Anda di halaman 1dari 9

Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) yang dikenal juga dengan Feline Urologic

Syndrome (FUS) merupakan masalah kesehatan yang sering terjadi pada kucing terutama
kucing jantan. Masalah kesehatan ini mengganggu vesika urinaria (VU) dan uretra kucing.
Gangguan pada uretra terjadi disebabkan oleh struktur uretra kucing jantan yang berbentuk
seperti tabung memiliki bagian yang menyempit sehingga sering menimbulkan penyumbatan
urin dari VU ke luar tubuh. Feline lower urinary tract disease (FLUTD) meliputi beberapa
kondisi yang terjadi pada saluran urinaria kucing (Nash 1997). Sindrom yang terjadi pada
kucing ini ditandai dengan pembentukan kristal (paling sering struvite) di dalam VU. Kristal
tersebut kemudian akan menyebabkan inflamasi, perdarahan pada urin, kesulitan buang air
kecil, serta beberapa kasus dapat menyebabkan obstruksi aliran normal urin keluar dari VU
yang dapat menyebabkan kematian (Pinney 2009). Manifestasi penyakit yang disebabkan
oleh akumulasi kristal mineral pada saluran urinaria antara lain, adalah: a. peradangan
kandung kemih cystitis akibat iritasi dari kristal pada dinding VU, b. urolithiasis yaitu
pembentukan batu VU, c. pembentukan sumbat pada uretra berupa pasir kristal mineral
(blokade uretra), d. uremia yaitu akumulasi zat kimia yang beracun pada aliran darah ketika
blokade pada uretra (Duval 2002). Pada beberapa keadaan urin yang tertahan dalam VU
dapat berbalik mengalir ke ginjal yang menyebabkan kematian oleh gagal ginjal akut atau
cystitis parah. Kematian terjadi karena toksin menyebar melalui aliran darah menyebabkan
sepsis (Pinney 2009).
Kucing jantan dan betina sama-sama beresiko menderita FLUTD, namun kucing jantan
beresiko lebih besar terhadap obstruksi yang mematikan karena uretra jantan lebih kecil
dibandingkan betina dan memiliki bagian yang mengecil (gambar 1) sehingga penyumbatan
lebih gampang terjadi (Pinney 2009).
Beberapa kausa dari terbentuknya kristal mineral yang dapat mengiritasi mukosa VU dan
menyebabkan blokade urehra adalah : a. Faktor asupan makanan (diet). Pakan yang kaya
magnesium menyebabkan pH urine menjadi basa (alkalis). Kenaikan pH mempermudah
pembentukan kristal mineral. b. Penurunan frekuensi urinasi. Hal ini dapat disebabkan oleh
menurunnya supan air, pakan yang kering, air yang terlalu hangat, terlalu dingin, menurunnya
aktivitas fisik, hal ini dapat disebabkan karena kucing mengalami obesitas bahkan kandang
yang kotor dapat menyebabkan kucing segan untuk urinasi (Duval 2002; Oaks Vet 2002)
Gejala klinis awal merupakan hasil dari iritasi yang disebabkan oleh kristal dalam VU. Gejala
klinis tersebut antara lain kesulitan urinasi (kucing sering buang air kecil tidak pada

tempatnya), sering menjilat daerah genital, merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara
tangisan), serta darah pada urin. Selain itu, kucing dengan FLUTD biasanya tidak nafsu
makan. Pada keadaan yang lebih serius kucing jantan yang mengalami obstruksi uretra
komplit akan menunjukkan gejala muntah, kelemahan, serta perut yang menegang dan sakit
(Pinney 2009).
Diagnosa FLUTD didasarkan pada gejala klinis, pemeriksaan fisik, dan urinalisis. Pada kasus
yang sudah parah dapat dipalpasi pembesaran dan rasa sakit VU. Jika diduga terjadi infeksi
pada VU maka kultur urin dapat dilakukan. Kucing yang mengalami obstruksi saluran
urinaria memiliki tingkat enzim ginjal yang tinggi (blood urea nitrogen (BUN), dan kreatinin)
dalam darah (Pinney 2009).
Terapi yang diberikan kepada pasien FUS adalah kateterisasi urin sehingga terjadi
pengeluaran urin dan kristal dari vu. Penyuntikan cairan fisiologis intravena atau perinfusi
diperlukan ketika sindrom uremia terjadi (depresi, muntah, dehidrasi) dengan tujuan
mengganti cairan tubuh dan menstabilkan pH cairan tubuh. Pemberian antibiotik diperlukan
untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri dan obat-obatan parasimpatomimretik yang
menstimulasi otot VU berkontraksi dan relaksasi uretra diperlukan. Dalam beberapa kasus,
tindak bedah diperlukan untuk menghilangkan sumbatan atau mencegah terjadinya
pengulangan timbulnya kristal mineral (Duval 2002). Setelah dipasang kateter urin kucing
Memo dirawat inap, selama rawat inap diberikan terapi antibiotik Amcilin dan infus Ringer
Lactate. Terdapat tiga macam kateter urin yaitu yaitu flexible rubber feeding tube (gambar
2a), kateter open-ended polypropylene (gambar 2b), dan close-ended polypropylene (gambar
2c). Ukuran kateter yang biasa digunakan untuk kucing jantan adalah 3 1/2 Fr. Jenis kateter
yang digunakan untuk pasien Memo adalah kateter close-ended polypropylene (2c) (College
of Veterinary Medicine 2009).

