Pro07 32 PDF
Pro07 32 PDF
ABSTRACT
Milk yield per lactation of dairy cows is affected by a number of environmantal factors causing variation
among animals. Influences of age, season and year of calving on milk yield of Holstein-Friesian (HF) cows
were investigated at the Breeding Station (BS) and a number of small dairy holders (SDH) in Banyumas
district, Central Java. A number of milk lactation indices (LIs) including complete milk yield, annual milk
yield, standardized 305-d yield and milk yield per day were investigated by least square techniques of GLM.
Individual milk LIs generally showed a quadratic pattern as the age of the lactating cows progressed and
reached the peak yields at the age range of 49 60 mo, equivalent to the 3rd 4th lactation. Season of calving
resulted in non significant effects on milk yield in both locations (P > 0.05). This was mainly due to the
availability of abundant forages and sufficient concentrate to feed lactating cows through the year in the BS
and any attempts conducted by dairy farmers to substitute the lack of forages and concentrate during the
adverse dry season in SDH. During six periods of calving observation ( 1994 2000), cows in SDH
produced milk in a quadratic pattern with the highest yield occurring in calving year of 1996, but a cubic
pattern of milk yield resulted from cows lactating in the BS. The changes in genetic and environment were
two principal factors associated with the changed milk yield by progressing years of cows lactating in both
locations. Decreased resources per animals, standard management and selection activity might be additional
factors in decreasing milk performance of HF cows particularly in SDH.
Key Words: Holstein-Friesian Cows, Milk Lactation Indices, Age, Season, Year of Calving
ABSTRAK
Produksi susu per laktasi sapi perah akan dipengaruhi oleh sejumlah faktor lingkungan sehingga
menimbulkan variasi produksi antara individu ternak. Penelitian bertujuan mengetahui pengaruh umur,
musim dan tahun beranak pada performans produksi susu sapi Friesian-Holstein (FH) pada dua kondisi
pemeliharaan berbeda, manajemen intensif di Stasiun Bibit (SB) dan semi-intensif di sejumlah peternakan
rakyat (PR) di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Sejumlah indeks laktasi dari produksi susu meliputi
produksi laktasi lengkap, tahunan, terstandarisasi 305 hari, dan harian dianalisis menggunakan teknik kuadrat
terkecil untuk data tidak berimbang. Umur beranak umumnya berpengaruh nyata pada indeks produksi susu
(P < 0,05) di SB dan PR. Produksi susu mengikuti pola kuadratik dengan meningkatnya umur awal laktasi.
Puncak produksi dicapai pada kisaran umur 49 60 bulan, setara laktasi ke 3 4. Musim berpengaruh tidak
nyata pada semua indeks produksi susu (P > 0,05) di kedua lokasi. Ini dikarenakan pakan hijauan tersedia
mencukupi sepanjang tahun di SB, sedangkan di PR kemungkinan karena usaha peternak menggunakan
sejumlah sumber pakan dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ternak selama masa sulit musim kemarau.
Pengamatan dalam enam periode produksi ( 1994 2000), menghasilkan perubahan kuadratik produksi
susu di PR dengan puncak produksi terjadi di tahun 1996; sebaliknya pola kubik produksi susu terjadi di SB.
Genetik dan lingkungan merupakan dua faktor utama dalam mempengaruhi tren produksi selaras dengan
berjalannya waktu sapi berproduksi di kedua lokasi. Menurunnya kualitas ternak, manajemen standar yang
diterapkan dan aktivitas seleksi kemungkinan juga menjadi faktor pembatas kinerja produksi sapi FH
terutama di PR.
Kata Kunci: Friesian-Holstein, Indeks Produksi Susu, Umur, Musim, Tahun Melahirkan
156
PENDAHULUAN
Introduksi budidaya sapi perah sub-tropis
telah
ditempuh
oleh
banyak
negara
berkembang
dalam
rangka
memenuhi
permintaan susu segar mereka yang terus
meningkat. Adopsi budidaya sapi perah Bos
taurus yang dikenal memiliki kemampuan
produksi susu tinggi di negara asalnya,
diharapkan dapat menstimulir peningkatan
produksi susu secara signifikan dibandingkan
pemeliharaan sapi perah Bos indicus. Banyak
studi melaporkan kegiatan introduksi sapi
perah sub-tropis untuk mensuplai permintaan
susu segar dari masyarakat negara berkembang
yang sebagian besar memiliki kondisi iklim
tropis (ANGGRAENI, 2006). Lebih jauh adopsi
teknologi ini sering difokuskan sebagai
kegiatan usaha peternakan rakyat di daerah
pedesaan dan pinggiran kota (TADESSE dan
DESSIE, 2003; MASAMA et al., 2003; AGEEB
dan HAYES, 2003). DEVENDRA (2001)
menyatakan ekspansi budidaya sapi perah
eksotik yang diterapkan pada kondisi peternak
kecil di daerah tropis kurang memberi hasil
menggembirakan karena ditemui banyak
kendala seperti sulitnya memperoleh pakan
berkualitas sepanjang tahun, meningkatnya
invasi penyakit dan terjadinya cekaman
ekstrim panas tropis. Peternak kecil juga
memiliki kemampuan yang kurang (tidak)
memadai dalam memelihara sapi perah,
disamping rendahnya pemilikan modal dan
fasilitas
yang
dibutuhkan
untuk
mengkondisikan sapi perah eksotik dapat
berproduksi mendekati kemampuannya di
daerah asal.
Susu, sebagai salah satu sifat penting dari
suatu usaha produksi sapi perah, perlu
dihasilkan secara efisien baik oleh setiap
individu ternak ataupun usaha peternakan.
Apabila susu dapat dihasilkan dengan efisien,
diharap produktivitas ternak akan optimal dan
operasional
peternakan
menguntungkan,
sehingga menjamin keberlanjutan usaha sapi
perah. Produksi susu per periode laktasi setiap
ekor sapi laktasi dipengaruhi banyak faktor
seperti kemampuan genetik, umur berproduksi,
paritas, frekuensi pemerahan, lama laktasi dan
status fisiologis ternak. Produksi susu dari
suatu peternakan dipengaruhi oleh kapasitas
produksi ternak serta kondisi keseluruhan
157
1200
SB
PR
1000
Curah hujan
mm/bulan
800
600
400
200
0
Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des
Bulan
Gambar 1. Distribusi curah hujan bulanan pada sekitar lokasi Stasiun Bibit (SB) dan Kecamatan Baturraden
(PR)
158
159
Tabel 1. Rataan dan simpangan baku (sb) indeks laktasi produksi susu sapi Friesian-Holstein di dua lokasi
stasiun bibit (SB) dan peternakan rakyat (PR)
SB
PR
Keseluruhan
Rataan
sb
Rataan
sb
Rataan
sb
PLL
441
4335
1082
604
3179
899
1045
3667
1134
PHR
438
14,3
2,7
598
9,7
0,1
1036
11,6
3,4
PTH
385
3895
904
404
2735
818
789
3301
1038
P 305-hari
282
4635
856
458
3057
721
738
3655
1089
PLL = poduksi laktasi lengkap; PHR = produksi harian; PTH = produksi tahunan; P 305-hari = produksi 305
hari
160
Tabel 2. Probabilitas dan koefisen keragaman pengaruh umur, musim dan tahun beranak pada produksi susu
sapi Friesian-Holstein
Lokasi/faktor
lingkungan
SB
Umur beranak
Musim beranak
Tahun beranak
Total
PR
Umur beranak
Musim beranak
Tahun beranak
Total
Keseluruhan
Lokasi
Umur beranak
Musim beranak
Tahun beranak
Total
PLL
R2 (%)
P 305-hari
P
R2 (%)
PTH
R2 (%)
PHR
R2 (%)
0,002**
0,187ns
0,000**
3,58
0,84
4,11
6,17
0,001**
0,846ns
0,005**
6,41
0,45
4,02
7,23
0,404ns
0,624ns
0,135ns
1,05
0,42
1,65
3,12
0,000**
0,667ns
0,000**
4,74
0,35
4,80
7,56
0,015*
0,510ns
0,000**
1,91
0,40
9,55
10,18
0,013*
0,214ns
0,000**
2,57
1,05
10,09
11,52
0,000**
0,106ns
0,001**
5,02
1,27
3,89
7,62
0,000**
0,051ns
0,000**
4,05
1,10
4,43
7,83
0,000**
0,000**
0,257ns
0,000**
25,7
1,7
0,3
3,8
30,7
0,000**
0,000**
0,226ns
0,000**
49,8
2,1
0,3
3,1
54,5
0,000**
0,007**
0,469ns
0,000**
31,5
1,2
0,2
1,4
33,4
0,000**
0,000**
0,601ns
0,000**
46,3
2,3
0,1
1,7
49,6
P = peluang; ** = P < 0,01; * = P < 0,05; ns = P > 0,05; R2 = koefisien keragaman yang diperoleh dengan
membagi setiap jumlah kuadrat lingkungan terhadap jumlah kuadrat total
161
Tabel 3. Pengaruh faktor lingkungan pada indeks laktasi produksi susu (kg) sapi Friesian Holstein di Stasiun Bibit
Faktor lingkungan
128
117
76
48
72
129
138
78
45
51
94
135
129
82
87
68
79
83
71
53
PLL
RKT
P < 0,01**
4158a
4354b
4728c
4557c
4222a
P < 0,01**
4102a
4482b
4666c
4446b
4149b
P > 0,05ns
4460a
4323a
4553a
4278a
P < 0,01**
4738c
4376b
4361b
4509b
4205 a
4035a
sb
96
98
122
154
131
96
92
119
160
155
N
123
103
60
41
58
126
114
67
37
41
112
92
95
120
87
118
107
72
122
132
121
117
123
139
89
68
80
83
45
20
PTH
RKT
P > 0,05ns
3765a
3979a
3965a
3892a
3808a
P > 0,05ns
3766a
3933a
3971a
3950a
3808a
P > 0,05ns
3862a
3946a
3934a
3785a
P > 0,05ns
4041a
3822a
3903a
3979a
3771a
3663a
sb
86
89
118
144
124
86
85
111
152
148
PHR
RKT
127
117
75
48
71
P < 0,01**
13,5a
14,6b
15,1c
14,8b
14,5b
0,24
0,24
0,30
0,38
0,33
79
153
208
244
280
128
138
77
45
50
P < 0,01**
13,4a
14,7c
15,0c
14,4b
14,7c
0,24
0,23
0,30
0,39
0,38
81
88
62
29
23
0,28
0,23
0,23
0,30
57
79
93
54
0,30
0,33
0,30
0,29
0,26
0,24
74
121
168
218
160
120
100
84
92
110
93
134
129
81
105
114
104
101
112
117
86
67
78
83
77
57
P > 0,5ns
14,4a
14,5a
14,7a
14,3a
P < 0,01**
14,1a
13,8a
14,8b
15,5c
14,2 c
14,2a
sb
305-hari
RKT
P < 0,01**
4397a
4654b
4997c
4792b
4457a
P < 0,01**
4362a
4723b
4936c
4569b
4559b
P > 0,05ns
4708a
4704a
4638a
4588a
P < 0,01**
4614b
4414a
4776b
4998c
4515b
4496a
P = peluang; ** = P < 0,01, * = P < 0,05, ns = P > 0,05; huruf yang sama dari satu kolom menunjukkan secara statistik perbedaan tidak nyata (P > 0,05);
sb = simpangan baku; RKT = nilai rataan
Produksi laktasi lengkap (PLL); produksi harian (PHR); produksi tahunan (PTH); produksi 305 hari (P 305-hari)
162
sb
99,7
96,9
113,6
139,2
145,3
101,6
89,8
107,2
157,0
189,0
112,7
95,5
88,6
119,7
107,5
126,7
124,0
118,1
112,3
107,6
Tabel 4. Pengaruh faktor lingkungan pada indeks laktasi produksi susu (kg) sapi Friesian Holstein di Peternakan Rakyat
Faktor lingkungan
147
131
104
68
140
231
152
90
61
70
155
141
153
149
67
35
92
153
154
100
PLL
RKT
P < 0,05*
3105a
3209a
3485b
3316a
3257a
P > 0,05ns
3157a
3292a
3361a
3352a
3321a
P > 0,05ns
3347a
3304a
3243a
3204a
P < 0,01**
3071b
3365c
3575c
3471c
3015b
2891a
sb
77
78
87
106
81
65
75
93
114
111
N
97
105
67
44
87
163
102
56
43
40
77
80
74
75
100
95
120
89
108
145
91
72
61
57
59
32
92
135
54
32
PTH
RKT
P < 0,01**
2462a
2570a
2939c
2826b
2861b
P < 0,01**
2511a
2667a
2866b
2901b
3095c
P > 0,05ns
2895a
2713a
2627a
2692a
P > 0,01**
2741b
2605b
2932c
2895c
2516b
2486a
sb
84
80
99
119
90
67
81
106
123
128
PHR
RKT
147
131
102
66
138
P < 0,01**
9,3a
9,5a
10,5c
10,3c
10,1b
0,21
0,21
0,24
0,29
0,22
108
104
83
47
105
231
151
88
59
69
P < 0,01**
9,3a
10,0b
10,3b
10,1b
10,5c
0,17
0,20
0,25
0,31
0,30
176
123
67
41
51
0,21
0,21
0,20
0,20
124
94
117
116
0,29
0,39
0,24
0,19
0,15
0,15
44
24
70
121
100
95
83
87
77
88
152
141
151
148
108
140
85
70
79
91
67
35
92
150
138
113
P > 0,05ns
10,2c
10,2c
9,6c
9,8c
P < 0,01**
10,2c
9,7b
10,5c
10,2c
9,2a
9,0a
sb
305 hari
RKT
P < 0,05*
2973a
3074a
3324b
3128a
3156a
P > 0,05ns
3000a
3207a
3219a
3216a
3170a
P > 0,05ns
3215a
3162a
3120a
3027a
P < 0,01**
3054b
3141c
3396c
3266c
2990b
2797a
Sb
74,1
70,1
79,3
102,5
73,9
60,7
69,0
86,1
112,7
103,3
71,3
77,9
68,3
67,7
104,8
139,8
83,3
64,9
73,2
52,3
P = peluang; ** = P < 0,01, * = P< 0,05, ns = P > 0,05; huruf yang sama dari satu kolom menunjukkan secara statistik perbedaan tidak nyata (P > 0,05)
Produksi laktasi lengkap (PLL), produksi harian (PHR), produksi tahunan (PTH) dan produksi 305 hari (P 305-hari)
163
164
DAFTAR PUSTAKA
AGEEB, A.G. and J.F. HAYES. 2000. Genetic and
environmental effects on the productivity of
Holstein-Friesian cattle under the climatic
conditions of Central Sudan. Tropical Animal
Health and Production. 32: 33 49.
ANGGRAENI, A. 2006. Productivity of HolsteinFriesian Dairy Cattle Maintained under Two
Systems in Banyumas District, Central Java,
Indonesia. Thesis Ph.D. Department of
Agriculture, University of Newcastle upon
Tyne, United Kingdom.
ANSHELL, R.H. 1976. Maintaining European dairy
cattle in the Near East. World Animal Review.
20: 73 79.
COMBELASS, J., N. MARTINEZ and M. CAPRILES.
1981. Holstein cattle in tropical areas of
Venezuela. Trop. Anim. Prod. 6:3, pp. 214
220.
DEVENDRA, C. 2001. Smallholder dairy production
systems
in
developing
countries:
characteristic, potential and opportunities for
improvement. Review. Asian-Aust. J. Anim.
Sci. 14(1): 104 113.
DJEMALI, M. and P.J. BERGER. 1992. Yield and
reproduction characteristics of Friesian cattle
under North African conditions. J. Dairy Sci.
75: 3568 3575.
ENTING, H., D. KOOJI, A.A. DIJKHUIZEN, R.B.M.
HUIRNE and E.N. NOORDHUIZEN-STASSES.
1997. Economic losses due to clinical
lameness in dairy cattle. Livestock Production
Science. 49: 259 267.
KAYA, I., C. UZMAY, A. KAYA and Y. AKBAS. 2003.
Comparative analysis of milk yield and
reproductive traits of Holstein-Friesian cows
born in Turkey or imported from Italy and
kept on farms under the Turkish-ANAFI
project. Ital. J. Anim. Sci. 2: 141 150.
LAFI, S.Q., F.A. ODEH, Q.H. NABIL and A.R.F.
MAHMOUD.
1995.
Reproductive
and
production performance of Friesian dairy
cattle in Jordan. Prev. Vet. Med. 22: 227
234.
MAKUZA, S.M. and B.T. MCDANIEL. 1996. Effects
of days dry, previous days open, and current
days open on milk yields of cows in
Zimbabwe and North Carolina. J. Dairy Sci.
79: 702 709.
165
166