Asisten
Golongan
: R (Rabu, 08.00-12.00).
Kelompok : B
Felix Haryanto Wono
2443013009
Indra Gunawan
2443013010
Ellisa Widjanarko
2443013014
Debora Agustina
2443013024
Dasar Teori
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri
(Basset, 1994).
Spektrofotometri serap adalah pengukuran serapan radiasi elektromagnetik
panjang gelombang tertentu yang sempit, mendekati monokromatik yang diserap zat.
Pengukuran serapan dapat dilakukan pada daerah ultraviolet (190 380 nm) atau pada
daerah cahaya tampak (380 780 nm). Daya serap atau serapan jenis zat pada batasbatas kadar tertentu adalah tetap, tidak tergantung dari intensitas radiasi, panjang jalan
sinar dan kadar larutan, sehingga spektrofotometri serap dapat digunakan untuk
penetapan kadar (Anonim, 1979).
Alat spektrofotometer pada dasarnya terdiri atas sumber sinar monokromator,
tempat sel untuk zat yang diperiksa, detector, penguat arus, dan alat ukur atau pencatat.
Spektrofotometer dapat bekerja secara otomatik ataupun tidak, dapat mempunyai sistem
sinar tunggal atau ganda (Anonim, 1979).
Spektrofotometer ultra violet terdiri atas empat komponen dasar yaitu (Salbilah
et al., 2008):
1. Sumber energi radiasi
Sumber energi yang sering digunakan adalah lampu hidrogen, dapat juga dipakai
uap merkuri atau xenon. Kedua sumber ini menghasilkan radiasi ultra violet yang
intensitasnya tinggi.
2. Monokromator
Fungsi dari monokromator adalah untuk menghasilkan radiasi monokromatik yang
berasal dari sumbernya polikromatik atau dengan kata lain radiasi yang
polikromatik diubah menjadi monokromatik.
3. Wadah
Wadah yang digunakan untuk sampel harus dibuat dari bahan yang transparan,
misalnya silica.
4. Detektor
Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian
diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan
dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detektor yang paling banyak
digunakan untuk spektrum ultra violet dan sinar tampak adalah photo tube (tabung
foto).
Syarat-syarat ideal sebuah detektor :
Kepekaan yang tinggi
Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
Respon konstan pada berbagai panjang gelombang
Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi
Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
Spektrofotometri
serap
merupakan
pengukuran
interaksi
antara
radiasi
1
kali ditulis dengan A 1 cm (Gandjar dan Rohman, 2007).
instrument
seperti
spektrofotometri
UV-VIS.
Penggunaan
Labu takar 25 ml, 50 ml; pipet tetes; batang pengaduk; mortir dan stamper; kertas
perkamen; botol timbang; timbangan analitis; gelas beker 50 ml, 100 ml, 500 ml;
tabung reaksi; gelas arloji; corong gelas, spatel, kertas saring (double), kuvet,
spektrofotometer uv (single beam).
Bahan :
Sampel (tablet Dumin Paracetamol 500 mg), paracetamol baku, NaOH 0,1N.
IV.
Sifat Bahan
1. Paracetamol (FI V hal. 998; FI III hal. 37)
Sinonim
Nama IUPAC
Rumus kimia
Berat molekul
Pemerian
Kelarutan
: Acetaminophen, 4-hidroksiasetanilida.
: N-(4-hidroksifenil)asetamida.
: C8H9NO2
: 151,16
: Serbuk hablur, putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
: Larut dalam air mendidih dan dalam Natrium Hidroksida 1 N,
mudah larut dalam etanol.
Larut 1:70 dalam air, 1:7 dalam etanol (95%) P, 1:13 dalam
aseton P, 1:40 dalam gliserol P, 1:9 dalam propilen glikol P,
larut dalam alkali hidroksida.
HCl 0,1N
679
Air
679
Etanol 95%
920
NaOH 0,1 N
750
max (m=nm)
243
243
248
Fungsi
: Sebagai baku dan analit yang dituju dalam sampel.