FELINE UROLOGIC SYNDROME (FUS)


A.

Definisi
Feline urinary syndrome atau FUS adalah nama yang diberikan kepada sekelompok
gejala yang terjadi pada kucing sekunder peradangan, iritasi, dan / atau gangguan pada
saluran urinary bagian bawah (kandung kemih, uretra, dan uretra penis) (Anonim,
2010). Sindrom yang terjadi pada kucing ini ditandai dengan pembentukan kristal (paling
sering struvite) di dalam VU. Kristal tersebut kemudian akan menyebabkan inflamasi,
perdarahan pada urin, kesulitan buang air kecil, serta beberapa kasus dapat menyebabkan
obstruksi aliran normal urin keluar dari VU yang dapat menyebabkan kematian (Pinney,
2009).
Menurut Houston (2007) Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD) atau Feline
Urologic Syndrome (FUS) mengacu pada gangguan saluran urinary bagian bawah, bersifat
heterogen yang terkarakterisasi dengan gejala klinis seperti hematuria (makroskopik dan
mikroskopik), disuria, stanguria, polakiuria, uriansi yang tidak normal sampai obstruksi
parsial mau pun total.

B.

Batasan
Menurut Houstler et al,. (2005) pada dasarnya FUS disebabkan oleh : 1) Feline
Idiopathic/Interstitial Cystitis(FIC), 2) Feline Urolithiasis (FU), dan 3) Sebab lainnya, seperti
infeksi saluran urianri karena bakteri, malformasi anatomi, neoplasia dan ganggaun
neurologic. Sejalan dengan laporan berbagai kasus yang ditemukan, kebanyakan penyebab
FUS adalah FIC (55-69%) dan FU (13-28%) (Houstler et al., 2005; Houston, 2007). Pada
anjing kira-kira 70% kasus urolitiasis disebabkan karena bakteri yang memproduksi urease
seperti Staphylococci dan Proteus spp.(Stevenson dan Smith, 2002), tetapi pada kucing kirakira 70% kasus urolitiasis steril terhadap bakteri (Marks, 2000).
Houstler et al., (2005), membuat konsep baru klasifikasi FUS, yaitu obstruktif dan
nonobstruktif uropati. Obstrukstif uropati sangat jarang pada kucing betina namun umum
ditemukan pada kucing jantan. Tipe obstruktif menyebabkan postrenal azotemia yang sangat

berbahaya bagi kucing. Resiko kejadian FUS meningkat pada kucing dewasa berumur 2-6
tahun namun jarang pada umur kurang dari 1 tahun atau diatas 10 tahun, kucing yang
menderita obesitas, diberi pakan kering, diakandangkan secara indoor dan kurang minum.

C.

