Anda di halaman 1dari 40

LI 1 Memahami dan Menjelaskan KLB

Definisi
Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis dalam kurun waktu
dan daerah tertentu (Kep. Dirjen PPM&PLP No.451-I/PD.03.04/1991Kejadian Luar
Biasa (KLB) merupakan salah satu istilah yang sering digunakan dalam
epidemiologi. Istilah ini juga tidak jauh dari istilah wabah yang sring kita dengar
dalam kehidupan sehari-hari. Kedua istilah ini sering digunakan akan tetapi
sering kali kita tidak mengetahui apa arti kedua kata tersebut.Menurut UU : 4
Tahun 1984, kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya
kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu
daerah dalam kurun waktu tertentu.
Wabah:
berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah
penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim
pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Menteri
menetapkan dan, mencabut daerah tertentu dalam wilayah Indonesia yang
terjangkit wabah sebagai daerah wabah
Perbedaan definisi antara Wabah dan KLB :
Wabah harus mencakup:
o Jumlah kasus yang besar.
o Daerah yang luas
o Waktu yang lebih lama.
o Dampak yang timbulkan lebih berat.
Kriteria KLB
KLB meliputi hal yang sangat luas seperti sampaikan pada bagian sebelumnya,
maka untuk mempermudah penetapan diagnosis KLB, pemerintah Indonesia
melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No. 451-I/PD.03.04/1999 tentang Pedoman
Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB telah menetapkan criteria
kerja KLB yaitu :
Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak
ada/tidak dikenal.
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari,
minggu, bulan, tahun)
Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu,
bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua
kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata
perbulan dalam tahun sebelumnya.
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan
kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata
per bulan dari tahun sebelumnya.
Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu
tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan
CFR dari periode sebelumnya.

Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu


menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang
sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
Beberapa penyakit khusus : Kholera, DHF/DSS, (a)Setiap
peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah
endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada
periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas
dari penyakit yang bersangkutan.

Klasifikasi KLB
a. Menurut Penyebab:
Entero toxin : misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio,
Kholera, Eschorichia, Shigella.
Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum,
Clostridium perfringens.
Endotoxin : Infeksi, Virus, Bacteri, Protozoa, Cacing, Toksin Biologis, Racun
jamur, Alfatoxin, Plankton, Racun ikan, Racun tumbuh-tumbuhan, Toksin
Kimia.
Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), cyanide, nitrit,
pestisida.
Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN.
b. Menurut Sumber KLB
Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni,
muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus,
Protozoa, Virus Hepatitis.
Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe
bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan
dengan racun).
Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh :
Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan
ikan/plankton
Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok,
Streptokok.
Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam
kaleng.
c. Menurut Penyakit wabah
Beberapa penyakit dari sumber di atas yang sering menjadi wabah:
Kholera, Pes, Demam kuning, Demam bolak-balik, Tifus bercak wabah,
DBD, Campak, Polio, DPT, Rabies, Malaria, Influensa, Hepatitis, Tipus
perut, Meningitis, Encephalitis, SARS, Anthrax
Pelacakan Kejadian Luar Biasa
1. Garis Besar Pelacakan Wabah/Kejadian Luar Biasa
Keberhasilan pelacakan wabah sangat ditentukan oleh berbagai kegiatan
khusus. Pengumpulan data dan informasi secara seksama langsung di
lapangan atau tempat kejadian, yang disusul dengan analisis data yang

teliti dengan ketajaman pemikiran merupakan landasan dari suatu


keberhasilan pelacakan.
2. Analisis Situasi Awal
Pada tahap awal pelacakan suatu situasi yang diperkirakan bersifat wabah
atau kejadian luar biasa, diperlukan tiga kegiatan awal, yaitu :
a. Penentuan / penegakan diagnosis
Untuk kepentingan diagnosis maka diperlukan penelitian/pengamatan
klinis dan pemeriksaan laboratorium. Harus diamati secara tuntas
apakah laporan awal yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya (perhatikan tingkat kebenarannya). Selain itu, harus pula
ditetapkan kapan seseorang dapat dinyatakan sebagai kasus. Dalam
hal ini sangat tergantung pada keadaan dan jenis masalah yang
dihadapi.
b. Penentuan adanya wabah
Untuk menentukan apakah situasi yang dihadapi adalah wabah atau
tidak, maka perlu diusahakan melakukan perbandingan keadaan
jumlah kasus sebelumnya untuk melihat apakah terjadi kenaikan
frekuensi yang istimewa atau tidak.
c. Uraian keadaan wabah
Bila keadaan dinyatakan wabah harus dilakukan penguraian keadaan
wabah bedasarkan tiga unsur utama yaitu waktu, tempat dan orang.

Gambaran wabah berdasarkan waktu


Kurva Epidemi
Adalah gambar perjalanan suatu letusan, berupa histogram dari
jumlah kasus berdasarkan waktu timbulnya gejala pertama.
Untuk membuatnya dibutuhkan informasi tentang waktu
timbulnya gejala pertama. Misalnya, tanggal timbulnya gejala
pertama, jam timbulnya gejala pertama, untuk masa inkubasi
sangat
pendek
Manfaat kurva epidemic
Mendapatkan Informasi tentang perjalanan wabah dan
kemungkinan kelanjutan
Bila
penyakit
dan
masa
inkubasi
diketahui,
dapat
memperkirakan kapan pemaparan terjadi dengan memusatkan
penyelidikan pada periode tersebut.
Kesimpulan pola kejadian -- apakah bersumber tunggal,
ditularkan dari orang ke orang, atau campuran keduanya
Perjalanan Wabah
kurve menanjak: jumlah kasus terus bertambah, wabah sedang
memuncak, akan ada kasus-kasus baru
Puncak kurve sudah dilalui: kasus yang terjadi semakin
berkurang, wabah akan segera berakhir.Mencari Periode
pemaparan
Pada point source epidemic -- penyakit dan masa inkubasi
diketahui, kurve epidemic dapat digunakan untuk mencari
periode pemaparan -- penting menanyakan sumber letusan

Gambaran wabah berdasarkan tempat


Memberikan informasi tentang luasnya wialyah yang terserang
Menggambarkan pengelompokkan atau pola lain ke arah
penyebab
Berupa: Spot map atau area map

Spot map: peta sederhana yang berguna untuk menggambarkan


tempat para penderita tinggal, bekerja, atau kemungkinan
terpapar
Area map: menunjukkan insidens atau distribusi kejadian pada
wilayah dengan kode/ arsiran
Mencantumkan angka serangan (rate) untuk masing-masing
wilayah
Gambaran wabah berdasarkan orang
Umur
Umur merupakan salah satu faktor yang menentukan penyakit,
karena mempengaruhi:
Daya tahan tubuh
Pengalaman kontak dengan penyakit
Lingkungan pergaulan yang memungkinkan kontak dengan
sumber penyakit
Jenis Kelamin; Ras/ suku; dsb.
Faktor-faktor ini digambarkan apabila diduga ada perbedaan
risiko diantara golongan-golongan dalam faktor tsb.Di negaranegara multirasial, gambaran penderita berdasarkan ras sering
ditampilkan. Adanya perbedaan cara hidup, tingkat sosial
ekonomi, kekebalan, dsb.
Berdasarkan pemaparan: Pekerjaan, Rekreasi, Penggunaan obatobatan

3. Analisis Lanjutan
Setelah melakukan analisis awal dan menetapkan adanya situasi wabah,
maka selain tindak pemadaman wabah, perlu dilakukan pelacakan lanjut
serta analisis berkesinambungan yaitu

Usaha penemuan kasus tambahan


Ditelusuri kemungkinan adanya kasus yang tidak dikenal dan kasus
yang tidak dilaporkan. Dengan cara mengadakan pelacakan ke
rumah sakit dan ke dokter praktek umum setempat dan pelacakan
yang itensif adanya gejalaatau yang kontak dengan penderita.
Analisis data
Melakukan analisis data secara berkesinambungan sesuai tambahan
informasi yang didapatkan dan laporkan hasil intrepesi data
tersebut.
Menegakkan hipotesis
Hasil analisis dari seluruh kegiatan dibuat keputusan yang bersifat
hipotesis tentang keadaan yang diperkirakan. Kesimpulan dari
semua fakta yangditemukan harus sesui dengan apa yang
tercantum dalam hipotesis.
Tindak pemadaman wabah dan tindak lanjut
Tindakan diambil berdasarkan hasil analisis dan sesuai dengan
keadaan wabah yang terjadi. Setiap tindakan pemadaman wadah
harus disertai dengan berbagai tindak lanjut (follow up) sampai
keadaan sudah normal kembali. Biasanya kegiatan tindak lanjut dan
pengamatan dilakukan sekurang-kurangnya 2 kali masa tunas
penyakit yang mewabah.

Penanggulangan KLB

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB),


yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB
secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan
yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang
mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya
suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi
KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan
perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).
Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang wabah penyakit menular
serta Peraturan Menteri Kesehatan No. 560 tahun 1989, maka penyakit DBD
harus dilaporkan segera dalam waktu kurang dari 24 jam. Undang-undang No. 4
tahun 1984 juga menyebutkan bahwa wabah adalah kejadian berjangkitnya
suatu penyakit menular dalam masyarakat, yang jumlah penderitanya
meningkat secara nyata melebihi dari keadaan yang lazim pada waktu dan
daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka. Dalam rangka
mengantisipasi wabah secara dini, dikembangkan istilah kejadian luar biasa
(KLB) sebagai pemantauan lebih dini terhadap kejadian wabah. Tetapi kelemahan
dari sistem ini adalah penentuan penyakit didasarkan atas hasil pemeriksaan
klinik laboratorium sehingga seringkali KLB terlambat diantisipasi (Sidemen A.,
2003).
Badan Litbangkes berkerja sama dengan Namru 2 telah mengembangkan suatu
sistem surveilans dengan menggunakan teknologi informasi (computerize) yang
disebut dengan Early Warning Outbreak Recognition System (EWORS). EWORS
adalah suatu sistem jaringan informasi yang menggunakan internet yang
bertujuan untuk menyampaikan berita adanya kejadian luar biasa pada suatu
daerah di seluruh Indonesia ke pusat EWORS secara cepat (Badan Litbangkes,
Depkes RI). Melalui sistem ini peningkatan dan penyebaran kasus dapat
diketahui dengan cepat, sehingga tindakan penanggulangan penyakit dapat
dilakukan sedini mungkin. Dalam masalah DBD kali ini EWORS telah berperan
dalam
hal
menginformasikan
data
kasus DBD
dari
segi
jumlah,
gejala/karakteristik penyakit, tempat/lokasi, dan waktu kejadian dari seluruh
rumah sakit DATI II di Indonesia (Sidemen A., 2003)
Pencegahan terjadinya wabah/KLB
a. Pencegahan tingkat pertama
Menurunkan faktor penyebab terjadinya wabah serendah
mungkin dengan cara desinfeksi, pasteurisasi, sterilisasi yang
bertujuan untuk menghilangkan mikroorganisme penyebab
penyakit dan menghilangkan sumner penularan.
Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan
fisik seperti peningkatan air bersih, sanitasi lingkungan,
peningkatan lingkungan biologis seperti pemberntasan serangga
dan binatang pengerat serta peningkatan lingkungan sosial
seperti kepadatan rumah tangga.
Meningkatkan daya tahan pejamu meliputi perbaikan status
gizi,kualitas hidup penduduk, pemberian imunisasi serta
peningkatan status psikologis.
b. Pencegahan tingkat kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditunjukkan pada mereka yang
menderita atau dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan

menderita (masa tunas) dengan cara diagnosis dini dan pengobatan yang
tepat agar dicegah meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya
wabah serta untuk segera mencegah proses penyakit lebih lanjut serta
mencegah terjadinya komplikasi.
c. Pencegahan tingkat ketiga
Bertujuan untuk mencegah jangan sampai penderita mengalami cacat
atau kelainan permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit
atau mencegah kematian akibat penyakit tersebut dengan dilakukannya
rehabilitasi.
d. Strategi pencegahan penyakit
Dilakukan usaha peningkatan derajad kesehatan individu dan masyarakat,
perlindungan terhadap ancaman dan gangguan kesehatan, pemeliharaan
kesehatan, penanganan dan pengurangan gangguan serta masalah
kesehatan serta rehabilitasi lingkungan.
Faktor penyebab KLB
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya KLB/Wabah adalah Herd
Immunity. Secara umum dapat dikatakan bahwa herd immunity ialah kekebalan
yang dimiliki oleh sebagian penduduk yang dapat menghalangi penyebaran. Hal
ini dapat disamakan dengan tingkat kekebalan individu yaitu makin tinggi tingkat
kekebalan seseorang, makin sulit terkena penyakit tersebut. Demikian pula
dengan herd immunity, makin banyak proporsi penduduk yang kebal berarti
makin tinggi tingkat herd immunity-nya hingga penyebaran penyakit menjadi
semakin
sulit.
Setelah terjadi wabah, jumlah penduduk yang kebal bertambah hingga herd
immunity meningkat hingga penyebaran penyakit berhenti. Setelah beberapa
waktu jumlah penduduk yang kebal menurun demikian pula dengan herd
immunity-nya dan wabah penyakit tersebut datang kembali, demikianlah
seterusnya.
Kekebalan Kelompok (Herd Immunity)
Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu
terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu
berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk
tertentu.
Wabah terjadi karena 2 keadaan :
Keadaan kekebalan populasi yakni suatu wabah besar dapat terjadi jika
agent penyakit infeksi masuk ke dalam suatu populasi yang tidak pernah
terpapar oleh agen tersebut atau kemasukan suatu agen penyakit
menular yang sudah lama absen dalam populasi tersebut.
Bila suatu populasi tertutup seperti asrama, barak dimana keadaan sangat
tertutup dan mudah terjadi kontak langsung, masuknya sejumlah orangorang yang peka terhadap penyakit tertentu dalam populasi tsb. Ex:
Asrama mahasiswa/tentara.
Pengukuran epidemiologi : UKURAN-UKURAN DALAM EPIDEMIOLOGI
Proporsi: Proporsi adalah perbandingan yang pembilangnya merupakan
bagian dari penyebut. Proporsi digunakan untuk melihat komposisi suatu variabel
dalam populasi
Rumus:

Proporsi : x / (x+y) x k
Contoh:
Proporsi Mhs wanita =
Jumlah Mahasiswa wanita
------------------------------------------ k
Jumlah Mahasiswa wanita + pria

Proporsi Mahasiswa berprestasi


Proporsi Mahasiswa hafal Al Quran

Ratio: Ratio adalah perbandingan dua bilangan yang tidak saling


tergantung. Ratio digunakan untuk menyatakan besarnya kejadian
Rumus:
Ratio: (x/y) k
Ratio dapat juga dinyatakan sebagai perbandingan
Ratio x : y = 1 : 2
Contoh:

jumlah pria
---------------------- k
jumlah wanita
Pria : Wanita = x : y
Dependency ratio =
Juml usia (0 - <14th) + (>65 th)
------------------------------------------- k
Jumlah usia (15 64 th)
Contoh: Jumlah Mahasiswa Stikes = 100, ratio pria : wanita = 2 : 3. Berapa
jumlah masing2 mahasiswa?
Rate : Rate adalah perbandingan suatu kejadian dengan jumlah penduduk yang
mempunyai risiko kejadian tersebut. Rate digunakan untuk menyatakan
dinamika dan kecepatan kejadian tertentu dalam masyarakat
Rumus:
Rate: (x/y) k
X: angka kejadian
Y: populasi berisiko
K: konstanta (angka kelipatan dari 10)
Contoh:

Campak berisiko pada balita

Diare berisiko pada semua penduduk

Ca servik berisiko pada wanita

PENGUKURAN ANGKA KESAKITAN/ MORBIDITAS


INCIDENCE RATE
Incidence rate adalah frekuensi penyakit baru yang berjangkit dalam
masyarakat di suatu tempat / wilayah / negara pada waktu tertentu

Incidence Rate (IR):


Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
PREVALENCE RATE
Prevalence rate adalah frekuensi penyakit lama dan baru yang berjangkit
dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu tertentu. PR
yang ditentukan pada waktu tertentu (misal pada Juli 2000) disebut Point
Prevalence Rate. PR yang ditentukan pada periode tertentu (misal 1 Januari 2000
s/d 31 Desember 2000) disebut Periode Prevalence Rate
Prevalence Rate (PR):
Jumlah penyakit lama + baru
--------------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko
ATTACK RATE
Attack Rate adalah jumlah kasus baru penyakit dalam waktu wabah yang
berjangkit dalam masyarakat di suatu tempat/ wilayah/ negara pada waktu
tertentu
Attack Rate (AR):
Jumlah penyakit baru
--------------------------------- k
Jumlah populasi berisiko

(dalam waktu wabah berlangsung)

PENGUKURAN MORTALITY RATE


CRUDE DEATH RATE
CDR adalah angka kematian kasar atau jumlah seluruh kematian selama
satu tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: CDR (Crude Death Rate)
Jumlah semua kematian
--------------------------------- k
Jumlah semua penduduk
SPECIFIC DEATH RATE
SDR adalah jumlah seluruh kematian akibat penyakit tertentu selama satu
tahun dibagi jumlah penduduk pada pertengahan tahun
Rumus: SDR (Specific Death Rate
Jumlah kematian penyakit x
----------------------------------- k

Jumlah semua penduduk


CASE FATALITY RATE
CFR adalah persentase angka kematian oleh sebab penyakit tertentu,
untuk menentukan kegawatan/ keganasan penyakit tersebut
CFR (Case Fatality Rate):
Jumlah kematian penyakit x
------------------------------------ x 100%
Jumlah kasus penyakit x
MATERNAL MORTALITY RATE
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab
kehamilan/ melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran
hidup
MMR (Maternal Mortality Rate):
Jumlah kematian Ibu
------------------------------ x 100.000
Jumlah kelahiran hidup
INFANT MORTALITY RATE
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur
<1tahun) per 1000 kelahiran hidup
IMR (Infant Mortality Rate):
Juml kematian bayi
----------------------------- x 1000
Juml kelahiran hidup
NEONATAL MORTALITY RATE
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi
sampai umur < 4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
NMR (Neonatal Mortality Rate):
Jumlah kematian neonatus
------------------------------------ x 1000
Jumlah kelahiran hidup
PERINATAL MORTALITY RATE
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin
umur 28 minggu s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
PMR (Perinatal Mortality Rate):
Jumlah kematian perinatal
---------------------------------- -x 1000
Jumlah kelahiran hidup

LI 2 Memahami dan Menjelaskan Perilaku Pengobatan

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik


yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar
(Notoatmodjo, 2003).
Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), merumuskan
bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar. Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya
stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons,
maka teori Skinner ini disebut teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon.
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :
a. Perilaku tertutup (convert behavior). Perilaku tertutup adalah respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas
pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang
terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat
diamati secara jelas oleh orang lain.
b. Perilaku terbuka (overt behavior).Respon seseorang terhadap stimulus
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus
tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek, yang
dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.
PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
Prinsip pendidikan kesehatan masyarakat
a. Pendidikan kesehatan bukan hanya pelajaran di kelas tetapi merupakan
kumpulan pengalaman dimana saja dan kapan saja sepanjang dapat
mempengaruhi pengetahuan sikap dan kebiasaan sasaran pendidikan
b. Pendidikan kesehatan tidak dapat secara mudah diberikan oleh seseorang
kepada orang lain karena pada akhirnya sasaran pendidikan itu sendiri yang
dapat mengubah kebiasaan dan tingkah lakunya sendiri.
c. Bahwa yang harus dilakukan oleh pendidik adalah menciptakan sasaran agar
individu keluarga, kelompok dan masyarakat dapat mengubah sikap dan
tingkah lakunya sendiri.
d. Penddikan kesehatan dikatakan berhasil bila sasaran
pendidikan
( individu),keluarga, kelompok, dan masyarakat) sudah mengubah sikap dan
tingkah lakunya sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Ruang Lingkup Pendidikan kesehatan masyarakat.
Dimensi sasaran
Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasaran kelompok masyarakat
tertentu
Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasaran masyarakat luas
Dimensi tempat pelaksanaan
Pendidikan kesehatan dirumah sakit dengan sasaran pasien dan
keluarga
Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasaran pelajar
Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan sasaran
masyarakat atau pekerja
Dimensi tingkat pelayanan kesehhatan

Pendidikan kesehatan promosi kesehatan ( health promotion) missal ;


Peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan , gaya hidup dan
sebagainya
Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus ( specific Protection)
missal : imunisasi
Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (early
diagnostic and promt treatment ) missal : dengan pengobatan layak
dan sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan
Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi missal : dengan memulihkan
kondisi cacat melalui latihan latihan tertentu
METODE PENDIDIKAN KESEHATAN MASYARAKAT
a. Metode pendidikan individual ( perorangan)
Bimbingan dan penyuluhan ( guidance and counseling) yaitu ; kontak
antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang
dihadapi oleh klien dapat dikoreksi dan dibantu penyelesaianya,
akhirnya klien tersebut akan dengan sukarela dan bedasarkan
kesadaran penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut
( mengubah prilaku)
Interview ( wawancara);Yaitu merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan dan menggali informasi mengapa ia tidak atau belum
menerima perubhan untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah
atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pngertian dan kesadara
yang kuat apabila belum maka peru penyuluhan yang lebih mendalam
lagi.
b. Metode pendidikan kelompok
Kelompok Besar : Ceramah, seminar
kelompok Kecil
: diskusi kelompok , Curah pendapat ( brain
storming), Bola salju ( snow balling), kelompok kecil kecil ( buzz
group), Memainkan peranan ( role play), Permainan simulasi
( simulation game ).
c. Metode pendidikan massa
Ceramah umum ( public speaking)
Pidato pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik
baik TV maupun radio, pada hakikatnya adalah merupakan bentuk
pendidikan kesehatan massa
Simulasi dialog atar pasien dengan dokter atau petugas kesehatan
lainnya tentang suatu penyakit atau masalah kesehatan melalui tv
atau radio
Tulisan tulisan di majalah / Koran baik dalam bentuk artikel maupun
Tanya jawab / konsultasi tentang kesehatan
Bill board yang dipasang dipinggir jalan ,spanduk dan poster
d. Alat bantu dan media pendidikan kesehatan masayarakat
Alat bantu (peraga) Alat alat yang digunakan oleh peserta didik
dalam menyampaikan bahan pendidikan /pengajaran. Macam
macam alat bantu pendidikan : - Alat bantu lihat ( visual body)
seperti Slide , film, film strip
Alat bantu dengar ( audio aids) seperti piringan hitam, radio, pita
suara
Alat bantu lihat dengar seperti : Televisi
e. Media Pendidikan Kesehatan
Media pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah alat bantu pedidikan
( audio visual aids) disebut media pendidikan karena alat alat tersebut

merupakan alat saluran ( channel) untuk menyampaikan kesehatan


karena alat alat tersebut digunakan untuk mempermudah penerimaan
pesan pesan kesehatan bagi masyarakat atau klien . berdasarkan
fungsinya sebagai penyaluran pesan pesa kesehatan ( media) media ini
dibagi menjadi 3 : Cetak , elektronik. Media papan ( billboard)

