Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu
dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar
Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam
epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi
sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4
Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
Wabah:
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri
menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah
Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :
Wabah harus mencakup:
o Jumlah kasus yang besar.
o Daerah yang luas
o Waktu yang lebih lama.
o Dampak yang timbulkan lebih berat.
Kriteria KLB
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya,
maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia
melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria
kerja KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak
ada/tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu, bulan, tahun)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata
per bulan dari tahun sebelumnya.
Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan
CFR dari periode sebelumnya.
Klasifikasi KLB
a. Menurut Penyebab:
Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio,
Kholera, Eschorichia, Shigella.
Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun
jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin
Kimia.
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit,
pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN.
b. Menurut Sumber KLB
Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni,
muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan
dengan racun).
Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh :
Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan
ikan/plankton
Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam
kaleng.
c. Menurut Penyakit wabah
Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:
Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah,
DBD, Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus
perut, Meningitis, Encephalitis, SARS, Anthrax
Pelacakan Kejadian Luar Biasa
1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar Biasa
Keberhasilan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan
khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di
lapangan atau tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang
3. Analisis Lanjutan
Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah,
maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut
serta analisis berkesinambungan yaitu
Penanggulangan KLB
menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah terjadinya komplikasi.
c. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat
atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit
atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya
rehabilitasi.
d. Strategi pencegahan penyakit
Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah
kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.
Faktor penyebab KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd
Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan
yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal
ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat
kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula
dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti
makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi
semakin
sulit.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd
immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa
waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd
immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah
seterusnya.
Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk
tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika
agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah
terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit
menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orangorang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex:
Asrama mahasiswa/tentara.
Pengukuran epidemiologi : UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI
Proporsi: Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel
dalam populasi
Rumus:
Proporsi : x / (x+y) x k
Contoh:
Proporsi Mhs wanita =
Jumlah Mahasiswa wanita
------------------------------------------ k
Jumlah Mahasiswa wanita + pria
jumlah pria
---------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y
Dependency ratio =
Juml usia (0 - <14th) + (>65 th)
------------------------------------------- k
Jumlah usia (15 64 th)
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa
jumlah masing2 mahasiswa?
Rate : Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan
dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat
Rumus:
Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh:
itu sendiri dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan
rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk
( vector)
dll.
KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan
memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan
tindakan perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi
sakit dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab
penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping
berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh
terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang
lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT
a. Bentuk pasif
: respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap
batin dan pengetahuan.
b. Bentuk Aktif
: yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung
misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke
puskesmas untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas
peraturan peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh
masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
e. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku
baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition )
dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat
timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku
model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat
menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah
pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan
mengamati tingkah laku model.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati
Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%),
sikap yang sedang (8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka
telah menderita atau merasakan matanya sakit seperti gatal, mata merah,
belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah tidak dapat bekerja , tidak
dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak bisa
berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya
sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori
perilaku pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang
sakit untuk memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti
perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik
tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai
mencari pengobatan di luar negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih
dahulu dengan membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa
resep dari dokter, mereka hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana
yang biasa digunakan untuk mata merah, padahal dengan mereka membeli obat
tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan belum tentu
obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan
pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan
mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air
bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap
baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal
ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam
melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik
tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami
gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI
bidang kesehatan yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan
dan kematian ibu karena hamil dan bersalin. Program ini merupakan program
penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas
kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat, dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim
medis modern yang dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan
bertemu dengan sistim medis lokal tradisional. Dinamika dan proses
komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan adopsi parsial
program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan
lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai
lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang
sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan
model-model biomedis serta bekerja atas diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini
program KIA di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Bagi pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam
kerangka religius dan transendental sehingga campur tangan manusia
dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan
perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan
dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka
kunjungan konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada
gilirannya hal ini menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan
pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan
oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan
memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui
perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bungabungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan
perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal energy,
podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap
tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar
57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7%
menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara
pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar
ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun
temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal
dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih
tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat)
yang berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10.Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat
tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan
yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan
sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di
tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding.
Adapula yang menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan
dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan
penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan
alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara
pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan
tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun
yang khas satu etnis (etno medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh
pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif
yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama.
Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun
penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun
diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan
campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio
dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun
bacaan-bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika
dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain
yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien.
Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses
pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang
diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya
dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makananmakanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang
akan disembuhkan.
3. Memahami
Puskesmas
dan
Menjelaskan
Cakupan
Mutu
Pelayanan
3.
Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan
keperawatan gigi.
4.
Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi
masyarakat.
5.
Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi
lainnya.
6.
Sarjana Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan
kesehatan.
7.
Sarjana Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi, penyuluhan,
pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.
C. PETUGAS NON MEDIS :
1.
Administrasi : pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan
kegiatan puskesmas.
2.
Petugas Dapur : menyiapkan menu masakan dan makanan pasien
puskesmas perawatan.
3.
Petugas Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan
lingkungan puskesmas.
4.
Petugas Keamanan : menjaga keamanan pelayanan khususnya
ruangan rawat inap.
5.
Sopir : mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di
luar gedung puskesmas.
TUJUAN, VISI DAN MISI PUSKESMAS
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat
yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:
1)
Lingkungan sehat
2)
Perilaku sehat
3)
Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
4)
Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi tersebut adalah:
1)
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.
Definisi Mutu Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam
bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian
sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.
Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk
yang disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management). Berikut ini definisi-definisi tersebut :
a) Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b) Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
c)
Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar.
d) Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
e)
Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas,
serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.
Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun
dari kelima definisi diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemenelemen sebagai berikut :
a) Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b) Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
c) Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa
mendatang).
Standar-standar Mutu produk dan jasa terdiri dari :
a)
Kesesuaian dengan spesifikasi
b)
Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat
c)
Tanpa cacat ( Zero Defects)
d)
Selalu baik sejak awal Standar pelanggan terdiri dari : Kepuasan pelanggan,
Memenuhi kebutuhan pelanggan, dan Menyenangkan pelanggan
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dilakukan dengan
pendekatan sistem, artinya memperhatikan proses manajemen mutu sejak
INPUT/STRUKTUR, PROSES, dan OUTCOME.
A.
Input Atau Struktur
Karakteristik yang relatif stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat
dan sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di
lingkungan kerja. Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis. Struktur digunakan
sebagai pengukuran tidak langsung dari kualitas pelayanan. Hubungan antara
struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang penting dalam merencanakan,
mendesain, dan melaksanakan sistem yang dikehendaki untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Pengaturan karakteristik struktur yang digunakan
mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi proses pelayanan sehingga ini
akan membuat kualitasnya berkurang atau meningkat. (Donabedian, 1980).
B.
Proses
Beberapa pengertian tentang proses : Interaksi profesional antara
pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat) (Depkes RI, 2001).
Suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien.
(Donabedian, 1980). Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang
mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya
pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan
tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi
asuhan terhadap pasien. (Muninjaya, 2004). Proses yaitu semua kegiatan
sistem.
Melalui
proses
akan
mengubah
input
menjadi
output.
Pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi
menjadi keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa.
C.
Output/Outcome
Tentang output/outcome, Donabedian memberikan penjelasan bahwa
outcome secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk
menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu atau
tidak, diukur dengan dengan standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan
medis yang telah dikerjakan.
MENGUKUR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
o Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
o Apanya yang diukur ?
o Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?
Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang
pengertian indikator, kriteria, dan standar.
Indikator : Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Contoh : petunjuk indikator
atau tolok ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka
kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat
diukur. Jadi indikator adalah fenomena yang dapat diukur. Indikator mutu asuhan
kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang
relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh :
Indikator struktur : Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan
sebagainya). Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain.
Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan. Dan Metode (
adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya ).
Indikator proses : Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan tugasnya, Apakah telah sebagaiman mestinya sesuai dengan
prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti yang seharusnya
sesuai standar.
Indikator outcomes : Merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya,
yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti :
Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial,
Komplikasi Perawatan , dan sebagainya.
Kriteria : Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh :
Indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria : tinggi
badan, berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah
fenomena yang dapat dihitung
Standar : Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang
eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang
standar baik. Misalnya : Panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata
(standarnya) adalah 50 cm. Berat badan bayi baru lahir yang sehat standar
adalah 3 kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan
standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek
struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.
Sistim perujukan
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya
masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
dilakukan
secara
rasional.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,
pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada
dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan
derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006)
Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan
ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan
rujukan Kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik
konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran Spesialis
dan Subspesialis terbatas. Rumah Sakit ini didirikan di setiap Ibukota Propinsi yang mampu
menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit tingkat Kabupaten.
# RUMAH SAKIT TIPE C
Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokeran Spesialis
terbatas. Rumah Sakit tipe C ini didirikan di setiap Ibukota Kabupaten (Regency hospital)
yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas
Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1. Rujukan Medik:
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan
operatif dan lain-lain
Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan
Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang
bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian
luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan
masal
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam
Hib
Hepatitis
A
Cacar air
Booster/Ulanga Imunisasi
n
untuk melawan
12 tahun
Measles,
meningitis,
rubella
3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
12-18bulan
18 bulan
Hemophilus
influenza tipe B
--
Hepatitis A
12-18bulan
--
Cacar air
Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum (Depkes, 2004)
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
k. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak
2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT
ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang
dicatat sebagai TT ulang juga.
l. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
m. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara pemberian dan dosis
a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis
ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5
dosis. Dosis ke empat
dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian
dosis ke tiga dan ke
empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan pada periode
trimester pertama.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang
gejala demam. (Depkes RI, 2005).
Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml
aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis
0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk
mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia
Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
Kemasan Vaksin
Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box
vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala berat (pingsan) karena dosis
pertama TT. (Depkes RI, 2005).
Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS)
yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin
atau suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung.
Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab
Suci
dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya
pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang
menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat AlBaqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada
orang yang membersihkan diri. Tobat
menghasilkan
kesehatan
mental,
sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua
(atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.
adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran
(QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5).
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk
upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat
islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan
setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat
dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam
Shahih wa Dhaif al-Jami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada
Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
) :
( ) : : (
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan
obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka
bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan
disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:
Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit
yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka
saat itu lebih baik tidak berobat.
Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu
penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni
dosanya dengan sebab kesabarannya.
Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat,
maka berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya
haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang
haram lainnya.
Memahami KLB dalam pandangan Islam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)
Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya
dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia
pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah
penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam
pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. AlQuran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang
menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri.
Tentu saja kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu
perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan
diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia.
Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti
melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah
(sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan
Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah
menetapkan
dalam salah satu sabdanya,
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah
mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah
meninggalkannya