Bank Konvensional
Penentuan besarnya resiko bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
Bagi hasil tergantung kepada keuntungan proyek yang dijalankan. Jika proyek
itu tidak mendapatkan keuntungan maka kerugian akan ditanggung bersama
oleh kedua belah pihak
Bank Konvensional
1. Pada bank konvensional, kepentingan pemilik dana (deposan) adalah
memperoleh imbalan berupa bunga simpanan yang tinggi, sedang
kepentingan pemegang saham adalah diantaranya memperoleh spread yang
optimal antara suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman
(mengoptimalkan interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana
(debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya murah).
3
Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga pihak tersebut terjadi
antagonisme yang sulit diharmoniskan. Dalam hal ini bank konvensional
berfungsi sebagai lembaga perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang Saham,
Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing pihak mempunyai
keinginan yang bertolak belakang
3. Sistem bunga:
Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan pedoman harus
selalu untung untuk pihak Bank
Sejarah
Latar belakang
Perbankan syariah pertama kali muncul di Mesir tanpa menggunakan embel-embel islam, karena
adanya kekhawatiran rezim yang berkuasa saat itu akan melihatnya sebagai gerakan
fundamentalis. Pemimpin perintis usaha ini Ahmad El Najjar, mengambil bentuk sebuah bank
simpanan yang berbasis profit sharing (pembagian laba) di kota Mit Ghamr pada tahun 1963.
Eksperimen ini berlangsung hingga tahun 1967, dan saat itu sudah berdiri 9 bank dengan konsep
serupa di Mesir. Bank-bank ini, yang tidak memungut maupun menerima bunga, sebagian besar
berinvestasi pada usaha-usaha perdagangan dan industri secara langsung dalam bentuk
partnership dan membagi keuntungan yang didapat dengan para penabung.
Masih di negara yang sama, pada tahun 1971, Nasir Social bank didirikan dan mendeklarasikan
diri sebagai bank komersial bebas bunga. Walaupun dalam akta pendiriannya tidak disebutkan
rujukan kepada agama maupun syariat islam.
Islamic Development Bank (IDB) kemudian berdiri pada tahun 1974 disponsori oleh negaranegara yang tergabung dalam Organisasi Konferensi Islam, walaupun utamanya bank tersebut
adalah bank antar pemerintah yang bertujuan untuk menyediakan dana untuk proyek
pembangunan di negara-negara anggotanya. IDB menyediakan jasa finansial berbasis fee dan
4
profit sharing untuk negara-negara tersebut dan secara eksplisit menyatakan diri berdasar pada
syariah islam.
Dibelahan negara lain pada kurun 1970-an, sejumlah bank berbasis islam kemudian muncul. Di
Timur Tengah antara lain berdiri Dubai Islamic Bank (1975), Faisal Islamic Bank of Sudan
(1977), Faisal Islamic Bank of Egypt (1977) serta Bahrain Islamic Bank (1979). Dia AsiaPasifik, Phillipine Amanah Bank didirikan tahun 1973 berdasarkan dekrit presiden, dan di
Malaysia tahun 1983 berdiri Muslim Pilgrims Savings Corporation yang bertujuan membantu
mereka yang ingin menabung untuk menunaikan ibadah [[haji].
Di Indonesia pelopor perbankan syariah adalah Bank Muamalat Indonesia. Berdiri tahun 1991,
bank ini diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan pemerintah serta dukungan dari
Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha muslim. Bank ini
sempat terimbas oleh krisis moneter pada akhir tahun 90-an sehingga ekuitasnya hanya tersisa
sepertiga dari modal awal. IDB kemudian memberikan suntikan dana kepada bank ini dan pada
periode 1999-2002 dapat bangkit dan menghasilkan laba..Saat ini keberadaan bank syariah di
Indonesia telah di atur dalam Undang-undang yaitu UU No. 10 tahun 1998 tentang Perubahan
UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.
Hingga tahun 2007 terdapat 3 institusi bank syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat
Indonesia, Bank Syariah Mandiri dan Bank Mega Syariah. Sementara itu bank umum yang telah
memiliki unit usaha syariah adalah 19 bank diantaranya merupakan bank besar seperti Bank
Negara Indonesia (Persero) dan Bank Rakyat Indonesia (Persero).