257
Cara Kerja
1. Pembuatan NaOH 0,1N 500 ml
Berat NaOH yang dibutuhkan untuk 500 ml:
N=
w
1000
x
x valensi
BM vol. pelarut
0,1=
w 1000
x
x1
40 500
0,2
750
Batas atas
1,5
750
C1 = 100 l
C2 = 175 l
C3 = 250 l
C4 = 325 l
C5 = 400 l
C2 = 7 ppm
1000
4
= 250 x
Vol.pipet =
Vol . ad
FP
FP =
FP =
1000
7
= Vol.pipet =
C3 = 10 ppm
1000
10
= 100 x
= Vol.pipet =
Vol . ad
FP
= 142,85 x
Vol . ad
FP
FP =
25
250
= 0,1 ml = 100 l
25
142,85
= 0,175 ml =
25
100
= 0,25 ml = 250 l
NaOH 0,1N ad 25 ml
C4 = 13 ppm
NaOH 0,1N ad 25 ml
C5 = 16 ppm
FP =
1000
13
Vol.pipet =
25
76,92
= 76,92 x
Vol . ad
FP
FP =
1000
16
= Vol.pipet =
= 0,325 ml =
25
62,5
= 62,5 x
Vol . ad
FP
= 0,4 ml = 400 l
325 l
NaOH 0,1N ad 25 ml
NaOH 0,1N ad 25 ml
3. Penetapan kadar parasetamol dalam sampel tablet Dumin (replikasi 3 kali)
a. Menimbang 5 tablet secara bersamaan di atas kertas perkamen pada timbangan
analitis dan dicatat penimbangannya
Berat 5 tablet
: 3,0243 gram
3,0243
=
Berat rata-rata per tablet :
0,6049 gram= 604,9 mg
5
604,9 mg serbuk setara dengan 500 mg parasetamol.
x mg serbuk (penimbangan) setara dengan 50 mg parasetamol.
604, 9 x 50
50 mg
x=
= 60,49 mg ~ 65 mg. Pemisalan ppm = 0,05 L
500
= 1000 ppm
= 100x. Dijadikan ad 25 ml
25
100
VI.
Zero-ing spektrofotometer
Hasil Pengamatan
1. Konsentrasi larutan baku
Penimbangan analitis
: 0,0521 g = 52,1 mg
52,1 mg
Konsentrasi baku induk
: 0,05 L = 1042 ppm
C1 FP = 250 x. C1 =
1042
250
C2 FP = 142,85 x. C2 =
C3 FP = 100 x. C3 =
C4 FP = 76,92 x. C4 =
C5 FP = 62,5 x. C5 =
Baku
C1
C2
C3
C4
C5
CTeoritis (ppm)
4,168
7,294
10,42
13,546
16,672
= 4,168 ppm
1042
142,85
1042
100
= 7,294 ppm
= 10,42 ppm
1042
76,92
1042
62,5
= 13,546 ppm
= 16,672 ppm
Absorbans
i
0,253
0,438
0,678
0,854
1,111
y = bx + a y = 0,0682x 0,0439
rhitung = 0,9983 mendekati 1
Ada korelasi linier antara konsentrasi dengan absorbansi, dimana semakin tinggi
konsentrasi zat maka absorbansinya semakin besar.
1
0.8
Absorbansi
Absorbansi
0.6
Linear (Absorbansi)
0.4
0.2
0
2 4 6 8 10 12 14 16 18
Konsentrasi (ppm)
W (mg)
65,8 mg
C (ppm) ad
50 ml
1316 ppm
FP
100x
(Cteoritis = x)
13,16
Absorbansi
(Csesungguhnya =
(y)
x^)
0,767
11,8892
2
65,1 mg 1302 ppm
3
65,1 mg 1302 ppm
Perhitungan %kadar
Csesunggu h nya
x 100
Rumus:
Cteoritis
S1
11,8892
x 100
13,16
100x
100x
13,02
13,02
0,724
0,673
11,2587
10,5109
90,3435 88,4087
= 1,9438
86,4738 88,4087
= 1,9438
= 90,3435%
S2
11,2589
x 100
13,02
S3
10,5109
x 100
= 80,7289%
13,02
= 86,4738%
Aturan 4d:
Selisih: 3,8697
Selisih: 5,7449
90,3435
86,4738 Rata-rata: 88,4087
80,7289* (dicurigai)
3,8697
d=
3,8697
2
= 1,9349
4d = 4 . 1,9349 = 7,7394
d* = 80,7289 88,4087 = 7,6798 > 7,7394. Data masuk
90,3435+86,4738+80,7289
%kadarrata-rata =
= 85,8487%
3
Jumlah (mg) parasetamol dalam 1 tablet = %kadar x Wrata-rata =
85,8487
x 604,9
100
519,29 mg/tab.