Perilaku Kesehatan Masyarakat


ILMU PERILAKU DAN PERILAKU KESEHATAN
Konsep perilaku
Skinner ( 1938 ) seorang ahli perilaku mengemukakakn bahwa perilaku adalah
merupakan hasil hubungan antara perangsang ( stimulus) dan tanggapan
( respon) ia membagi menjadi 2 yaitu ;
a. Respondent respons reflexive respons ialah yang ditimbulkan oleh
rangsangan tertentu .perangsangan semacam ini disebut elicting stimuli,
karena menimbulkan respon respons yang relative tetap misalnya : makanan
lezat menimbulkan keluarnya air liur , cahaya yang kuat akan menimbulkan
mata tertutup dll. Respondent respons ini mencakup juga emosi respons atau
emotional behavior. Emotional respons ini timbul karena hal yang kurang
mengenakan organism yang ersangkutan. Misalnya menangis karena sedih /
sakit . muka merah sebaliknya hal hal yang mengenakan pun dapat
menimbulkan perilaku emosinal misalnya tertawa, berjingkat jingkat karena
senang.
b. Operant respons atau instrumental respons adalah respons yang timbul dan
berkembang diikuti oleh perangsangan tertentu. Perangsangan semacam ini
disebut
reinforcing
stimuli
atau
reinforce,
karena
perangsangan
perangsangan tersebut memperkuat respons yang telah dilakukan oleh
organism. Oleh karena itu perangsangan yang demikian itu mengikuti atau
memperkuat sesuatu perilaku tertentu yang telah dilakukan . Contoh : apabila
memperoleh hadiah maka ia akan menjadi lebih giat belajar atau akan lebih
baik lagi melakukan perbuatan tersebut. Dengan kata lain respons nya akan
lebih intensif atau lebih kuat lagi.
PERILAKU KESEHATAN
Yaitu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit , system pelayanan kesehatan makanan serta lingkungan .perilaku
kesehatan mencangkup 4 yaitu :
a. Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana manusia
merespon baik pasif maupun aktif perilaku terhadap sakit dan penyakit ini
dengan sendirinya sesuai dengan tingkatan tingkatan pencegahan penyakit
misalnya : Perilaku pencegahan penyakit ( health prevention behavior) respon
utuk melaakukan pencegahan penyakit misalnya tidur dengan kelambu untuk
mencegah gigitan nyamuk malaria .imunisasi
b. Perilaku terhadap pelayanan kesehatan , baik pelayanan kesehatan
tradisional maupun modern. Perilaku ini mencakup respons terhadap fasillitas
pelayanan cara pelayanan, petugas kesehatan, dan obat obatan yang terwjud
dalam pengetahuan , persepsi, sikap dan penggunaan fasilitas ,petugas dan
obat obatan
c. Perilaku terhadap makanan ( nutrition behavior) yaitu respons seseorang
terhadap makanan sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan , meliputi
pengetahuan ,persepsi, sikap dan praktek kita terhadap makanan serta
unsure unsure yang terkandung didalamnya
d. Perilaku terhadap lingkungan kesehatan ( environmental health behavior)
adalah respon seseorang terhadap lingkungan sekitarnya sebagai determinan
kesehatan manusia. Lingkup perilaku ini seluas lingkup kesehatan lingkungan

itu sendiri dengan bersih , pembuangan air kotor dengan limbah dengan
rumah yang sehat dengan pembersihan sarang saranng nyamuk
( vector)
dll.

KLASIFIKASI PERILAKU
a. Perilaku kesehatan ( health behavior) yaitu hal hal yang berkaitan dengan
memelihara , meningkatkan dan mencegah penyakit dengan tindakan
tindakan perorangan seperti sanitasi, memilih makanan dn kebersihan
b. Perilaku sakit ( illness behavior) yaitu tindakan seseorang dalam menyikapi
sakit dan kemampuan individu untuk mengidentifikasi penyakit ,penyebab
penyakit serta usaha usaha mencegah penyakit tersebut.
c. Perilaku peran sakit (the sick role behavior) yaitu tindakan seseorang yang
sedang sakit untuk memperoleh kesembuhan . perilaku ini disamping
berpengaruh terhadap kesehatan /kesakitanya sendiri juga berpengaruh
terhadap kesehatan/kesakitanya sendiri juga berpengaruh terhadap orang
lain terutama anak anak yang belm mempunyai kesadaran dan tanggung
jawab terhadap kesehatanya.
RESPON PERILAKU TERHADAP PENYAKIT
a. Bentuk pasif
: respon internal yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak
secara langsung dapat terlihat oleh orang lain missal tanggapan atau sikap
batin dan pengetahuan.
b. Bentuk Aktif
: yaitu perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung
misalnya pada kedua contoh diatas si ibu sudah membawa anaknya ke
puskesmas untuk imunisasi
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
a. Faktor predisposing berupa pengetahuan , sikap , kepercayaa, tradisi, nilai dll
b. Faktor enabling /pemungkin berupa ketersediaan sumber sumber / fasilitas
peraturan peraturan
c. Faktor reinforcing/ mendorong/memperkuat berupa tokoh agama , tokoh
masyarakat.
PERUBAHAN PERILAKU
a. Teori Stimulus dan Transformasi
b. Teori teori belajar social ( social searching )
Tingkah laku sama ( same behavior )
Tingkah laku tergantung ( matched dependent behavior 0
Tingkah laku salinan ( copying behavior )
e. Teori belajar social dari bandara dan walter
Efek modeling ( modeling effect ) yaitu peniru melakukan tingkah laku
baru melalui asosiasi sehingga sesuai dengan tingkah laku model
Efek menghambat ( inhibition) dan menghapus hambatan ( dishinbition )
dimana tingkah laku yang tidak sesuai dengaan model dihambat
timbulnya, sedangkan tingkah laku yang sesuai dengan tingkah laku
model dihapuskan hambatannya sehingga timbul tingkah laku yang dapat
menjadi nyata
Efek kemudahan ( facilitation effect ) yaitu tingkah laku yang sudah
pernah dipelajari oleh peniru lebih mudah muncul kembali dengan
mengamati tingkah laku model.
Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Mengobati
Mayoritas masyarakat dengan pengetahuan kurang dan sedang (78%),
sikap yang sedang (8%) cenderung akan berobat ke puskesmas jika mereka

telah menderita atau merasakan matanya sakit seperti gatal, mata merah,
belekan, jika telah mengalami kebutaan, bila sudah tidak dapat bekerja , tidak
dapat mengenali seseorang dalam jarak dekat maupun jauh, dan tidak bisa
berjalan dengan baik. Mereka biasanya akan mengeluh sakit pada matanya
sehingga mereka baru memeriksakan sakitnya ke puskesmas. Berdasarkan teori
perilaku pencarian pelayanan kesehatan disebutkan bahwa perilaku orang yang
sakit untuk memperoleh penyembuhan mencakup tindakan- tindakan seperti
perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik
tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai
mencari pengobatan di luar negeri
Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih
dahulu dengan membeli obat di warung seperti tetes mata, salep di apotik tanpa
resep dari dokter, mereka hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana
yang biasa digunakan untuk mata merah, padahal dengan mereka membeli obat
tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mata, dan belum tentu
obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan
pemakaian. Dan ada juga yang mengobati secara tradisional yaitu dengan
mengompres mata dengan air hangat, air sirih, air teh, daun kelor dan air
bambu. Di sisi lain masyarakat dengan pengetahuan baik (22%) dan bersikap
baik (92%) berperilaku langsung mengobati ke puskesmas atau rumah sakit. Hal
ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam
melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik
tentang kesehatan, khususnya kesehatan mata. Sehingga jika mengalami
gangguan pada mata mereka langsung mengobati dengan rasional.
Pelayanan Kesehatan Modern
1. Polindes.
Polindes adalah salah satu program pembangunan oleh pemerintah RI
bidang kesehatan yang berangkat dari persoalan tingginya angka kesakitan
dan kematian ibu karena hamil dan bersalin. Program ini merupakan program
penyediaan fasilitas layanan kesehatan di desa yang jauh dari fasilitas
kesehatan yang memadai. Tiga tujuan utama program adalah:
sebagai tempat pelayanan kesehatan ibu, anak dan KB.
sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan.
sebagai tempat konsultasi, penyuluhan dan pendidikan kesehatan bagi
masyarakat, dukun bayi dan kader kesehatan.
Secara institusi dan gagasan, polindes merupakan representasi sistim
medis modern yang dalam proses intervensi di masyarakat sasaran akan
bertemu dengan sistim medis lokal tradisional. Dinamika dan proses
komunikasi yang terjadi antara keduanya menghasilkan adopsi parsial
program oleh masyarakat sasaran. Hal yang menarik dari data temuan
lapangan adalah terdapat perbedaan perspektif antara program dan nilai-nilai
lokal dalam menginterpretasi kehamilan dan persalinan dan etiologi tentang
sehat sakit. Program beroperasi atas dasar prinsip-prinsip fisiologis dan
model-model biomedis serta bekerja atas diktum preventif.
Hal ini konsisten dengan cara kerja sistem medis modern (dalam hal ini
program KIA di polindes) yaitu mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Bagi pengetahuah lokal, kehamilan dan persalinan lebih dijelaskan dalam
kerangka religius dan transendental sehingga campur tangan manusia
dianggap minimal dan pasif. Dalam konteks pemikiran ini, pemeliharaan dan
perawatan dengan makna mencegah resiko sebalum terjadi tidak dikenal dan
dianggap mendahului takdir yang memberi rasionalisasi rendahnya angka
kunjungan konsultasi ibu selama kehamilan hingga paska bersalin. Pada
gilirannya hal ini menghambat deteksi dini resiko pada kehamilan ibu dan

menghalangi upaya-upaya untuk mengatasinya. Pendekatan program yang


cendrung tekhnikal medis membuat program menjadi keras dan impersonal
bagi ibu. Memperhatikan dan mengadopsi sistim kognisi lokal, etiologi
setempat dan pola keterlibatan individu-individu dalam sistim sosial setempat
kedalam program dapat memberi keuntungan pada program dalam jangka
panjang hingga program dapat menyediakan layanan yang lebih sesuai
dengan kondisi dan pengetahuan lokal. Upaya memahami nilai-nilai budaya
dan sistim sosial setempat memberi pemahaman tentang faktor- faktor yang
menghambat diadopsinya program dan merancang strategi yang dapat
mendukung program. Kata kunci: Polindes, pelayanan kesehatan ibu hamil
bersalin, faklor sosial budaya.
2. Holistik Modern
Sudah saatnya bagi masyarakat untuk beralih ke layanan kesehatan
holistik modern. Dalam situasi biaya pelayanan kesehatan umum sekarang
ini sangat tinggi dan kadang-kadang terasa mencekik dan sulit dijangkau oleh
sebagian besar masyarakat, maka untuk mendapatkan konsultasi dan
pengobatan berbagai penyakit secara maksimum dengan akurat dan hemat,
sudah saatnya masyarakat memanfaatkan layanan kesehatan Holistik
Modern.
DR.ASVIAL RIVAI, M.D (M.A) sang pelopor dan pengembang layanan
kesehatan holistik modern itu di Indonesia sejak tahun 1997, menjelaskan. Di
bawah ini, kami tampilkan wawancara Kris Sadipun dari Bekasi Ekspres (BE)
dengan DR.ASVIAL RIVAI (AR) di Kantor Pusat Holistik Moderen, Mall
Belannova, Sentul City, Bogor, dalam bentuk tanya-jawab menyangkut
keunggulan layanan kesehatan Holistik Moderen
BE: Apa yang dimaksud dengan layanan kesehatan Holistik Modern?
AR: Itu hanya sebuah nama. Apalah arti sebuah nama, banyak orang
berkata begitu. Tapi sebenarnya holistik modern merupakan sebuah
sebutan terhadap satu sistem pelayanan terpadu dalam memenuhi
berbagai kebutuhan untuk pemeliharaan dan perbaikan tingkat
kesehatan yang mungkin sudah rusak yang disebut sakit-sakitan.
Layanan kesehatan holistik modern dalam arti yang sangat dalam,
meliputi berbagai pelayanan termasuk layanan pemeriksaan kesehatan
secara menyeluruh, konsultasi kesehatan secara menyeluruh (baik
fisik, emosional dan juga kejiwaan), perawatan / pengobatan penyakitpenyakit secara menyeluruh (juga fisik, emosional dan kejiwaan),
pemberian nasehat dan anjuran-anjuran kesehatan secara menyeluruh
(berlaku juga untuk kesehatan fisik, emosional dan kejiwaan), kontrol
ulang serta bimbingan / tuntunan selama penyakit-penyakitnya belum
sembuh atau selama masih dibutuhkan oleh sipenderita. Itu dilakukan
secara terpadu oleh satu tenaga praktisi yang sudah dilatih untuk
menekuni profesi itu, tanpa harus rujuk kesana sini, tanpa harus ambil
darah, tanpa suntikan, tanpa melukai dan malah tanpa buka-buka
pakaian sangat etis.
Dalam melakukan pemeriksaan kesehatan menyeluruh, digunakan
berbagai metode yang megacu pada ilmu pengetahuan kesehatan dengan
benar, sebagai satu pandangan lain nonmedis, yang merupakan terobosan
baru dalam bidang kesehatan yang sangat sederhana tapi sangat efektif,
yaitu ilmu iridology yang berasal atau ditemukan oleh seorang dokter medis
di Eropa (yaitu satu ilmu pengetahuan bagaimana mendeteksi penyakit
malalui tanda-tanda yang terjadi pada mata akibat adanya gangguan
penyakit itu), Ilmu kinesiology yang berasal atau ditemukan oleh seorang ahli
saraf di Amerika (yaitu ilmu pengetahuan bagaimana mengetahui tingkat
kesehatan organ-organ dan sistem tubuh melalui kelemahan yang terjadi

