Anda di halaman 1dari 15

CORPORATE CULTURE

OLEH:
I Wayan Bayu Permana

1215051064

Putu Krisnayani

1215051148

Anak Agung Intan Prameswari

1215051163

Putu Yuni Prema Santi

1215051172

Ni Putu Sri Dianti

1215051184

PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA


FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu kami didalam penyelesaian makalah kami ini.
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, karena kami tahu bahwa makalah kami ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh kerena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan
makalah ini.

September , 2015

Penyusun

2 | Corporate Culture

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan..................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................3
2.1 Pengertian Corporate Culture..............................................................................3
2.2 Karakter dari Corperate Culture...........................................................................4
2.3 Klasifikasi dari Corperate Culture.......................................................................5
2.4 Contoh nyata dari Budaya Kerja Perusahaan.......................................................8
BAB III PENUTUP.....................................................................................................10
3.1 Simpulan............................................................................................................10
Daftar Pustaka..............................................................................................................12

3 | Corporate Culture

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perusahaan adalah tempat terjadinya kegiatan produksi dan berkumpulnya
faktor produksi. Setiap perusahaan ada yang terdaftar di pemerintah dan ada pula
yang tidak. Bagi perusahaan yang terdaftar di pemerintah, mereka mempunyai badan
usaha untuk perusahaannya. Badan usaha ini adalah status dari perusahaan tersebut
yang terdaftar di pemerintah secara resmi. Perusahaan berjalan dengan baik, biasanya
membentuk budaya sendiri. Budaya inilah yang menjadi ciri khas dari suatu
perusahaan. Setiap perusahaan selalu berusaha meningkatkan produktivitas
karyawannya agar dapat bertahan, berkembang serta memiliki kepercayaan yang
tinggi dari pihak luar perusahaan. Demi meningkatkan produktivitas karyawan, maka
sering dilakukan pembenahan dan peningkatan sumber daya manusia dari karyawan.
Produktivitas karyawan ditentukan oleh keberhasilan budaya organisasi
perusahaan (corporate culture) yang dimilikinya. Keberhasilan mengelola organisasi
tidak lagi hanya ditentukan oleh keberhasilan prinsip-prinsip manajemen seperti
planning, organizing, leading, controlling, akan tetapi ada faktor lain yang lebih
menentukan keberhasilan peusahaan mencapai tujuannya. Faktor tersebut adalah
budaya organisasi perusahaan (corporate culture). Budaya organisasi perusahaan
dapat membantu penerapan manajemen dengan baik. Dengan adanya budaya
organisasi perusahaan yang baik maka produktivitas perusahaan akan baik.
Budaya perusahaan secara realistis mempengaruhi produktivitas kerja
karyawan. Kesadaran pemimpin perusahaan ataupun karyawan terhadap pengaruh
budaya organisasi perusahaan dapat memberikan semangat yang kuat untuk
mempertahankan, memelihara, dan mengembangkan budaya organisasi perusahaan
tersebut yang merupakan daya dorong yang kuat untuk kemajuan organisasi

1 | Corporate Culture

perusahaan. Budaya organisasi perusahaan (corporate culture) yang kuat akan


menumbuhkembangkan rasa tanggung jawab yang besar dalam diri karyawan
sehingga mampu memotivasi untuk menampilkan kinerja yang paling memuaskan,
mencapai tujuan yang lebih baik, dan pada gilirannya akan memotivasi seluruh
anggotanya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah pengertian dari Corporate Culture?
1.2.2 Apa saja karakter dari Corporate Culture?
1.2.3 Apa saja klasifikasi dari Corporate Culture?
1.2.4 Contoh nyata dari Budaya Kerja Perusahaan!

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pengertian dari Corporate Culture.
1.3.2 Untuk mengetahui karakter dari Corporate Culture.
1.3.3 Untuk mengetahui klasifikasi dari Corperate Culture.
1.3.4 Untuk mengetahui contoh nyata dari Budaya Kerja Perusahaan.

