Anda di halaman 1dari 11

Faktor prognostik untuk bertahan hidup setelah kekambuhan pertama pada kanker

payudara : sebuah analisis retrospektif dari 252 kasus berulang di satu lembaga
Abstrak
Pendahuluan Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pasien kanker payudara
primer dengan reseptor estrogen (ER)- status positif memiliki hasil yang lebih baik dari
segi interval kelangsungan hidup dan bebas penyakit secara keseluruhan (DFI). Namun,
25,5% pasien ER-positif kami mengalami kekambuhan. Penelitian ini bertujuan untuk
menetapkan faktor-faktor yang secara potensial memprediksi keberlangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama pada pengobatan pembedahan pasien dengan kanker
payudara derajat I-III.
Metode Kami secara restrospektif menganalisa 252 wanita dengan kanker payudara
berulang yang Telah menjalani pembedahan dan ditindaklanjuti di Rumah Sakit
Universitas Kyoto di Jepang. Umur, derajat klinis, derajat patologi, keterlibatan kelenjar
limfe axilla, status ER pada saat didiagnosis, status reseptor progesteron, status reseptor
faktor pertumbuhan epidermal manusia 2, metode operasi, kemoterapi adjuvan, terapi
endokrin adjuvan, pemakaian transtuzumab setelah kekambuhan, sisi kekambuhan, DFI,
dan waktu kekambuhan diperiksa atas kemungkinan pengaruh pada kelangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama.
Hasil Status ER positif dan status PR positif pada waktu didiagnosis secara signifikan
merupakan faktor yang menguntungkan dari keberlangsungan hidup setelah
kekambuhan pertama untuk pasien dengan kekambuhan, p < 0,001 dan p = 0,021,
masing-masing. Lebih dari dua sisi kekambuhan (p < 0,001) dihubungkan dengan waktu
keberlangsungan hidup yang lebih pendek setelah kekambuhan pertama pada analisis
multivariat. Keberlangsungan hidup pasien dengan kekambuhan kanker payudara terusmenerus meningkat dari 1980-1994 sampai 1995-2008, secara signifikan pada subgrup
ER-negatif.
Kesimpulan Status ER positif pada waktu didiagnosis adalah prediktor kuat untuk
keberlangsungan hidup yang menguntungkan setelah kekambuhan pertama. Waktu
keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama pada kanker payudara telah
meningkat terus-menerus pada dekade baru-baru ini. Kemajuan pengobatan dan sikap
tentang kanker payudara telah menyumbang perbaikan dalam keberlangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama.
Pendahuluan
Pasien kanker payudara mengikuti berbagai pelatihan klinis, bergantung pada

