Anda di halaman 1dari 4

A.

Definisi Endometriosis
Endometriosis didefinisikan sebagai adanya jaringan endometrium (kelenjar dan
stroma) di luar rongga rahim normal (Pramanik et al.,2014).
Pramanik
endometriosis

SR, Mondal
:

S, Paul

rarity.

S, Joycerani D., 2014.

Primary

Hum

7(4)

Reprod

Sci.

umbilical

269-71.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25624663
Endometriosis (EM) adalah adanya jaringan endometrium di luar rahim dan
berhubungan dengan kejadian peradangan intrapelvic kronis. Tempat yang paling sering di
ovarium tetapi dapat muncul di rongga panggul, peritoneum, atau organ panggul lainnya
dan organ-organ yang jauh seperti paru-paru, pleura dan otak (Zhao et al., 2015).
Zhao Y, Liu YN, Li Y, Tian L, Ye X, Cui H, Chang XH., 2015. Identification of
biomarkers for endometriosis using clinical proteomics. Chin Med J (Engl).
20;128(4):520-7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25673457

B. Patofisiologi Endometriosis
Mekanisme terjadinya endometriosis belum diketahui secara pasti6 dan sangat
kompleks, berikut ini beberapa etiologi endometriosis yang telah diketahui:
1. Regurgitasi haid
2. Gangguan imunitas
3. Luteinized unruptured follicle (LUF)
4. Spektrum disfungsi ovarium
Mekanisme Perkembangan Endometriosis :
Penyusukan sel endometrium dari haid berbalik (Sampson)
Metaplasia epitel selomik (Meyer-iwanoff)
Penyebaran limfatik (Halban-Javert) dan Vaskuler (Navatril)
Sisa sel epitel Muller embrionik (von recklinghausen-Russel)
Perubahan sel genitoblas (De-Snoo)
Penyebaran iatrogenik atau pencangkokan mekanik (Dewhurst)
Imunodefisiensi lokal
Cacat enzim aromatase
Darah haid yang berbalik ke rongga peritoneum diketahui mampu berimplantasi
pada permukaan peritoneum dan merangsang metaplasia peritoneum. Kemudian
merangsang angiogenesis. Hal ini dibuktikan dengan lesi endometriosis sering dijumpai
pada daerah yang meningkat vaskularisasinya. Pentingnya selaput mesotelium yang utuh
dapat dibuktikan pada penelusuran dengan mikroskop elektron, terlihat bahwa serpih haid

atau endometrium hanya menempel pada sisi epitel yang selaputnya hilang atau rusak.
Lesi endometriosis terbentuk jika endometrium menempel pada selaput peritoneum. Hal
ini terjadi karena pada lesi endometriosis, sel, dan jaringan terdapat protein intergin dan
kadherin yang berpotensi terlibat dalam perkembangan endometriosis. Molekul perekat
haid seperti (cell-adhesion molecules, CAMs) hanya ada di endometrium, dan tidak
berfungsi pada lesi endometriosis.
Teori pencangkokan Sampson merupakan teori yang paling banyak diterima untuk
endometriosis peritoneal. Semua wanita usia reproduksi diperkirakan memiliki
endometriosis peritoneal, didasarkan pada fakta bahwa hampir semua wanita dengan tuba
falopi yang paten melabuhkan endometrium hidup ke rongga peritoneum semasa haid dan
hampir semua wanita mengalami endometriosis minimal sampai ringan ketika dilakukan
laparoskopi. Begitu juga ditemukannya jaringan endometriosis pada irisan serial jaringan
pelvik pada wanita 40 tahunan dengan tuba falopi paten dan siklus haid normal. Walaupun
demikian tidak setiap wanita yang mengalami retrograde menstruasi akan menderita
endometriosis.
Baliknya darah haid ke peritoneum, menyebabkan kerusakan selaput mesotel.
sehingga memajankan matriks extraseluler dan menciptakan sisi perlekatan bagi jaringan
endometrium. Jumlah haid dan komposisinya, yaitu nisbah antara jaringan kelenjar dan
stroma serta sifat-sifat biologis bawaan dari endometrium sangat memegang peranan
penting pada kecenderungan perkembangan endometriosis. Setelah perekatan matriks
ekstraseluler, metaloperoksidasenya sendiri secara aktif memulai pembentukan ulang
matriks ekstraseluler sehingga menyebabkan invasi endometrium ke dalam rongga
submesotel peritoneum. Dalam biakan telah ditemukan bahwa penyebab kerusakan sel-sel
mesotel adalah endometrium haid , bukan endometrium fase proliperatif, kerusakan
endometrium ditemukan sepanjang metastase. Kemungkinan pengaruh buruk isi darah
haid telah dipelajari pada biakan gabungan dengan lapisan tunggal sel mesotel, terlihat
bahwa endometrium haid yang luruh, endometrium haid yang tersisip, serum haid dan
medium dari jaringan biakan haid, menyebabkan kerusakan hebat sel-sel mesotel,
kemungkinan berhubungan dengan apoptosis dan nekrosis.
Endometriosis merupakan penyakit yang bergantung dengan kadar estrogen akibat
P450 aromatase dan defisiensi 17 beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase. Aromatase
mengkatalisis sintesis estron dan estradiol dari androstenedion dan testosteron, dan berada
pada sel retikulum endoplasma. Pada sel granulosa 17 beta-hidrohidroksisteroid
dehidrogenase mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah (estron).
Endometrioma dan invasi endometriosis ekstraovarium mengandung aromatase kadar