2 | Corporate Culture

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Corporate Culture


Menurut para ahli Corporate Culture adalah
a. Budaya perusahaan menurut Susanto, AB. (1997:3) : Suatu nilai-nilai
yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi
permasalahan eksternal dan penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan,
sehingga masing-masing anggota organisasi harus memahami nilai-nilai
yang ada dan bagaimana meraka harus bertindak atau berperilaku.
b. Budaya perusahaan menurut Schein, H. (1992:12): Budaya perusahaan
sebagai suatu perangkat asumsi dasar akan membantu anggota kelompok
dalam memecahkan masalah pokok dalam menghadapi kelangsungan
hidup, baik dalam lingkungan eksternal maupun internal, sehingga akan
membantu anggota kelompok dalam mencegah ketidakpastian situasi.
Pemecahan masalah yang telah ditemukan ini kemudian dialihkan pada
generasi berikutnya sehingga akan memiliki kesinambungan.
c. Menurut Koentjoroningrat (1994 : 5), budaya itu sendiri memiliki tiga
tingkatan yang saling berinteraksi satu sama lain. Tingkatan yang pertama
berupa benda-benda hasil kecerdasan dan kreasi manusia (artefacts dan
creation). Tingkatan kedua adalah nilai-nilai dan ideologi yang merupakan
aturan, prinsip, norma, nilai, dan moral yang menuntun organisasi dan
merupakan harta kekayaan yang ingin mereka penuhi. Tingkatan ketiga
adalah asumsi dasar yang tidak disadari mengenai keadaan kebenaran dan
kenyataan, kemanusiaan, hubungan manusia dengan alam, hubungan antar
manusia, keadaan waktu dan alam semesta.
3 | Corporate Culture

Jadi dapat disimpulkan Corporate Culture adalah bahwa budaya


perusahaan adalah suatu pola asumsi dasar yang dimiliki oleh anggota
perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan kebiasaan yang
mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja
karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara pada kualitas kinerja
perusahaan. Dengan demikian, budaya perusahaan merupakan solusi yang
secara konsisten dapat berjalan dengan baik, bagi sebuah kelompok dalam
menghadapi persoalan-persoalan di dalam dan di luar kelompoknya.
Fungsi dan manfaat dari Corporate Culture
a. Fungsi Corporate Culture antara lain adalah sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota untuk mencapai tujuan perusahaan berupa
ketentuan dan atau nilai-nilai yang harus diterapkan dan dilakukan oleh
para anggota perusahaan.
b. Manfaat Corporate Culture bagi perusahaan antara lain adalah dapat
menciptakan

SDM

yang

memiliki

integritas,

pengetahuan,

keahlian/ketrampilan maupun sikap, perilaku dan moral yang baik


sehingga mampu mendorong tercapainya Visi dan Misi. Sedangkan bagi
karyawan, Corporate Culture akan menjadi acuan/pedoman berperilaku
dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga mampu berperan memberikan
kontribusi optimal terhadap pencapaian Visi dan Misi perusahaan.
2.2 Karakter dari Corperate Culture
Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara
keseluruhan, merupakan hakikat budaya organisasi.
a. Inovasi dan keberanian mengambil risiko
Sejauh mana karyawan didorong untuk bersikap inovatif dan berani
mengambil risiko.
b. Perhatian pada hal-hal rinci
Sejauh mana karyawan diharapkan menjalankan presisi, analisis, dan
perhatian pada hal-hal detail.
c. Orientasi hasil
4 | Corporate Culture

Sejauh mana manajemen berfokus lebih pada hasil ketimbang pada teknik
dan proses yang digunakan untuk mencapai hasil tersebut.
d. Orientasi orang
Sejauh mana keputusan- keputusan manajemen mempertimbangkan efek
dari hasil tersebut atas orang yang ada di dalam organisasi.
e. Orientasi tim
Sejauh mana kegiatan-kegiatan kerja di organisasi pada tim ketimbang
pada indvidu-individu.
f. Keagresifan
Sejauh mana orang bersikap agresif dan kompetitif ketimbang santai.
g. Stabilitas
Sejauh mana kegiatan-kegiatan organisasi menekankan dipertahannya
status quo dalam perbandingannya dengan pertumbuhan.