Mekanisme Terjadinya FUS


Kucing yang diberi pakan kering secara terus-menerus akan meningkatkan terjadinya
penyerapan Mg dan mineral-mineral lainnya. Pada pakan kering terkandung ion-ion MgO2
dan MgSO4 yang bersifat basa. Urine yang bersifat basa akan membuat ion Mg, phospat, dan
amonium akan mengkristal membentuk kristal struvit. Kristal ini yang akan menyebabkan
obstruksi vesica urinaria dan kelukaan pada uretra dan ureter. Hal tersebut dapat
menyebabkan keradangan pada vesica urinaria sehingga membengkak. obstruksi akibat
kristal menyebabkan kucing mengalami disuria hingga hematuria. Obstruksi tersebut juga
menyebabkan edema pada uretra dan vesica urinaria (Nelson, 2003).
Pembentukan urolith akibat asam urat disebabkan oleh penurunan metabolisme hepar
terhadap asam urat yang juga disertai penurunan reabsorbsi tubulus proksimalis terhadap
asam urat. Hal tersebut akan meningkatkan kadar asam urat dan natrium urat dalam urine
yang menyebabkan penurunan pH urine atau keasaman. Pakan yang mengandung banyak
protein akan menyebabkan banyaknya akumulasi amonium sehingga bersama dengan asam
urat akan membentuk kristal amonium urat (Nelson, 2003).
Infeksi bakteri dapat meningkatkan pembentukan struvite urolit karena bakteri yang
menginfeksi memproduksi urease sehingga akan meningkatkan pH urin menjadi basa. Urease
merupakan enzim yang dalam keberadaannya di air akan menghidrolisis urea dan
menghasilkan ion ammonia dan karbonat sehingga konsentrasi kedua ion tersebut meningkat.
Ammonia bergabung dengan air atau ion hidrogen untuk membentuk ion ammonium. Ion
ammonium di urin akan menyebabkan pH urin yang tinggi. Ketika pH urin basa, fosfat
menjadi lebih tersedia untuk pembentukan kristal struvite dan struvite menjadi kurang larut.
Selain itu, pH urin yang tinggi akan menurunkan solubilitas magnesium ammonium fosfat
dan meningkatkan terbentuknya presipitasi kristal struvite. Ketika konsentrasi fosfat,
magnesium, dan ammonium meningkat di urin, supersaturasi terjadi dan membentuk kristal
dan urolit (Fossum, 2002).
Lebih dari 95% anjing dengan struvite urolit ada kaitannya dengan urinary tract
infection akibat bakteri yang menghasilkan urease, seperti Staphylococus spp., Proteus spp,
dll (tiley & Smith, 2000). Urinary tract infection akibat bakteri penghasil urease mendahului
perkembangan terbentuknya struvite urolit pada anjing. Namun struvite urolit pada kucing
biasanya terbentuk dalam urin yang steril, tanpa adanya infeksi bakteri. Hal ini dikarenakan
pH urin kucing lebih basa daripada anjing yaitu >6,5 sehingga struvite urolit mudah
terbentuk. Telah diperkirakan bahwa urin dengan pH sekitar 6,4 sama dengan solubility
product dari struvite dan urin dengan pH 7 sama dengan formation product dari struvite
(Fossum, 2002)

D. Faktor Pemicu Terjadinya FUS


Beberapa faktor berkontribusi untuk penyakit ini termasuk infeksi bacterial dan viral,
trauma, adanya kristal di urine, batu di vesica urine, tumor pada saluran urinaria, dan
abnormiltas congenital. Factor yang berkontribusi terhadap perkembangan FUS antara
lain, (Carlson, 2008):
1. FULTD dapat disebabkan uretra yang tersumbat oleh semacam pasta, komposisi material
batu atau pasir dan kristal struvite (magnesium ammonium fosfat), yang berhubungan dengan
jumlah garam. Meskipun Kristal struvit merupakan penyebab utama sumbatan, namun jenis
Kristal lain dapat ditemui. Beberapa sumbatan menyebabkan terbentuknya mucus, darah, dan
sel darah putih.
2. FLUTD dapat dihubungkan dengan kristal-uroith atau batu yang ditemukan di saluran
urinaria. Tipe urolith ervariasi, tergantung dari diet dan factor pH urine. Dua tipe yang sangat
sering ditemukan adalah struvite (magnesium fosfat) dan kalsium oksalat. Factor yang
mempengaruhi pembentukan urolit pada kucing termasuk infeksi bakteri yang bersamaan;
jarang uric,nasi akibat litter box yang kotor; kurangnya aktifitas fisik; dan kurang minum atau
kualitas minum yang buruk atau tidak tersedianya air, dan bias juga karena selalu diberi
pakan kering (dryfood).
3. Urine kucing normalnya sedikit asam. Factor yang menyebabkan urin alkalis yaitu jenis
pakan, adanya bakteri di saluran urinaria. Urin yang bersifat asam memiliki property
antibacterial. Namun ada beberpa kasus dumana FUS memiliki urine yang asam. Kucing
tersebut mungkin menderita akibat yrolith kalsium oksalat. Jika urolith terjadi di urethra,
maka obstruksi dapat mengancam kehidupan karena sangat sulit disembuhkan.
4. Cystitis bacterial dan urethritis (radang pada urethra) juga dapat menjadi penyebab dasar
FUS. Cystitis bacterial mungkin dapat menjadi penyebab yang penting dari serangan yang
berulang. Infeksi bakteri tersebut memiliki potensi untuk peningkatan infeksi dengan
sumbatan. Infeksi berulang dapat menyebabkan resistensi antibiotik.
5. Intake diet dan air minum. Kucing yang memakan pakan kering akan mendapat sedikit air
dari pakan ereka, selain itu didukung pula dengan kurangnya minum. Pakan kering akan
menyebabkan urin lebih terkonsentrasi dan jumlah sedimen yang lebih besar.
Faktor predisposisi pembentuk urolit traktus urinarius
1. pH urin
pH urin berperan sangat penting dalam pembentukan kalkuli, beberapa garam (oksalat), dan
asam urat lebih mudah mengendap pada pH asam. Struvit dan karbonat lebih mudah
mengendap pada pH alkalin.
2. Infeksi bakteri
Koloni bakteri, pengelupasan epitel, atau leukosit dapat berperan penting sebagai nidus untuk
pengendapan unsur mineral urolit. Urolit yang unsur penyusunnya terdiri dari magnesium
ammonium fosfat terbentuk karena adanya infeksi bakteri penghasil urease atau pemecah
urea (proteus dan beberapa staphilococci) yang mengkonversi urea menjadi amoniak .infeksi
dalam traktus urinarius merupakan faktor terbesar penyebab terbentuknya urolit struvit. Jenis
urolit lain kadang-kadang juga dapat ditemui pada traktus yang terinfeksi, namun
terbentuknya urolit non struvit tersebut tidak disebabkan oleh adanya infeksi tetapi justru
infeksi disebabkan adanya urolit dalam traktus urinarius.
3. Diet

