Anda di halaman 1dari 19

Perbedaan Bank Syariah dengan

Bank Konvensional

Anggota kelompok : xi ipa


Laela Fastya
Achmad Sholehudin
Husnul Khatimatus Z
Ega Rully P
Krisna Setya Putra
Choirul Huda
Ayu Try Purwanti
Lutfi Nur Afifah
Songas Septasa D
Anugerah Eka
0

Pengertian Bank Syariah dan Bank Konvensional


Bank syariah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan
prisip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran.
Ada pula yang mengatakan bahwa Bank Syariah adalah bank yang
beroperasi berdasarkan syariah atau prinsip agama islam. Sesuai dengan
prinsip islam yang melarang system bunga atau riba yang memberatkan,
maka bank syariah beroperasi berdasarkan kemitraan pada semua aktivitas
bisnis atas dasar kesetaraan dan keadilan.
Bank konvensional adalah bank yang didirikan untuk mendapatkan
keuntungan material sebesar-besarnya.

Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional


Ada banyak pendapat dan versi mengenai perbedaan bank
syariah dengan bank konvensional, diantaranya adalah :
Perbedaan yang pertama :
1. Bidang Investasi
Bank Syariah berinvestasi pada usaha yang halal, sedangkan
Bank Konvensional bebas nilai.
2. Prinsip dalam Pengelolaan Dana
Bank Syariah menggunakan prinsip syariah. Prinsip tersebut melarang
bank syariah mengenakan bunga kepada nasabah. Yang ada hanyalah
bagi hasil, sedangkan
Bank Konvensional menghalalkan bunga bank.
3. Besaran Bagi Hasil
Dalam bank syariah besaran bagi hasil berugah-ubah sesuai kinerja bank.
Bila bank mengalami keuntungan, maka besaran bagi hasil akan
bertambah, sedangkan
Dalam bank konvensional besarnya bunga adalah tetap. Meski bank
mengalami keuntungan, besarnya bunga tidak bertambah.
4. Dewan Pengawas
Dalam bank syariah ada keharusan untuk memiliki Dewan Pengawas
Syariah (DPS) dalam struktur organisasinya, sedangkan
Dalam bank konvensional, tidak ada lembaga yang sejenis.
5. Tujuan
Tujuan Bank Syariah adalah, profit dan falah. Artinya bank syariah tidak
semata-mata mencari profit tetapi juga berusaha meraih kemenangan
baik di dunia maupun di akhirat. Kemenangan di dunia artinya
keberhasilan menunjukkan bahwa bank syariah adalah system perbankan
yang terbaik, sedangkan kemenangan di akhirat berupa pahala dan
kebaikan di sisi Allah. Sedangkan
Tujuan Bank Konvensional adalah profit oriented, yaitu mencari
keuntungan.
Perbedaan yang ke-2 adalah perbedaan yang mendasar antara bank
syariah dan bank konvensional, yaitu :
1. Perbedaan Falsafah
Perbedaan pokok antara bank konvensional dengan bank syariah terletak
pada landasan falsafah yang dianutnya. Bank syariah tidak melaksanakan
sistem bunga dalam seluruh aktivitasnya sedangkan bank kovensional
justru kebalikannya. Hal inilah yang menjadi perbedaan yang sangat
1

mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank


syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga maka sistem yang
dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksanakan dalam
bentuk bagi hasil. Dengan demikian sebenarnya semua jenis transaksi
perniagaan melalu bank syariah diperbolehkan asalkan tidak mengandung
unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga
atau compound interest dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan
membengkaknya kewajiban salah satu pihak seperti efek bola salju pada
cerita di awal artikel ini. Sangat menguntungkan saya tapi berakibat fatal
untuk banknya. Riba, sangat berpotensi untuk mengakibatkan keuntungan
besar disuatu pihak namun kerugian besar dipihak lain, atau malah ke
dua-duanya.
2. Konsep Pengelolaan Dana Nasabah
Dalam sistem bank syariah dana nasabah dikelola dalam bentuk titipan
maupun investasi. Cara titipan dan investasi jelas berbeda dengan
deposito pada bank konvensional dimana deposito merupakan upaya
mem-bungakan uang. Konsep dana titipan berarti kapan saja si nasabah
membutuhkan, maka bank syariah harus dapat memenuhinya, akibatnya
dana titipan menjadi sangat likuid. Likuiditas yang tinggi inilah membuat
dana titipan kurang memenuhi syarat suatu investasi yang membutuhkan
pengendapan dana. Karena pengendapan dananya tidak lama alias cuma
titipan maka bank boleh saja tidak memberikan imbal hasil. Sedangkan
jika dana nasabah tersebut diinvestasikan, maka karena konsep investasi
adalah usaha yang menanggung risiko, artinya setiap kesempatan untuk
memperoleh keuntungan dari usaha yang dilaksanakan, didalamnya
terdapat pula risiko untuk menerima kerugian, maka antara nasabah dan
banknya sama-sama saling berbagi baik keuntungan maupun risiko.
Sesuai dengan fungsi bank sebagai intermediary yaitu lembaga keuangan
penyalur dana nasabah penyimpan kepada nasabah peminjam, dana
nasabah yang terkumpul dengan cara titipan atau investasi tadi
kemudian, dimanfaatkan atau disalurkan ke dalam traksaksi perniagaan
yang diperbolehkan pada sistem syariah. Hasil keuntungan dari
pemanfaatan dana nasabah yang disalurkan ke dalam berbagai usaha
itulah yang akan dibagikan kepada nasabah. Hasil usaha semakin tingi
maka semakin besar pula keuntungan yang dibagikan bank kepada dan
nasabahnya. Namun jika keuntungannya kecil otomatis semakin kecil pula
keuntungan yang dibagikan bank kepada nasabahnya. Jadi konsep bagi
hasil hanya bisa berjalan jika dana nasabah di bank di investasikan
terlebih dahulu kedalam usaha, barulah keuntungan usahanya dibagikan.
Berbeda dengan simpanan nasabah di bank konvensional, tidak peduli
apakah simpanan tersebut di salurkan ke dalam usaha atau tidak, bank
tetap wajib membayar bunganya.
Dengan demikian sistem bagi hasil membuat besar kecilnya keuntungan
yang diterima nasabah mengikuti besar kecilnya keuntungan bank
syariah. Semakin besar keuntungan bank syariah semakin besar pula
keuntungan nasabahnya. Berbeda dengan bank konvensional, keuntungan
banknya tidak dibagikan kepada nasabahnya. Tidak peduli berapapun
jumlah keuntungan bank konvesional, nasabah hanya dibayar sejumlah
prosentase dari dana yang disimpannya saja.

3. Kewajiban Mengelola Zakat


Bank syariah diwajibkan menjadi pengelola zakat yaitu dalam arti wajib
membayar zakat, menghimpun, mengadministrasikannya dan
mendistribusikannya. Hal ini merupakan fungsi dan peran yang melekat
pada bank syariah untuk memobilisasi dana-dana sosial (zakat. Infak,
sedekah)
4. Struktur Organisasi
Di dalam struktur organisasi suatu bank syariah diharuskan adanya Dewan
Pengawas Syariah (DPS). DPS bertugas mengawasi segala aktifitas bank
agar selalu sesuai dengan prinsip-prinsip syariah. DPS ini dibawahi oleh
Dewan Syariah Nasional (DSN). Berdasarkan laporan dari DPS pada
masing-masing lembaga keuangan syariah, DSN dapat memberikan
teguran jika lembaga yang bersangkutan menyimpang. DSN juga dapat
mengajukan rekomendasi kepada lembaga yang memiliki otoritas seperti
Bank Indonesia dan Departemen Keuangan untuk memberikan sangsi.
Perbedaan yang ke-3 adalah :
Bank Syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah titipan/amanah
Allah SWT sehingga cara memperoleh, mengelola, dan memanfaatkannya
harus sesuai ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untuk mengupayakan pengelolaan harta
nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah maupun
pengelolaan pada posisi yang sangat penting dan menempatkan sikap
akhlakul karimah sebagai sikap dasar hubungan antara nasabah dan bank
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan prinsip keadilan,
prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman antara Pemegang Saham,
Pengelola Bank dan Nasabah atas jalannya usaha bank syariah
5. Prinsip bagi hasil:

Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi

Besarnya nisbah bagi hasil berdasarkan pada jumlah keuntungan yang


diperoleh

Jumlah pembagian bagi hasil meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah


pendapatan

Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi hasil

Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek
itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak

Bank Konvensional
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah
memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang
kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang
optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman
(mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana
(debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah).
3

Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi
antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional
berfungsi sebagai lembaga perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham,
Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai
keinginan yang bertolak belakang
3. Sistem bunga:

Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank

Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang


dipinjamkan.

Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah keuntungan


berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik

Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama termasuk


agama Islam

Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan proyek


yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

Mengenai Perbankan Syariah


Perbankan syariah atau Perbankan Islam adalah suatu sistem perbankan yang dikembangkan
berdasarkan syariah (hukum) islam. Usaha pembentukan sistem ini didasari oleh larangan dalam
agama islam untuk memungut maupun meminjam dengan bunga atau yang disebut dengan riba
serta larangan investasi untuk usaha-usaha yang dikategorikan haram (misal: usaha yang
berkaitan dengan produksi makanan/minuman haram, usaha media yang tidak islami dll), dimana
hal ini tidak dapat dijamin oleh sistem perbankan konvensional.

