Disetujui
Dra.
Tabel.12. Data Hasil Penimbangan dan Volume HCl untuk Titrasi Kacang
Hijau 34
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1. Hubungan Asam Amino terhadap Mutu Protein Campuran 36
Gambar 1.2. Alat Destruksi 40
Gambar 1.3. Hasil Destruksi 40
Gambar 1.4. Alat Destilasi 40
Gambar 1.5. Hasil Destilasi (kanan) dan Hasil Titrasi (kiri) 40
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia
agar ia dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Susunan kimia dalam
makanan yang berguna bagi kesehatan tubuh dikenal sebagai zat gizi. Pengelompokan
zat gizi meliputi karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Dalam
kehidupan sehari-hari, protein mempunyai peranan yang sangat penting bagi manusia.
Peran pokok protein dalam tubuh manusia, yaitu sebagai zat pembangun dan
pengatur, pembentuk jaringan pengikat, mengganti jaringan tubuh yang rusak dan
yang perlu dirombak, pembentuk protein yang inert seperti kuku dan rambut, dapat
bekerja sebagai enzim, serta membentuk antibodi. Kekurangan protein dalam waktu
lama dapat mengganggu berbagai proses dalam tubuh dan menurunkan daya tahan
tubuh terhadap penyakit (Winarno, F.G, 1992).
Unit pembangun dalam semua jenis protein adalah asam amino. Asam amino
tersebut adalah asam amino essensial yang tidak dapat disintesis oleh tubuh dan asam
amino non esensial yang dapat disintesis oleh tubuh. Kebutuhan tubuh manusia
terhadap asam amino essensial dapat dipenuhi dari protein yang terkandung di dalam
makanan yang dimakan. Protein dapat diperoleh baik dari sumber hewani maupun
nabati. Protein hewani pada umumnya mempunyai kualitas nilai gizi yang tinggi
dibandingkan dengan protein nabati. Namun protein nabati yang berasal dari tumbuhtumbuhan akan memberikan kesehatan yang lebih baik yaitu manfaat kacangankacangan sebagai biji yang mampu mengurangi resiko peradangan dianggap sangat
baik sebagai upaya untuk meningkatkan kesehatan termasuk mengurangi resiko
terjadinya obesitas dan kenaikan tekanan darah tinggi, kolesterol dan gula darah
(http://www.indofamily.net/health).
Mutu protein dinilai dari perbandingan asam-asam amino yang terkandung
dalam protein tersebut. Protein pada jenis kacang-kacangan mengandung asam amino
tidak lengkap. Namun bila dua atau lebih sumber jenis protein yang memiliki asam
amino esensial pembatas (asam-asam amino yang biasanya sangat kurang pada bahan
makanan tersebut) yang berbeda dikonsumsi bersama-sama, maka kekurangan asam
amino dari satu protein dapat ditutupi oleh asam amino sejenis yang berlebihan pada
protein lain. Seperti, Campuran antara nasi (kekurangan asam amino lisin, namun
kelebihan asam amino belerang) dengan kacang kacangan (kekurangan asam amino
belerang, namun kelebihan asam amino lisin). Dapat memberikan komposisi asamasam amino yang bernilai gizi mendekati mutu protein hewani. karena pengaruh
saling melengkapi dan saling mendukung. Hal ini juga terjadi pada campuran nasi
dengan tempe, kacang-kacangan dengan roti. Penganekaragaman menu sangat penting
sebab dengan cara ini mutu protein bahan makanan saling mendukung dan meningkat
(Budianto.A.K, 2009).
Bedasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui kadar protein
kasar pada kacang-kacangan yang dianalisa apakah dapat dimanfaatkan sebagai bahan
makanan campuran yang dapat meningkatkan kualitas mutu protein untuk memenuhi
kebutuhan gizi pada masyarakat dengan harga kacang-kacangan yang terjangkau.
1.2.
Permasalahan
Permasalahan dalam Karya Ilmiah ini adalah :
Berapa kadar protein kasar dalam kacang kedelai, kacang tanah dan kacang
hijau.
Bagaimana cara menentukan kadar protein kasar dalam kacang kedelai,
kacang tanah dan kacang hijau dengan menggunakan metode makro
Kjeldhal.