karakteristik tumor. Beberapa kambuh beberapa bulan setelah operasi, sementara yang
lain kambuh beberapa tahun kemudian. Pasien kanker payudara berulang biasanya
meninggal karena penyakitnya, tetapi waktu dari kekambuhan sampai kematian berbeda
secara nyata di antara pasien tersebut.
Faktor prognosis penting untuk menilai hasil dan menentukan pengobatan optimal.
Ketika pasien menganggap berada pada risiko tinggi kekambuhan, dokter harus
merencanakan tindak lanjut dan pengobatan secara hati-hati. Faktor prognosis
berhubungan dengan keberlangsungan hidup secara keseluruhan (OS) dan interval
bebas penyakit (DFI) telah dievaluasi secara luas. Selain itu, kami sebelumnya
melaporkan bahwa pasien reseptor estrogen (ER)-positif memiliki OS dan DFI yang
lebih baik berhubungan dengan faktor prognosis.
Pengobatan kanker payudara biasanya dikombinasi dengan pembedahan, kemoterapi,
terapi endokrin, terapi terget molekuler dan/atau terapi radiasi. Kemajuan baru dalam
pengobatan kanker payudara telah bermanfaat untuk beberapa populasi pasien. Ada
beberapa laporan mendokumentasikan perbaikan keberlangsungan hidup pasien kanker
payudara. Dalam penelitian kami sebelumnya, kami mendeskripsikan perpanjangan OS
atas waktu. Namun, 25,2% pasien ER-positif dalam penelitian kami sebelumnya
mengalami kekambuhan.
Kami menganalisa data secara retrospektif dari 252 pasien kanker payudara berulang
untuk menentukan faktor kemungkinan mempengaruhi hasil dan perubahan dalam
durasi keberlangsungan hidup atas waktu setelah kekambuhan pertama. Kami
menekankan bahwa penelitian ini berdasarkan pada hasil dari satu lembaga. Seperti
penelitian satu lembaga memiliki manfaat bahwa latar belakang pasien homogen dan
metode tindak lanjutnya konsisten.
Metode
Pasien
Penelitian ini disetujui oleh komite etik Universitas Kyoto. Dari 1980-2005, 922 pasien
wanita dengan kanker payudara derajat I-III menjalani pembedahan payudara dengan
pemotongan nodus limfatikus axilla di Rumah Sakit Universitas Kyoto. Dari 922 total
pasien, 252 (27,3%) pasien kanker payudara memiliki kekambuhan sebelum 31
Desember 2008. Karakteristik 252 pasien derajat I-III dengan kekambuhan dan 670
pasien tanpa kekambuhan ditunjukkan pada tabel 1. Semua pasien adalah wanita, dan
43,7% pasien dengan kekambuhan usianya lebih tua dari 55 tahun dan postmenopausal.
Penggolongan dejarat klinis (TNM) dan derajat patologi (pTNM) ditentukan oleh sistem
klasifikasi derajat UICC. Operasi konservasi payudara telah dilakukan sejak 1990.

Sebagai peraturan, semua pasien yang menjalani operasi konservasi payudara menerima
terapi radiasi untuk konservasi payudara.
Kebanyakan pasien diikuti di Rumah Sakit Universitas Kyoto, dan beberapa dari
mereka diikuti di Rumah Sakit Kitano, Osaka, Jepang, yang mana cabang rumah sakit
dari Rumah Sakit Universitas Kyoto, lebih dari 80% pasien memiliki organ tunggal
kambuh pada kekambuhan pertama, dan 17,5% pasien memiliki lebih dafi dua organ
kambuh pada kekambuhan pertama (tabel 2). Empat puluh persen pasien memiliki
kekambuhan jaringan lunak, 19,4% pasien memiliki metastase tulang, 17,5% pasien
memiliki metastase paru-paru atau pleura, dan 5,2% pasien memiliki metastase hepar.
Data patologi
Data patologi, termasuk jumlah metastase nodul limfa axilla (pN), statur ER, status
reseptor progesteron (PR), dan status reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia 2
(HER2), dievaluasi di Departemen Patologi di Rumah Sakit Universitas Kyoto. Metode
untuk menentukan status ER dan PR bervariasi selama periode penelitian. Status ER
dan PR telah ditentukan secara imunohistokimia (IHC) sejak 2000. Sebelum 2000, kami
mengevaluasi status ER dan PR dengan metode lapisan dextran charcoal atau dengan
enzym immunoassay (EIA). Status HER2 telah dievaluasi sejak 2000.
Enzym immunoassay
SRL Inc. (Tokyo, Jepang) mengerjakan pengukuran ini. Briefly, 0,5 g jaringan tumor
payudara diletakkan di tempat es kering segera setelah eksisi dan disimpan pada -80C
sampai proses untuk pengukuran biokimia rutin. Sebelum persiapan sitosol, lemak,
darah dan jaringan nekrosis dihilangkan dari setiap sampel dan dibuang, meninggalkan
potongan jaringan tumor antara 0,1 dan 0,2 g. Jaringan ini homogen dalam larutan
buffer dan disentrifus pada 4C selama 10 menit pada 800xg. Sitosol diperoleh dari
supernatan dengan sentrifugasi pada 4C selama 60 menit pada 105,000xg. Seratus
mikroliter sitosol dicairkan dengan 100 mikroliter spesimrn pencair. Konsentrasi
reseptor estrogen dalam spesimen sitosol cair ditentukan menggunakan kotak ER-EIA
dari Abbott Japan Co., Ltd (Tokyo, Jepang), menurut instruksi pabrik. Nilai ER 13
fmol/mg protein dan nilai PR 10 fmol/mg protein dianggap positif.
Immunohistokimia
Untuk IHC, kami menggunakan sistem Ventana HX BenchMark (Ventana Medical
Systems,Inc., Tucson, AZ, USA), menurut instruksi pabrik. Briefly, untuk informasi
antigen, informasi larutan (Ventana Medical Systems,Inc.) secara otomatis dituangkan