pada otot lengan) dan ilmu phytobiophysics yang berasal atau ditemukan
oleh seorang dokter juga di Inggris (yaitu bagaimana mengetahui dan
memperbaiki tingkat penyakit dan kelemahan tubuh seseorang melalui
perobahan energy yang terjadi pada tubuh yang ditest dengan energy bungabungaan berbagai warna). Dan ada juga berbagai cara pendeteksian dan
perawatan yang lain, seperti heart lock, jump leading, universal energy,
podorachidian dan lain-lain.
3. Pelayanan Kesehatan Tradisional
Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia,
namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap
tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar
57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7%
menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara
pengobatan.
Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara
pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar
ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun
temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal
dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam
masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).
Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih
tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:
1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat.
2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya
masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.
3. Terbatasnya akses dan keterjangkauan pelayanan kesehatan moderen.
4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa
penyakit tertentu.
5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat)
yang berasal dari alam (back to nature).
6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.
7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.
8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional.
9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.
10.Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tradisional.
Pengobatan alternatif bias dilakukan dengan menggunakan obat-obat
tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut
yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan
yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar
pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran standar) dan digunakan
sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.
Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di
tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai traditional medicine atau
pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai traditional healding.
Adapula yang menyebutkanalternatif medicine. Ada juga yang menyebutkan
dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59).
Dalam sehari-hari kita menyebutnya pengobatan dukun. Untuk memudahkan
penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan

alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara
pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga
dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan
tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun
yang khas satu etnis (etno medicine).
Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan
pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh
pemerintah. Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif
yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama.
Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun
penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun
diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan
campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio
dan batin.
Salah satu cirri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun
bacaan-bacaan. Doa atau bacaan dapat menjadi unsur penyembuh utama ketika
dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain
yaitu adanya pantangan pantangan.
Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien.
Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses
pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat.
Dimana pantanganpantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang
diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya
dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makananmakanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang
akan disembuhkan.

3. Memahami
Puskesmas

dan

Menjelaskan

Cakupan

Mutu

Pelayanan

MUTU PELAYANAN PUSKESMAS


Pusat Kesehatan Masyarakat, disingkat Puskesmas, adalah Organisasi
fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh,
terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran
serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh
pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tersebut diselenggarakan
dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna
mencapai derajad kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan
kepada perorangan. Puskesmas dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu: Puskesmas
Tingkat Provinsi, Puskesmas Kecamatan dan Puskesmas Kelurahan.
Puskesmas Keliling (Puskel) adalah program pelayanan kesehatan terpadu
keluar gedung puskesmas yang menjangkau daerah terpencil, tempat tinggal
masyarakat yang sulit mendapatkan akses pelayanan kesehatan terdekat.
Manajemen Puskesmas adalah suatu rangkaian yang sistematik dan terpadu
yang meliputi unsure-unsur perencanaan (P1), penggerakkan pelaksanaan (P2),
Pengawasan Pengendalian dan Penilaian (P3) dalam rangka meningkatkan fungsi
pelayanan Puskesmas.
Pelayanan adalah usaha, upaya atau kegiatan-kegiatan yang direncanakan
dan dilaksanakan sesuai profesi keahlian masing-masing. Pengabdian adalah
pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan sebagi wujud aktualisasi
(pengembangan kemampuan diri) dalam memberikan pelayanan yang terbaik
bagi masyarakat. Promotif adalah upaya untuk memperkenalkan (sosialisasi) dan
mengarahkan opini, persepsi, sikap dan tindakan masyarakat dalam menunjang
pola perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Preventif adalah usaha untuk

melakukan pencegahan terhadap risiko penularan penyakit dan penyebaran


penyakit yang berpotensi menular atau menimbulkan wabah penyakit. Kuratif
adalah upaya dalam pengobatan dan penanganan penyakit yang telah diduga
dan didiagnosis berdasarkan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang. Administrasi
adalah suatu kegiatan pelayanan ketatausahaan, seperti: pencatatan, pelaporan
dan pengarsipan hasil kegiatan, yang berkenaan dengan penyelenggaraan
kebijakan program untuk mencapai tujuan organisasi. Evaluasi adalah sebuah
kegiatan penilaian, pengawasan dan pengamatan yang dilakukan secara
berkelanjutan melalui rapat pertemuan untuk menentukan hasil program
pelayanan kesehatan dan penetapan kebijakan program selanjutnya. Koordinasi
adalah kegaiatan mengatur pelayanan kesehatan, dan menggalang kerjasama
tim, secara horizontal, lintas program (dalam unsur pelayanan) maupun vertikal,
lintas sektoral, (dengan institusi lainnya) sehingga program, peraturan dan
penentuan tindakan yang akan dilaksanakan bisa saling mendukung pencapaian
target pelayanan.
Pelayanan Kesehatan di taraf Puskesmas saat ini masih sering dikeluhkan oleh
masyarakat. hal-hal yang sering dikeluhkan adalah:
1. Petugas tidak ramah
Petugas yang selalu marah marah begitu ada pasien, yang datang. administrasi
yang lama, petugas yang sering terlambat dan pulang cepat, selalu menjadi
keluhan masyarakat. yang menyebabkan masyarakat sering berobat ke
pengobatan alternatif, dengan biaya yang tidak terlalu mahal, namun hati pasien
bisa jauh lebih nyaman.
2. Obat yang ala kadarnya
Tak asing lagi jika masyarat mengeluh masalah ini. obat demam dikasi pil dan
tablet yang sama dengan obat gatal. sisanya jika ingin obat yang lebih bagus
lagi, masyarakat harus membeli di apotek.
3. Dokter tidak ada
Untuk puskesmas yang ada di ibukota provinsi justru dokter ada banyak bahkan
ada yang sampai spesialis. namun di pedalaman, kabupaten, dan daerah daerah
yang jauh dari kota, dokter sangat langka.
Apa yang perlu diperbaiki dari puskesmas?
1. Paradigma Masyarakat
Puskesmas pada dasarnya memiliki lebih banyak tugas untuk melakukan
preventif (pencegahan) daripada kuratif (pengobatan). ini lah yang harus segera
dibenahi. lakukan upaya upaya promotif oleh tenaga puskesmas, jika masyarakat
tidak mau menggunakan puskesmas sebagai sarana peningkatan derajat
kesehatan. petugas puskesmaslah yang harusnya menjemput bola
2. SDM tenaga puskesmas di tingkatkan
Yang harus diperbaiki adalah bagaimana melayani masyarakat dan
memberikan yang terbaik bagi masyarakat karena para tenaga kesehatan yang
berada di puskesmas adalah abdi negara yang tugasnya mengabdikan diri
kepada masyarakat juga. paling tidak petugas harus belajar ramah, on time,
dan belajar senyum.
3. Penyediaan obat dan Dokter
Meskipun sebagian besar tugas puskesmas adalah pencegahan, namun sebagian
besar masyarakat masih menggunakan puskesmas sebagai tempat berobat.
bukan hanya karena biayanya yang murah, namun juga karena puskesmas
merupakan pelayanan kesehatan pratama yang langsung menjangkau
masyarakat.oleh karena itu, keberadaan dokter dan obat yang BERMUTU sangat
penting di puskesmas.
4. Petugas puskesmas harus terjun ke masyarakat

Petugas puskesmas harus terjun, mengawasi, melihat dan memperbaiki


kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. jadi petugas tidak hanya berada
dalam kantor puskesmasnya saja. ada baiknya jika petugas yang menjemput
bola.
KONSEP PUSKESMAS
Menurut DepKes RI (2004), Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan di suatu wilayah kesehatan.
1)
Unit Pelaksana Teknis
Sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan kabupaten / kota (UPTD),
Puskesmas berperan menyelenggarakan sebagian dari tugas teknis operasional
dinas kesehatan kabupaten/kota dan merupakan unit pelaksana tingkat pertama
serta ujung tombak pembangunan kesehatan di Indonesia.
2)
Pembangunan Kesehatan
Pembangunan kesehatan adalah penyelenggaraan upaya kesehatan oleh Bangsa
Indonesia untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup
sehat bagi setiap orang, agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang
optimal.
3)
Pertanggungjawaban Penyelenggaraan
Penanggung jawab utama penyelenggaraan seluruh upaya pembangunan
kesehatan di wilayah kabupaten / kota adalah dinas kesehatan kabupaten / kota,
sedangkan puskesmas bertanggung jawab hanya untuk sebagian upaya
pembangunan kesehatan yang dibebankan oleh dinas kesehatan kabupaten /
kota sesuai dengan kemampuannya.
4)
Wilayah Kerja
Secara Nasional standar wilayah kerja puskesmas adalah satu Kecamatan, tetapi
apabila di satu Kecamatan terdapat lebih dari satu puskesmas, maka tanggung
jawab wilayah kerja dibagi antar puskesmas, dengan memperhatikan keutuhan
konsep wilayah (desa/kelurahan atau RW). Masing-masing puskesmas tersebut
secara operasional bertanggung jawab langsung kepada Dinas K esehatan
kabupaten/kota.
FUNGSI PUSKESMAS
1)
Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelenggaraan
pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di
wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta mendukung pembangunan
kesehatan. Di samping itu aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan
dari penyelenggaraan setiap pembangunan di wilayah kerjanya.
Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang dilakukan puskesmas
adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa
mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.
2)
Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka masyarakat,
keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan
dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat,
berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber
pembiayaannya, serta ikut menetap, menyelenggarakan dan memantau
pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan
masyarakat ini diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi,
khususnya social budaya masyarakat setempat.
3)
Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama

Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat


pertama secara menyeluruh, terpadu danberkesinambungan. Pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi:
Pelayan kesehatan perorangan
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi
dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan
perorangan,
tanpa
mengabaikan
pemeliharaan
kesehatan
dan
pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan
dan untuk puskesmas tertentu di tambahkan dengan rawat inap.
Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik
dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta
mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara
lain promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana,
kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kesehatan masyarakat
lainnya.
PROGRAM POKOK PELAYANAN PUSKESMAS
Setiap Puskesmas mempunyai pelayanan didalam gedung atau diluar gedung,
menurut jumlah sasaran dan wilayah kerjanya. Sesuai status puskesmas,
perawatan atau non perawatan, bisa melaksanakan kegiatan pokok, maupun
pengembangan, tergantung kemampuan sumber daya manusia dan sumber
daya material. Berikut ringkasan 9 (sembilan) program pokok sebagai contoh
perbandingan pelayanan menurut paparan pengalaman pribadi selama bertugas
mengabdi keliling puskesmas.
1. Program Promosi Kesehatan (Promkes)
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (PKM), Sosialisasi Program Kesehatan, Survey
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Penilaian Strata Posyandu
2. Program Pencegahan Penyakit Menular (P2M)
Surveilens Terpadu Penyakit (STP), Pelacakan Kasus: TBC, Kusta, DBD, Malari, Flu
Burung, Infeksi Saluran Peranafasan Akut (ISPA), Diare, Infeksi Menular Seksual
(IMS), Penyuluhan Penyakit Menular
3. Program Pengobatan
Pengobatan Dalam Gedung : Poli Umum, Poli Gigi (Rawat Jalan), Apotek,, Unit
Gawat Darurat (UGD), Perawatan Penyakit (Rawat Inap), Pertolongan Persalinan
(Kebidanan). Pengobatan Luar Gedung : Rujukan Kasus, Pelayanan Puskesmas
Keliling (Puskel)
4. Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
ANC (Antenatal Care), PNC (Post Natal Care), Pertolongan Persalinan, Rujukan
Ibu Hamil Risiko Tinggi, Pelayanan Neonatus, Kemitraan Dukun Bersalin,
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
5. Program Kesehatan Reproduksi dan Keluarga Berencana (KB) :
Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), Imunisasi Calon Pengantin (TT
Catin), Pelayanan KB Pasangan Usia Subur (PUS), Penyuluhan KB
6. Program Upaya Peningkatan Gizi Masyrakat :
Penimbangan Bayi Balita, Pelacakan dan Perawatan Gizi Buruk, Stimulasi dan
Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak, Penyuluhan Gizi
7. Program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan :
Pengawasan Kesehatan Lingkungan : SPAL (saluran pembuangan air limbah),
SAMI-JAGA (sumber air minum-jamban keluarga), Pemeriksaan Sanitasi : TTU
(tempat-tempat umum), Institusi Perkantoran, Survey Jentik Nyamuk (SJN)

8. Program Pelayanan Kesehatan Komunitas :


Kesehatan Mata, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Kesehatan Olahraga,
Perawatan Kesehatan Masyarakat (Perkesmas), Upaya Kesehatan Sekolah (UKS)
9. Program Pencatatan dan Pelaporan :
Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) disebut juga
Sistem Informasi dan Manajemen Puskesmas (SIMPUS)
Paparan program pokok puskesmas dijelaskan ringkas sesuai keterkaitan antar
program yang memerlukan keterpaduan pelayanan. Pada kesempatan
berikutnya akan dipaparkan bagaimana penjelasan masing-masing program
pokok puskesmas.
STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS
Menurut keputusan menteri kesehatan RI nomor 128/MenKes/RI/SK/II/2004,
struktur organisasi puskesmas tergantung dari kegiatan dan beban tugas
masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur organisasi puskesmas di satu
kabupaten / kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan kabupaten/kota, sedangkan
penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah. Sebagai acuan dapat
dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai berikut :
a.
Kepala puskesmas
b.
Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala
puskesmas dalam pengelolaan:
1) Data dan informasi
2) Perencanaan dan penilaian
3) Keuangan
4) Umum dan kepegawaian
c.
Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas: Upaya kesehatan
masyarakat, termasuk pembinaan terhadap UKBM, dan Upaya kesehatan
perorangan.
d.
Jaringan pelayanan puskesmas: Unit puskesmas pembantu, Unit
puskesmas keliling, dan Unit bidan di desa/komunitas
PERAN POKOK 3 MACAM PETUGAS PELAYANAN PUSKESMAS
Siapa saja petugas yang melakukan palayanan kesehatan di Puskesmas,
semua tentu sudah tahu macamnya. Kalau apa dan bagaimana setiap petugas
tersebut bertugas, ada baiknya perlu juga kita ulas ringkas. Karena setiap
petugas mempunyai peranan utama yang bisa saling mendukung
keberhasilan pelayanan Puskesmas. Berikut ini kami paparkan peran utama
sesuai fungsi profesi dari masing-masing petugas puskesmas.
A. PETUGAS MEDIS :
1.
Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel,
pustu, posyandu.
2.
Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskesmas
3.
Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga ada
kunjungan dokter
spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter ahli anak, kandungan dan
penyakit dalam.
B. PETUGAS PARA MEDIS :
1.
Bidan : pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan
kebidanan.
2.
Perawat Umum : pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan
keperawatan umum.

3.
Perawat Gigi : pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan
keperawatan gigi.
4.
Perawat Gizi : pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi
masyarakat.
5.
Sanitarian : pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi
lainnya.
6.
Sarjana Farmasi : pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan
kesehatan.
7.
Sarjana Kesehatan Masyrakat : pelayanan administrasi, penyuluhan,
pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.
C. PETUGAS NON MEDIS :
1.
Administrasi : pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan
kegiatan puskesmas.
2.
Petugas Dapur : menyiapkan menu masakan dan makanan pasien
puskesmas perawatan.
3.
Petugas Kebersihan : melakukan kegiatan kebersihan ruangan dan
lingkungan puskesmas.
4.
Petugas Keamanan : menjaga keamanan pelayanan khususnya
ruangan rawat inap.
5.
Sopir : mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di
luar gedung puskesmas.
TUJUAN, VISI DAN MISI PUSKESMAS
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional yakni
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas agar terwujud derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat
2010.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang
ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup
dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat
yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama, yakni:
1)
Lingkungan sehat
2)
Perilaku sehat
3)
Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu, serta
4)
Derajat kesehatan penduduk kecamatan
Misi tersebut adalah:
1)
Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di
wilayah kerjanya.
Puskesmas akan selalu menggerakan pembangunan sektor lain yang
diselenggarakan di wilayah kerjanya, agar memperhatikan aspek
kesehatan yaitu pembangunan yang tidak menimbulkan damapk negative
terhadap kesehatan, setidak-tidaknya terhadap lingkungan dan perilaku
masyarakat.
2)
Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya.

Puskesmas akan selalu berupaya agar setiap keluarga dan masyarakat


yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya makin berdaya di bidang
kesehatan, melalui peningkatan pengetahuan dan kemampuan menuju
kemandirian untuk hidup sehat.
3)
Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
Puskesmas akan selalu berupaya menyelenggarakan pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan standar dan memuaskan masyarakat, mengupayakan
pemerataan
pelayanan
kesehatan
sertameningkatkan
efisiensi
pengelolaan dana sehingga dapat dijangkau oleh seluruh anggota
masyarakat.
4)
Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan,
keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya.
Puskesmas akan selalu berupaya memelihara dan meningkatkan
kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit, serta memulihkan
kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat yang berkunjung dan
yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya, tanpa diskriminasi dan
dengan menerapkan kemajuan ilmu dan teknologi kesehatan yang sesuai.
Upaya pemeliharaan dan peningkatan yang dilakukan puskesmas
mencakup pula aspek lingkungan dari yang bersangkutan.
PENGERTIAN MUTU DAN PENDEKATAN SISTEM DALAM MENJAGA MUTU
Pengertian Mutu Ketika pihak manajemen suatu organisasi mengerti definisi
mutu dari konsumen dan berniat untuk dimengerti sebagai produsen barang
atau
jasa
yang
bermutu,
semua
karyawan
harus
mengerti
dan
mengimplementasikan konsep bahwa:
mutu adalah mengerti dan menterjemahkan permintaan pelanggan kepada
suatu definisi tingkatan mutu dan untuk memproduksi barang/produk atau
menyediakan jasa yang sesuai dengan permintaan pelanggan.
mutu harus direncanakan, dirancang dan dibangun ke dalam suatu produk
atau jasa yang mana mutu tidak dapat diinspeksi di dalam produk atau
jasa.
mutu adalah mengenai pencegahan bukan mendeteksi kesalahan, oleh
karena itu harus memulai dengan benar sejak tahapan awal dari suatu
operasi bisnis untuk menjamin bahwa proses akan menambah nilai bukan
biaya. Pencegahan akan melibatkan perencanaan, training, kalibrasi,
inspeksi/uji, kontrol terhadap ketidaksesuaian, audit mutu internal dan
tindakan perbaikan.
mutu adalah mengenai peningkatan yang berkelanjutan dan organisasi
harus secara konstan menyadari adanya perubahan/ perkembangan baru
dan peningkatan secara terus-menerus untuk memenuhi kebutuhan dan
permintaan pelanggan yang selalu berubah.
hanya dapat dijamin melalui perencanaan yang matang dan kerja keras dari
seluruh staf di dalam organisasi.
adalah tanggung jawab dari semua karyawan, tidak hanya staf mutu dan
pimpinan, untuk mutu harus datang dari pihak manajemen puncak.

Definisi Mutu Dalam Kamus Indonesia-Inggris kata mutu memiliki arti dalam
bahasa Inggris quality artinya taraf atau tingkatan kebaikan; nilaian
sesuatu. Jadi mutu berarti kualitas atau nilai kebaikan suatu hal.

Dalam membahas definisi mutu kita perlu mengetahui definisi mutu produk
yang disampaikan oleh lima pakar Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management). Berikut ini definisi-definisi tersebut :
a) Juran menyebutkan bahwa mutu produk adalah kecocokan penggunaan produk
untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan.
b) Crosby mendefinisikan mutu adalah conformance to requirement, yaitu sesuai
dengan yang disyaratkan atau distandarkan.
c)
Deming mendefinisikan mutu, bahwa mutu adalah kesesuaian dengan
kebutuhan pasar.
d) Feigenbaum mendefinisikan mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
e)
Garvin dan Davis menyebutkan bahwa mutu adalah suatu kondisi dinamis
yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas,
serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan pelanggan atau
konsumen.
Meskipun tidak ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun
dari kelima definisi diatas terdapat beberapa persamaan, yaitu dalam elemenelemen sebagai berikut :
a) Mutu mencakup usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan.
b) Mutu mencakup produk, tenaga kerja, proses, dan lingkungan.
c) Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap
merupakan mutu saat ini, mungkin dianggap kurang bermutu pada masa
mendatang).
Standar-standar Mutu produk dan jasa terdiri dari :
a)
Kesesuaian dengan spesifikasi
b)
Kesesuaian dengan tujuan dan manfaat
c)
Tanpa cacat ( Zero Defects)
d)
Selalu baik sejak awal Standar pelanggan terdiri dari : Kepuasan pelanggan,
Memenuhi kebutuhan pelanggan, dan Menyenangkan pelanggan
Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit dilakukan dengan
pendekatan sistem, artinya memperhatikan proses manajemen mutu sejak
INPUT/STRUKTUR, PROSES, dan OUTCOME.
A.
Input Atau Struktur
Karakteristik yang relatif stabil dari penyedia pelayanan kesehatan, alat
dan sumber daya yang dipergunakan, fisik dan pengaturan organisasi di
lingkungan kerja. Konsep struktur termasuk manusia, fisik, dan sumber keuangan
yang dibutuhkan untuk memberikan pelayanan medis. Struktur digunakan
sebagai pengukuran tidak langsung dari kualitas pelayanan. Hubungan antara
struktur dan kualitas pelayanan adalah hal yang penting dalam merencanakan,
mendesain, dan melaksanakan sistem yang dikehendaki untuk memberikan
pelayanan kesehatan. Pengaturan karakteristik struktur yang digunakan
mempunyai kecenderungan untuk mempengaruhi proses pelayanan sehingga ini
akan membuat kualitasnya berkurang atau meningkat. (Donabedian, 1980).
B.
Proses
Beberapa pengertian tentang proses : Interaksi profesional antara
pemberi pelayanan dengan konsumen (pasien/masyarakat) (Depkes RI, 2001).
Suatu bentuk kegiatan yang berjalan dengan dan antara dokter dan pasien.
(Donabedian, 1980). Semua kegiatan dokter dan tenaga profesi lainnya yang
mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya. Baik tidaknya
pelaksanaan proses pelayanan di RS dapat diukur dari tiga aspek, yaitu relevan
tidaknya proses itu bagi pasien, efektivitas prosesnya, dan kualitas interaksi
asuhan terhadap pasien. (Muninjaya, 2004). Proses yaitu semua kegiatan
sistem.
Melalui
proses
akan
mengubah
input
menjadi
output.
Pengubahan/Transformasi berbagai masukan oleh kegiatan operasi/produksi
menjadi keluaran yang berbentuk produk dan/atau jasa.

C.