Sejarah
Latar belakang
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena
adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan
fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank
simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.
Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep
serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar
berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk
partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan
diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan
rujukan kepada agama maupun syariat islam.
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negaranegara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut
adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek
pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan
4

profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada
syariah islam.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di
Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan
(1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia AsiaPasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di
Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu
mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah [[haji].
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991,
bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini
sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa
sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada
periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba..Saat ini keberadaan bank syariah di
Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan
UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah
memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank
Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang
104 BPR Syariah.

Prinsip perbankan syariah


Prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain
untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan lainnya yang sesuai
dengan syariah.
Beberapa prinsip/ hukum yang dianut oleh sistem perbankan syariah antara lain

Pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai


pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan.
Pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat
hasil usaha institusi yang meminjam dana.

Islam tidak memperbolehkan "menghasilkan uang dari uang". Uang hanya


merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak memiliki
nilai intrinsik.

Unsur Gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah


pihak harus mengetahui dengan baik hasil yang akan mereka peroleh dari
sebuah transaksi.

Investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan


dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh
perbankan syariah.

Produk perbankan syariah


Beberapa produk jasa yang disediakan oleh bank berbasis syariah antara lain:

Jasa untuk peminjam dana


5

Mudhorobah, adalah perjanjian antara penyedia modal dengan pengusaha.


Setiap keuntungan yang diraih akan dibagi menurut rasio tertentu yang
disepakati. Resiko kerugian ditanggung penuh oleh pihak Bank kecuali
kerugian yang diakibatkan oleh kesalahan pengelolaan, kelalaian dan
penyimpangan pihak nasabah seperti penyelewengan, kecurangan dan
penyalahgunaan. [3]
Musyarokah (Joint Venture), konsep ini diterapkan pada model partnership
atau joint venture. Keuntungan yang diraih akan dibagi dalam rasio yang
disepakati sementara kerugian akan dibagi berdasarkan rasio ekuitas yang
dimiliki masing-masing pihak. Perbedaan mendasar dengan mudharabah
ialah dalam konsep ini ada campur tangan pengelolaan manajemennya
sedangkan mudharabah tidak ada campur tangan [4]

Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya
kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin
keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur
barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya
angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:harga
rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati
diawal antara Bank dan Nasabah. [5]

Takaful (asuransi islam)

Jasa untuk penyimpan dana

Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak
berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada
nasabah. [6]
Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun
waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang
dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi
hasil tertentu.

Tantangan Pengelolaan Dana


Laju pertumbuhan perbankan syariah di tingkat global tak diragukan lagi. Aset lembaga
keuangan syariah di dunia diperkirakan mencapai 250 miliar dollar AS, tumbuh rata-rata lebih
dari 15 persen per tahun. Di Indonesia, volume usaha perbankan syariah selama lima tahun
terakhir rata-rata tumbuh 60 persen per tahun. Tahun 2005, perbankan syariah Indonesia
membukukan laba Rp 238,6 miliar, meningkat 47 persen dari tahun sebelumnya. Meski begitu,
Indonesia yang memiliki potensi pasar sangat luas untuk perbankan syariah, masih tertinggal
jauh di belakang Malaysia.
Tahun lalu, perbankan syariah Malaysia mencetak profit lebih dari satu miliar ringgit (272 juta
dollar AS). Akhir Maret 2006, aset perbankan syariah di negeri jiran ini hampir mencapai 12
persen dari total aset perbankan nasional. Sedangkan di Indonesia, aset perbankan syariah
periode Maret 2006 baru tercatat 1,40 persen dari total aset perbankan. Bank Indonesia
memprediksi, akselerasi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia baru akan dimulai tahun
ini.
Implementasi kebijakan office channeling, dukungan akseleratif pemerintah berupa pengelolaan
rekening haji yang akan dipercayakan pada perbankan syariah, serta hadirnya investor-investor
baru akan mendorong pertumbuhan bisnis syariah. Konsultan perbankan syariah, Adiwarman
Azwar Karim, berpendapat, perkembangan perbankan syariah antara lain akan ditandai
penerbitan obligasi berbasis syariah atau sukuk yang dipersiapkan pemerintah.
6

Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, bahkan bersiap menyambut
penerbitan sukuk dengan membuka unit usaha syariah. Sementara itu sejumlah investor dari
negara Teluk juga tengah bersiap membeli bank-bank di Indonesia untuk dikonversi menjadi
bank syariah. Kriteria bank yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500 miliar dan
Rp 2 triliun. Setelah dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi
pembiayaan proyek besar, melibatkan lembaga keuangan global.