Sistem syariah juga telah digunakan oleh Bank Perkreditan Rakyat, saat ini telah berkembang
104 BPR Syariah.
Murobahah , yakni penyaluran dana dalam bentuk jual beli. Bank akan
membelikan barang yang dibutuhkan pengguna jasa kemudian menjualnya
kembali ke pengguna jasa dengan harga yang dinaikkan sesuai margin
keuntungan yang ditetapkan bank, dan pengguna jasa dapat mengangsur
barang tersebut. Besarnya angsuran flat sesuai akad diawal dan besarnya
angsuran=harga pokok ditambah margin yang disepakati. Contoh:harga
rumah, 500 juta, margin bank/keuntungan bank 100 jt, maka yang dibayar
nasabah peminjam ialah 600 juta dan diangsur selama waktu yang disepakati
diawal antara Bank dan Nasabah. [5]
Wadi'ah (jasa penitipan), adalah jasa penitipan dana dimana penitip dapat
mengambil dana tersebut sewaktu-waktu. Dengan sistem wadiah Bank tidak
berkewajiban, namun diperbolehkan, untuk memberikan bonus kepada
nasabah. [6]
Deposito Mudhorobah, nasabah menyimpan dana di Bank dalam kurun
waktu yang tertentu. Keuntungan dari investasi terhadap dana nasabah yang
dilakukan bank akan dibagikan antara bank dan nasabah dengan nisbah bagi
hasil tertentu.
Sejumlah bank asing di Indonesia, seperti Citibank dan HSBC, bahkan bersiap menyambut
penerbitan sukuk dengan membuka unit usaha syariah. Sementara itu sejumlah investor dari
negara Teluk juga tengah bersiap membeli bank-bank di Indonesia untuk dikonversi menjadi
bank syariah. Kriteria bank yang dipilih umumnya beraset relatif kecil, antara Rp 500 miliar dan
Rp 2 triliun. Setelah dikonversi, bank-bank tersebut diupayakan melakukan sindikasi
pembiayaan proyek besar, melibatkan lembaga keuangan global.
Penghimpunan dana
Selain investor asing, penghimpunan dana perbankan syariah dari dalam negeri akan didongkrak
penerapan office-channeling yang didasari Peraturan BI Nomor 8/3/PBI/2006. Aturan ini
memungkinkan cabang bank umum yang mempunyai unit usaha syariah melayani produk dan
layanan syariah, khususnya pembukaan rekening, setor, dan tarik tunai.
Sampai saat ini, office channeling baru digunakan BNI Syariah dan Permata Bank Syariah.
Sejumlah 212 kantor cabang Bank Permata di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi,
Bandung, dan Surabaya sudah dapat melayani produk dan layanan syariah sejak awal Maret lalu.
Sementara tahap awal office channeling BNI Syariah dimulai 21 April 2006 pada 29 kantor
cabang utama BNI di wilayah Jabotabek. Ditargetkan 151 kantor cabang utama BNI di seluruh
Indonesia akan menyusul.
General Manager BNI Syariah Suhardi beberapa pekan lalu menjelaskan, untuk memudahkan
masyarakat mengakses layanan syariah, diluncurkan pula BNI Syariah Card. Kartu ini
memungkinkan nasabah syariah menggunakan seluruh delivery channel yang dipunyai BNI,
seluruh ATM BNI, ATM Link, ATM Bersama, dan jaringan ATM Cirrus International di seluruh
dunia.
Hasil penelitian dan permodelan potensi serta preferensi masyarakat terhadap bank syariah yang
dilakukan BI tahun lalu menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap perbankan syariah.
Namun, sebagian besar responden mengeluhkan kualitas pelayanan, termasuk keterjangkauan
jaringan yang rendah. Kelemahan inilah yang coba diatasi dengan office channeling.