ke dalam bagian, dan dipanaskan pada slide pemanas sampai 100C selama 60 menit.
Aktivitas peroksidase endogen dipadamkan dengan cara merendamnya dalam 3%
hidrogen peroksida selama 4 menit. Bagian jaringan diinkubasi dengan antibodi primer,
antibodi monoklonal sampai ER (klon SP1, Ventana Medical Systems, Inc.), PR (klon
SP1, Ventana Medical Systems, Inc.) atau HER2 (klon 4B5, Ventana Medical Systems,
Inc.) selama 32 menit pada 42C. Pewarnaan imunoperoksidase dilakukan dengan
menggunakan I-VIEW DAB Universal Kit ( Ventana Medical Systems, Inc.) dan bagian
yang kontra diwarnai dengan hematoksilin. ER dan PR dianggap positif jika lebih dari
10% sel menunjukkan positif. Namun, indikasi terapi endokrin dipertimbangkan pada
pasien dengan sel positif kurang dari 10%. Status HER2 didefinisikan positif ketika skor
IHC 3+ atau HER2/ penyelidikan sentromer kromosom (CEP) 17 rasio lebih dari 2,2 di
fluoresensi hibridisasi in situ.
Terapi setelah operasi
Pasien menjalani pemeriksaan klinis dan darah setiap 3 bulan selama 10 tahun setelah
operasi di Rumah Sakit Universitas Kyoto dan Rumah Sakit Kitano. Pemeriksaan X-ray
dada, ultrasonografi abdomen, dan skintigrafi tulang diperlihatkan setiap tahun sebelum
2001. Setelah 2002, chest computed tomography digantikan pemeriksaan X-ray dada.
Pasien reseptor hormon positif biasanya menerima terapi endokrin selama sedikitnya 5
tahun. Tamoxifen digunakan untuk pasien postmonopausal. Tamoxifen dan toremifene
telah diterima sejak 1981 dan 1995, masing-masing. Medroxy-progesteron asetat
digunakan pada beberapa pasien. Luteinizing hormone-releasing hormone (LHRH)
analog digunakan untuk pasien postmonopausal setelah 1992. Generasi ketiga
penghambat aromatase telah diberikan pada pasien postmonopausal sejak 2001. Untuk
pasien dengan nodus positif atau tingkat nuklear tinggi, kemoterapi diberikan.
Kemoterapi oral, seperti tegafur (FT), carmofur (HCFU), tegafur-urasil (UFT), atau
doxifluridine (5DFUR), diberikan pada 1980an. Pada 1990an, monoterapi antrasiklin
diberikan. Taxan atau regimen yang mengandung antrasiklin digunakan setelah 2000.
Trastuzumab ditambahkan untuk pasien dengan tumor HER2 positif setelah 2008.
Pengobatan setelah kekambuhan
Pengobatan setalah kekambuhan bervariasi untuk masing-masing pasien. Tujuan
pengobatan untuk pasien berulang adalah memperpanjang hidup dan memelihara
kualitas hidup. Pertimbangan kondisi umum pasien, pengobatan dimulai berdasarkan
fenotip tumor berulang. Untuk pasien dengan reseptor hormon positif, terapi endokrin