Penghimpunan dana
Selain investor asing, penghimpunan dana perbankan syariah dari dalam negeri akan didongkrak
penerapan office-channeling yang didasari Peraturan BI Nomor 8/3/PBI/2006. Aturan ini
memungkinkan cabang bank umum yang mempunyai unit usaha syariah melayani produk dan
layanan syariah, khususnya pembukaan rekening, setor, dan tarik tunai.
Sampai saat ini, office channeling baru digunakan BNI Syariah dan Permata Bank Syariah.
Sejumlah 212 kantor cabang Bank Permata di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Bandung, dan Surabaya sudah dapat melayani produk dan layanan syariah sejak awal Maret lalu.
Sementara tahap awal office channeling BNI Syariah dimulai 21 April 2006 pada 29 kantor
cabang utama BNI di wilayah Jabotabek. Ditargetkan 151 kantor cabang utama BNI di seluruh
Indonesia akan menyusul.
General Manager BNI Syariah Suhardi beberapa pekan lalu menjelaskan, untuk memudahkan
masyarakat mengakses layanan syariah, diluncurkan pula BNI Syariah Card. Kartu ini
memungkinkan nasabah syariah menggunakan seluruh delivery channel yang dipunyai BNI,
seluruh ATM BNI, ATM Link, ATM Bersama, dan jaringan ATM Cirrus International di seluruh
dunia.
Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi masyarakat terhadap bank syariah yang
dilakukan BI tahun lalu menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah.
Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas pelayanan, termasuk keterjangkauan
jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang coba diatasi dengan office channeling.
Dana terhimpun juga akan meningkat terkait rencana pemerintah menyimpan biaya ibadah haji
pada perbankan syariah. Dengan kuota 200.000 calon jemaah haji, jika masing-masing calon
jemaah haji menyimpan Rp 20 juta, akan terhimpun dana Rp 4 triliun yang hanya dititipkan ke
bank syariah selama sekitar empat bulan. Dana haji yang terhimpun dalam jumlah besar dalam
waktu relatif pendek akan mendorong munculnya instrumen investasi syariah. Dana terhimpun
itu bahkan cukup menarik bagi pebisnis keuangan global untuk meluncurkan produk investasi
syariah.
Di sisi lain, suku bunga perbankan konvensional diperkirakan akan turun. Menurut Adiwarman,
bagi hasil perbankan syariah yang saat ini berkisar 8-10 persen, membuat perbankan syariah
cukup kompetitif terhadap bank konvensional. "Dengan selisih sekitar dua persen (dari tingkat
bunga bank konvensional), orang masih tahan di bank syariah, tetapi lebih dari itu, iman bisa
juga tergoda untuk pindah ke bank konvensional," kata Adiwarman menjelaskan pola perilaku
nasabah yang tidak terlalu loyal syariah.
Berdasarkan analisis BI, tren meningkatnya suku bunga pada triwulan ketiga tahun 2005 juga
sempat membuat perbankan syariah menghadapi risiko pengalihan dana (dari bank syariah ke
bank konvensional). Diperkirakan lebih dari Rp 1 triliun dana nasabah dialihkan pada triwulan
ketiga tahun lalu. Namun, kepercayaan deposan pada perbankan syariah terbukti dapat
dipulihkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang mencapai Rp 2,2 triliun pada akhir
tahun. Kenaikan akumulasi dana pihak ketiga perbankan syariah merupakan peluang, sekaligus
tantangan, karena tanpa pengelolaan yang tepat justru masalah akan datang.

Perbankan syariah sempat dituding "kurang gaul" dalam lingkungan pembiayaan karena
sejumlah nasabah yang dianggap bermasalah pada bank konvensional justru memperoleh
pembiayaan dari bank syariah. Akan tetapi, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia
Wahyu Dwi Agung meyakini, dengan sistem informasi biro kredit BI yang memuat data seluruh
debitor, tudingan seperti itu tidak akan terjadi lagi.
Posisi rasio pembiayaan yang bermasalah (non-performing financings) pada perbankan syariah
tercatat naik dari 2,82 persen pada Desember 2005 menjadi 4,27 persen Maret lalu. Rasio ini
dinilai masih terkendali.
Kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan perbankan syariah dan ketersediaan
produk investasi syariah tidak akan optimal tanpa promosi dan edukasi yang memadai tentang
lembaga keuangan syariah. Amat dibutuhkan pula jaminan produk yang ditawarkan patuh
terhadap prinsip syariah.
Peluang dan potensi perbankan syariah yang besar memang menuntut kerja keras untuk
kemaslahatan.