4.
5.

6.
7.

E.

Diet yang mengandung protein tinggi membantu pembentukan urolit struvit karena konsumsi
protein tinggi dapat meningkatkan konsentrasi urea dan NH4 dalam urin. Diet yang
mengandung oksalat, defisiensi vitamin A (karena menyebabkan perubahan metaplastik epitel
transisional), dan dehidrasi (akibat pemasukan air yang terbatas sehingga memberi
kesempatan unsur mineral tetap berada dalam urin yang konsentrasinya sangat jenuh) adalah
faktor yang dapat menyebabkan urolitiasis. Konsentrasi urin yang sangat jenuh tersebut
umumnya disebabkan bekurangnya jumlah air yang diminum (kurang minum).
Memperbanyak minum air (meskipun air yang diminum mengandung fosfat, karbonat,
silicate, kalsium, dan magnesium dalam jumlah tinggi) umunya hanya sedikit berpengaruh
atau bahkan tidak berpengaruh terhadap urolitiasis.Hal ini disebakan karena kandungan
mineral dalam air minum lebih sedikit dibanding dengan jumlah mineral yang berasal dari
pakan.Di samping itu dengan memperbanyak minum juga dapat menurunkan konsentrasi urin
dan meningkatkan volume urin. Hal yang demikian tidak terjadi jika mineral yang menjadi
unsur pembentuk urolit dikonsumsi dalam bentuk makanan.Mineral dalam pakan dapat
menjadi faktor penyebab urolitiasis pada domba yang diberi paka fosfat tinggi, atau
mengandung okasalat.
Herediter
Urolit kebanyakan ditemukan pada Kucing Persian.
Urin stasis
Merupakan faktor predisposisi pembentukan urolit tanpa memperhatikan macam mineral.
Turunnya frekuensi urinasi dan meningkatnya kadar unsur pembentuk urolit dalam urin dapat
menyebabkan konsentrasi urin menjadi sangat jenuh. Urin yang sangat jenuh dapat menjadi
predisposisi presipitasi unsur mineral pada hewan.
Breed predileksi
Sex predileksi.
Lebih sering terjadi pada hewan jantan karena diameter uretra nya lebih sempit dan lebih
panjang.
(Nelson, 2003)

Diagnosa
Diagnosis dapat dilakukan dengan (Gerber, 2009) :
1. Pemeriksaan gejala klinis
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Urinalysis
Penting untuk dilakukan dan urin dikoleksi sebelum terapi dilakukan. Terapi dapat
mempengaruhi hasil urinalysis. Idealnya urin dikoleksi melalui cystocentesis. Urinalysis
meliputi pengukuran berat jenis, dip-stick analysis, analisis sedimen dan kultur urin.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk tujuan diagnosis
infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal,
memantau perkembangan penyakit seperti diabetes melitus dan tekanan darah tinggi
(hipertensi), dan skrining terhadap status kesehatan umum. Urinalisis dapat diguakan untuk
mendeteksi adanya penyakit diabetes, penyakit ginjal, serta infeksi dari traktus urinarius.
Jenis-jenis urinalisis yang dapat dipergunakan :