Output/Outcome
Tentang output/outcome, Donabedian memberikan penjelasan bahwa
outcome secara tidak langsung dapat digunakan sebagai pendekatan untuk
menilai pelayanan kesehatan. Dalam menilai apakah hasilnya bermutu atau
tidak, diukur dengan dengan standar hasil (yang diharapkan) dari pelayanan
medis yang telah dikerjakan.
MENGUKUR MUTU PELAYANAN KESEHATAN
Mengukur mutu pelayanan kesehatan dimaksudkan untuk dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
o Dapatkah mutu jasa pelayanan kesehatan diukur ?
o Apanya yang diukur ?
o Bagaimana mutu jasa pelayanan diukur ?
Untuk dapat memahami hal tersebut diatas perlu diketahui tentang
pengertian indikator, kriteria, dan standar.
Indikator : Indikator adalah petunjuk atau tolak ukur. Contoh : petunjuk indikator
atau tolok ukur status kesehatan antara lain adalah angka kematian ibu, angka
kematian bayi, status gizi. Petunjuk atau indikator ini (angka kematian ibu) dapat
diukur. Jadi indikator adalah fenomena yang dapat diukur. Indikator mutu asuhan
kesehatan atau pelayanan kesehatan dapat mengacu pada indikator yang
relevan berkaitan dengan struktur, proses, dan outcomes. Sebagai contoh :
Indikator struktur : Tenaga kesehatan profesional (dokter, paramedis, dan
sebagainya). Anggaran biaya yang tersedia untuk operasional dan lain-lain.
Perlengkapan dan peralatan kedokteran termasuk obat-obatan. Dan Metode (
adanya standar operasional prosedur masing-masing unit, dan sebagainya ).
Indikator proses : Memberikan petunjuk tentang pelaksanaan kegiatan pelayanan
kesehatan, prosedur asuhan yang ditempuh oleh tenaga kesehatan dalam
menjalankan tugasnya, Apakah telah sebagaiman mestinya sesuai dengan
prosedur, diagnosa, pengobatan, dan penanganan seperti yang seharusnya
sesuai standar.
Indikator outcomes : Merupakan indikator hasil daripada keadaan sebelumnya,
yaitu Input dan Proses seperti BOR, LOS, TOI, dan Indikator klinis lain seperti :
Angka Kesembuhan Penyakit, Angka Kematian 48 jam, Angka Infeksi Nosokomial,
Komplikasi Perawatan , dan sebagainya.
Kriteria : Indikator dispesifikasikan dalam berbagai kriteria. Sebagai contoh :
Indikator status gizi dapat lebih dispesifikasikan lagi menjadi kriteria : tinggi
badan, berat badan anak. Untuk pelayanan kesehatan, kriteria ini adalah
fenomena yang dapat dihitung
Standar : Selanjutnya setelah kriteria ditentukan dibuat standar-standar yang
eksak dan dapat dihitung kuantitatif, yang biasanya mencakup hal-hal yang
standar baik. Misalnya : Panjang badan bayi baru lahir yang sehat rata-rata
(standarnya) adalah 50 cm. Berat badan bayi baru lahir yang sehat standar
adalah 3 kg.
Mutu asuhan kesehatan suatu organisasi pelayanan kesehatan dapat diukur
dengan memperhatikan atau memantau dan menilai indikator, kriteria, dan
standar yang diasumsikan relevan dan berlaku sesuai dengan aspek-aspek
struktur, proses, dan outcome dari organisasi pelayanan kesehatan tersebut.

4.Memahami dan Menjelaskan Rujukan Kesehatan Masyarakat

Sistim perujukan
Adalah suatu sistem jaringan pelayanan kesehatan yang memungkinkan
terjadinya penyerahan tanggung jawab secara timbal balik atas timbulnya

masalah dari suatu kasus atau masalah kesehatan masyarakat, baik secara
vertikal maupun horisontal, kepada yang lebih kompeten, terjangkau dan
dilakukan
secara
rasional.
Sistem rujukan adalah system yang dikelola secara strategis, proaktif,
pragmatif dan koordinatif untuk menjamin pemerataan pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi masyarakat yang
membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun mereka berada
dan berasal dari golongan ekonomi manapun agar daoat dicapai peningkatan
derajat kesehatan ibu dan bayi melalui peningkatan mutu dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan dan neonatal di wilayah mereka berada. (Depkes RI, 2006)

Menurut tata hubungannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan internal dan
rujukan eksternal.
Rujukan Internal adalah rujukan horizontal yang terjadi antar unit
pelayanan di dalam institusi tersebut. Misalnya dari jejaring puskesmas
(puskesmas pembantu) ke puskesmas induk
Rujukan Eksternal adalah rujukan yang terjadi antar unit-unit dalam
jenjang pelayanan kesehatan, baik horizontal (dari puskesmas rawat jalan
ke puskesmas rawat inap) maupun vertikal (dari puskesmas ke rumah
sakit umum daerah).
Menurut lingkup pelayanannya, sistem rujukan terdiri dari : rujukan Medik dan
rujukan Kesehatan.
Rujukan Medik adalah rujukan pelayanan yang terutama meliputi upaya
penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif). Misalnya, merujuk
pasien puskesmas dengan penyakit kronis (jantung koroner, hipertensi,
diabetes mellitus) ke rumah sakit umum daerah.
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan
dengan upaya peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan
(preventif). Contohnya, merujuk pasien dengan masalah gizi ke klinik
konsultasi gizi (pojok gizi puskesmas), atau pasien dengan masalah
kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).

Gbr: Alur rujukan


Keterangan:
# RUMAH SAKIT TIPE A
Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran Spesialis
dan Subspesialis luas sehingga oleh pemerintah ditetapkan sebagai tempat rujukan
tertinggi (Top Referral Hospital) atau biasa juga disebut sebagai Rumah Sakit Pusat.
# RUMAH SAKIT TIPE B

Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokteran Spesialis
dan Subspesialis terbatas. Rumah Sakit ini didirikan di setiap Ibukota Propinsi yang mampu
menampung pelayanan rujukan dari Rumah Sakit tingkat Kabupaten.
# RUMAH SAKIT TIPE C
Merupakan Rumah Sakit yang telah mampu memberikan pelayanan Kedokeran Spesialis
terbatas. Rumah Sakit tipe C ini didirikan di setiap Ibukota Kabupaten (Regency hospital)
yang mampu menampung pelayanan rujukan dari Puskesmas
Jenis rujukan
Secara konsepsional meliputi:
1. Rujukan Medik:
Konsultasi penderita, untuk keperluan diagnostik, pengobatan,
tindakan
operatif dan lain-lain
Pengiriman bahan (spesimen) pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap
Mendatangkan atau mengirim tenaga yang lebih kompeten atau
ahli untuk meningkatkan mutu pelayanan pengobatan setempat.
2. Rujukan
Kesehatan:
Adalah rujukan yang menyangkut masalah kesehatan masyarakat yang
bersifat preventif dan promotif yang antara lain meliputi bantuan:
Survey epidemiologi dan pemberantasan penyakit atas kejadian
luar biasa atau berjangkitnya penyakit menular
Pemberian pangan atas terjadinya kelaparan di suatu wilayah
Penyidikan sebab keracunan, bantuan teknologi penanggulangan
keracunan dan bantuan obat-obatan atas terjadinya keracunan
masal
Pemberian makanan, tempat tinggal dan obat-obatan untuk
pengungsi atas terjadinya bencana alam

Saran dan teknologi untuk penyediaan air bersih atas masalah


kekurangan air bersih bagi masyarakat umum
Pemeriksaan spesimen air di laboratorium kesehatan dan
sebagainya.
Tujuan Sistem Rujukan Upaya Kesehatan
a. Umum:
Dihasilkannya pemerataan upaya pelayanan kesehatan yang didukung
mutu pelayanan yang optimal dalam rangka memecahkan masalah
kesehatan secara berdaya guna dan beerhasil guna
b. Khusus:
Dihasilkannya upaya pelayanan kesehatan klinik yang bersifat
kuratif dan rehabilitatif secara berhasil guna dan berdaya guna
Dihasilkannya upaya kesehatan masyarakat yang bersifat preventif
dan promotif secara berhasil guna dan berdaya guna.
Jalur
a.
b.
c.
d.
e.

Rujukan berlangsung sebagai berikut:


Intern antar petugas Puskesmas
Antara Puskesmas Pembantu dengan Puskesmas
Antara masyarakat dengan Puskesmas
Antara satu Puskesmas dengan Puskesmas yang lain
Antara Puskesmas dengan RS, Laboratorium atau fasilitas kesehatan
lainnya
f. Upaya kesehatan Rujukan

Langkah-langkah dalam meningkatkan rujukan:


a. Meningkatkan mutu pelayanan di Puskesmas dalam menampung rujukan
dari Puskesmas Pembantu dan Pos Kesehatan dari masyarakat
b. Mengadakan Pusat Rujukan Antara dengan mengadakan ruangan
tambahan untuk 10 tempat tidur perawatan penderita gawat darurat pada
lokasi yang strategis
c. Meningkatkan sarana komunikasi antara unit-unit pelayanan kesehatan
dengan perantaraan telpon atau radio komunikasi pada setiap unit
pelayanan kesehatan
d. Menyediakan puskesmas keliling pada setiap kecamatan dalam bentuk
kendaraan roda 4 atau perahu bermotor yang dilengkapi dengan radio
komunikasi
e. Menyediakan sarana pencatatan dan pelaporan yang memadai bagi
sistem rujukan, baik rujukan medik maupun rujukan kesehatan
f. Meningkatkan dana sehat masyarakat untuk menunjang pelayanan
rujukan
Keuntungan system rujukan
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien, berarti
bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah, dan secara
psikologi member rasa aman pada pasien dan keluarganya
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga semakin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerah masing-masing.
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli
5.Mutu Pelayanan Keshatan dan Imunisasi pada bayi
Mutu pelayanan
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang dimaksud adalah (Azwar, 1996) adalah :
a. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat
berkesinambungan (continuous). Artinya semua jenis pelayanan
kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mudah dicapai oleh
masyarakat.
b. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua pelayanan kesehatan yang baik adalah apa yang
dapat diterima (acceptable) oleh masyarakat serta bersifat wajar
(appropriate). Artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan
dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan, kepercayaan masyarakat
dan bersifat wajar.
c. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga pelayanan kesehatan yang baik adalah yang mudah
dicapai (accessible) oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang
dimaksud disini terutama dari sudut lokasi. Dengan demikian untuk
mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik, maka pengaturan sarana
kesehatan menjadi sangat penting.
d. Mudah dijangkau
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang ke empat adalah mudah
dijangkau (affordable) oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan di sini
terutama dari sudut biaya. Pengertian keterjangkauan di sini terutama dari
sudut jarak dan biaya. Untuk mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat

diupayakan pendekatan sarana pelayanan kesehatan dan biaya kesehatan


diharapkan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.
e. Bermutu
Syarat pokok pelayanan kesehatan yang kelima adalah yang bermutu
(quality).Pengertian mutu yang dimaksud adalah yang menunjuk pada
tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang
disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan pihak
lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar
yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Mutu Pelayanan Kesehatan
Faktor-faktor tersebut antara lain :
a. Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran
konsumen terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan
upaya pengobatan. sebagai masyarakat yang memiliki pengetahuan
tentang masalah kesehatan yang meningkat, maka mereka mempunyai
kesadaran yang lebih besar yang berdampak pada gaya hidup terhadap
kesehatan. akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
meningkat.
b. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru.
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di sisi lain dapat
meningkatkan pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran
yang lebih canggih dan memadai walau di sisi yang lain juga berdampak
pada beberapa hal seperti meningkatnya biaya pelayanan kesehatan,
melambungnya biaya kesehatan dan dibutuhkannya tenaga profesional
akibat pengetahuan dan peralatan yang lebih modern.
c. Issu legal dan etik.
Sebagai masyarakat yaang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan dan pengobatan , issu etik dan hukum semakin
meningkat ketika mereka menerima pelayanan kesehatan. Pemberian
pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan kurang manusiawi maka
persoalan hukum kerap akan membayanginya.
d. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk
memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi
klien dengan status ekonomi rendah tidak akan mampu mendapatkan
pelayanan kesehatan yang paripurna karena tidak dapat menjangkau
biaya pelayanan kesehatan.
e. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan
berpengaruh pada kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan
yang diberikan dan siapa yang menanggung biaya pelayanan kesehatan
Dimensi Mutu Pelayanan
a. Dimensi Kompetensi Teknis; berhubungan dengan bagaimana pemberi
layanan kesehatan mengikuti standar layanan kesehatan yang telah
disepakati, yang meliputi ketepatan, kepatuhan, kebenaran dan
konsistensi.
b. Dimensi Keterjangkauan; artinya layanan kesehataan yang diberikan harus
dapat dicapai oleh masyarakat, baik dari segi geografis, sosial, ekonomi,
organisasi, dan bahasa.