Penjelasan mengenai pengertian istilah-istilah


penting dalam perbankan syariah

Wadiah
Dalam bidang ekonomi syariah, wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggungjawab atas
pengembalian titipan tersebut.
Wadiah sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:

1.

Wadiah Yad Dhamanah - wadiah di mana si penerima titipan dapat


memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat kala
si pemilik menghendakinya.

2.

Wadiah Yad Amanah - wadiah di mana si penerima titipan tidak


bertanggungjawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang
titipan selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima
titipan dalam memelihara titipan tersebut

Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal
dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal dalam manajemen proyek.
Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas
8

kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal.
Sedangkan, shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
menciptakan laba yang optimal.

Tipe mudharabah

Mudharabah Mutlaqah: Dimana shahibul maal memberikan keleluasaan


penuh kepada pengelola (mudharib) untuk mempergunakan dana tersebut
dalam usaha yang dianggapnya baik dan menguntungkan. Namun pengelola
tetap bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sesuai dengan
praktek kebiasaan usaha normal yang sehat (uruf)
Mudharabah Muqayyadah: Dimana pemilik dana menentukan syarat dan
pembatasan kepada pengelola dalam penggunaan dana tersebut dengan
jangka waktu, tempat, jenis usaha dan sebagainya.

Feature Mudharabah
1. Berdasarkan prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko

Keuntungan dibagi berdasarkan nisbah yang telah disepakati


sebelumnya
Kerugian finansial menjadi beban pemilik dana sedangkan pengelola
tidak memperoleh imbalan atas usaha yang telah dilakukan.

2. Pemilik dana tidak diperbolehkan mencampuri pengelolaan bisnis sehari-hari

Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan
dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu
harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai
penanaman modal.

Pengertian
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari
kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik,
pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga
adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi
pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi
residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat
dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang
lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika
suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat
bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan
untuk mendapatkan bunga.

Produk-produk Investasi
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Dimana definisi Efek adalah
suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam bentuk surat
berharga, saham atau obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau partisipasi dalam
9

suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu saham (Rights), Warrant untuk
membeli saham pada masa mendatang atau instrumen yang dapat diperjual belikan.

Bentuk-bentuk investasi

Investasi tanah diharapkan dengan bertambahnya populasi dan penggunaan


tanah; harga tanah akan meningkat di masa depan.
Investasi pendidikan dengan bertambahnya pengetahuan dan keahlian,
diharapkan pencarian kerja dan pendapatan lebih besar.
Investasi saham diharapkan perusahaan mendapatkan keuntungan dari hasil
kerja atau penelitian.

Risiko investasi
Investasi selain juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa risiko keuangan
bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal, di antaranya
adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau diakibatkan faktor manusia), ketertiban
hukum, dan lain-lain.

Contoh bank syariah dan bank konvensional


Contoh Bank Syariah :

1. Bank Syariah Mandiri

PT Bank Syariah Mandiri (selanjutnya disebut Bank) berkedudukan di Jakarta, Indonesia,


awalnya didirikan dengan nama PT Bank Susila Bakti pada tanggal 10 Agustus 1973
berdasarkan Akta Notaris R. Soeratman, S.H., No. 146. Seluruh anggaran dasar Bank
telah diubah dan disusun kembali sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 1 tahun
1995 tentang Perseroan Terbatas berdasarkan Akta No. 13 Notaris Ny. Liliana Arif
Gondoutomo, S.H., tanggal 17 April 1997 beserta pembetulannya dengan Akta No. 12
tanggal 15 September 1997 dengan notaris yang sama. Perubahan Anggaran Dasar Bank
tersebut telah memperoleh persetujuan Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan No. C2-10709.HT.01.04.TH.97 tanggal 14 Oktober 1997. Berdasarkan
Akta No. 29 Notaris Ny. Machrani Moertolo Soenarto, S.H., tertanggal 19 Mei 1999,
Bank telah mengubah kegiatan usahanya dari bank konvensional menjadi bank dengan
prinsip syariah serta mengubah nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah
Sakinah Mandiri. Perubahan tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dengan surat keputusannya No. C212120.HT.01.04.TH.99 tanggal 1 Juli 1999, serta diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No.6587 tanggal 31 Oktober 2000 Tambahan No. 87. Berdasarkan
akta No. 23 notaris Sutjipto, S.H., pada tanggal 8 September 1999, telah diadakan
perubahan atas peningkatan modal dasar Bank serta perubahan nama Bank menjadi PT
Bank Syariah Mandiri, termasuk seluruh Anggaran Dasarnya. Perubahan-perubahan
tersebut telah mendapat persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan
surat keputusan No. 16495.HT.01.04.TH.99 tanggal 16 September 1999 serta diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 6588 tanggal 31 Oktober 2000 Tambahan
No. 87. Kemudian Bank Indonesia dengan Skep No. 1/24/KEP.GBI/1999 tanggal 25
Oktober 1999 telah memberikan izin perubahan kegiatan usaha menjadi bank dengan
prinsip Syariah, terhitung mulai tanggal 1 Nopember 1999. Bank secara resmi mulai
10