Pemeriksaan visual : turbiditas dan warna dari urin. Warna urin normal adalah kuning
bening, sedangkan urin yang tidak normal berwarna merah karena darah dan keruh. Volume
urine normal adalah 750-2.000 ml/24hr. Pengukuran volume ini pada pengambilan acak
(random) tidak relevan. Karena itu pengukuran volume harus dilakukan secara berjangka
selama 24 jam untuk memperoleh hasil yang akurat. Kelainan pada warna, kejernihan, dan
kekeruhan dapat mengindikasikan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin
(hematuria), penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan tertentu
juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin mewakili jumlah besar
protein dalam urin (proteinuria). Beberapa keadaan yang menyebabkan warna urine adalah :
Merah : Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin. Penyebab
nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab (kelembak), senna.
Oranye : Penyebab patologik : pigmen empedu. Penyebab nonpatologik : obat untuk
infeksi saliran kemih (piridium), obat lain termasuk fenotiazin.
Kuning : Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin. Penyebab
nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
Hijau : Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas). Penyebab
nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.
Biru : tidak ada penyebab patologik. Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.
Coklat : Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu. Pengaruh obat :
levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.
Hitam atau hitam kecoklatan : Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans,
urobilinogen, methemoglobin. Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol
Spesific Gravity : tes ini berfungsi untuk mendeteksi seberapa baik ginjal dapat
mengkonsentrasikan urin dan jumlah dari substansi/zat-zat yang terdapat pada urin. Tes ini
mengukur berat dari urin dibandingkan dengan air biasa pada jumlah yang sama. Semakin
tinggi nilai urin specific gravity ini, maka semakin padat material yang terdapat pada urin.
Dipstick analysis : strip test kimiawi yang mengecek ada tidaknya glukosa, protein, bilirubin
dan keton di dalam urin.
Sel darah putih (pyuria) : normalnya sel darah putih tidak terdapat di dalam urin. Adanya
sel darah putih di dalam urin dapat menandakan adanaya infeksi saluran perkencingan,
gangguan ginjal, dan kanker.
Sel darah merah (hematuria) : sama seperti sel darah putih, seharusnya sel darah merah
tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah merah ini dapat menandakan adanya
peradangan, penyakit, serta cedera/luka pada ureter, vesica urinaria, atau urethra.
Protein (Proteinuria) : protein normalnya tidak ditemukan di dalam urin. Hasil tes ini harus
disesuaikan dengan tes specific gravity. Protein pada urin yang encer lebih banyak daripada
protein pada urin yang pekat. Beberapa hal yang menyebabkan protein ada pada urin adalah
peradangan, hemoraghi, atau gangguan ginjal.
Glukosa (glukosuria) : glukosa merupakan jenis gula yang biasanya ditemukan pada darah.
Seharusnya tidak ada glukosa dalam darah. Hal yang sering menyebabkan glukosa pada urin
adalah diabetes.
Bilirubin (bilirubinemia) : bilirubin adalah pigment oranye dari empedu dari hati.
Keberadaan bilirubin pada urin mengindikasikan adanya penyakit hati atau hemolisis
(hancurnya sel darah merah), gangguan ginjal, Feline Hepatic Lipidosis dan FIP.

Keton : tidak ada keton pada urin kucing yang normal. Keton dihasilkan ketika lemak,
yang lebih dipergunakan daripada glukosa, dipecah oleh tubuh untuk menghasilkan energy.
Jumlah besar keton dalam urin mengindikasikan diabetes ketoacidosis atau kekurangan gula /
malnutrisi.

pH urin : merupakan pengukuran dari tingkat keasaman dari urin, apakah alkalis / asam.
pH normal urin sekitar 6 7. Tingkat keasaman ini dapat tergantung dari jenis pakan, obat,
dan adanya penyakit. Kucing biasanya memiliki pH yang sedikit asam.
Pemeriksaan mikroskopik : sebuah sampel urin disentrifugasi dan sedimentasinya diperiksa
dibawah mikroskop untuk melihat adanya crystal, sel darah merah, sel darah putih, benda
padat berongga, bakteri dan yeast (jamur)

Sel darah putih (pyuria) : normalnya sel darah putih tidak terdapat di dalam urin. Adanya
sel darah putih di dalam urin dapat menandakan adanaya infeksi saluran perkencingan,
gangguan ginjal, dan kanker.