Apakah kadar protein kasar dalam kacang kedelai, kacang tanah dan kacang
hijau telah memenuhi angka kecukupan protein pada manusia.
1.3.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dibatasi pada :
Kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau yang digunakan dalam
percobaan ini adalah diperoleh dari pajak Simpang Limun dimana
varietasnya tidak ditentukan dan diteliti oleh penulis.
Parameter yang dianalisa adalah kadar protein kasar.
1.4.
Tujuan
Tujuan Karya Ilmiah ini adalah :
Untuk mengetahui kadar protein kasar dalam kacang kedelai, kacang tanah
dan kacang hijau.
Untuk mengetahui cara penentuan kadar protein kasar dalam kacang
kedelai, kacang tanah dan kacang hijau dengan menggunakan metode makro
Kjeldhal.
1.5.
Manfaat
Manfaat Karya Ilmiah ini adalah :
Dapat mengetahui kadar protein dalam kacang kedelai, kacang tanah dan
kacang hijau.
Dapat diketahui apakah kadar protein kasar dalam kacang kedelai, kacang
tanah dan kacang hijau telah memenuhi angka kecukupan protein pada
manusia.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.2.
Protein
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien. Tidak seperti bahan
makronutrien lainnya (karbohidrat, lemak), protein ini berperan lebih penting dalam
pembentukan biomolekul daripada sumber energi. Namun demikian apabila organisme
sedang kekurangan energi, maka protein ini dapat juga di pakai sebagai sumber energi.
Keistimewaan lain dari protein adalah strukturnya yang selain mengandung N, C, H,
O, kadang mengandung S, P, dan Fe (Sudarmadji, 1989).
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi tubuh, karena
zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur, Protein adalah
sumber asam- asam amino yang mengandung unsur C, H, O dan N yang tidak dimiliki
oleh lemak atau karbohidrat. Molekul protein mengandung pula posfor, belerang dan
ada jenis protein yang mengandung unsur logam seperti besi dan tembaga (Budianto,
A.K, 2009).
Protein adalah molekul makro yang mempunyai berat molekul antara lima ribu
hingga beberapa juta. Protein terdiri atas rantai-rantai asam amino, yang terikat satu
sama lain dalam ikatan peptida. Asam amino yang terdiri atas unsur-unsur karbon,
hidrogen, oksigen dan nitrogen ; beberapa asam amino disamping itu mengandung
unsur-unsur fosfor, besi, iodium, dan cobalt. Unsur nitrogen adalah unsur utama
protein, karena terdapat di dalam semua protein akan tetapi tidak terdapat di dalam
karbohidrat dan lemak. Unsur nitrogen merupakan 16% dari berat protein. Molekul
protein lebih kompleks daripada karbohidrat dan lemak dalam hal berat molekul dan
keanekaragaman unit-unit asam amino yang membentuknya (Almatsier. S, 1989).
Molekul protein merupakan rantai panjang yang tersusun oleh mata rantai asam-asam
amino. Dalam molekul protein, asam-asam amino saling dirangkaikan melalui reaksi
gugusan karboksil asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino
yang lain, sehingga terjadi ikatan yang disebut ikatan peptida. Ikatan pepetida ini
merupakan ikatan tingkat primer. Dua molekul asam amino yang saling diikatkan
dengan cara demikian disebut ikatan dipeptida. Bila tiga molekul asam amino, disebut
tripeptida dan bila lebih banyak lagi disebut polypeptida. Polypeptida yang hanya
terdiri dari sejumlah beberapa molekul asam amino disebut oligopeptida. Molekul
protein adalah suatu polypeptida, dimana sejumlah besar asam-asam aminonya saling
dipertautkan dengan ikatan peptida tersebut (Gaman, P.M, 1992)
Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang
terdapat sebagai komponen, protein mempunyai gugus NH2 pada atom karbon posisi
RCHCOOH
NH2
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak larut dalam pelarut
organik non polar seperti eter, aseton, dan kloroform. Sifat asam amino ini berbeda
dengan asam karboksilat maupun dengan sifat amina. Asam karboksilat alifatik
maupun aromatik yang terdiri atas beberapa atom karbon umumnya kurang larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian amina pula umumnya tidak
larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik (Poejiadi. A, 1994).
Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil
(COOH) dan satu atau lebih gugus amino (NH2) yang salah satunya terletak pada
atom C tepat disebelah gugus karboksil (atom C alfa). Asam-asam amino bergabung
melalui ikatan peptida yaitu ikatan antara gugus karboksil dari asam amino dengan
gugus amino dari asam amino yang disampingnya (Sudarmadji. S, 1989).
1.5.
Sifat Protein
Protein merupakan molekul yang sangat besar, sehingga mudah sekali mengalami
perubahan bentuk fisik maupun aktivitas biologis. Banyak faktor yang menyebabkan
perubahan sifat alamiah protein misalnya : panas, asam, basa, pelarut organik, pH,
garam, logam berat, maupun sinar radiasi radioaktif. Perubahan sifat fisik yang mudah
Ada protein yang larut dalam air, ada pula yang tidak larut dalam air, tetapi
semua protein tidak larut dalam pelarut lemak seperti misalnya etil eter. Daya larut
protein akan berkurang jika ditambahkan garam, akibatnya protein akan terpisah
sebagai endapan. Apabila protein dipanaskan atau ditambahkan alkohol, maka
protein akan menggumpal. Hal ini disebabkan alkohol menarik mantel air yang
melingkupi molekul-molekul protein. Adanya gugus amino dan karboksil bebas
pada ujung-ujung rantai molekul protein, menyebabkan protein mempunyai
banyak muatan dan bersifat amfoter (dapat bereaksi dengan asam maupun basa).
+
Dalam larutan asam (pH rendah), gugus amino bereaksi dengan H , sehingga
protein bermuatan positif. Bila pada kondisi ini dilakukan elektrolisis, molekul
protein akan bergerak kearah katoda. Dan sebaliknya, dalam larutan basa (pH
tinggi) molekul protein akan bereaksi sebagai asam atau bermuatan negatif,
sehingga molekul protein akan bergerak menuju anoda (Winarno. F.G, 1992).
2.3.
Adalah protein yang berbentuk bola. Protein ini larut dalam larutan garam
dan asam encer, juga lebih mudah berubah dibawah pengaruh suhu,
konsentrasi garam, pelarut asam dan basa dibandingkan protein fibriler.
Protein ini mudah terdenaturasi, yaitu susunan molekulnya berubah diikuti
dengan perubahan sifat fisik dan fisiologiknya seperti yang dialami oleh
enzim dan hormon.
Berdasarkan kelarutannya, protein globuler dapat dibagi dalam beberapa grup
yaitu :
a. Albumin
Yaitu larut dalam air dan terkoagulasi oleh panas. Contohnya albumin
telur, albumin serum, dan laktalbumin dalam susu.
b. Globulin
Yaitu tidak larut dalam air, terkoagulasi oleh panas, larut dalam larutan
garam
encer,
mengendap
dalam
larutan
garam
konsentrasi
e. Histon
Yaitu larut dalam air dan tidak larut dalam amoniak encer. Contohnya
adalah histon dalam hemoglobin.
f. Protamin
Yaitu protein paling sederhana dibandingkan protein-protein lainnya, tetapi
lebih kompleks dari pada protein dan peptida, larut dalam air dan tidak
terkoagulasi oleh panas.Contohnya salmin dalam ikan salmon (Budianto.
A.K, 2009).
- Berdasarkan hasil hidrolisa total suatu protein dikelompokkan sebagai berikut :
5.
Threonin
2. Leusin
6.
Phenylalanin
3. Isoleusin
7.
Methionin
4. Valin
8.
Tryptophan
6.
Tirosin
2. Asparagin
7.
Sistein
3. Asam aspartat
4. Asam glutamat
8.
5. Glutamin
Glisin
9.
Serin
10.
Prolin
(Sediaoetama. A.D, 1985).
2.4.
Sumber Protein
2.5.
Analisis Protein
untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein yang ditentukan
bedasarkan cara Kjeldhal ini dengan demikian sering disebut sebagai kadar protein
kasar (Crude Protein).