diterapkan. Obat dipilih di antara penghambat aromatase, tamoxifen, analog LHRH,


toremifene dosis tinggi, atau medroxyprogesterone asetate. Untuk tumor negatif
rangkap tiga, kemoterapi diberikan. Kemoterapi paliatif lini pertama meliputi antrasiklin
atau taxane. Kemoterapi lini kedua kebanyakan berdasarkan non antrasiklin non taxane.
Untuk tumor ekspresi berlebih HER2, trastuzumab kombinasi dengan kemoterapi
diberikan setelah 2000. Untuk metastese tulang, biofosfonat diberikan. Jika dibutuhkan,
radioterapi ditambahkan.
Analisa statistik
Kami menganalisa secara statistik faktor prognosis berhubungan dengan waktu
keberlangsungan hidup dari kekambuhan pertama sampai meninggal. Kurva
kekambuhan hidup diperkirakan dengan metode Kaplan-Meier. Analisis univariat
dilakukan dengan tes log-rank dan analisis regresi univariat Cox dengan metode
eliminasi terbalik digunakan untuk memperkirakan rasio hazard dan mengidentifikasi
faktor prognosis independen. Analisis regresi logistik univariat digunakan untuk
menyelidiki kebebasan diantara tanggal kekambuhan (periode I: 1980-1994; periode II:
1995-2008) dan setiap faktor: umur pada operasi payudara primer, TMN, pTMN, pN,
status ER, status PR, status HER2, operasi payudara, terapi endokrin adjuvan,
kemoterapi adjuvan, sisi kekambuhan pertama, penggunaan trastuzumab setelah
kekambuhan, dan DFI. Semua melaporkan nilai p dua sisi, dan nilai di bawah 0,05
dianggap signifikan secara statistik. Semua analisa statistik dilakukan menggunakan
SAS versi 9,2 (SAS Institute, Inc., Cary, NC, USA).
Hasil
Faktor yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama
Dengan analisis univariat, pTNM (p = 0,009), pN (p = 0,024), status ER (p < 0,001),
status PR (p = 0,005), kemoterapi adjuvan (p = 0,038), sisi kekambuhan pertama (p =
0,001), DFI (p < 0,001), dan tanggal kekambuhan (p < 0,001) berhubungan dengan
keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama. Sementara itu, umur pada waktu
operasi primer payudara, TNM, status HER2, operasi payudara, terapi endokrin
adjuvan, dan penggunaan trastuzumab setelah kekambuhan tidak memiliki hubungan
dengan keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama (tabel 3).
Status

reseptor

estrogen

dan

status

PR

berhubungan

kuat

dengan

waktu

keberlangsungan hidup setelah kekambuhan. Analisis Kaplan-Meier menyatakan bahwa


pasien ER positif menunjukkan lebih banyak tingkat keberlangsungan hidup yang
menguntungkan sepanjang 10 tahun setelah kekambuhan pertama daripada pasien ER