c. Dimensi Efetivitas; layanan kesehatan yang diberikan harus mampu


mengobati atau megurangi keluhan masyarakat/pasien dan mampu
mencegah meluasnya penyakit yang diderita olehnya.
d. Dimensi Efisiensi; dengan adanya layanan kesehatan yang efisiens maka
masyarakat atau pasien tidak perlu menunggu terlalu lama yang dapat
mengakibatkan masyarakat/pasien tersebut membayar terlalu mahal.
e. Dimensi Kesinambungan; masyarakat/pasien dilayanai secara terus
menerus sesuai dengan kebutuhannya, termasuk rujukan yang tidak perlu
mengulangi prosedur.
f. Dimensi Keamanan; layanan kesehatan harus aman dari resiko cidera,
infeksi, efek samping, atau bahaya lainnya, sehingga prosedur yang akan
menjamin pemberi dan penerima pelayan disusun.
g. Dimensi Kenyamanan; layanan kesehatan yang diberikan akan terasa
nyaman bagi masyarakat/pasien jika dapat mempengaruhi kepuasan dan
menimbulkan kepercayaan untuk datang kembali.
h. Dimensi Informasi; layanan kesehatan ini sangat perlu diberikan oleh
petugas puskesmas dan rumah sakit kepada masyarakat, yang mana
dapat mempengaruhi perubahan perilaku.
i. Dimensi Ketepatan Waktu; layanan kesehatan harus dilakukan dalam
waktu dan cara yang tepat, oleh pemberi layanan yang tepat,
menggunakan peralatan dan obat yang tepat, serta biaya yang tepat
(efisien).
j. Dimensi Hubungan Antarmanusia; hubungan antarmanusia yang baik akan
menimbulkan kepercayaan dan kredibilitas dengan cara saling
menghargai, menjaga rahasia, saling menghormati, responsif, memberi
perhatian, dan lain-lain.
Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak
anda. Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan
menyeluruh terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada
tahun-tahun awal kehidupan seorang anak. Walaupun pengalaman sewaktu
mendapatkan vaksinasi tidak menyenangkan untuk bayi anda (karena biasanya
akan mendapatkan suntikan), tapi rasa sakit yang sementara akibat suntikan ini
adalah untuk kesehatan anak dalam jangka waktu panjang.
Waktu dan Jadwal Pemberian imunisasi dasar pada bayi dan imunisasi
TT pada ibu hamil
Imunisasi Aktif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seorang karena tubuh
yangsecara aktif membentuk zat antibodi, contohnya: imunisasi polio atau
campak. Imunisasi aktif juga dapat di bagi 2 macam:
1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis di
peroleh sembuh dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang di dapat dari
vaksinasi yang diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari sutu
penyakit.
Imunisasi Pasif adalah kekebalan tubuh yang di dapat seseorang yang zat
kekebalan tubuhnya di dapat dari luar. Contohnya Penyuntikan ATC (Anti
tetanusSerum). Pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contah lain
adalah terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima
berbagi jenis antibodi dari ibunya melalui darah plasenta selama masa
kandungan, misalnya antibodi terhadap campak. Imunisasi pasif ini dibagi
yaitu:

1. Imunisai pasif alamiah adalah antibodi yang didapat seorang karena


diturunkan oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika
berada dalam kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan. adalah kekebalan tubuh yang di peroleh karena
suntikan serumuntuk mencegah penyakit tertentu.
Lima macam Vaksin imunisasi dasar pada bayi yang wajib :
Vaksin Polio;
Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang
digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup
(yang telah diselamatkan) vaksin berbentuk cairan. pemberian pada anak
dengan meneteskan pada mulut. Kemasan sebanyak 1 cc / 2 cc dalam 1
ampul.
Vaksin Campak;
Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin
yang digunakan adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon
berbentuk gumpalan yang beku dan kering untuk dilarutkan dalam
5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih
dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut
beku kering oleh karena pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali
membekukan vaksin tersebut kemudian mengeringkannya. Vaksin
yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya
bertahan selama 8 jam.
Vaksin BCG;
Vaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Bentuknya
vaksin beku kering seperti vaksin campak berbentuk bubuk yang berfungsi
melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC). Dibuat dari bibit
penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett Guerint.
Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan dengan 4
cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus
digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar
matahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan
kanan atas.
Vaksin Hepatitis B;
Bibit penyakit yang menyebabkan hepatitis B adalah virus. Vaksin
hepatitis B dibuat dari bagian virus yaitu lapisan paling luar (mantel virus)
yang telah mengalami proses pemurnian. Vaksin hepatitis B akan rusak
karena pembekuan dan pemanasan. Vaksin hepatitis B paling baik
disimpan pada temperatur 2,8C. Biasanya tempat penyuntikan di paha
1/3 bagian atas luar.
Vaksin DPT;
Terdiri toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, kadang disebut
triple vaksin. Berisi vasin DPT, TT dan DT. Vaksin DPT disimpan pada
suhu 2,8C kemasan yang digunakan : Dalam - 5 cc untuk DPT, 5 cc
untuk TT, 5 cc untuk DT. Pemberian imunisasi DPT, DT, TT dosisnya
adalah 0,5 cc. Dalam pemberiannya biasanya berupa suntikan pada
lengan atau paha.
Imunisasi yang disarankan :
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan
oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Imunisasi diberikan bagi anak
dengan kebutuhan khusus, misalnya sudah mendapat suntikan DPT.
Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif


terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat
digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan
penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur
hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh.
Imunisasi Hi
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza
tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan
infeksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai
saat ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat
harganya yang cukup mahal. Dua jenis vaksin yang beredar di Indonesia,
yaitu Act Hib dan Pedvax.
Imunisasi Meningitis
Imunisasi ini belum diwajibkan pemerintah karena biayanya masih cukup
besar. Imunisasi dilakukan bagi bayi dibawah usia satu tahun hingga
balita. Imunisasi ini mencegah terjadinya infeksi meningitis atau lapisan
otak yang banyak terjadi pada bayi dan balita.
Imunisasi Varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B
adalah infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian.
Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan. Jadwal
pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan dokter
dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya. Imunisasi ini
pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter.
Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis
bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat
menyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan
bakteremia (infeksi darah).
Imunisasi Tipus
Imunisasi tipus diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap demam
tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan selama
tiga-lima tahun dan harus diulang kembali. Imunisasi ini dapat diberikan
dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberikan selang sehari
selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat menelan kapsul.
Imunisasi Hepatitis A
Penyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan
sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan
waktu yang lama, yaitu sekitar 1- 2 bulan. Jadwal pemberian yang
dianjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A
diberikan dua dosis dengan jarak 6 - 12 bulan.

Imunisasi dasar untuk bayi


Vaksina Jadwal
Booster/Ulang
si
pemberian-usia an
BCG
Waktu lahir
-Tuberkulosis
Hepatiti Waktulahir-dosis I 1 tahun-- padaHepatitis B
sB
1bulan-dosis 2
bayi yang lahir
6bulan-dosis 3
dari ibu dengan
hep B.
DPT dan 3 bulan-dosis1
18bulanDipteria,
Polio
4 bulan-dosis2
booster1
pertusis,
5 bulan-dosis3
6tahun-booster tetanus,dan
2
polio
12tahunbooster3
campak 9 bulan
-Campak
Imunisasi yang dianjurkan
Vaksinasi Jadwal
pemberianusia
MMR
1-2 tahun

Hib
Hepatitis
A
Cacar air

Booster/Ulanga Imunisasi
n
untuk melawan
12 tahun

Measles,
meningitis,
rubella

3bulan-dosis 1
4bulan-dosis 2
5bulan-dosis 3
12-18bulan

18 bulan

Hemophilus
influenza tipe B

--

Hepatitis A

12-18bulan

--

Cacar air

Yang harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter anda sebelum


imunisasi jika bayi anda sedang sakit yang disertai panas; menderita kejangkejang sebelumnya ; atau menderita penyakit system saraf.
Jadwal imunisasi adalah informasi mengenai kapan suatu jenis vaksinasi atau
imunisasi harus diberikan kepada anak. Jadwal imunisasi suatu negara dapat saja

berbeda dengan negara lain tergantung kepada lembaga kesehatan yang


berwewenang mengeluarkannya
LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN :
b. Petugas Imunisasi menerima kunjungan bayi sasaran Imunisasiyang telah
membawa Buku KIA / KMS di Ruang Imunisasi setelahmendaftar di loket
pendaftaran.
c. Petugas memriksa status Imunisasi dalam buku KIA / KMS danmenentukan
jenis imunisasi yang akan diberikan.
d. Petugas menanyakan keadaan bayi kepada orang tuanya( keadaan bayi yang
memungkinkan untuk diberikan imunisasi atau bilatidak akan dirujuk ke
Ruang Pengobatan ).
e. Petugas menyiapkan alat ( menyeteril alat suntik dan kapas airhangat ).
f. Petugas menyiapkan vaksin ( vaksin dimasukkan ke dalamtermos es ).
g. Petugas menyiapkan sasaran ( memberitahukan kepada orangbayi tentang
tempat penyuntikan.
h. Petugas memberikan Imunisasi ( memasukkan vaksin ke dalamalat suntik,
desinfeksi tempat suntikan dengan kapas air hangat, memberikansuntikan
vaksin / meneteskan vaksin sesuai dengan jadwal imunisasi yangakan
diberikan.
i. Petugas melakukan KIE tentang efek samping pasca imunisasikepada orang
tua bayi sasaran imunisasi.
j. Petugas memberikan obat antipiretik untuk imunisasi DPT,dijelaskan cara dan
dosis pemberian.
k. Petugas memberitahukan kepada orang tua bayi mengenai jadwalimunisasi
berikutnya.Petugas mencatat hasil imunisasi dalam Buku KIA / KMS dan Buku
Catatan Imunisasiserta rekapitulasi setiap akhir bulannya
IMUNISASI TT UNTUK IBU HAMIL
Program Imunisasi TT Ibu Hamil
Program Imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan dan kematian dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan
imunisasi (PD3I).Untuk mencapai hal tersebut, maka program imunisasi harus
dapat mencapai tingkat cakupan yang tinggi dan merata di semua wilayah
dengan kualitas pelayanan yang memadai.
Pelaksanaan kegiatan imunisasi TT ibu hamil terdiri dari kegiatan imunisasi
rutin dan kegiatan tambahan. Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi
yang secara rutin dan terus-menerus harus dilaksanakan pada periode waktu
yang telah ditetapkan. yang pelaksanaannya dilakukan di dalam gedung
(komponen statis) seperti puskesmas, puskesmas pembantu, rumah sakit, rumah
bersalin dan di luar gedung seperti posyandu atau melalui kunjungan rumah.
Kegiatan imunisasi tambahan adalah kegiatan imunisasi yang dilakukan atas
dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. (Depkes RI,
2005).
Manfaat imunisasi TT ibu hamil
a. Melindungi bayinya yang baru lahir dari tetanus neonatorum (BKKBN, 2005;
Chin, 2000). Tetanus neonatorum adalah penyakit tetanus yang terjadi pada
neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh clostridium
tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun) dan menyerang sistim
saraf pusat (Saifuddin dkk, 2001).
b. Melindungi ibu terhadap kemungkinan tetanus apabila terluka (Depkes RI,
2000)