tinggi., faktor pertumbuhan, sitokin dan beberapa faktor lain berperan sebagai pemacu
aktivitas aromatase melalui jalur cAMP. 17beta-hidrohidroksisteroid dehidrogenase
mengubah estrogen kuat (estradiol) menjadi estrogen lemah (estron) yang kurang aktif,
yang tidak ditemukan pada fase luteal jaringan endometriosis. Hal ini menunjukkan
adanya resistensi selektif gen sasaran tertentu terhadap kerja progesteron. Resistensi juga
terjadi dilihat dari gagalnya endometriosis untuk beregresi dengan pemberian progestin.
Diferensiasi klasik sel-sel endometrium bergantung pada hormon steroid sex dapat
dibatalkan oleh beberapa faktor, seperti : interferon-gamma yang dilepas di dalam
endometrium eutopik pada sambungan endometrio-miometrium. Secara invitro telah
diketahui mekanisme yang mendasari polarisasi spasial endometrium eutopik menjadi
lapisan basal dan superfisial. Lapisan basal merupakan sisi metaplasia siklik aktif sel-sel
stroma endometrium basal untuk menjadi miofibroblas atau sebaliknya. Aktivitas
morfologis endometrium terlaksana di dalam lapisan superfisial oleh pradesidualisasi dan
perdarahan haid, sedangkan di kompartemen zona lapisan basal oleh metaplasia dan
diferensiasi otot polos secara siklik. Peritoneum bereaksi terhadap serpihan darah haid,
berupa berhentinya perekatan sel-sel endometrium yang viable ke peritoneum, yang
kemudian dapat berubah bentuk menjadi lesi endometriosis. Dalam hal ini ikut berperan
faktor imunologi. Sistem imunitas yang terdapat dalam aliran darah peritoneal berupa
limfosit B,T, dan Natural Killer (NK). Kemudian terjadi pengaktifan makrofag9 namun
tidak dapat membersihkan rongga pelvik dari serpih darah haid. Aktitas sel NK menurun
pada penderita endometriosis sehingga menyebabkan penurunan imunitas seluler
(Matthew Latham Macer and Hugh, 2012).
Matthew Latham Macer, M.D. and Hugh S. Taylor, M.D . 2012.
Endometriosis and Infertility: A review of the pathogenesis and
treatment of endometriosis-associated infertility. Obstet gynecol Clin
North

Am.

39(4)

:535-549.

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3538128/

5. Diagnosis banding
1. Inflamasi Pelvic (PID)
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram, memperlihatkan secara relative
pembesaran ovarium kiri (pada pasien dengan keluhan nyeri).
2. Adenomiosis uteri

Adenomiosis uteri menimbulkan gejala yang mirip dengan endometriosis yaitu


dismenore, dispareunia dan rasa berat diperut bawah terutama dalam masa prahaid.
3. Kehamilan Ektopik
Pada pemeriksaan endovaginal sonogram memperlihatkan ring sign pada tuba,
dengan dinding yang tebal disertai cairan yang bebas disekitarnya. Tidak ada
pembuahan intrauterine
4. kista ovarium
Kista ovarium dengan endometriosis ovarii dapat menimbulkan kesukaran dalam
diagnosis diferensial, kista ovarium yang besar dapat menyebabkan rasa tidak nyaman
dalam perut dan dapat menekan vesica urinaria sehongga terjadi ketidak mampuan untuk
mengosongkan kandung kemih secara sempurna (Zhao et al., 2015).
Zhao Y, Liu YN, Li Y, Tian L, Ye X, Cui H, Chang XH., 2015. Identification of
biomarkers for endometriosis using clinical proteomics. Chin Med J (Engl).
20;128(4):520-7. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25673457

Anda mungkin juga menyukai