2.3 Klasifikasi dari Corperate Culture


a. Budaya Kontrol (Hierarki)
Organisasi yang hirarkis biasanya ditandai oleh birokrasi. Budaya
hirarki mengutamakan stabilitas dan kontrol serta fokus pada proses internal
dan integrasi. Organisasi dengan budaya hirarki mementingkan standarsiasi,
kontrol, dan struktur yang baku dan tegas mengatur kewenangan dan
pengambilan keputusan. Salah satu contoh dari budaya hirarki adalah
McDonalds yang sangat mengutamakan standarisasi dan efisiensi.
Lingkungan kerja diorganisasikan sangat terstruktur dan formal.
Peraturan-peraturan dan prosedur mengatur sikap dan perilaku anggota
organisasi. Pemimpin dituntut untuk menjadi koordinator dan pengelola
dengan pola pikir dan pendekatan efisiensi. Memelihara organisasi agar
berjalan lancar adalah tugas terpenting. Kebijakan formal menjadi pedoman
yang harus dipahami, ditaati dan dilaksanakan oleh seluruh anggota
organisasi. Orientasi jangka panjang menekankan pada stabilitas, operasi dan
kinerja yang efisien. Keberhasilan diartikan sebagai kemampuan penyerahan
produk dan jasa yang berkualitas pada jadual yang tepat dengan biaya rendah.
Manajemen menghendaki segala sesuatu dapat diprediksi dan berjalan aman.
b. Budaya Compete (Market)

5 | Corporate Culture

Budaya Compete (Market) memiliki kesamaan dengan budaya hirarki,


terutama dalam hal mengutamakan stabilitas dan kontrol. Perbedaannya,
budaya compete (market) fokus pada aspek eksternal dan diferensiasi. Budaya
compete (market) fokus pada hubungan-hubungan dan transaksi-transaksi
dengan pemasok, pelanggan, kontraktor, pembuat undang-undang, konsultan
dan regulator. Fokus pada aspek eksternal organisasi diyakini akan membawa
organisasi mencapai kesuksesan. Di sisi lain, hirarki dan kontrol dilakukan
melalui peraturan-peraturan, standard operating procedures, dan pekerjaanpekerjaan yang sangat spesialis.
Salah satu contoh organisasi dengan budaya ompete (market) adalah
General Electric (GE) selama dipimpin oleh CEO Jack Welch. Welch
menegaskan bahwa semua bisnis GE harus menjadi nomor satu atau nomor
dua di industrinya, jika tidak maka bisnis tersebut akan ditutup atau dijual.
Budaya GE sangat menghargai kemampuan kompetitif di mana hasil lebih
ditekankan daripada proses. Pengelolaan sumber daya manusia berorientasi
pada hasil dan kompetisi. Pemimpin adalah orang yang menuntut, dan
pendorong, dan produktif.
Penekanan pada kemenangan menjadi tujuan yang mempersatukan
anggota organisasi. Fokus perhatian pada sukses dan reputasi. Orientasi
jangka panjang adalah pada tindakan-tindakan kompetitif, dan pencapaian
sasaran dan target organisasi. Sukses diartikan dengan penguasaan pangsa
pasar dan penetrasi, mementingkan harga yang kompetitif dan kepemimpinan
pasar.
c. Budaya Kolaborasi (CLAN Culture)
Dalam matriks, budaya clan memiliki persamaan dengan budaya
hirarki, terutama dalam hal fokus pada proses internal dan integrasi.
Perbedaannya, budaya clan menekankan pada fleksibilitas dan kebijaksanaan
daripada stabilitas dan integrasi. Budaya clan lebih banyak ditemukan di
perusahaan-perusahaan Jepang, di mana mereka lebih menekankan pada
kerjasama tim.
Dalam budaya clan, perusahaan-perusahaan Jepang mengorganisasi
perusahaan sebagaimana layaknya sebuah keluarga dan karena itu sangat
6 | Corporate Culture