negatif (gambar 1a). Nilai positif ER merupakan prediktor kuat pada pasien pre dan post
menopause (p < 0,001).
Sisi kekambuhan pertama secara signifikan berhubungan dengan keberlangsungan
hidup setelah kekambuhan pertama. Pasien dengan metastase hepar dan metastase lebih
dari dua organ menunjukkan tingkat keberlangsungan hidup yang buruk daripada
mereka dengan metastase tunggal dari jaringan lunak, paru-paru/ pleura, atau metastase
tulang. Sisi lain, pasien ER negatif cenderung memiliki DFI yang lebih pendek (tabel
2). Tidak ada pasien yang sisi kekambuhan pertamanya adalah otak.
Pasien dengan DFI yang lebih panjang memiliki tingkat keberlangsungan hidup yang
lebih baik setelah kekambuhan pertama daripada mereka dengan DFI yang lebih pendek
(gambar 1c).
Faktor prognosis independen setelah kekambuhan pertama
Dengan analisis multivariat, status ER (p < 0,001), sisi kekambuhan pertama (p <
0,001), waktu kekambuhan pertama (p < 0,001), status PR (p = 0,031), dan DFI (p =
0,033) bernilai signifikan dan faktor independen mempengaruhi keberlangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama (tabel 4). Khususnya, rasio hazard pada pasien ER positif
adalah 0,351 [95% interval kepercayaan (CI) 0,228-0,540] dibandingkan dengan pasien
ER negatif setelah penyesuaian sisi kekambuhan, waktu kekambuhan, status PR, dan
DFI. Waktu kekambuhan pertama masih signifikan pada analisis multivariat.
Perubahan kronologis dalam keberlangsungan hidup setelah kurva kekambuhan pertama
Jumlah pasien yang kambuh pada periode I (1980-1994) dan periode II (1995-2008)
adalah 87 dan 165 (tabel 5), masing-masing. Pada periode I, persentase pasien dengan
tingkat patologi I, II, III adalah 6,9; 36,8; dan 56,3%, masing-masing. Sementara itu,
periode II, persentase pasien dengan tingkat patologi i dan II meningkat sampai 13,3
dan 47, 9%, masing-masing. Namun, persentase pasien dengan tingkat patologi III
menurun sampai 38,8% pada periode II. Persentase pasien yang menjalani operasi
keonservasi payudara pada periode I dan periode II adalah 1,1 dan 43,6%, masingmasing. Pada periode I, tidak ada pasien yang menerima inhibitor aromatase sebagai
terapi endokrin adjuvan dan trastuzumab setelah kekambuhan. Dengan analisis
multivariat, tanggal kekambuhan berhubungan dengan waktu keberlangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama (rasio hazard 0,503, p < 0,001, tabel 4). Keberlangsungan
hidup setelah kekambuhan pertama secara signifikan meningkat dari periode I ke
periode II (p < 0,001, gambar 2a). Dari periode I ke periode II, rata-rata waktu
keberlangsungan hidup adalah 967 hari (2,65 tahun) dan 1831 hari (5,02 tahun),

masing-masing. Keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama diperbaiki pada


subgrup ER positif dan ER negatif (gambar 2b, c). Pada subgrup ER positif, rata-rata
waktu keberlangsungan hidup adalah 1520 hari (4,16 tahun) dan 2569 hari (7,04 tahun)
untuk periode I dan periode II, masing-masing (p = 0,053). Pada subgrup ER negatif,
rata-rata waktu keberlangsungan hidup adalah 660 hari (1,808 tahun) dan 879 hari (2,41
tahun) untuk periode I dan periode II, masing-masing (p = 0,022).
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kronologis perubahan keberlangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama
Untuk menentukan faktor yang berkontribusi terhadap perubahan kronologis dalam
keberlangsungan hidup, kami menggunakan analisis regresi logistik univariat. TNM
patologi (p = 0,024), operasi payudara (p < 0,001), kemoterapi adjuvan (p = 0,014), dan
DFI (p < 0,001) memiliki hubungan yang signifikan dengan perbaikan kronologi dalam
keberlangsungan hidup (tabel 6). Pasien pada periode II memiliki tingkat yang lebih
awal, DFI yang lebih panjang, dan menerima lebih banyak operasi konservasi payudara
dan lebih banyak kemoterapi adjuvan intravena daripada pasien dalam periode I.
Diskusi
20 sampai 30% pasien kanker payudara awal mengalami kekambuhan. Kursus
pengobatan untuk pasien ini ditentukan berdasarkan pohon keputusan Hortobagy.
Ketika pasien didiagnosis kanker payudara berulang, status reseptor hormon, DFI,
umur, dan status menopause awalnya dinilai. Ketika penyakit merespon hormon dan
tidak mengancam jiwa, pasien menerima terapi endokrin lini pertama. Jadi, ER status
merupakan faktor penting pertama pembuat keputusan.
Kami sebelumnya melaporkan bahwa status ER merupakan faktor prognosis yang
menguntungkan dari OS dan DFI. Pada penelitian ini, kami menunjukkan bahwa status
ER dan status PR pada waktu operasi merupakan prediktor independen untuk
keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama (tabel 4). Walaupun proses
penilaian berubah, positifitas ER tetap menjadi prediktor kuat sepanjang periode
penelitian kami. 5 tahun tingkat keberlangsungan hidup setelah kekambuhan paertama
pada pasien ER negatif adalah 27% (95% CI 17-37%), sementara pasien ER positif 54%
(95% CI 42-64%). Hasil ini mengkonfirmasi beberapa laporan yang mendeskripsikan
status ER sebagai prediktor terbaik terhadap keberlangsungan hidup setelah
kekambuhan pertama kanker payudara. Pada penelitian kami saat ini, status HER2
positif tidak mengindikasikan prognosis buruk dengan statistik signifikan. Hal ini
disebabkan oleh sedikit pasien dengan penegasan status HER2, karena penilaian HER2