6,25
= Faktor perkalian =
100
16
Tahap Destruksi
Pada tahapan ini sampel dipanaskan dalam asam sulfat pekat sehingga terjadi
destruksi menjadi unsur-unsurnya. Elemen karbon, hidrogen teroksidasi menjadi CO,
CO2, dan H2O. Sedangkan nitrogennya (N) akan berubah menjadi (NH 4)2SO4. Asam
sulfat yang dipergunakan untuk destruksi diperhitungkan adanya bahan protein lemak
dan karbohidrat. Untuk mendestruksi 1 gram protein diperlukan 9 gram asam sulfat,
untuk 1 gram lemak perlu 17, 8 gram, sedangkan 1 gram karbohidrat perlu asam sulfat
sebanyak 7,3 gram. Karena lemak memerlukan asam sulfat yang paling banyak dan
memerlukan waktu destruksi cukup lama, maka sebaiknya lemak dihilangkan lebih
dahulu sebelum destruksi dilakukan. Asam sulfat yang digunakan minimum 10 ml
(18,4 gram). Sampel yang dianalisa sebanyak 0,4 3,5 gram atau mengandung
nitrogen sebanyak 0,02-0,04 gram. Untuk cara mikro Kjeldahl bahan tersebut lebih
sedikit lagi, yaitu 10-30 mg.
Tahap Destilasi
Pada tahap destilasi, ammonium sulfat di pecah menjadi ammonia (NH3) dengan
penambahan NaOH sampai alkalis dan di panaskan. Amonia yang dibebaskan
selanjutnya dapat dipakai adalah asam klorida dan asam borat 4% dalam jumlah yang
berlebihan. Agar kontak antara asam dan ammonia lebih baik maka diusahakan ujung
tabung destilasi tercelup sedalam mungkin dalam asam. Untuk mengetahui asam
dalam keadaan destilasi diakhiri bila semua ammonia terdestilasi sempurna dengan
ditandai destilat tidak bereaksi dengan basa.
Tahap Titrasi
Apabila penampung destilat digunakan asam borat maka banyaknya asam borat yang
bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan titrasi menggunakan asam klorida
0,1N dengan indikator (BCG + MR). Akhir titrasi ditandai dengan perubahan warna
dari larutan bewarna biru menjadi merah muda. Selisih jumlah titrasi sampel dan
blanko merupakan jumlah ekuivalen nitrogen.
Macam Bahan
Faktor perkalian
1.
6,25
2.
6,25
3.
Makanan ternak
6,25
4.
Beras
5,95
5.
5,70
6.
Kacang tanah
5,46
7.
Kedele
5,75
8.
Kenari
5,18
9.
Susu
6,38
10.
Gelatin
5,55
( Sudarmadji. S, 1989).
Analisis protein secara kuantitatif dapat dilakukan dengan berbagai metode
yaitu salah satunya dengan cara Kjeldhal. Cara Kjeldhal digunakan untuk
menganalisis kadar protein yang kasar dalam makanan secara tidak langsung, karena
yang dianalisis dengan cara ini adalah kadar nitrogennya. Dengan mengalikan nilai
tersebut dengan angka konversi, diperoleh nilai protein dalam bahan makanan itu.
Untuk beras, kedele, dan gandum angka konversi berturut-turut sebagai berikut :
5,95, 5,71, dan 5,83. Angka 6,25 berasal dari angka konversi serum albumin yang
biasanya mengandung 16% nitrogen.
Prinsip cara analisis Kjeldhal adalah sebagai berikut :
Mula-mula bahan didekstruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis
selenium oksiklorida atau butiran Zn. Amonia yang terjadi ditampung atau dititrasi
dengan bantuan indikator. Cara Kjeldhal pada umumnya dapat dibedakan atas dua
cara, yaitu : cara makro dan semimikro. Cara makro Kjledhal digunakan untuk
contoh yang sukar homogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedang semimikro Kjeldhal
dirancang untuk ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan yang homogen.
Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen dalam bentuk N-N
dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah yang besar. Kekurangan cara
analisis ini adalah bahwa purin, pirimidin, vitamin-vitamin, kreatina ikut teranalisis
dan terukur sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih
digunakan dan dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam makanan
(Budianto. A.K, 2009).
2.6.
Kacang Kedelai
Kedelai adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak
makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan
arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur.
Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya
perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang
penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak
nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah
Korea, Asia Tenggara dan Indonesia. Kacang kedelai dianggap sebagai salah
satu bahan makanan sumber protein nabati yang paling baik. Selain kandungan
proteinnya yang cukup tinggi (35%), mutu protein kedelai juga cukup baik karena
mengandung
semua
jenis
asam
(www.wikipedia-kacang kedelai.com).
Klasifikasi Kacang Kedelai
amino
essensial
yang
diperlukan
tubuh
Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Fabales
Famili
Fabaceae
Genus
Glycine
Species
331 g
Protein
34,9 g
Lemak
18,1 g
Karbohidrat
34,8 g
Calsium
227 mg
585 mg
Fe
8,0 mg
Vit.A
Air
110 unit
7,5 g
340
Leusin (Leu)
480
Lysin (Lys)
400
Phenylalanin (Phe)
310
Tyrosin (Tyr)
200
Methionin (Met)
80
Threonin (Thr)
250
Valin (Val)
330
Kedelai ini merupakan sumber protein yang penting bagi manusia, dan bila
ditinjau dari segi harga merupakan sumber protein yang termurah, sehingga sebagian
besar kebutuhan protein nabati dapat dipenuhi dari hasil olahan kedelai. Biji kedelai
juga dapat dipakai sebagai bahan baku industri : minyak goreng, mentega. Minyak
dari kedelai dapat digunakan untuk bermacam tujuan perindustrian. Ini mencakup
pembuatan insectisida, glicerine, cat dan lain sebagainya. Kedelai dapat juga
digunakan untuk berbagai macam keperluan, untuk makanan manusia, makanan
ternak, dan untuk bahan industri. Di Indonesia penggunaan kedelai masih terbatas
sebagai bahan makanan manusia dan makanan ternak. Makanan yang terbuat dari
kedelai antara lain adalah kedelai rebus, kedelai goreng, kecambah, tempe, tauco,
tahu, dan kecap dan susu kedelai.
Kedelai mengandung protein 35%, bahkan pada varietas unggul kadar
proteinnya dapat mencapai 40-43%. Dibandingkan dengan beras, jagung, tepung
singkong, kacang hijau, daging, ikan segar, dan telur ayam. Kedelai mempunyai
kandungan protein yang lebih tinggi, hampir menyamai kadar protein susu skim
kering (Suprapto, 1988).
2.7.
Kacang Tanah
Kacang tanah merupakan sumber protein nabati yang efisien alami arti bahwa untuk
memperoleh jumlah protein yang cukup, relatif diperlukan kacang tanah dalam jumlah
kecil. Kacang tanah bernilai tinggi dengan kadar proteinnya mencapai 25-30%.
Disamping itu kacang tanah juga mengandung karbohidrat sebanyak 18%. Vitaminvitamin yang terdapat adalah riboflavin, tiamin, asam nikotinat vitamin E dan K.
Sebagian besar kandungan mineral terdiri dari kalsium, magnesium, fosfor, dan sulfur.
Dibanding dengan protein hewani, maka komposisi asam amino dalam protein
kacang tanah hampir bersama-sama. Selain itu kacang tanah juga mengandung lemak
sekitar 49,9%. Klasifikasi
Kacang Tanah
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman Kacang Tanah
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Fabales
Famili
Fabaceae
Genus
Arachis
Species
Arachis hypogaea L
(www.wikipedia-kacang tanah.com).
Tabel. 4. Kandungan Gizi dari Kacang Tanah Dalam Setiap 100 gr Bahan
Kalori
452
cal
Protein
25,3
gr
Lemak
42,8
gr
Karbohidrat
21,1
gr
Kalsium
58
mgr
Fosfor
335
mgr
Ferrum
1,3
mgr
Vitamin B1
1,3
mgr
Vitamin C
mgr
Air
mgr
Polong kacang tanah yang sudah matang (cukup tua) mempunyai ukuran
panjang 1,25-7,5 cm dan berbentuk silinder. Tiap-tiap polong kacang tanah terdiri dari
kulit (shell) 21-29%, daging biji (kernel) 69-72,40% dan lembaga (germ) 3,1-3,6%.