beroperasi sebagai bank umum devisa sejak tanggal 18 Maret 2002 berdasarkan Surat
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 4/KEP.DpG/2002. Pada tahun 2002,
Bank membentuk yayasan Bangun Sejahtera Mitra Ummat (BSM Ummat) yang salah
satu unit usaha yayasan tersebut adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) BSM Ummat
dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya manajemen Zakat, Infak dan Shadaqah
yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial. Bank menyalurkan penerimaan
zakat kepada Lembaga Amil Zakat tersebut, sehingga Bank tidak secara langsung
menjalankan fungsi pengelolaan dana zakat, infak dan shadaqah dan dana qardhul hasan.
Kantor Pusat Bank berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No. 5 Jakarta. Sampai dengan
tanggal 31 Desember 2005 Bank memiliki 55 kantor cabang, 56 kantor cabang pembantu
dan 62 kantor kas. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
tanggal 26 Juni 2001 yang berita acaranya diaktakan dengan akta No. 45 Notaris Ny.
Agustina Junaedi, S.H., dan akta pernyataan No. 10 Notaris Ny. Agustina Junaedi, S.H.,
tanggal 3 Juli 2001 susunan Dewan pengawas Syariah Bank adalah sebagai berikut :
Dewan Pengawas Syariah Ketua : Prof. Kyai Haji Ali Yafie Anggota : Prof. DR. H. Said
Agil Husin Almunawar Anggota : Drs. Haji Mohamad Hidayat, MBA Anggota :
Muhammad Syafii Antonio

2.

Bank Muamalat Indonesia

Bank Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan
prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Didirikan pada tahun 1991,
yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Mulai
beroperasi pada tahun 1992, yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha,
serta masyarakat luas. Pada tahun 1994, telah menjadi bank devisa. Produk pendanaan
yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan
penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil dan sewa.

Pembentukan. Ide mendirikan Bank Muamalat Indonesia (BMI) tercetus dalam sebuah
lokakarya MUI bertema "Masalah Bunga Bank dan Perbankan" yang diadakan pada
pertengahan Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Peserta lokakarya sepakat menugaskan
Komite Pengembangan Ekonomi umat membentuk sebuah bank yang kegiatannya
berpedoman pada Syariah Islam. keputusan ini dikukuhkan dalam Munas MUI akhir
Agustus 1990 di Jakarta. Tim yang terbentuk, yang kemudian dikenal sebagai Tim
Perbankan MUI, diketuai Dr. H.M. Amin Aziz

Bank Islam yang terbentuk disepakati bernama Bank Muamalat Indonesia (BMI).
"Muamalat" dalam istilah fiqih berarti hukum yang mengatur hubungan antarmanusia.
Nama alternatif lain yang muncul pada masa pembentukan itu adalah Bank Syariat Islam.
Namun mengingat pengalaman pemakaian kata 'syariat islam' pada Piagam Jakarta,
akhirnya nama itu tidak dipilih. Nama lain yang diusulkan adalah Bank Muamalat Islam
Indonesia. Presiden Soeharto kemudian menyetujui nama terkahir dengan menghilangkan
kata "Islam"

3.

Bank BNI Syariah


11

Tentang kami
VISI
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai
kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.
MISI
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan
dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
SEJARAH BNI SYARIAH
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997, meyakinkan
masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang
transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank
Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.
Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin yang
mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di
seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-masing kantor cabang
utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan
kantor cabang syariah sampai tahun 2007 berjumlah 54 buah. Selanjutnya berlandaskan
peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank
konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening produk
dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang
konvensional guna melakukan office channelling. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada
kantor cabang konvensional berjumlah 636 outlet.
DUAL SYSTEM BANK
Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem Informasi
Teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di seluruh Indonesia dengan
memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI.
Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan
terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tahun 2004 sebagai Perbankan Syariah Terbaik.
SYARIAH CHANELLING OUTLET
Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI konvensional
untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-cabang BNI tersebut
dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO).