mulai pada 2000.


Dengan analisis univariat, status nodus limfatikus axilla berhubungan dengan
keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama (p = 0,024). Namun, berdasarkan
analisis multivariat, nodus limfatikus axilla bukan merupakan faktor independen yang
menentukan keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama. Ada beberapa
laporan analisis multivariat yang menunjukkan status nodus limfatikus axilla
berhubungan secara independen dengan keberlangsungan hidup setelah kekambuhan
pertama, sementara laporan lainnya menunjukkan bahwa status nodus limfatikus axilla
mengindikasikan kemungkinan kambuh tetapi tidak mempengaruhi panjangnya
keberlangsungan hidup setelah kambuh. Pada penelitian ini, DFI juga merupakan faktor
prognosis independen dari keberlangsungan hidup setelah kekambuhan pertama. Clark
et al. dan Insa et al. melaporkan bahwa DFI menyajikan informasi independen untuk
memprediksi keberlangsungan hidup pasien setelah kambuh, sementara Koenders et al.
mengamati tidak ada hubungan antara keberlangsungan hidup dari deteksi pertama
metastase dan DFI. Selain itu, Howell et al. melaporkan bahwa tidak ada perbedaan
signifikan antara pasien dengan tumor reseptor positif dan reseptor negatif pada interval
bebas kambuh, tetapi keberlangsungan hidup dari kekambuhan pertama lebih panjang
pada pasien dengan tumor reseptor positif. Satu alasan untuk perbedaan ini mungkin
disebabkan oleh perubahan kronologi dari terapi adjuvan.
Sisi kekambuhan awal merupakan faktor penentu penting untuk memprediksi
keberlangsungan hidup dari waktu kekambuhan awal. Ada beberapa laporan
mengindikasikan status ER positif bernilai signifikan berhubungan dengan tingkat
metastase tulang yang lebih tinggi. Pada penelitian ini, 53,1% pasien dengan metastase
tulang merupakan ER positif, dan 34,7% pasien dengan metastase tulang merupakan ER
negatif (tabel 2). 5 tahun setelah kekambuhan tingkat keberlangsungan hidup adalah
55% (95% CI 39-69%) pada pasien dengan sisi kekambuhan pertama adalah tulang,
tetapi hanya 13% (95% CI 1-43%) pasien dengan hepar sebagai sisi kekambuhan
pertama (gambar 1b), dan analisis multivariat menunjukkan sisi dominan pertama
metastase secara independen berhubungan dengan keberlangsungan hidup setelah
kekambuhan seperti yang ditunjukkan yang lainnya. Pada penelitian kami saat ini, lebih
dari dua sisi metastase memprediksikan hasil yang buruk. Metastase multipel berarti
bahwa sel kanker menyebar luas. Beberapa pasien timbul jumlah dan sisi penyakit
metastase terbatas. Oligometastasis merupakan bentuk yang mendeskripsikan kapasitas
metastase tumor terbatas dan berhubungan dengan prognosis yang lebih baik. Pasien
dengan oligometastase beberapa dapat diobati mengikuti terapi pembedahan. Pasien
dengan lebih dari dua sisi organ melibatkan banyaknya penyimpangan dari konsep ini

