A Randomised, Double-blind Trial
of Topical Ketorolac vs Artificial Tears for the Treatment of Episcleritis. Eye.
2005; Vol. 19: 730-739.