12

Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan pembukaan
rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk melakukan investasi
mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau menitipkan dana melalui giro
syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji
melalui tabungan iB (dibaca aibi, = islamic Banking) Haji, dan juga tabungan perencanaan iB
Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang BNI terdekat.
Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan rekening syariah berjumlah
lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini terus meningkat sesuai dengan misi untuk
memaksimalkan layanan dan kinerja sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
PRODUK INOVATIF SESUAI SYARIAH
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi
hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai
kebutuhan nasabah.
BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas
pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang
menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern.
Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana
maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya.
Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank
selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan
cara diangsur.
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan
nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian
besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung
bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak
sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana
ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank
sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi.
Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha
antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah
pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.
5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas
barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan
prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah
jasa.

13

BNI iB Giro (IDR & USD)


Giro Syariah merupakan produk yang memberikan segala kemudahan bertransaksi Giro yang
menggunakan prinsip Wadiah Yadh Dhamanah. Giro Syariah mendukung usaha customer dengan
kemudahan on-line pada cabang-cabang BNI di seluruh Indonesia.
*) Wadiah Yadh Dhamanah merupakan titipan dana yang dengan seizin dari pemilik dana dapat
dioperasikan oleh Bank untuk mendukung sektor riil, dengan jaminan bahwa dana dapat ditarik
sewaktu waktu oleh pemilik dana.
Keunggulan
1. Tersedia dalam IDR dan USD
2. Untuk Giro perorangan IDR diberikan kartu ATM BNI Syariah dan
penarikannya dapat dilakukan di ATM BNI, ATM LINK, ATM Bersama, serta ATM
Cirrus.
3. Fasilitas Phone Banking 24 jam
4. Fasilitas Giro On Line untuk Giro IDR
5. Potensi mendapatkan bonus

Persyaratan
1. Fotocopy Identitas Diri ( KTP/Paspor)
2. Melengkapi persyaratan KYC (Know Your Customer) :
o

Mengisi Formulir aplikasi

Menyerahkan foto kopi Akta Pendirian/Anggaran Perusahaan dengan


segala perubahannya.

Menyerahkan fotokopi Surat Izin Usaha Perdagangan dan dokumen lain


yang terkait legalitas usaha, termasuk NPWP

Menyerahkan surat referensi dari Bank/bank syariah lain

Tidak termasuk daftar hitam Bank Indonesia

Setoran pertama sebesar Rp 1.000.000,- untuk nasabah perusahaan


dan Rp 500.000 untuk nasabah perorangan.

Setoran pertama untuk giro USD sebesar USD 500 untuk nasabah
perusahaan dan USD 250 untuk nasabah perorangan.

Tabungan iB Plus
14

Tabungan iB Plus (dhl. Tabungan Syariah Plus) adalah tabungan yang dikelola berdasarkan
prinsip Mudharabah Mutlaqah. Dengan prinsip ini tabungan anda akan diinvestasikan secara
produktif dalam investasi yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari investasi
akan dibagihasilkan antara Anda dan Bank sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal
pembukaan rekening tabungan.
Manfaat yang diperoleh:
1. Bagi hasil yang kompetitif.
2. Saldo dibawah saldo minimum tetap mendapat bagi hasil.
3. Kemudahan setor dan tarik on-line real time di seluruh kantor cabang BNI.
4. Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan.
5. Mendapatkan BNI Syariah Card yang dapat dimanfaatkan sebagai :
o

BNI Phoneplus, merupakan layanan perbankan (informasi dan


transaksi) melalui telepon selama 24 jam sehari 7 hari seminggu.

Kartu ATM yang dapat digunakan melalui jaringan BNI ATM, ATM
Bersama dan ATM Link di seluruh Indonesia serta jaringan ATM
Internasional Cirrus di seluruh dunia.

6. Mendapatkan fasilitas layanan :


1. Kartu debit untuk berbelanja di merchant maestro /mastercard di

seluruh dunia.

2. SMS Banking, yaitu layanan inquiry dan transaksi perbankan melalui

SMS secara cepat dan mudah.

3. BNI Internet Banking, berupa layanan informasi , transaksi transfer,

pembayaran berbagai tagihan rutin seperti telepon, handphone, zakat,


kartu kredit , listrik, maupun pembelian tiket dan pulsa, yang dapat
dilakukan dengan media internet.