% kadar
mg PCT/tablet
90,3435
546,4878
%
86,4738
523,0800
%
80,7289
488,3291
mg PCT ratarata/tablet
519,299
SD
Hasil
29,2631
519,299 29,2631
%
VII.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, dilakukan penetapan kadar parasetamol dengan metode
spektrofotometri uv. Prinsip kerja spektrofotometer adalah ada sumber sinar yang akan
melewati suatu media berisi analit melalui suatu slit/celah. Kemudian, akan ada sinar
yang diserap (absorbansi) dan diteruskan (transmitansi). Karena alasan inilah, maka
sampel/larutan dalam kuvet harus jernih (difiltrasi/disentrifugasi) dan analit larut
sempurna
dalam
menghamburkan
pelarutnya.
cahaya
Bila
sehingga
keruh,
partikel-partikel
berpengaruh
pada
didalamnya
pembacaan
akan
absorbansi.
analisis spektrofotometri uv. Sampel yang berupa padatan harus dilarutkan terlebih
dahulu dan diencerkan sesuai perhitungan
Kromofor
Metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer ultraviolet dipilih
karena spektrofotometer merupakan instrument analisis yang tidak rumit, selektif, serta
kepekaan dan ketelitiannya tinggi. Selain itu, senyawa parasetamol yang akan dianalisis
memiliki gugus kromofor sehingga memenuhi syarat senyawa yang dapat dianalisis
menggunakan spektrofotometri.
Ada beberapa solven yang dapat digunakan untuk melarutkan baik baku maupun
1
sampel dan telah diketahui berapa A 1 cm nya dan maxnya dalam pelarut tersebut,
yaitu air, HCl 0,1N, NaOH 0,1 N dan etanol 95%. Pelarut yang dipilih adalah NaOH
0,1N. Walaupun tidak memiliki
A 11 cm
tersebut memiliki kepekaan yang lebih tinggi dimana dengan konsentrasi yang rendah
akan memberikan hasil absorbansi yang tinggi), karena dalam satu sediaan (tablet
dumin) ini hanya mengandung satu bahan aktif, maka tidak masalah. Bila menggunakan
air, parasetamol sukar larut dalam air (1:70) dan bila menggunakan etanol, harga etanol
cukup mahal. Sehingga, dipilih pelarut NaOH 0,1 N.
Sebelum dilakukan pengukuran serapan, maka harus ditentukan panjang
gelombang maksimumnya terlebih dahulu. Panjang gelombang maksimum memiliki
kepekaan maksimal karena terjadi perubahan absorbansi yang paling besar serta pada
panjang gelombang maksimum bentuk kurva absorbansi memenuhi hukum LambertBeer. Dari percobaan ini diperoleh panjang gelombang maksimum untuk parasetamol
257,5 nm sehingga dalam penentuan kadar parasetamol digunakan panjang gelombang
tersebut. Menurut nilai
tablet dumin memenuhi standar yang ditetapkan FI V. Namun, dapat dilihat bahwa
keberulangan hasil kurang baik (standar deviasinya cukup besar, 29,2631), yang artinya
variabilitas datanya cukup beragam. Sehingga, walaupun hasilnya cukup baik namun
metode ini perlu divalidasi lebih lanjut.
VIII. Kesimpulan
Dumin mengandung 519,29 mg parasetamol tiap tablet.
Jumlah parasetamol dalam tablet dumin memenuhi persyaratan FI V.
IX.
Daftar Pustaka
Anonim. 1979. Farmakope Indonesia edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
______. 2014. Farmakope Indonesia edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Basset, J. et al. 1994. Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Fessenden, R. J. dan J. S. Fessenden. 1997. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga.
Gandjar, I. G. dan A. Rohman. 2007.
Pustaka Belajar.
Hendayana, S. 1994. Kimia Analitik Instrumen. Semarang: IKIP Semarang Press.
Khopkar, S. M. 2010. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas
Indonesia Press.
Lullman, H., Mohr, K. Ziegler, A. dan Bieger, D. 2000. Color Atlas of
Pharmacology: 2ndedition, revised and expanded. New York: Thieme.
Roth, H. J. dan B. Gottfried. 1988. Analisis Farmasi. Yogyakarta: UGM.
Salbilah, et al. 2008. Penuntun Praktikum Analisis Spektrofotometri. Medan:
USU.
Satiadarma, K. et al. 2004. Azas Pengembangan Prosedur Analisis. Surabaya:
Airlangga University Press.
Sastroamidjojo, H. 1985. Spectrophotometry. Yogyakarta: Liberty.
Skoog, D. A., et al. 1994. Analytical Chemistry: An Introduction. Philadelphia:
Harcrout Brace College Publishers,
Suzen et al. 1998. Quantitation of Acetaminofen in Pharmaceutical Formulations
Using High-Performance Liquid Chromatography. J. Fac. Pharm. Ankara. 27(2):93-100.
Laporan Praktikum Ansedfar Penetapan Kadar Parasetamol dalam Tablet Dumin