Kedua manfaat tersebut adalah cara untuk mencapai salah satu tujuan dari
program imunisasi secara nasional yaitu eliminasi tetanus maternal dan
tetanus neonatorum (Depkes, 2004)
Jadwal Imunisasi TT ibu hamil
k. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) sudah mendapat TT sebanyak
2 kali, maka kehamilan pertama cukup mendapat TT 1 kali, dicatat sebagai TT
ulang dan pada kehamilan berikutnya cukup mendapat TT 1 kali saja yang
dicatat sebagai TT ulang juga.
l. Bila ibu hamil sewaktu caten (calon penganten) atau hamil sebelumnya baru
mendapat TT 1 kali, maka perlu diberi TT 2 kali selama kehamilan ini dan
kehamilan berikutnya cukup diberikan TT 1 kali sebagai TT ulang.
m. Bila ibu hamil sudah pernah mendapat TT 2 kali pada kehamilan sebelumnya,
cukup mendapat TT 1 kali dan dicatat sebagai TT ulang.
Cara pemberian dan dosis
a. Sebelum digunakan, vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi
menjadi homogen.
b. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang
disuntikkan secara intramuskular atau subkutan dalam, dengan dosis
pemberian 0,5 ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis
ketiga setelah 6 bulan berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan
terhadap tetanus pada wanita usia subur, maka dianjurkan diberikan 5
dosis. Dosis ke empat
dan ke lima diberikan dengan interval minimal 1 tahun setelah pemberian
dosis ke tiga dan ke
empat. Imunisasi TT dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan
bahkan pada periode
trimester pertama.
c. Di unit pelayanan statis, vaksin TT yang telah dibuka hanya boleh
digunakan selama 4 minggu dengan ketentuan :
Vaksin belum kadaluarsa
Vaksin disimpan dalam suhu +2 - +8C
Tidak pernah terendam air.
Sterilitasnya terjaga
VVM (Vaccine Vial Monitor) masih dalam kondisi A atau B.
d. Di posyandu, vaksin yang sudah terbuka tidak boleh digunakan lagi untuk
hari berikutnya.
Efek Samping
Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan, gejalanya seperti lemas dan
kemerahan pada lokasi suntikan yang bersifat sementara dan kadang-kadang
gejala demam. (Depkes RI, 2005).
Vaksin TT (Tetanus Toxoid)
Deskripsi Vaksin jerap TT ( Tetanus Toxoid ) adalah vaksin yang mengandung
toxoid tetanus yang telah dimurnikan dan terabsorbsi ke dalam 3 mg/ml
aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml digunakan sebagai pengawet. Satu dosis
0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU. Dipergunakan untuk
mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi Wanita Usia
Subur (WUS) atau ibu
hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi. (Depkes RI, 2005).
Kemasan Vaksin

Kemasan vaksin dalam vial. 1 vial vaksin TT berisi 10 dosis dan setiap 1 box
vaksin terdiri dari 10 vial. Vaksin TT adalah vaksin yang berbentuk cairan.
Kontraindikasi Vaksin TT
Ibu hamil atau WUS yang mempunyai gejala berat (pingsan) karena dosis
pertama TT. (Depkes RI, 2005).
Sifat Vaksin
Vaksin TT termasuk vaksin yang sensitif terhadap beku (Freeze Sensitive=FS)
yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar/terkena dengan suhu dingin
atau suhu pembekuan. (Depkes RI, 2005).
Kerusakan Vaksin
Keterpaparan suhu yang tidak tepat pada vaksin TT menyebabkan umur vaksin
menjadi berkurang dan vaksin akan rusak bila terpapar /terkena sinar matahari
langsung.

6.Memahami dan Menjelaskan Hukum Pandangan Islam tentang


Menjaga Kesehatan dan Berobat
Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa,
akal, jasmani, harta, dan keturunan.Setidaknya tiga dari yang disebut
berkaitan dengankesehatan. Tidak heran jika ditemukan bahwa Islam amat
kayadengan tuntunan kesehatan.
Paling tidak ada dua istilah literatur keagamaan yang digunakan untuk
menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalampandangan Islam.
1. Kesehatan, yang terambil dari kata sehat;
2. Afiat.
Keduanya dalam bahasa Indonesia, sering menjadi kata majemuk sehat afiat.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesra, kata "afiat" dipersamakan dengan
"sehat". Afiat diartikan sehat dan kuat,sedangkan sehat (sendiri) antara lain
diartikan sebagai keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas
dari sakit).Kalau sehat diartikan sebagai keadaan baik bagi segenap anggota
badan, maka agaknya dapat dikatakan bahwa mata yang sehat adalah mata
yang dapat melihat maupun membaca tanpa menggunakan kacamata. Tetapi,
mata yang afiat adalah yang dapat melihat dan membaca objek-objek yang
bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek-objek yang terlarang,
karena itulah fungsi yang diharapkan dari penciptaan mata. Dalam konteks
kesehatan fisik, misalnya ditemukan sabda Nabi
Muhammad Saw.:
Sesungguhnya badanmu mempunyai hak atas dirimu.
Demikian Nabi Saw. menegur beberapa sahabatnya yang bermaksud melampaui
batas
beribadah,
sehingga
kebutuhan jasmaniahnya terabaikan dan
kesehatannya terganggu.
Pembicaraan literatur keagamaan tentang kesehatan fisik, dimulai dengan
meletakkan prinsip:
Pencegahan lebih baik daripada pengobatan.

Karena itu dalam konteks kesehatan ditemukan sekian banyak petunjuk Kitab
Suci
dan Sunah Nabi Saw. yang pada dasarnya mengarah pada upaya
pencegahan.
Salah satu sifat manusia yang secara tegas dicintai Allah adalah orang yang
menjaga kebersihan. Kebersihan digandengkan dengan taubat dalam surat AlBaqarah (2): 222:
Sesungguhnya Allah senang kepada orang yang bertobat,dan senang kepada
orang yang membersihkan diri. Tobat
menghasilkan
kesehatan
mental,
sedangkan kebersihan lahiriah menghasilkan kesehatan fisik.Wahyu kedua
(atau ketiga) yang diterima Nabi Muhammad Saw.
adalah: Dan bersihkan pakaianmu dan tinggalkan segala macam kekotoran
(QS Al-Muddatstsir [74]: 4-5).
ISLAM MEMERINTAHKAN UMATNYA UNTUK BEROBAT
Berobat pada dasarnya dianjurkan dalam agama islam sebab berobat termasuk
upaya memelihara jiwa dan raga, dan ini termasuk salah satu tujuan syariat
islam ditegakkan, terdapat banyak hadits dalam hal ini, diantaranya;
1. Dari Abu Darda berkata, Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

Sesungguhnya Alloh menurunkan penyakit beserta obatnya, dan Dia jadikan
setiap penyakit ada obatnya, maka berobatlah kalian, tetapi jangan berobat
dengan yang haram. (HR.Abu Dawud 3874, dan disahihkan oleh al-Albani dalam
Shahih wa Dhaif al-Jami 2643)
2. Dari Usamah bin Syarik berkata, ada seorang arab baduwi berkata kepada
Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
) :
( ) : : (
Wahai Rosululloh, apakah kita berobat?, Nabi bersabda,berobatlah, karena
sesungguhnya Alloh tidak menurunkan penyakit, kecuali pasti menurunkan
obatnya, kecuali satu penyakit (yang tidak ada obatnya), mereka
bertanya,apa itu ? Nabi bersabda,penyakit tua. (HR.Tirmidzi 2038, dan
disahihkan oleh al-Albani dalam Sunan Ibnu Majah 3436)
1. Menjadi wajib dalam beberapa kondisi:

Jika penyakit tersebut diduga kuat mengakibatkan kematian, maka


menyelamatkan jiwa adalah wajib.
Jika penyakit itu menjadikan penderitanya meninggalkan perkara wajib
padahal dia mampu berobat, dan diduga kuat penyakitnya bisa sembuh,
berobat semacam ini adalah untuk perkara wajib, sehingga dihukumi
wajib.
Jika penyakit itu menular kepada yang lain, mengobati penyakit menular
adalah wajib untuk mewujudkan kemaslahatan bersama.

Jika penyakit diduga kuat mengakibatkan kelumpuhan total, atau


memperburuk penderitanya, dan tidak akan sembuh jika dibiarkan, lalu
mudhorot yang timbul lebih banyak daripada maslahatnya seperti
berakibat tidak bisa mencari nafkah untuk diri dan keluarga, atau
membebani orang lain dalam perawatan dan biayanya, maka dia wajib
berobat untuk kemaslahatan diri dan orang lain.

2. Berobat menjadi sunnah/ mustahab


Jika tidak berobat berakibat lemahnya badan tetapi tidak sampai membahayakan
diri dan orang lain, tidak membebani orang lain, tidak mematikan, dan tidak
menular , maka berobat menjadi sunnah baginya.
3. Berobat menjadi mubah/ boleh
Jika sakitnya tergolong ringan, tidak melemahkan badan dan tidak berakibat
seperti kondisi hukum wajib dan sunnah untuk berobat, maka boleh baginya
berobat atau tidak berobat
4. Berobat menjadi makruh dalam beberapa kondisi

Jika penyakitnya termasuk yang sulit disembuhkan, sedangkan obat yang


digunakan diduga kuat tidak bermanfaat, maka lebih baik tidak berobat
karena hal itu diduga kuat akan berbuat sis- sia dan membuang harta.
Jika seorang bersabar dengan penyakit yang diderita, mengharap balasan
surga dari ujian ini, maka lebih utama tidak berobat, dan para ulama
membawa hadits Ibnu Abbas dalam kisah seorang wanita yang bersabar
atas penyakitnya kepada masalah ini.

Jika seorang fajir/rusak, dan selalu dholim menjadi sadar dengan penyakit
yang diderita, tetapi jika sembuh ia akan kembali menjadi rusak, maka
saat itu lebih baik tidak berobat.

Seorang yang telah jatuh kepada perbuatan maksiyat, lalu ditimpa suatu
penyakit, dan dengan penyakit itu dia berharap kepada Alloh mengampuni
dosanya dengan sebab kesabarannya.

Dan semua kondisi ini disyaratlkan jika penyakitnya tidak mengantarkan kepada
kebinasaan, jika mengantarkan kepada kebinasaan dan dia mampu berobat,
maka berobat menjadi wajib.
5. Berobat menjadi haram
Jika berobat dengan sesuatu yang haram atau cara yang haram maka hukumnya
haram, seperti berobat dengan khomer/minuman keras, atau sesuatu yang
haram lainnya.
Memahami KLB dalam pandangan Islam
Dan apa saja musibah yang menimpa kamu, maka adalah disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari
kesalahan-kesalahanmu). (Q.s. As-Syura: 30)

Dalam sudut pandang wahyu Allah terakhir, musibah dan bencana ada kaitannya
dengan dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia-manusia
pendurhaka.Bencana alam berupa letusan gunung api, banjir bandang, wabah
penyakit, kekeringan, kelaparan, kebakaran, dan lain sebagainya, dalam
pandangan alam Islam (Islamic worldview), tidaklah sekedar fenomena alam. AlQuran menyatakan dengan lugas bahwa segala kerusakan dan musibah yang
menimpa umat manusia itu disebabkan oleh perbuatan tangan mereka sendiri.
Tentu saja kata tangan sebatas simbol perbuatan dosa/maksiat, karena suatu
perbuatan maksiat melibatkan panca indera, dan juga dikendalikan dan
diprogram sedemikian rupa oleh otak, kehendak dan hawa nafsu manusia.
Maksiat, sebagaimana taat, ada yang bersifat menentang tasyri Allah seperti
melanggar perkara yang haram, dan ada yang bersifat menentang takwin Allah
(sunnatullah) seperti melanggar dan merusak alam lingkungan
Bahkan sebelum dunia
mengenal karantina, Nabi Muhammad Saw. telah
menetapkan
dalam salah satu sabdanya,
Apabila kalian mendengar adanya wabah di suatu daerah,janganlah
mengunjungi daerah itu, tetapi apabila kalian berada di daerah itu, janganlah
meninggalkannya

Anda mungkin juga menyukai