Dana terhimpun juga akan meningkat terkait rencana pemerintah menyimpan biaya ibadah haji
pada perbankan syariah. Dengan kuota 200.000 calon jemaah haji, jika masing-masing calon
jemaah haji menyimpan Rp 20 juta, akan terhimpun dana Rp 4 triliun yang hanya dititipkan ke
bank syariah selama sekitar empat bulan. Dana haji yang terhimpun dalam jumlah besar dalam
waktu relatif pendek akan mendorong munculnya instrumen investasi syariah. Dana terhimpun
itu bahkan cukup menarik bagi pebisnis keuangan global untuk meluncurkan produk investasi
syariah.
Di sisi lain, suku bunga perbankan konvensional diperkirakan akan turun. Menurut Adiwarman,
bagi hasil perbankan syariah yang saat ini berkisar 8-10 persen, membuat perbankan syariah
cukup kompetitif terhadap bank konvensional. "Dengan selisih sekitar dua persen (dari tingkat
bunga bank konvensional), orang masih tahan di bank syariah, tetapi lebih dari itu, iman bisa
juga tergoda untuk pindah ke bank konvensional," kata Adiwarman menjelaskan pola perilaku
nasabah yang tidak terlalu loyal syariah.
Berdasarkan analisis BI, tren meningkatnya suku bunga pada triwulan ketiga tahun 2005 juga
sempat membuat perbankan syariah menghadapi risiko pengalihan dana (dari bank syariah ke
bank konvensional). Diperkirakan lebih dari Rp 1 triliun dana nasabah dialihkan pada triwulan
ketiga tahun lalu. Namun, kepercayaan deposan pada perbankan syariah terbukti dapat
dipulihkan dengan pertumbuhan dana pihak ketiga yang mencapai Rp 2,2 triliun pada akhir
tahun. Kenaikan akumulasi dana pihak ketiga perbankan syariah merupakan peluang, sekaligus
tantangan, karena tanpa pengelolaan yang tepat justru masalah akan datang.
Perbankan syariah sempat dituding "kurang gaul" dalam lingkungan pembiayaan karena
sejumlah nasabah yang dianggap bermasalah pada bank konvensional justru memperoleh
pembiayaan dari bank syariah. Akan tetapi, Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia
Wahyu Dwi Agung meyakini, dengan sistem informasi biro kredit BI yang memuat data seluruh
debitor, tudingan seperti itu tidak akan terjadi lagi.
Posisi rasio pembiayaan yang bermasalah (non-performing financings) pada perbankan syariah
tercatat naik dari 2,82 persen pada Desember 2005 menjadi 4,27 persen Maret lalu. Rasio ini
dinilai masih terkendali.
Kemudahan bagi masyarakat untuk mengakses layanan perbankan syariah dan ketersediaan
produk investasi syariah tidak akan optimal tanpa promosi dan edukasi yang memadai tentang
lembaga keuangan syariah. Amat dibutuhkan pula jaminan produk yang ditawarkan patuh
terhadap prinsip syariah.
Peluang dan potensi perbankan syariah yang besar memang menuntut kerja keras untuk
kemaslahatan.
Wadiah
Dalam bidang ekonomi syariah, wadiah adalah titipan nasabah yang harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat nasabah yang bersangkutan menghendaki. Bank bertanggungjawab atas
pengembalian titipan tersebut.
Wadiah sendiri dibagi menjadi 2 yaitu:
1.
2.
Mudharabah
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak di mana pemilik modal
(shahibul amal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu
perjanjian di awal. Bentuk ini menegaskan kerja sama dengan kontribusi seratus persen modal
dari pemilik modal dan keahlian dari pengelola.
Transaksi jenis ini tidak mewajibkan adanya wakil dari shahibul maal dalam manajemen proyek.
Sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab atas
8
kerugian yang terjadi akibat kelalaian dan tujuan penggunaan modal untuk usaha halal.
Sedangkan, shahibul maal diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk
menciptakan laba yang optimal.
Tipe mudharabah
Feature Mudharabah
1. Berdasarkan prinsip berbagi hasil dan berbagi risiko
Investasi
Investasi adalah suatu istilah dengan beberapa pengertian yang berhubungan dengan keuangan
dan ekonomi. Istilah tersebut berkaitan dengan akumulasi suatu bentuk aktiva dengan suatu
harapan mendapatkan keuntungan dimasa depan. Terkadang, investasi disebut juga sebagai
penanaman modal.