menekankan pada kohesivitas kelompok, lingkungan kerja yang manusiawi,


komitmen tim, dan kepatuhan. Lingkungan kerja bersifat terbuka dan ramah
yang memungkinkan setiap orang saling berinteraksi dan berbagi.
Organisasi dikelola sebagaimana layaknya sebuah keluarga luas
(extended family). Pemimpin dianggap sebagai mentor dan bahkan sebagai
orang tua. Kepatuhan terhadap organisasi dan tradisi relatif sangat kuat.
Menekankan pada pembinaan SDM jangka panjang dan kohesivitas
kelompok. Fokus perhatian adalah pada manusia dan sangat menghargai
kerjasama tim, partisipasi dan konsensus.
d. Budaya Create (Adhocracy)
Dalam matriks, budaya adhocracy memiliki persamaan dengan budaya
clan dalam hal penekanan pada fleksibilitas dan kebijaksanaan. Perbedaannya,
budaya adhocracy fokus pada eksternal organisasi dan diferensiasi. Pada era
informasi, diperlukan pendekatan baru untuk mengelola organisasi dalam
menghadapi perubahan-perubahan yang relatif cepat dan berdampak luas.
Perubahan-perubahan sosial, ekonomi dan teknologi membuat strategi dan
taktik lama yang digunakan menjadi tidak relevan lagi.
Organisasi yang mampu bertahan, bersaing, tumbuh dan berkelanjutan
adalah organisasi yang mampu kreatif dan inovatif. Google adalah salah satu
contoh organisasi yang menerapkan budaya adhocracy. Lingkungan kerja
dikelola dengan mengedepankan karakter dinamis, wirausaha dan kreativitas.
Setiap anggota organisasi ditantang untuk melakukan inovasi dan keberanian
pengambilan risiko. Komitmen pada percobaan dan berpikir berbeda adalah
nilai-nilai yang mempersatukan anggota organisasi.
Orientasi jangka panjang menekankan pada pertumbuhan dan akusisi
sumberdaya baru. Sukses diartikan sebagai keberhasilan memberikan produk
dan jasa yang unik. Menjadi pemimpin di industrinya adalah sangat penting.
Kebebasan dan inisiatif individual sangat dihargai.
2.4 Contoh nyata dari Budaya Kerja Perusahaan
Komitmen perusahaan pabrikan otomotif X terhadap manajemen energi
pintar telah menelurkan produk mobil listrik mutakhir ke pasar. Hal tersebut dimulai

7 | Corporate Culture

dari atas yaitu pemimpin perusahaan yang telah menjaga budaya bijaksana terhadap
energi yang yang digaungkan ke seluruh perusahaan termasuk 3 pabrik otomotif
mereka yang terletak di USA meningkatkan teknologi, operasi, dan proses. Dalam
kemitraan dengan Departement USA untuk technology program Energi Industri,
pabrikan otomotif X telah menerapkan program pengelolaan energy yang sangat
produktif yang telah menghasilkan pengurangan penggunaan energy. Didalam
menciptakan dan memelihara sebuah budaya efisiensi energy tersebut menjadi
budaya corporate. Pada tahun 2006, Tim manajemen energi merupakan salah satu dari
10 tim lintas fungsional yang dibentuk oleh pabrikan otomotif tersebut. Diketuai oleh
Mr. K, beliau memberdayakan seluruh karyawan pabrikan otomotif X untuk
mengambil tanggung jawab atas masa depan perusahaan dan mendorong daya
saingnya di pasar. Tim mulai dengan menyentuh ranah perbaikan system operasional
yang bersifat tanpa biaya seperti mematikan apa pun ketika terdapat instrument yang
tidak diperlukan selama akhir pekan atau pergantian shift. Pada tahun pertama, tim
manajemen energy tersebut dapat menghemat 11,4% di penggunaan energi pokok.
Pada tahun 2007, mereka ditugaskan untuk memangkas 30% lebih dari empat tahun
kedepan. Target berikutnya mereka mencapai pada akhir tahun 2008, sesaat sebelum
krisis ekonomi muncul.
Tanggung jawab untuk anggaran energi diberikan kepada direktur masingmasing pabrik. Hal ini tidak hanya mendukung pengembangan budaya energi tersebut
di tingkat pabrik tetapi juga menyiratkan bahwa orang yang bertanggung jawab untuk
keputusan dilevel operational secara mendalam selaras dengan pentingnya
penggunaan energi. Ketika mereka melihat dan menyadari proyek dan peluang untuk
penghematan energi, suatu Pilihan yang dikuasakan atau keputusan dapat dibuat
dengan minimum delay untuk disetujui. Mr. K telah mempertahankan keterlibatannya
yang cukup besar pada masalah energi, di samping semua tanggung jawabnya yang
signifikan lainnya. Meskipun sibuk, Mr. K menyempatkan waktu untuk berpartisipasi
dalam dalam program program penghematan energy tersebut dan berbagi visi
perusahaan dengan rekan dan pesaing perusahaan lainnya. Keterlibatan aktif
memperkuat keseriusan yang konsisten pada budaya pabrikan mobil X terhadap