Dari jumlah 9,1% kadar nitrogen kacang tanah, sebesar 8,74% diantaranya
terdiri dari fraksi albumen, gluten dan globulin. Kacang tanah mengandung asamasam amino esensial.
Tabel. 5 Asam Amino Essensial yang Terdapat Dalam Kacang Tanah
Arginin (Arg)
2,72%
Fenilalanin (Phe)
1,52%
Histidin (His)
0,51%
Isoleusin (Ile)
0,99%
Leusin (Leu)
1,92%
Lisin (Lys)
1,29%
Methionin (Met)
0,33%
Triptophan (Trp)
0,21%
Valin (Val)
1,33%
Kacang Hijau
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) mempunyai nama lain, yaitu mungo, mungbean,
green-grain, golden grawn. Tanaman ini berasal dari India yang menyebar ke
Indonesia dan dapat tumbuh dengan baik di Jawa, Madura, Nusa Tenggara, Maluku,
dan Sulawesi Selatan (www/nikkenchandrawati.blog.com/).
Kacang hijau adalah sejenis tanaman budidaya dan palawija yang dikenal luas
di daerah tropika. Tumbuhan yang termasuk suku polong-polongan (Fabaceae) ini
memiliki banyak manfaat dalam kehidupan sehari-hari sebagai sumber bahan pangan
berprotein nabati tinggi. Kacang hijau di
terpenting sebagai tanaman pangan legum, setelah kedelai dan kacang tanah. Bagian
paling bernilai ekonomi adalah bijinya. Biji kacang hijau direbus hingga lunak dan
dimakan sebagai
dijadikan sebagai isi onde-onde, bakpau, atau gandas turi. Kecambah kacang hijau
menjadi sayuran yang umum dimakan di kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara dan
dikenal sebagai tauge. Kacang hijau bila direbus cukup lama akan pecah dan pati
yang terkandung dalam bijinya akan keluar dan mengental, menjadi semacam bubur.
Tepung biji kacang hijau, disebut di pasaran sebagai tepung hunkue, digunakan dalam
pembuatan kue-kue dan cenderung membentuk gel. Tepung ini juga dapat diolah
menjadi mi yang dikenal sebagai soun (www.wikipedia-kacang hijau).
Kacang hijau atau Phaseolus Aureus berasal dari Famili Leguminoseae alias
polong-polongan. Kandungan proteinnya cukup tinggi dan merupakan sumber mineral
penting, antara lain; kalsium dan fosfor yang sangat diperlukan tubuh. Sedangkan
kandungan lemaknya merupakan asam lemak tak jenuh, sehingga aman dikonsumsi
oleh orang yang memiliki masalah kelebihan berat badan. Kacang hijau mengandung
protein tinggi, sebanyak 24%. Dalam menu masyarakat sehari-hari, kacang-kacangan
adalah alternatif sumber protein nabati terbaik. Secara tradisi, ibu-ibu hamil sering
dianjurkan mengonsumsi kacang hijau agar bayi yang dilahirkan mempunyai rambut
lebat. Pertumbuhan sel-sel tubuh termasuk sel rambut memerlukan gizi yang baik
terutama protein, dan karena kacang hijau kaya akan protein maka keinginan untuk
mempunyai bayi berambut tebal akan terwujud (www/nikkenchandrawati.blog.com/).