2. Fasilitas Autodebet untuk pembayaran tagihan bulanan seperti telepon,


handphone, setoran bulanan THI, pembayaran angsuran pembiayaan, dll.
3. Kemudahan mengakses kantor yang dapat membuka rekening syariah karena
pembukaan rekening syariah di layani di lebih 600 kantor cabang BNI melalui
Office Chanelling (SCO)

BNI iB Tapenas
Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin untuk buah hati adalah
sebuah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu masyarakat untuk menyiapkan pendidikan
melalui BNI iB Tapenas. Dengan setoran sesuai kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB
Tapenas dapat membantu masyarakat mewujudkan rencana masa depan keluarga yang lebih baik.
Keunggulan
15

1. Bagi hasil kompetitif, lebih tinggi dibanding tabungan biasa


2. Jangka waktu tabungan 1 sampai dengan 18 tahun
3. Manfaat asuransi hingga Rp 750 juta.
4. Asuransi bebas premi untuk program Otomatis
5. Perlindungan asuransi jiwa plus asuransi kesehatan
6. Jika terjadi risiko kematian atau cacat tetap total pada penabung, maka
setoran bulanan akan dilanjutkan oleh perusahaan asuransi hingga jatuh
tempo
7. Setoran bulanan sesuai dengan kemampuan Anda, mulai dari Rp 100.000
sampai Rp 5 juta per bulan.
8. Setoran bulanan dapat didebet langsung dari rekening Tabungan iB Plus,
Tabungan iB Prima, BNI iB Giro, BNI Taplus, BNI Taplus Utama atau BNI Giro
Anda.
9. Pelayanan di lebih dari 900 kantor cabang BNI

Persyaratan
1. Mengisi formulir permohonan pembukaan rekening
2. Melampirkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM/Paspor, dll)
3. Setoran awal Rp 100.000,Setoran bulanan sesuai dengan kemampuan Anda, mulai dari Rp 100.000,sampai dengan Rp 5 juta.

BNI iB Deposito
BNI iB Deposito diperuntukkan bagi mereka yang ingin memiliki investasi berjangka yang
menguntungkan dan menenangkan. Menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, BNI iB
Deposito mengelola dana masyarakat dengan cara disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif
maupun pembiayaan konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Keunggulan
1. Dapat diperpanjang secara otomatis
2. Bagi hasil yang kompetitif setiap bulannya
3. Investasi disalurkan untuk pembiayaan di sektor yang halal
4. Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan

Persyaratan
1. Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP, Paspor)
2. Setoran awal minimum Rp 1000.000,3. Menandatangani perjanjian nisbah bagi hasil
16

4. Nasabah melalui proses KYC (Know Your Customer) :


o

mengisi formulir pembukaan rekening dan formulir KYC

verifikasi atas kebenaran data

*) Mudharabah Muthlaqah merupakan simpanan dana masyarakat (permilik


dana/shahibul maal) yang oleh BNI Syariah (mudharib) dapat dioperasikan
untukmendapatkan keuntungan. Hasil keuntungan tersebut akan dilakukan
bagi hasil antara penabung dan pihak bank sesuai dengan nisbah yang
disepakati.

BNI iB Haji
BNI Syariah memahami bahwa setiap muslim bercita-cita menunaikan ibadah setidaknya sekali
seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI Syariah merupakan produk tabungan yang dikhususkan
untuk memenuhi Ongkos Naik Haji (ONH) yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah.
BNI iB Haji telah tergabung dalam layanan online SISKOHAT (Sistem Koordinasi Haji Terpadu)
yang memungkinkan jamaah haji memperoleh kepastian porsi dari Departemen Agama pada saat
jumlah tabungan telah memenuhi persyaratan.
Manfaat yang diperoleh
1. Bebas biaya administrasi.
2. Calon haji ditutup asuransi kecelakaan diri dan kematian.
3. Dapat melakukan setoran di seluruh cabang BNI (on line).
4. Setoran ringan.
5. On-Line dengan Siskohat.
6. Memperoleh Bagi Hasil yang menarik.
7. Fasilitas autodebet untuk setoran bulanan.
8. Pembukaan rekening dapat dilakukan di lebih 600 Kantor Cabang BNI (office
Chanelling).

Persyaratan
1. Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP, Paspor)
2. Setoran awal minimum Rp 500.000,3. Menandatangani perjanjian nisbah bagi hasil
4. Nasabah melalui proses KYC (Know Your Customer) :
o

mengisi formulir pembukaan rekening dan formulir KYC

verifikasi atas kebenaran data

17

4.

dll

Contoh Bank Konvensional :


1. Bank Central Asia (BCA)
2. Bank Bukopin
3. Bank Danamon
4. Bank Rakyat Indonesia (BRI)
5. Bank Negara Indonesia (BNI), dll

18

Anda mungkin juga menyukai