8 | Corporate Culture

efisiensi energi, dan antusiasme membantu mendorong tim to terus berinovasi dalam
cara-cara terbaru.
Pabrikan otomotif X ini mengkomunikasikan kepada para karyawannya
melalui berbagai cara, termasuk melalui email, intranet perusahaan, bulletin bulanan,
running teks pada TV dan juga pada presentasi disetiap pertemuan. Menggunakan
lebih dari satu cara metode komunikasi membuat para karyawan menangkap
informasi yang disampaikan dengan baik sehingga keterlibatan para karyawan dapat
mendukung program ini seperti yang diinginkan.

9 | Corporate Culture

BAB III

PENUTUP
3.1 Simpulan
Corporate Culture adalah bahwa budaya perusahaan adalah suatu pola asumsi
dasar yang dimiliki oleh anggota perusahaan yang berisi nilai-nilai, norma-norma dan
kebiasaan yang mempengaruhi pemikiran, pembicaraan, tingkah laku, dan cara kerja
karyawan sehari-hari, sehingga akan bermuara pada kualitas kinerja perusahaan.
Dengan demikian, budaya perusahaan merupakan solusi yang secara konsisten dapat
berjalan dengan baik, bagi sebuah kelompok dalam menghadapi persoalan-persoalan
di dalam dan di luar kelompoknya.
Fungsi dan manfaat dari Corporate Culture
a. Fungsi Corporate Culture antara lain adalah sebagai perekat sosial dalam
mempersatukan anggota untuk mencapai tujuan perusahaan berupa
ketentuan dan atau nilai-nilai yang harus diterapkan dan dilakukan oleh
para anggota perusahaan.
b. Manfaat Corporate Culture bagi perusahaan antara lain adalah dapat
menciptakan

SDM

yang

memiliki

integritas,

pengetahuan,

keahlian/ketrampilan maupun sikap, perilaku dan moral yang baik


sehingga mampu mendorong tercapainya Visi dan Misi. Sedangkan bagi
karyawan, Corporate Culture akan menjadi acuan/pedoman berperilaku
dalam melaksanakan tugas, wewenang dan tanggung jawab dalam
pelaksanaan tugas sehari-hari sehingga mampu berperan memberikan
kontribusi optimal terhadap pencapaian Visi dan Misi perusahaan.

10 | C o r p o r a t e C u l t u r e

Penelitian menunjukkan bahwa ada tujuh karakteristik utama yang, secara


keseluruhan, merupakan hakikat budaya organisasi.
a.

Inovasi dan keberanian

mengambil risiko
b. Perhatian pada hal-hal rinci
c. Orientasi hasil

d.
e.
f.
g.

Orientasi orang
Orientasi tim
Keagresifan
Stabilitas

h. Lalu budaya perusahaan itu dapat di di klasifikasikan menjadi 4 jenis


yaitu:
a. Budaya Kontrol (Hierarki)
b. Budaya Compete (Market)

e.
f.
g.

11 | C o r p o r a t e C u l t u r e

c. Budaya Kolaborasi (CLAN


Culture)
d. Budaya Create (Adhocracy)

h. Daftar Pustaka
i.
1. http://www.sarjanaku.com/2012/11/pengertian-budaya-perusahaanmenurut.html
2. http://habibiarifin.blogspot.co.id/2010/05/budaya-organisasi-dan-budayakerja.html
3. http://comfortarea01.blogspot.co.id/2008/06/upaya-membangun-goodcorporate-culture.html
4. https://yennywisang.wordpress.com/2011/09/21/corporate-culture-2/

Anda mungkin juga menyukai