dan pengobatan kurang. Metastase hepar juga berhubungan dengan prognosis buruk,
karena hal itu berarti penyebaran sel kanker dan mengarah ke mortalitas awal. Bahkan
di antara pasien dengan metastase hepar, adanya metastase multipel merupakan
prognosis yang lebih buruk setelah reseksi hepar.
Waktu kekambuhan pertama adalah satu faktor prognosis keberlangsungan hidup
setelah kekambuhan pertama (tabel 4). Kurva keberlangsungan hidup setelah
kekambuhan pertama sembuh dari 1980-1994 sampai 1995-2008 (gambar 2). Kami
sebelumnya melaporkan bahwa OS dari pasien kanker payudara primer pada lembaga
kami sembuh secara signifikan dari 1982-1989 sampai 1990-2003. Perbaikan dari OS
disarankan untuk merefleksikan perbaikan dalam keberlangsungan hidup setelah
kekambuhan pertama.
Pada analisis regresi logistik, operasi payudara dan kemoterapi adjuvan adalah terapifaktor yang berhubungan berkontribusi untuk memperbaiki keberlangsungan hidup
seiring waktu (tabel 6). Dalam pandangan operasi payudara, mastektomi sebagian
diterapkan untuk tumor yang ukurannya relatif kecil dan kanker payudara derajat awal.
Sisa payudara setelah mastektomi sebagian umumnya menerima teraoi radiasi. Terapi
radiasi telah dilaporkan mengurangi kanker payudara- berhubungan dengan mortalitas.
Terapi radiasi disarankan untuk mempengaruhi hasil dalam tambahan pembedahan
payudara.
Kemoterapi adjuvansecara dramatis berubah pada seperempat abad yang lalu.
Kemoterapi oral merupakan aliran utama pada 1980an di lembaga kami. Obat baru,
seperti taxane, trastuzumab- kombinasi kemoterapi, atau antrasiklin- kandungan
regimen, telah tersedia sejak 2000. Percobaan acak telah mendemonstrasikan bahwa
obat tersebut memperbaiki keberlangsungan hidup. Kami tidak mengidentifikasi obat
spesifik sebagai kontribusiuntuk memperbaiki keberlangsungan hidup sepanjang waktu,
tetapi kami menganggap bahwa peningkatan kemoterapi adjuvan secara umum
berkontribusi semua untuk menghapus tren. Sebagai terapi endokrin adjuvan, modulator
reseptor estrogen selektif seperti tamoxin diterima pada1981, dan generasi ketiga
inhibitor aromatase telahdijalankansejak 2001 di Jepang.Padapenelitianini,
jumlahpasiendiberikan inhibitor aromatase sebagaikemoterapiadjuvansangankecil,
sepertidampakpadaperbaikansepanjangwaktu yang munculdiminimalkan.Hal
inimendukungpandanganbahwaterapiendokrinadjuvantidakmempengaruhiperubahankro
nologi.
Jenispengobatan yang tersediasetelahkekambuhanbervariasidenganmasingmasingindividu.Pasien ER
negatifbiasanyamenerimakemoterapisetelahkekambuhan.Padatahunbelakanganini,

