Setiap jenis korosi yang terjadi akan memiliki bentuk yang berbeda pula.
Berbagai bentuk korosi akibat terjadinya proses mekanisme korosi dapat dilihat
pada Gambar 5. Untuk mengetahui lebih lanjut megenai jenis-jenis korosi, akan
diterangkan pada subbab-subbab berikut.
di mana :
534W
DAT
(2.18)
D = densitas (g/cm3)
W = massa yang hilang (mg)
A = luas permukaan (in2)
T = waktu penetrasi (jam)
Korosi jenis ini hasil dari rusaknya lapisan pasif pada permukaan
logam, umumnya berada dalam media yang mengandung klor (Cl). Korosi
sumuran sukar untuk diprediksi, khususnya dalam bentuk yang curam
dengan penampang inisiasi yang kecil/sempit (5).
(2.19)
Pada
Fe(OH)2 HFeO2- + H+
(2.20)
(2.21)
tahap
propagasi
terjadi
mekanisme
autokatalitik
yang
2. Korosi Merata
Korosi jenis ini tergantung pada faktor kecepatan reaksi oksidasi pada
permukaan logam, di mana kecepatan oksidasi yang terjadi relatif
sama
Anoda (Al)
Al Al3+ + 3e-
(2.22)
4. Korosi Erosi
Korosi jenis ini merupakan bentuk korosi lokal yang dipengaruhi oleh
korosifitas air, kecepatan aliran dan aliran regim, adanya partikel solid, serta
density dari fluida. Perlu diketahui juga besarnya kecepatan kritis dengan
perhirungan menggunakan rumus empiris sebagai berikut :
Vcr = C / (rm )1/2
Dimana rm = berat jenis fluida
C =100 - 130
C > 200
C = 150 - 200
Water injection :
C = 250
Stainless steel :
Vcr = 60 m/s
pada
daerah
batas
butir
menyebabkan
terjadinya
korosi
intergranular.
Pada temperatur sekitar 950 sampai 1450 oF, stainless steel akan
mengalami sensitisasi. Bila kadar karbon lebih besar daripada 0,02%, karbon
akan terkumpul pada batas butir dan akan menarik chrome keluar dari baja
untuk membentuk krom karbida. Hal ini menyebabkan rendahnya kadar
chrome pada daerah disekitar batas butir sehingga daerah tersebut akan
lebih rentan terhadap serangan korosi. Korosi intergranular dapat dijelaskan
secara skematis pada gambar 14.
intergranular
merambat
melalui
batas
butir,
sedangkan
terjadi pada Carbon Steel dan Stainless Steel dan juga chloride corrosion
cracking yang umumnya hanya terjadi pada Stainless Steel. SCC adalah
jenis korosi internal, proses ini menghasilkan penurunan kekuatan mekanis
dengan metal loss yang rendah. Kerusakan yang terjadi tidak bisa dilihat
dengan inspeksi biasa. SCC mengakibatkan proses perpatahan yang singkat
dan jenis patahan yang brittle pada struktur maupun komponen.
7.a. Caustic Stress Corrosion Cracking
Caustic Stress Corrosion Cracking merupakan salah satu jenis dari
korosi antar butir yang umumnya terjadi pada Carbon Steel, dan juga pada
Stainless Steel dibawah tekanan dalam lingkungan kaustik dan temperatur
yang tinggi. Korosi jenis ini tidak terjadi pada temperatur ruang, tetapi biasa
ditemui pada temperatur diatas temperatur ruang, biasanya diatas 60 oC.
Umumnya Caustic stress cracking merupakan patahan transgranular (brittle)
tetapi bisa juga berupa intergranular apabila material mengalami sensitasi
terlebih dahulu. Tegangan yang diperlukan untuk pembentukan cracking
mutlak selalu menyertai pada saat proses terjadi. Tegangan sisa akibat
proses fabrikasi baik itu metal forming, bending, maupun penyambungan
cukup besar untuk terjadinya pembentukan crack.
Gambar 18. Jenis patahan Caustic Stress Corrosion Cracking pada SS 304.
Terlihat retakan yang bercabang.
Gambar 20. Ketahanan Korosi dari Carbon Steel,Stainless Steel dan Nikel
Alloy dalam larutan Kaustik, berdasarkan temperatur dan konsentrasi.
oksidasi
reduksi
kerusakan
pada
lapisan
pasif
pelindung,
sehingga
dengan mekanikal fatigue, dalam korosi fatigue tidak ada batas beban
tertentu.