Pengertian
Berdasarkan teori ekonomi, investasi berarti pembelian (dan berarti juga produksi) dari
kapital/modal barang-barang yang tidak dikonsumsi tetapi digunakan untuk produksi yang akan
datang (barang produksi). Contoh termasuk membangun rel kereta api, atau suatu pabrik,
pembukaan lahan, atau seseorang sekolah di universitas. Untuk lebih jelasnya, investasi juga
adalah suatu komponen dari PDB dengan rumus PDB = C + I + G + (X-M). Fungsi investasi
pada aspek tersebut dibagi pada investasi non-residential (seperti pabrik, mesin, dll) dan investasi
residential (rumah baru). Investasi adalah suatu fungsi pendapatan dan tingkat bunga, dilihat
dengan kaitannya I= (Y,i). Suatu pertambahan pada pendapatan akan mendorong investasi yang
lebih besar, dimana tingkat bunga yang lebih tinggi akan menurunkan minat untuk investasi
sebagaimana hal tersebut akan lebih mahal dibandingkan dengan meminjam uang. Walaupun jika
suatu perusahaan lain memilih untuk menggunakan dananya sendiri untuk investasi, tingkat
bunga menunjukkan suatu biaya kesempatan dari investasi dana tersebut daripada meminjamkan
untuk mendapatkan bunga.
Produk-produk Investasi
Beberapa produk investasi dikenal sebagai efek atau surat berharga. Dimana definisi Efek adalah
suatu instrumen bentuk kepemilikan yang dapat dipindah tangankan dalam bentuk surat
berharga, saham atau obligasi, bukti hutang (Promissory Notes), bunga atau partisipasi dalam
9
suatu perjanjian kolektif (Reksa dana), Hak untuk membeli suatu saham (Rights), Warrant untuk
membeli saham pada masa mendatang atau instrumen yang dapat diperjual belikan.
Bentuk-bentuk investasi
Risiko investasi
Investasi selain juga dapat menambah penghasilan seseorang juga membawa risiko keuangan
bilamana investasi tersebut gagal. Kegagalan investasi disebabkan oleh banyak hal, di antaranya
adalah faktor keamanan (baik dari bencana alam atau diakibatkan faktor manusia), ketertiban
hukum, dan lain-lain.
beroperasi sebagai bank umum devisa sejak tanggal 18 Maret 2002 berdasarkan Surat
Keputusan Deputi Gubernur Bank Indonesia No. 4/KEP.DpG/2002. Pada tahun 2002,
Bank membentuk yayasan Bangun Sejahtera Mitra Ummat (BSM Ummat) yang salah
satu unit usaha yayasan tersebut adalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) BSM Ummat
dengan tujuan untuk mendorong terwujudnya manajemen Zakat, Infak dan Shadaqah
yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial. Bank menyalurkan penerimaan
zakat kepada Lembaga Amil Zakat tersebut, sehingga Bank tidak secara langsung
menjalankan fungsi pengelolaan dana zakat, infak dan shadaqah dan dana qardhul hasan.
Kantor Pusat Bank berlokasi di Jalan M.H. Thamrin No. 5 Jakarta. Sampai dengan
tanggal 31 Desember 2005 Bank memiliki 55 kantor cabang, 56 kantor cabang pembantu
dan 62 kantor kas. Berdasarkan keputusan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
tanggal 26 Juni 2001 yang berita acaranya diaktakan dengan akta No. 45 Notaris Ny.
Agustina Junaedi, S.H., dan akta pernyataan No. 10 Notaris Ny. Agustina Junaedi, S.H.,
tanggal 3 Juli 2001 susunan Dewan pengawas Syariah Bank adalah sebagai berikut :
Dewan Pengawas Syariah Ketua : Prof. Kyai Haji Ali Yafie Anggota : Prof. DR. H. Said
Agil Husin Almunawar Anggota : Drs. Haji Mohamad Hidayat, MBA Anggota :
Muhammad Syafii Antonio
2.