banyakobatbaruuntukmetastasekankerpayudaratelahmuncul, contohnya, capetabkn,


trastuzumab, vinorelbin, dangemcitabin,
tambahanuntuktaxandanantrasiklin.Trastuzumabjugatelahmemperbaikikeberlangsungan
hiduppasien HER2 positif, walaupunpenelitian kami
tidakmendukungsecaraseignifikan.Sebagaitambahankemoterapiatauterapi target
molekuler, variasiluasterapiendokrindigunakansetelahkekambuhanpadabanyakpasien
ER positif. Obatyanbmungkinbermanfaatuntukpasien ER positifmeliputi inhibitor
aromatase, tamoxifen, analog LHRH, toremifendosistinggi,
danmedroksilprogesteronasetat. Kami
mendokumentasikanpentingnyameningkatkajumlahobat yang disetujui yang
memungkinkankeberlangsunganhidup yanglebihbaiksetelahkekambuhan.
Kurvakeberlangsunganhidupmenunjukkanperbaikan di keduasubgrup ER positifdan ER
negatif.Khususnyasubgrup ER negatif,
keberlangsunganhidupsetelahkekambuhanpertamameninhkatsecarasignifikan (p =
0,022). Hasil kamiberbedadenganlaporan Andre et al. danShigematsu et al.
Merekamelaporkanbahwasubgrupreseptorhormonpositifmemilikiperbaikankeberlangsun
ganhidup yang lebihbaik.Padalembaga kami, kemoterapiadjuvantelahberubahdariterapi
oral keterapi multi intravena.Padaanalisisnlogistikunivariat,
kemoterapiadjuvanmerupakansalahsatufaktorkontribusipadaperubahankronologikeberla
ngsunganhidup.Hasil kami
mengindikasikanbahwaperbaikankeberlangsunganhiduptelahdipimpinolehperubahandal
amkemoterapiadjuvan.
Patologi TNM
merupakanfaktorkontribusiuntukperubahandalamkeberlangsunganhidupsepanjangwaktu
.Hal inimendorong kami
untukberspekulasibahwalebihbanyakwanitamenjalaniskriningkankerpayudara,
meliputimamografi,
danolehkarenaitumencaripengobatanpadakankerpayudaraderajatawal, yang
telahmenghasilkanhasil yang lebihbaik.
Interval bebaspenyakitjugasalahsatufaktor yang
signifikanmempengaruhiperubahankronologi.Hal inilayakdianggapbahwa DFI
diperpanjangkarenakemajuandalamterapiadjuvandankesadaranpasienkankerpayudaraleb
ihbaik.Perpanjangan DFI
jugaberdampakpadapengamatanperbaikantidakhanyapadakeberlangsunganhidupsepanja
ngwaktu, tetapijugapadakeberlangsunganhidupsetelahkekambuhanpertama.Faktorfaktorpastisepertiperilakudaripasiendankeluarganyaataumetodefollo up

dapatberpengaruhpadapeningkatankeberlangsunganhidup.Hasilinimemberikankitaharap
anmasakeberlangsunganhidupsetelahkekambuhanpertamaakanmenjadilebih lama
kedepannya.
Kesimpulan
Rentetanpemeriksaanpasienpadapenelitianinimenunjukkan status ER positifpadasaat
diagnosis yang dapatdihubungkandenganpeningkatan OS, DFI,
danwaktukeberlangsunganhidupsetelahkekambuhanpertamadarikankerpayudara.Bagaim
anapunjuga, lokasikekambuhan, status PR saat diagnosis, DFI,
dantahunkekambuhanmerupakanhasilfaktorprediktor.Waktukeberlangsunganhidupsetela
hkekambuhanpertamakankerpayudaraterusmeningkatdalamdekadeterakhir,
secarasignifikanpadasubgrup ER negatif.Kami
menyimpulkanbahwakemajuanpengobatandanperilakutentangkankerpayudaramemilikik
ontribusidalampeningkatanwaktukeberlangsunganhidupsetelahkekambuhanpertama.

Anda mungkin juga menyukai