Sel darah merah (hematuria) : sama seperti sel darah putih, seharusnya sel darah merah
tidak terdapat di dalam urin. Adanya sel darah merah ini dapat menandakan adanya
peradangan, penyakit, serta cedera/luka pada ureter, vesica urinaria, atau urethra.

Cast (cylindruria) : bentukan silinder ini dibentuk ole mucoprotein yang terdapat pada
tubulus renalis (tabung kecil di dalam ginjal). Benda ini dapat dibentuk dari berbagai macam
material termasuk sel darah merah, sel darah putih, substansi lemak, sel epitel tubulus renalis
atau oleh protein. Bentukan ini dapat memberikan informasi mengenai jenis penyakit yang
sedang diderita oleh hewan.

Crystal (crystaluria) : beberapa tipe crystal mungkin dapat ditemukan pada urin. Crystal
yang paling sering ditemukan adalah struvite dan kalsium oksalat. Keberadaan crystal ini
pada urin bukan merupakan diagnosis pasti dari sebuah urolithiasis. Beberapa jenis tertentu
dapat menjadi petunjuk penting dalam diagnosa sebuah penyakit.

Bakteri : jika sebuah sampel urin yang steril ditemukan bakteri, hal ini dapat menunjukkan
adanya infeksi vesica urinaria
4. Radiografi
Pada radiografi densitas batu bisa dilihat, meliputi ukuran dan bentuk di vesica urinaria.
5. Ultrasonografi
Ultrasonografi untuk melihat dinding vesica urinary dan kandungan dalam vesica urinary.
F. Penanganan dan Pencegahan
Penanganan
1. Kateterisasi : Ukuran kateter yang biasa digunakan untuk kucing jantan adalah 3 1/2
Fr. Terdapat tiga macam kateter urin yaitu flexible rubber feeding tube, kateter open-ended
polypropylene, dan close-ended polypropylene.
2. Pengosongan urin dalam vesica urinaria dengan cara menusukkan jarum suntik ke vesica
urinaria dan mengosongkan urin di dalamnya (dalam keadaan darurat).
3. Operasi (cystotomi).
4. Flushing saluran kencing.
5. Penyuntikan cairan fisiologis intravena : untuk mengganti cairan tubuh dan menstabilkan
pH cairan tubuh(Infus Ringer Lactate).
6. Pemberian antibiotik : untuk mencegah infeksi sekunder oleh bakteri (Amcilin).

7.

Obat parasimpatomimetik : untuk menstimulasi otot VU kontraksi dan relaksasi.


(Anonim, 2010 ; Duval 2002)
Pencegahan
1. Diet, hewan diberi pakan moisten dry food atau menggantinya dengan pakan kaleng/ pakan
basah.
2. Mengurangi jumlah pakan yang mengandung magnesium.
3. Meningkatkan jumlah air minum. (Anonim, 2010)
Daftar Pustaka
Anonim. (2010). FUS. http://www.sniksnak.com/cathealth/fusfaqs.html. Diakses pada 20 Juni 2012
Carlson, D. (2008).
Feline Lower Urinary Tract Disease. http://www.medicinenet.com/pets/cathealth/feline_lower_urinary_tract_disease.htm, diakses pada 20 Juni 2012.
Duval D. (2002). Feline Urologic Syndrome, Internet Vet. Column. www.mailer.fsu.edu , diakses
pada 20 Juni 2012.
Fossum. T.W. (2002). Smal Animal Surgery. 2nd ed. Mosby ST, London.
Gerber, B. (2009). Feline Lower Urinary Tract Disease (FLUTD). IVIS, Italy.
Houstler RA, Chew DJ and DiBarlota SP. (2005). Recent Concepts in Feline Lower Urinary Tract
Disease. Elsevier Saunders, Ohio.
Houston DM. (2007). Epidemiology of Feline Urolithiasis. Veterinary Focus. Vol 17 No 1: 4-9.
Nelson, Richard W et all. (2003). Small Animal Internal Medicine 3rd edition. Mosby Pinney
CC. (2009).
Feline
Lower
Urinary
Tract
Disease. http://maxshouse.com/feline_urological_syndrome_fus.htm, diakses pada 20 Juni
2012.

Anda mungkin juga menyukai