Klasifikasi Kacang Hijau adalah sebagai berikut :
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, kedudukan tanaman Kacang Hijau
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom
Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Leguminales
Famili
Leguminosae
Genus
Phaseolus
Species
Phaseolus aureus
Karbohidrat
62.62 g
Lemak
1.15 g
Protein
23.86 g
Vitamin C
4.8 mg (8%)
Calcium
132 mg (13%)
Magnesium
189 mg (51%)
Phosphorus
367 mg (52%)
Potassium
1246 mg (27%)
Sodium
15 mg (1%)
6,95 %
Leusin ( Leu )
12,90 %
Lisin ( Lys )
7,94 %
Methionin ( Met )
0,84 %
Fenilalanin ( Phe )
7,07 %
Treonin ( Thr )
4,50 %
Valin ( Val )
6,23 %
Bila dilihat dari kandungan proteinnya, kacang hijau termasuk bahan makanan
sumber protein, dengan kandungan zat gizi yang baik, bubuk kacang hijau banyak
digunakan sebagai bahan makanan bayi dan minuman siap saji. Dengan isu yang
terjadi akhir-akhir ini, kacang hijau memiliki potensi sebagai sumber vitamin dan
protein nabati bernilai gizi tinggi. Kacang hijau juga dikonsumsi dalam bentuk
kecambah, pemanfaatan tauge sebagai bahan makanan telah dikenal luas di Indonesia,
dimana kecambah kacang hijau mengandung vitamin E (Rukmana. R, 1997).
2.7.
Golongan
Umur
Berat
badan
(kg)
Tinggi
badan
(cm)
Protein
(g)
0-6 bulan
7-12 bulan
1-3 tahun
4-6 tahun
7-9 tahun
5,5
8,5
12
18
24
60
71
90
110
120
12
15
23
32
37
Pria :
10-12 tahun
13-15 tahun
16-19 tahun
20-45 tahun
46-59 tahun
60
30
45
56
62
62
tahun62
135
150
160
165
165
165
45
64
66
55
55
55
Wanita :
10-12 tahun
13-15 tahun
16-19 tahun
20-45 tahun
46-59 tahun
60
35
46
50
54
54
tahun54
140
153
154
156
154
154
54
62
51
48
48
48
Pola Kebutuhan
Bayi
Isoleusin
220
Leusin
500
Lisin
325
Methionin + sistin 180
Fenilalanin
+
tirosin
394
Treonin
275
Triptofan
56
Valin
294
Dewasa
230
350
469
213
113
156
138
150
Pola
scoring
250
440
340
220
213
275
30
256
156
81
44
113
380
250
60
310
BAB 3
METODOLOGI PERCOBAAN
Labu Kjeldhal
Pyrex
Neraca Analitik
Buret Pyrex
Erlenmeyer Pyrex
Labu Ukur
Pyrex
Botol Aquadest
Gelas BeakerPyrex
Pipet Volumetri
Pyrex
Bahan-bahan
Kacang Kedelai
Kacang Hijau
Kacang Tanah
Selenium
H3BO3
4%
p.a. (E.Merck)
NaOH
30%
p.a. (E.Merck)
HCl(p)
p.a. (E.Merck)
p.a. (E.Merck)
H2SO4(p)
p.a. (E.Merck)
Air Suling
Indikator Mengsel
Indikator fenolftalein
Pembuatan Pereaksi
Selenium
Larutkan 20 g H3BO3 dalam 500 ml air suling. Setelah dingin pindahkan ke dalam
botol bertutup gelas.
Larutan HCl 0,1N
Pipet 8,89 ml HCl pekat lalu dimasukkan kedalam labu ukur dan ditambahkan
aquadest sampai volumenya mencapai 1000 ml dan di homogenkan.
Larutkan 150 g NaOH teknis kedalam 350 ml air, kemudian diencerkan sampai 500
ml, simpan dalam botol bertutup karet.
Sampel (kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau) masing- masing di blender
halus
Perhitungan
Fp
Fk
N HCl
Keterangan :
V HCl =Volume HCl yang digunakan untuk titrasi sample sampai terbentuk
Warna ungu
BAB 4
Hasil Percobaan
Tabel 10. Data Hasil Penimbangan dan Volume HCl untuk Titrasi Kacang Kedelai
NO.
Berat Sampel ( g )
V HCl untuk titrasi sample ( ml )
I
2,0160
15,35
II
2,0058
15,35
III
2,0387
15,70
(15,35
5,75
0 )0,1035 0,014
250
I.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0160
= 31,7193 %
(15,35
0 )0,1035 0,014
250
5,75
II.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0058
= 31,8806 %
(15,35
0 )0,1035 0,014
250
5,75
III.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0387
= 32,0813 %
= 31,8937 %
Tabel 11. Data Hasil Penimbangan dan Volume HCl untuk Titrasi Kacang
Tanah
NO.