Bank Muamalat Indonesia, adalah bank umum pertama di Indonesia yang menerapkan
prinsip Syariah Islam dalam menjalankan operasionalnya. Didirikan pada tahun 1991,
yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia. Mulai
beroperasi pada tahun 1992, yang didukung oleh cendekiawan Muslim dan pengusaha,
serta masyarakat luas. Pada tahun 1994, telah menjadi bank devisa. Produk pendanaan
yang ada menggunakan prinsip Wadiah (titipan) dan Mudharabah (bagi-hasil). Sedangkan
penanaman dananya menggunakan prinsip jual beli, bagi-hasil dan sewa.
Pembentukan. Ide mendirikan Bank Muamalat Indonesia (BMI) tercetus dalam sebuah
lokakarya MUI bertema "Masalah Bunga Bank dan Perbankan" yang diadakan pada
pertengahan Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Peserta lokakarya sepakat menugaskan
Komite Pengembangan Ekonomi umat membentuk sebuah bank yang kegiatannya
berpedoman pada Syariah Islam. keputusan ini dikukuhkan dalam Munas MUI akhir
Agustus 1990 di Jakarta. Tim yang terbentuk, yang kemudian dikenal sebagai Tim
Perbankan MUI, diketuai Dr. H.M. Amin Aziz
Bank Islam yang terbentuk disepakati bernama Bank Muamalat Indonesia (BMI).
"Muamalat" dalam istilah fiqih berarti hukum yang mengatur hubungan antarmanusia.
Nama alternatif lain yang muncul pada masa pembentukan itu adalah Bank Syariat Islam.
Namun mengingat pengalaman pemakaian kata 'syariat islam' pada Piagam Jakarta,
akhirnya nama itu tidak dipilih. Nama lain yang diusulkan adalah Bank Muamalat Islam
Indonesia. Presiden Soeharto kemudian menyetujui nama terkahir dengan menghilangkan
kata "Islam"
3.
Tentang kami
VISI
Menjadi Bank Syariah yang unggul dalam layanan dan kinerja dengan menjalankan bisnis sesuai
kaidah sehingga insya Allah membawa berkah.
MISI
Secara istiqomah melaksanakan amanah untuk memaksimalkan kinerja dan layanan perbankan
dan jasa keuangan syariah sehingga dapat menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
SEJARAH BNI SYARIAH
Sistem Syariah yang terbukti dapat bertahan dalam tempaan krisis moneter 1997, meyakinkan
masyarakat bahwa sistem tersebut kokoh dan mampu menjawab kebutuhan perbankan yang
transparan. Berdasarkan hal itu dan mengacu pada UU no 10 Tahun 1998, mulailah PT Bank
Negara Indonesia (Persero ) merintis Divisi Usaha Syariah.
Berawal dari 5 kantor Cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin yang
mulai beroperasi tanggal 29 April 2000, kini BNI Syariah memiliki lebih dari 20 Cabang di
seluruh Indonesia. Untuk memperluas layanan pada masyarakat, masing-masing kantor cabang
utama tersebut membuka kantor-kantor cabang pembantu syariah (KCPS), sehingga keseluruhan
kantor cabang syariah sampai tahun 2007 berjumlah 54 buah. Selanjutnya berlandaskan
peraturan Bank Indonesia No 8/3/ PBI/2006 tentang pemberian ijin bagi kantor cabang Bank
konvensional yang memiliki unit usaha syariah untuk melayani pembukaan rekening produk
dana syariah, BNI Syariah merespon ketentuan ini dengan cara bersinergi dengan cabang
konvensional guna melakukan office channelling. Hingga saat ini outlet layanan syariah pada
kantor cabang konvensional berjumlah 636 outlet.
DUAL SYSTEM BANK
Dengan pola Dual System Bank, maka BNI Syariah saat ini didukung oleh sistem Informasi
Teknologi yang modern dan jaringan transaksi yang sangat luas di seluruh Indonesia dengan
memanfaatkan jaringan Kantor Cabang BNI.
Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan
terhadap aspek syariah. Hal ini dibuktikan dengan penghargaan dari Majelis Ulama Indonesia
(MUI) pada tahun 2004 sebagai Perbankan Syariah Terbaik.
