Anda di halaman 1dari 11

Bibliotek

Iskandariyah
Berpikir Perancangan
Rini Darmawati

Kelompok 8
Nuke Indira (145122184)
Annisa Quwwatu S (14512206)

Bibliotek Iskandariyah

Bibliotek Alexandria (Maktabat al-Iskandaryah ,


)
adalah sebuah perpustakaan utama dan pusat budaya yang terletak
di pantai Laut Tengah di Mesir tepatnya di kota Alexandria.
Perpustakaan ini merupakan sebuah peringatan untuk Perpustakaan
Alexandria yang hilang.

Perpustakaan ini di dirikan oleh Ptolemi


I sang penerus Alexander(Iskandariah)
pada tahun 323 SM, dan terus
berlanjut sampai kekuasaan Ptolemi III.
Pada waktu itu para penguasa mesir
begitu
besemangat
memajukan
Perpustakaan dan Ilmu Pengetahuan
mereka, bahkan dalam Manuskrip

Roma mengatakan bahwa sang Raja mesir membelanjakan harta


kerajaan untuk membeli buku dari seluruh pelosok negeri hingga
terkumpul 442.800 buku dan 90.000 lainnya berbentuk ringkasan
tak berjilid. Ia juga memerintahkan prajurit untuk menggeledah
setiap kapal yang masuk guna memperoleh naskah. Jika ada naskah
yang ditemukan, mereka menyimpan yang asli dan mengembalikan
salinannya. Menurut beberapa sumber, ketika Athena meminjamkan
naskah-naskah drama klasik Yunani asli yang tak ternilai kepada
Ptolemeus III, ia berjanji membayar uang jaminan dan menyalinnya.
Tetapi sang raja malah menyimpan yang asli, tidak mengambil
kembali uang jaminan itu, dan memulangkan salinannya

Namun cerita keemasan ini hanya menjadi


sejarah. Ialah ketuka penaklukan bangsa
Romawi yang di pimpin oleh Julius Caesar
pada tahun 48 SM. Bangsa Romawi
membakar 400.000 buku musnah menjadi
abu yang tak berguna. Dunia ilmu saat itu
sangat berduka karena telah kehilangan
salah satu sumber ilmu pengetahuan
terbaik saat itu. Namun akhirnya sang
Kaisar, Julius Caesar meminta maaf, dan
sebagai gantinya ia mengirim Marx Antonio
untuk menghadiahkan 200.000 buku dari
Roma kepada Ratu mesir saat itu,
Cleopatra, dan dari inilah kisah mereka
berlanjut.

Namun perpustakaan megah yang ada di mesir tersebut tak pernah


kembali seperti masa masa keemasanya. Sejak pembakaran tersebut,
Perpustakaan Iskadariah solah tak terurus. Bahkan hampir menjadi
artefak artefak kuno saja. Akan tetapi, UNESCO memprakarsai untuk
bekerja
sama
dengan
pemerintah
Mesir,membangun
kembali
perpustakaan dengan sejarah terbesar dalam sejarah tersebut. Dan
pembangunan ini di mulai sejak tahun 1990-an. Pembangunan ini
menghabiskan dana tak kurang dari US$ 220 juta. US 120 juta di
tanggung pemerintah Mesir dan sisanya di tanggung dari bantuan
Internasional dari Negara-negara lain. Akhirnya setelah terbengkalai
hampir
selama
20
Abad,
Perpustakaan
Iskandriah(Bibliotheca
Alexandrina) berdiri megah dan unik. Bangunan utama berbentuk bulat
beratap miring, terbenam dalam tanah. Di bagian depan sejajar atap,
dibuat kolam untuk menetralkan suhu pustaka, terdiri lima lantai di
dalam tanah, perpustakaan ini dapat memuat sekitar 8 juta
buku.Namun yang ada saat ini baru 250.000 buku dan akan terus
bertambah tiap tahun.

Selain itu juga menyediakan berbagai fasilitas,


seperti 500 unit komputer berbahasa Arab dan
Inggris
untuk
memudahkan
pengunjung
mencari
katalog
buku,
ruang
baca
berkapasitas 1.700 orang, conference room,
ruang pustaka Braille Taha Husein khusus tuna
netra, pustaka anak-anak, museum manuskrip
kuno, lima lembaga riset, dan kamar-kamar
riset yang bisa dipakai gratis.
Dan yang juga menarik,adalah lantai tengah
perpustakaan
tersebut
terdapat
Gallery
Design dan bisa dilihat dari berbagai sisi. Di
lantai kayu yang cukup luas itu terpajang
berbagai prototype mesin cetak kuno dan
berbagai lukisan dinding.

Perpustakaan ini selalu dipenuhi pengunjung, padahal di Alexandria


tidak banyak universitas seperti di Kairo. Ini menunjukkan tingginya
minat baca masyarakat Mesir dan perpustakaan yang dulu
dihancurkan Julius Caesar itu kini menjadi salah satu objek wisata
sebagaimana Piramid Giza, Mumi, Karnax Temple, Kuburan para
Firaun di Luxor atau Museum Kairo yang menyimpan timbunan emas
Tutankhamun.

Dinding luar terbuat dari batu granit Zimbabwe seluas delapan ribu
meter persegi. Dinding yang disusun dengan batu berukuran 2 x 1
meter itu dipahat aneka huruf dari berbagai bahasa, yang pernah
dikenal manusia selama 10.000 tahun lebih dari 500 kebudayaan di
dunia. Di sini timbul kesan yang amat kuat tentang betapa tingginya
peradaban manusia di bidang tulis menulis.

Dekat dinding batu terdapat sebuah kolam air. Dengan demikian,


ketika matahari sedang menyala dengan hebatnya, pantulannya
dibelokkan oleh dinding dan air di kolam menuju beberapa bagian
ruang perpustakaan sebuah efek yang kontras dan harmonis, yang
meninggalkan kesan sebuah pertumbuhan geologis.

Site Plan

Floor Plan

Technical
Drawing

Anda mungkin juga menyukai