Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Distensi uterus merupakan masalah dalam kehamilan dimana ibu bersalin
dengan uterus lebih besar dari umur kehamilan. Pembesaran uterus yang lebih
besar pada saat kehamilan bisa disebabkan oleh unsur uterus, air ketuban,
plasenta, ataupun janinnya sendiri. Pembesaran uterus sendiri paling sering
disebabkan oleh tumor jinak uterus seperti mioma uteri dan adenomiosis.
Faktor air ketuban yang merenggang uterus lebih dari biasanya disebabkan
oleh polihidroamnion. Polihidroamnion ditegakkan diagnosis berdasarkan
pemeriksaan ultrasonografi yang memberikan nilai pengukuran satu kantong air
ketuban yang terdalam secara vertical melebihi angka 80 mm. berdasarkan
kedalaman angka tersebut digolongkan polihidroamnion ringan (80mm - 99mm),
sedang (100mm - 120mm), dan berat (>120 mm). Di Amerika Serikat,
polihidramnion terjadi pada 1% kehamilan. Sebuah studi retrospektif tentang hasil
USG pasien yang datang klinik antenatal secara rutin di Inggris menunjukkan
prevalensi 0,15% terjadinya polihidramnion.
Evaluasi angka kematian perinatal (PMR) menggunakan ultrasonografi
Chamberlin pada 7562 pasien dengan risiko tinggi kehamilan. PMR pada pasien
dengan volume cairan normal adalah 1,97 kematian per 1000 pasien. PMR
meningkat menjadi 4,12 kematian per 1000 pasien dengan polihidramnion, dan
56,5 kematian per 1000 pasien dengan oligohidramnion.
Persalinan prematur terjadi pada sekitar 26% dari ibu dengan
polihidramnion. Komplikasi lain termasuk ketuban pecah dini (KPD), lepasnya
plasenta, malpresentasi janin, Sectio Cesarea, dan perdarahan postpartum.
Dari unsure janin pembesaran uterus dapat disebabkan jumlah janin
ataupun ukuran janin sendiri. Pada kehamilan dengan janin tunggal, regangan
uterus akan terjadi kalau janinnya sendiri besar. Ukuran besarnya janin perlu
dibandingkan dengan ukuran tinggi dan berat ibu. Keadaan dimana janin memiliki
berat 4500 gram atau lebih. 10% dari angka kelahiran dunia adalah bayi dengan
makrosomia.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
III.1 Anatomi Uterus
Dalam bahasa yunani uterus disebut hystera. Uterus adalah organ muscular,
berdinding tebal, mempunyai bentuk seperti buah peer. Mempunyai ukuran
panjang 7,5 , cm, lebar 5 cm dan tebal 3-4 cm. pada wanita yang pernah
melahirkan maka ukuran-ukuran tersebut menjadi lebih besar.
Permukaan anterior datar, ditempati oleh vesica urinaria, dinamakan facies
vesicalis. Permukaan dorsal berbentuk konveks, disebut facies intestinalis. Pada
tepi lateral uterus terdapat ligamentum latum uteri.
Uterus terletak didalam cavitas pelvis, membentuk sudut 90 derajat dengan
vagina; posisi ini disebut angle of anteversion. Letak uterus tidak tepat pada linea
mediana, banyak kali berada di sebelah kanan.
Posisi uterus sangat bervariasi baik dalam ukuran, bentuk, lokalisasi maupun
struktur, yang dipengaruhi oleh usia, kondisi gravid dan keadaan organ-organ
yang berada disekitarnya seperti vesica urinaria dan rectum.
Uterus dibagi menjadi empat bagian sebagai berikut :
1. Fundus uteri yang letaknya dibagian cranial dan mempunyai permukaan
yuang bundar
2. Korpus uteri, merupakan bagian yang paling utama, terletak menghadap
kea rah kaudal dan dorsal. Fascies vesicalis uteri dipisahkan dari vesica
urinaria oleh spatium uterovesicalis. Fascies intestinalis uteri dipisahkan
dari colon sigmoideum dibagian cranial dan dorsal oleh excavation
rectouterina. Pada margolateralis melekat ligamentum latum uteri.
3. Isthimus uteri, bagian ini mengecil, panjang kira-kira 1 cm. Pada waktu
gravid bagian ini menjadi bagian dari corpus uteri yang klinik disebut
lower uterine segment
4. Cervix uteri, letak mengarah ke caudal dan dorsal. Merupakan bagian yang
terletak diantara isthmus uteri dan vagina. Dibagi dua bagian oleh dinding
fascia
pelvis
yang
refleksi
adenomiosis. Faktor air ketuban yang merenggang uterus lebih dari biasanya
disebabkan
oleh
polihidroamnion.
Polihidroamnion
ditegakkan
diagnosis
Patofisiologi
Integrasi dari aliran cairan yang masuk dan keluar dari kantung ketuban
menentukan volume cairan ketuban. Urine janin, produksi cairan paru-paru,
proses menelan, penyerapan intramembranous (ke dalam kompartemen vaskuler
janin) memberikan kontribusi penting terhadap pergerakan cairan di akhir
kehamilan, faktor lain (misalnya, produksi air liur) memberikan kontribusi
minimal. Kontribusi relatif dari setiap rute pertukaran cairan bervariasi pada setiap
7
kehamilan. Variasi dalam cairan tubuh janin atau homeostasis endokrin juga
mempengaruhi volume produksi urin janin, menelan, dan sekresi paru-paru.
Selama trimester terakhir, output urin setara sekitar 30 persen dari berat badan
janin, proses menelan sekitar 20 sampai 25 persen, sekresi paru-paru 10 persen
(satu-setengah dari sekresi paru-paru tertelan oleh dan setengah lainnya
diekskresikan ke dalam cairan ketuban), sedangkan sekresi oral-nasal dan aliran
transmembranous (langsung ke dalam kompartemen ibu) mewakili sekitar <1
persen dari berat badan janin. Janin yang hampir cukup bulan mengeluarkan 5001200 mL urin dan menelan 210 - 760 ml cairan ketuban setiap hari. Jadi,
perubahan harian yang relatif kecil dalam produksi urin janin atau proses menelan
dapat menyebabkan perubahan volume cairan amnion. Akumulasi cairan amnion
yang berlebihan biasanya berhubungan dengan penurunan proses menelan janin
atau meningkatnya urine janin.
Etiologi
Pada polihidramnion, penyebab yang mendasari volume cairan amnion
berlebihan bisa diketahui dalam beberapa kondisi klinis dan tidak sepenuhnya
dapat diketahui pada beberapa kondisi klinis lainnya. Penyebabnya dapat
meliputi:
-
Sindrom akinesia janin dengan tidak adanya proses menelan pada janin.
8
Epidemiologi
Di Amerika Serikat, polihidramnion terjadi pada 1% kehamilan. Sebuah
studi retrospektif tentang hasil USG pasien yang datang klinik antenatal secara
rutin di Inggris menunjukkan prevalensi 0,15% terjadinya polihidramnion.
Evaluasi angka kematian perinatal (PMR) menggunakan ultrasonografi
Chamberlin pada 7562 pasien dengan risiko tinggi kehamilan. PMR pada pasien
dengan volume cairan normal adalah 1,97 kematian per 1000 pasien. PMR
meningkat menjadi 4,12 kematian per 1000 pasien dengan polihidramnion, dan
56,5 kematian per 1000 pasien dengan oligohidramnion.
Persalinan prematur terjadi pada sekitar 26% dari ibu dengan
polihidramnion. Komplikasi lain termasuk ketuban pecah dini (KPD), lepasnya
plasenta, malpresentasi janin, SC, dan perdarahan postpartum.
Penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko anomali janin yang
terkait dalam bentuk yang lebih parah akibat polihidramnion. Dalam tahun 1990,
20% kasus polihidramnion mengakibatkan anomali janin, termasuk masalah
sistem Gastrointestinal (40%), SSP (26%), sistem kardiovaskular (22%), atau
sistem genitourinari (13%).
terjadi pada kehamilan multipel, 5% karena diabetes pada ibu, dan 8,5% sisanya
karena penyebab lain. Namun, setidaknya 50% dari pasien tidak memiliki faktor
risiko yang terkait.
Gejala Klinis
Tanda-tanda dan gejala polihidramnion merupakan hasil dari tekanan yang
diberikan dalam uterus dan pada organ terdekat.
Tanda-tanda yang didapatkan dapat berupa :
ringan
menujukkan
sedikit
tanda
atau
gejala.
Gangguan pencernaan
Edema
Kulit abdomen mengkilat dan edematous disertai striae yang masih baru
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
-
Pada inspeksi dapat memperlihatkan rahim yang cepat membesar pada ibu
hamil.
Pemeriksaan Laboratorium
-
Tes toleransi glukosa untuk ibu yang dengan diabetes mellitus tipe 2
Tes hidrops janin: Jika adanya hidrops janin, imunologi dan infeksi janin
harus diselidiki. Termasuk skrining untuk antibodi ibu ke antigen D, C,
Kell, Duffy, dan Kidd untuk menentukan produksi antibodi ibu terhadap
sel darah merah janin. Infeksi janin dapat meliputi cytomegalovirus
(CMV), toksoplasmosis, sifilis, dan Parvovirus B19. Pemeriksaan harus
mencakup sebagai berikut:
Tes
untuk
virus
bawaan
dalam
cairan
ketuban
dengan
Hemoglobin
Bart
pada
pasien
keturunan
Asia
(yang
mungkin
Pemeriksaan Ultrasonografi
Operator
berpengalaman
dapat
mendeteksi
polihidramnion
secara
11
Lingkar perut besar yang abnormal dapat diamati dengan ascites dan
hidrop janin.
Janin makrosomia diamati dalam kaitannya dengan diabetes ibu yang tidak
terkontrol.
Menilai kecepatan aliran darah pada arteri serebral anterior janin untuk
melihat adanya anemia janin.
Penatalaksanaan
-
Scan ultrasound serial harus dilakukan untuk memantau AFI dan monitor
pertumbuhan janin.
Komplikasi
-
Prognosis
-
Jika kondisi ini tidak terkait dengan temuan lain, prognosis biasanya baik.
13
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo S. Kehamilan Kembar. Ilmu Kebidanan, Edisi III, Cetakan
kedelapan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo,2006. p386-97
14
Zach
T.
Multiple
Brths.
Available
from:
15