SYARIAH CHANELLING OUTLET
Dengan dukungan teknologi, BNI Syariah bersinergi dengan cabang-cabang BNI konvensional
untuk memberikan layanan pembukaan rekening syariah. Cabang-cabang BNI tersebut
dinamakan Syariah Chanelling Outlet (SCO).
12
Saat ini seluruh cabang BNI di Jabodetabek telah dilengkapi dengan layanan pembukaan
rekening syariah. Sehingga masyarakat yang menghendaki untuk melakukan investasi
mudharabah melalui deposito syariah, tabungan syariah atau menitipkan dana melalui giro
syariah dan tabungan titipan (wadiah), atau bahkan menghendaki mempersiapkan dana haji
melalui tabungan iB (dibaca aibi, = islamic Banking) Haji, dan juga tabungan perencanaan iB
Tapenas, maka nasabah dapat mengunjungi cabang BNI terdekat.
Secara nasional cabang BNI yang sudah dapat melayani pembukaan rekening syariah berjumlah
lebih dari 600, dan dari waktu ke waktu jumlah ini terus meningkat sesuai dengan misi untuk
memaksimalkan layanan dan kinerja sehingga menjadi bank syariah kebanggaan anak negeri.
PRODUK INOVATIF SESUAI SYARIAH
BNI Syariah menjalankan operasional bank berdasarkan prinsip syariah, seperti jual beli dan bagi
hasil serta memiliki beragam produk dan jasa perbankan yang mampu memenuhi berbagai
kebutuhan nasabah.
BNI Syariah menyadari bahwa masyarakat yang menghendaki layanan syariah tidak terbatas
pada masyarakat muslim namun juga dibutuhkan oleh seluruh golongan masyarakat yang
menghendaki layanan dan fasilitas perbankan yang nyaman, adil, dan modern.
Untuk itulah BNI Syariah senantiasa melakukan peningkatan kualitas produk, baik produk dana
maupun pembiayaan serta terus menerus melakukan penyempurnaan pada fitur-fiturnya.
Konsep-konsep yang mendasari transaksi perbankan syariah:
1. Murabahah adalah pembiayaan dengan prinsip jual beli barang pada harga
asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati, dengan pihak bank
selaku penjual, dan nasabah selaku pembeli. Pembayaran dilakukan dengan
cara diangsur.
2. Mudharabah adalah pembiayaan dengan prinsipbagi hasil antara bank dan
nasabah pembiayaan dimana pemilik modal (Bank) menyediakan sebagian
besar modal pada suatu usaha yang disepakati.
3. Atau dalam hal produk penghimpunan dana/tabungan, maka pihak penabung
bertindak sebagai investor (shahibul maal) sedangkan bank bertindak
sebagai pengelola keuangan (mudharib) yang akan menginvestasikan dana
ke sektor -sektor riil yang sesuai syariah. Antara investor dan pihak Bank
sebelumnya melakukan akad terhadap nisbah keuntungan yang akan dibagi.
Jadi penabung tidak mendapatkan bunga namun akan mendapatkan bagi
hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati.
4. Musyarakah adalah pembiayaan yang dilakukan melalui kerjasama usaha
antara Bank dengan nasabah dimana modal usaha berasal dari kedua belah
pihak. Dalam pembiayaan musyarakah ini, keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan porsi sharing modal masing-masing.
5. Ijarah adalah akad sewa menyewa untuk mendapatkan imbalan atas
barang/jasa yang disewakan. Pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan
prinsip jual beli, namun objek transaksinya berbeda, jika jual beli objek
transaksinya adalah barang, maka pada ijarah objek transaksinya adalah
jasa.
13
Persyaratan
1. Fotocopy Identitas Diri ( KTP/Paspor)
2. Melengkapi persyaratan KYC (Know Your Customer) :
o
Setoran pertama untuk giro USD sebesar USD 500 untuk nasabah
perusahaan dan USD 250 untuk nasabah perorangan.
Tabungan iB Plus
14
Tabungan iB Plus (dhl. Tabungan Syariah Plus) adalah tabungan yang dikelola berdasarkan
prinsip Mudharabah Mutlaqah. Dengan prinsip ini tabungan anda akan diinvestasikan secara
produktif dalam investasi yang halal sesuai dengan prinsip syariah. Keuntungan dari investasi
akan dibagihasilkan antara Anda dan Bank sesuai dengan nisbah yang disepakati di awal
pembukaan rekening tabungan.
Manfaat yang diperoleh:
1. Bagi hasil yang kompetitif.
2. Saldo dibawah saldo minimum tetap mendapat bagi hasil.
3. Kemudahan setor dan tarik on-line real time di seluruh kantor cabang BNI.
4. Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan.
5. Mendapatkan BNI Syariah Card yang dapat dimanfaatkan sebagai :
o
Kartu ATM yang dapat digunakan melalui jaringan BNI ATM, ATM
Bersama dan ATM Link di seluruh Indonesia serta jaringan ATM
Internasional Cirrus di seluruh dunia.
seluruh dunia.
BNI iB Tapenas
Merencanakan dan mempersiapkan dana pendidikan sedini mungkin untuk buah hati adalah
sebuah tindakan bijaksana. BNI Syariah membantu masyarakat untuk menyiapkan pendidikan
melalui BNI iB Tapenas. Dengan setoran sesuai kemampuan dan perlindungan asuransi, BNI iB
Tapenas dapat membantu masyarakat mewujudkan rencana masa depan keluarga yang lebih baik.
Keunggulan
15
Persyaratan
1. Mengisi formulir permohonan pembukaan rekening
2. Melampirkan fotokopi identitas diri (KTP/SIM/Paspor, dll)
3. Setoran awal Rp 100.000,Setoran bulanan sesuai dengan kemampuan Anda, mulai dari Rp 100.000,sampai dengan Rp 5 juta.
BNI iB Deposito
BNI iB Deposito diperuntukkan bagi mereka yang ingin memiliki investasi berjangka yang
menguntungkan dan menenangkan. Menggunakan prinsip Mudharabah Mutlaqah, BNI iB
Deposito mengelola dana masyarakat dengan cara disalurkan untuk pembiayaan usaha produktif
maupun pembiayaan konsumtif yang halal dan bermanfaat untuk kemaslahatan umat.
Keunggulan
1. Dapat diperpanjang secara otomatis
2. Bagi hasil yang kompetitif setiap bulannya
3. Investasi disalurkan untuk pembiayaan di sektor yang halal
4. Dapat digunakan sebagai jaminan pembiayaan
Persyaratan
1. Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP, Paspor)
2. Setoran awal minimum Rp 1000.000,3. Menandatangani perjanjian nisbah bagi hasil
16
BNI iB Haji
BNI Syariah memahami bahwa setiap muslim bercita-cita menunaikan ibadah setidaknya sekali
seumur hidup. BNI iB Haji dari BNI Syariah merupakan produk tabungan yang dikhususkan
untuk memenuhi Ongkos Naik Haji (ONH) yang dikelola secara aman dan bersih sesuai syariah.
BNI iB Haji telah tergabung dalam layanan online SISKOHAT (Sistem Koordinasi Haji Terpadu)
yang memungkinkan jamaah haji memperoleh kepastian porsi dari Departemen Agama pada saat
jumlah tabungan telah memenuhi persyaratan.
Manfaat yang diperoleh
1. Bebas biaya administrasi.
2. Calon haji ditutup asuransi kecelakaan diri dan kematian.
3. Dapat melakukan setoran di seluruh cabang BNI (on line).
4. Setoran ringan.
5. On-Line dengan Siskohat.
6. Memperoleh Bagi Hasil yang menarik.
7. Fasilitas autodebet untuk setoran bulanan.
8. Pembukaan rekening dapat dilakukan di lebih 600 Kantor Cabang BNI (office
Chanelling).
Persyaratan
1. Menyerahkan fotokopi identitas diri (KTP, Paspor)
2. Setoran awal minimum Rp 500.000,3. Menandatangani perjanjian nisbah bagi hasil
4. Nasabah melalui proses KYC (Know Your Customer) :
o
17
4.
dll
18