Berat Sampel ( g )
V HCl untuk titrasi sample ( ml )
I
2,0247
12,20
II
2,0064
12,25
(12,20
0 )0,1035 0,014
250
5,46
I.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0247
= 23,8358 %
(12,25
0 )0,1035 0,014
250
5,46
II.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0064
= 23,9938 %
23,8358 +23,9938
= 23,9148 %
Tabel 12. Data Hasil Penimbangan dan Volume HCl untuk Titrasi Kacang Hijau
NO.
Berat Sampel ( g )
V HCl untuk titrasi sample ( ml )
I
2,0287
10,65
II
2,0361
10,70
III
2,0534
15,75
(10,65
6,25
0 )0,1035 0,014
250
I.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0287
= 23,7712%
(10,70
6,25
0 )0,1035 0,014
250
II.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0361
= 23,7959 %
(10,75
6,25
0 )0,1035 0,014
250
III.Kadar Pr otein =
50
100%
2,0534
= 23,7058 %
= 23,7576 %
Pembahasan
Dari data hasil analisa kandungan kadar protein dalam kacang kedelai, kacang
tanah dan kacang hijau dengan menggunakan metode makro Kjeldhal diperoleh bahwa
setiap 100 g kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau mengandung kadar
protein kasar masing- masing : 31,8 g, 23,9 g, dan 23,7 g. Sedangkan dari sumber
literature (Anna Poejiadi, 1994) terlampir, disebutkan bahwa kandungan protein kasar
dari tiap 100 gram dalam : kacang kedelai = 34,9 g, kacang tanah = 25,3 g, dan kacang
hijau = 22,2 g. Hal ini disebabkan analis kurang teliti dan tepat dalam pengujian
sampel, sehingga data percobaan kurang sesuai dengan literature, Namun
dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa kacang- kacangan tersebut mengandung
asam amino essensial yang diperlukan oleh tubuh dengan kadar yang lumayan
tinggi.Dan dapat memenuhi angka kecukupan protein pada anak-anak umur 1-6 tahun
yaitu 23-32 g protein (sesuai sumber: Almatsier, pada Tabel.8).
Sehingga dapat juga ditingkatkan untuk memenuhi angka kecukupan protein pada
masyarakat menurut kelompok umur dan berat badan sebagai bahan makanan
campuran, dengan syarat mencampurkan dua jenis protein yang mengandung asam
amino esensial pembatas yang berbeda, contohnya kacang-kacangan dengan beras,
kacang-kacangan dengan roti, nasi dengan kacang kedelai, gandum dengan kacangkacangan akan membentuk bahan makanan dengan komposisi asam amino yang dapat
saling melengkapi dan saling mendukung (complementary) sehingga merupakan
kombinasi menu yang dapat meningkatkan mutu protein dan sudah mendekati mutu
protein model. (Winarno, 1992).
Campuran
80
protein
70
60
50
mg/g
40
amino
30
Asam
20
10
Protein Model
Tepung gandum
Kacang-kacangan
Gandum + Kacang (1:1)
Lisin
Treonin
BAB 5
Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan dengan menggunakan metode makro Kjeldhal
diperoleh kadar protein kasar setiap 100 gram : kacang kedelai = 31,8 g, kacang tanah
= 23,9 g dan kacang hijau = 23,7 g. Hal ini menunjukkan bahwa kadar protein kasar
dalam kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau mengandung asam amino
esensial yang cukup tinggi dan jumlah ini sudah cukup memenuhi keperluan untuk
menjaga keseimbangan nitrogen, menurut Almatsier (tabel.8) pada balita dan anakanak maksimal umur 6 tahun yaitu 12 g-32 g protein per hari sebagai angka
kecukupan protein.
Saran
Sebaiknya dilakukan metode yang lebih spesifik dalam penentuan asam amino
esensial dalam kacang kedelai, kacang tanah dan kacang hijau, sehingga hasil
penentuan asam aminonya lebih tepat dan dapat dibandingkan dengan metode ini.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN