Anda di halaman 1dari 4

Definisi Asma

Asma adalah penyakit pernafasan obstruktif yang ditandai inflamasi saluran


nafas dan spasme akut otot polos bronkiolus. Kondisi ini menyebabkan produksi
mucus
yang berlebihan dan menumpuk, penyumbatan aliran udara, dan penurunan ventilasi
alveolus. Asma terjadi pada individu tertentu yang berespon secara agresif terhadap
berbagai jenis iritan di jalan nafas. Faktor risiko untuk salah satu jenis gangguan hiper
responsive ini adalah riwayat asma atau alergi dalam keluarga yang mengisyaratkan
adanya kecenderungan genetic. Pajanan yang berulang-ulang atau terus-menerus
terhadap
beberapa rangsangan iritan, kemungkinan pada masa penting perkembangan, juga
dapat
meningkatkan risiko penyakit ini (Elizabeth, 2009). Meskipun banyak keistimewaan
dalam diagnosis dari asma pada anak dan dewasa ada juga perbedaan yang penting.
Perbedaan diagnosis, sejarah dari wheezing, kemampuan untuk menunjukkan
pemeriksaan yang pasti, hasil diagnostic, semuanya dipengaruhi oleh umur
(Suriviana,
2005).
Asma memang dapat terjadi pada semua usia, namun lebih sering terjadi pada
anak-anak, terutama pada anak usia mulai 5 tahun. Beberapa anak menderita asma
sampai
mereka dewasa, namun dapat disembuhkan. Lebih dari 6% anak-anak terdiagnosa
menderita asma, 75% meningkat akhir-akhir ini. Stimulasi pada asma awitan
seringkali
terjadi dikaitkan dengan riwayat alergi yang memburuk. Infeksi pernafasan atas yang
berulang juga dapat memicu asma awitan dewasa, seperti yang dapat terjadi pajanan
okupasional terhadap debu di lingkungan kerja. Gejala yang sering dialami anatra lain
wheezing, batuk, kesulitan bernafas, chest tightness. Pada anak-anak gejala tersebut
berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas tanpa disertai adanya gejala yang
mendetail (Eni, 2009).
Etiologi Asma
Asma yang terjadi pada anak-anak sangat erat kaitannya dengan alergi. Kurang
lebih 80% pasien asma memiliki alergi. Asma yang muncul pada saat dewasa dapat
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti adanya sinusitis, polip hidung, sensitivitas
terhadap aspirin atau obat-obat antiinflamasi non-steroid (AINS), atau mendapatkan
picuan di tempat kerja (Ikawati, 2006).
Beberapa penyebab dan faktor pencetus asma antara lain:
a. Alergen terinhalasi
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 3

Individu-individu yang secara cepat menghasilkan IgE terhadap antihen tertentu


cenderung mudah mengalami asma. Antigen-antigen utama meliputi protein pada
butiran feses dari tungau debu rumah yang merupakan penyebab paling sering di
seluruh dunia. Serbuk sari rumput dan kelupasan kulit dari hewan peliharaan.
b. Udara dingin dan Olahraga
Olahraga dan inhalasi udara dingin sering mencetuskan mengi pada penderita asma,
kemungkinan melalui pengeringandan pendinginan epitel bronkus. Keadaan tersebut
sering terjadi pada anak-anak.
c. Emosi dan Stress
Stress emosinal juga dapat menginduksi serangan asma.

d. Infeksi Virus Tertentu


Inveksi virus tertentu (rhinovirus, parainfluenza virus, virus sinsial respiratory) juga
berhubungan dengan serangan asma.
e. Faktor Genetik, Polusi Atmosfer, dan Asap Rokok
Faktor genetik, polusi atmosfer, dan asap rokok ibu saat hamil, semuanya merupakan
predisposisi peningkatan kadar IgE dan perkembangan asma dan hiper-responsivitas
jalan nafas di kemudian hari.
f. Gas Iritan, Asap, dan Sensitisasi akibat Pekerjaan
Penderita asma memiliki jalan nafas yang hiper-responsif dan iritan yang tidak
mempengaruhi individu yang sehat dapat mencetuskan serangan asma atau
memperburuk gejala misaknya asap rokok dan uap pembuangan.
g. Obat-obat (OAINS, bloker-)
Aspirin dan obat-obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) lain mencetuskan serangan
asma pada 5% penderita asma. Obat-obat tersebut menghambat jalur siklooksigenase
(cyclo-oxygenase, COX) yang mensintesis prostaglandin dan menggeser metabolism
asam arakidonat dari COX kearah jalur lipoksigenase dan produksi LTC4 dan LTD4.
Asma yang diinduksi aspirin sebagian dipulihkan dengan terapi antileukotrein.
Bronkus memiliki sedikit inervasi simpatis, tetapi epinefrin (adrenalin) dalam
sirkulasi yang bekerja melalui 2 adrenoreseptor pada otot polos menyebabkan
bronkodilatasi. Akibatnya antara adrenoreseptor seperti propanol dapat
menyebabkan bronkokonstriksi pada penderita asma. Keadaan tersebut bahkan dapat
terjadi dengan obat-obat 1 selektif dan penggunaannya untuk penyakit
kardiovaskular sebaiknya dihindari pada penderita asma (Jeremy, 2007).
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 4

Klasifikasi Asma
Dalam GINA (Global Initiative Asthma) 2006 asma diklasifikasikan berdasarkan
etiologi, derajat penyakit terhadap aliran udara di saluran napas.
1) Klasifikasi berdasarkan etiologi menurut GINA :
a) Asma intrinsik (cryptogenic)
Ditandai dengan mekanisme yang bersifat non-alergik yang beraksi terhadap
pencetus yang tidak spesifik atau yang tidak diketahui, seperti udara dingin.
b) Asma ekstrinsik
Penyakit asma yang berhubungan dengan atropi, predisposisi genetik yang
berhubungan langsung dengan IgE sel mast dan respon eosinofil terhadap allergen
yang umum. Ditandai dengan reaksi alergik terhadap pencetus-pencetus spesifik yang
dapat diidentifikasi, seperti tepung sari, jamur, debu, bulu binatang, dan obat-obatan.
2) Pembagian derajat penyakit asma menurut GINA adalah sebagai berikut:
a) Intermiten
Gejala kurang dari 1 kali/minggu
Serangan singkat
Gejala nocturnal tidak lebih dari 2 kali/bulan ( 2 kali)
- FEV 80% predicted atau PEV 80% nilai terbaik individu
- Variabilitas PEF atau FEV1 < 20%
b) Persisten ringan
Gejala lebih dari 1 kali/minggu tapi kurang adri 1 kali/hari
Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
Gejala nocturnal > 2 kali/bulan
- FEV 80% predicted atau PEV 80% nilai terbaik individu
- Variabilitas PEF atau FEV1 < 20-30%

c) Persisten sedang
Gejala terjadi setiap hari
Serangan dapat mengganggu aktivitas an tidur
Gejala nocturnal >1 kali dalam seminggu
Menggunakan agonis-2 kerja pendek setiap hari
- FEV 60-80% predicted atau PEV 60-80% nilai terbaik individu
- Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%
d) Persisten berat
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 5

Gejala terjadi setiap hari


Serangan sering terjadi
Gejala asma nocturnal sering terjadi
- FEV 60% predicted atau PEV 60% nilai terbaik individu
- Variabilitas PEF atau FEV1 > 30%
3) Pembagian derajat penyakit asma menurut Phellen dkk (dikutip dari Konsesus
Pedriatri
Internasional III tahun 1998). Klasifikasi ini membagi asma menjadi tiga, yaitu sebagi
berikut:
a) Asma episodic jarang
Merupakan 70% populasi asma pada anak. Ditandai denganadanya episode < 1 kali
tiap 4 samapi 6 minggu, mengi setelah aktivitas berat, tidak terdapat gejala diantara
episode serangan dan fungsi paru normal diantara serangan. Terapi prolifaksis tiak
dibutuhkab pada kompleks ini.
b) Asma episodic sering
Merupakan 20% populasi asma. Ditandai oleh frekuensi serangan yang lebih sering
dan ditambah mengi pada aktivitas sedang, tetapi dapat dicegah dengan pemberian
agonis-2. Gejala terjadi kurang dari 1 kali/minggu dan fungsi paru diantara
serangan normal. Terapi prolifaksis biasanya dibutuhkan.
c) Asma persisten
Terjadi pada sekitar 5% anak asma. Ditandai oleh serangan episode akut, mengi
pada aktivitas ringan, dan diantara interval gejala dibutuhkan agonis-2 lebih dari 3
kali/minggu karena anak terbangun di malam hari atau dada terasa berat di pagi
hari. Terapi prolifaksis sangat dibutuhkan (Nastiti, 2008).
Manifestasi Klinis Asma
Karena asma merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan penyempitan jalan
nafas yang reversible, maka gambaran klinis dari asma memperlihatkasmaan
variabilitas
yang besar baik diantara penderita asma dan secara individual di sepanjang waktu.
Masalah utamanya adalah kepekaan selaput lender bronchial dan hiper reaktif otot
bronchial. Rangkaian pengaruh dari edema selaput lender bronchial, peningkatan
produksi mucus, dan spasme otot polos, menimbulkan penyempitan jalan nafas dan
menyebabkan empat gejala asma yang utama, yaitu:
a. Batuk
www.saktyairlangga.wordpress.com
Page 6

b. Wheezing
c. Pernafasan pendek
d. Rasa sesak dada
Tanda-tanda fisik yang ditemukan selama suatu eksaserbasi akut berat dapat meliputi:

a. Wheezing yang dapat terdengar


b. Takikardia
c. Retraksi intercostals
d. Penggunaaan otot-otot nafas tambahan
e. Kegawatan
f. Sianosis
Ketidakmampuan berbicara dalam kalimat yang lengkap merupakan suatu tanda
dari sertangan asma yang berat. Auskulatasi dada akan ditemukan adanya suatu
pengembangan paru-paru yang berlebihan yang disertai wheezing atau bila sangat
berat
maka pada auskultasi dada hampir tidak terdengar apa-apa (Crockett, 1997).
Patofisiologi Asma
Asma dapat terjadi karena beberapa penyebab, seperti infeksi, allergen, refluks
saluran cerna, latihan fisik dan pajanan dingin. Karena adanya infeksi, allergen, dan
refluks saluran cerna mengakibatkan reaksi inflamasi. Saat terjadi inflamasi, terjadi
produksi eosinofil yang lebih banyak. Eosinofil mengakibatkan adanya degranulasi
sel
mast dan juga menarik sela darah putih. Kemudian menstimulasi produksi mucus.
Produksi mucus yang berlebihan mengakibatkan edema jaringan. Adanya edema
menyebabkan bronkokonstriksi. Selain itu, karena latihan fisik dan pajanan dingin
juga
dapat menyebabkan bronkokonstriksi. Penyempitan pada bronkus mengakibatkan
udara
tidak dapat keluar dari bronkus. Udara terperangkap pada bagian distal tempat
penyumbatan yang mengakibatkan hiperventilasi progresif dari paru. Karena
hiperventilasi progresif dari paru memaksa udara keluar dan terjadilah turbulansi arus
udara (Elizabeth, 2009).

Anda mungkin juga menyukai