Penguji:
Dr. Maria Poluan, SpKj, MARS
Disusun oleh :
Suvitriati Sapari
0810221046
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
: Tn. S
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 29 tahun
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Pendidikan terakhir
: SLTA
Status Pernikahan
: Belum Menikah
Pekerjaan
Alamat
Tanggal Masuk RS
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 6 Februari 2012 dan selama
perawatan di Paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto, alloanamnesis dengan perawat bangsal
melalui wawancara langsung pada tanggal 18 Januari dan tanggal 6 Februari 2012 dan
catatan masuk poliklinik 12 Desember 2012, mengingat keluarga pasien seluruhnya tidak ada
yang bisa dihubungi.
RIWAYAT PSIKIATRI
A. Keluhan Utama
Pasien sering merasa ketakutan akan adanya jin, setan dan Tuhan.
B. Riwayat Gangguan Sekarang
Pada tanggal 12 Desember 2011 pukul 11.00 WIB, pasien diantar oleh teman satu
Batalyon dan komandan dari Kesatuan pasien ke Paviliun Amino RSPAD Gatot Subroto.
Menurut perawat dan pasien dirinya sudah berulang kali di rawat di Paviliun Amino RSPAD
Gatot Subroto (belasan kali menurut pasien). Pasien dibawa ke Paviliun Amino karena pasien
tersesat sehingga tidak dapat kembali setelah kabur dari Batalyon dan sering merasa
ketakutan. Pasien juga tidak mau menjawab pertanyaan dan hanya diam saja. Pasien
mengatakan bingung dengan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh orang-orang
sehingga pasien diam saja. Apabila pasien menjawab, jawabannya sering tidak sesuai dengan
pertanyaannya. Perilaku pasien memang sudah aneh semenjak dipindahtugaskan dari
Kesatuan yang lama.
2
Kejadian yang membuat pasien kabur dari Batalyon, diawali saat pasien dipulangkan
dari bangsal Paviliun Amino. Pasien kembali ke kampung halaman selama 1 bulan.
Kemudian pasien kembali ke Batalyon untuk bertugas lagi, namun 1 minggu kemudian
pasien ingin pulang kembali ke kampungnya dan kabur dari Batalyon. Saat kabur, pasien
hanya dapat sampai ke Cirebon dan tidak dapat kembali ke Batalyon ataupun ke kampung
halamannya. Menurut pasien, dirinya kabur dari Batalyon karena merasa bosan dengan
rutinitas di Batalyon karena pasien tidak dituntut untuk melakukan pekerjaan tertentu. Pasien
hanya sering disuruh untuk mengikuti apel dan bersih-bersih markas (ngepel lantai, nyapu)
dan pasien mengatakan sering merasa ketakutan. Keluhan ketakutan karena adanya jin, setan
dan Tuhan setiap saat. Pasien juga merasa ketakutan ada roh-roh halus yang masuk tidak
berbentuk, takut di santet, merasa di kutuk oleh Tuhan karena menjadi PKI tapi pasien merasa
bukan PKI. Pasien juga takut karena sering menonton film primitif dengan adegan Hanibal.
Namun pasien kadang punya keberanian, untuk mengatasi rasa ketakutannya pasien
mempunyai jimat dari guru atau dukun maupun dari diri sendiri berupa cincin dan alquran
yang diyakini dapat mengusir hantu sehingga pasien merasa aman dan tidak takut lagi. Pasien
menganggap Tuhan itu curang, bikin orang sakit, Tuhan buat surga tapi juga buat neraka.
Pasien merasa bisa melawan kekuatan Tuhan dengan jimatnya maupun kekuatan Cinta dari
Tuhan. Pasien sempat berkeinginan untuk membunuh Tuhan. Pasien berniat menjadi manusia
super.
Walaupun ada niat seperti diatas, pasien masih sampai sekarang taat beribadah secara
Islam, maupun berdoa cara agama Kristen, karena pasien sering berperilaku aneh, berbicara
ngelantur, dan tidak mau melakukan pekerjaannya.Akhirnya pasien di jemput kembali ke
Batalyon dan dibawa ke rumah sakit RSPAD Gatot Subroto.
Selama dirawat di bangsal Paviliun Amino, pasien semakin hari merasa semakin
tenang. Namun kebutuhan pasien untuk tidak merokok masih saja sulit untuk ditahan,
sehingga pasien sering meminta sebatang rokok kepada siapapun yang ditemuinya. Pasien
juga merasa tidurnya nyenyak dan nafsu makannya baik walau terkadang bosan dengan menu
yang hampir sama setiap harinya.
C. Riwayat Gangguan Sebelumnya
Riwayat Gangguan Psikiatri
Tidak ada data yang tepat mengenai riwayat perawatan gangguan psikiatri yang
dialami pasien, selain itu juga tidak ada data yang didapat dari orang tua dan keluarga pasien.
Menurut perawat dan pasien, dirinya sudah berulang kali di rawat di Paviliun Amino RSPAD
Gatot Subroto (belasan kali menurut pasien).Pasien sering meminum obat tidak teratur
dikarenakan tidak ada orang yang dapat selalu mengawasinya minum obat dan pasien jarang
kontrol apabila obat habis.
Menurut pasien, pasien mulai sakit setelah pasien kembali dari tugas militer di Ambon
pada tahun 2004, selama lebih kurang 1 tahun 4 bulan. Pada saat bertugas, pasien bercerita
bahwa temannya meninggal di depan matanya. Pasien kemudian kembali ke Batalyon Armed
dan terjadi perubahan perilaku seperti menjadi penyendiri, pendiam, serta tidak berinteraksi
dengan lingkungan.
Menurut perawat dan pasien, pertama kali pasien di rawat pada tahun 2006. Menurut
pasien, keluhan utama pasien saat itu merasa sakit mata, radang, darah keluar dari pori-pori
mata. Pasien juga merasa ketakutan ada roh-roh halus yang masuk tidak berbentuk, takut di
santet, merasa di kutuk oleh Tuhan karena menjadi PKI tapi pasien merasa bukan PKI. Pasien
di rawat 1 bulan 1 minggu. Sejak saat itu, pasien keluar masuk bangsal Paviliun Amino.
Pada pertengahan tahun 2010, pasien dipindahtugaskan ke Batalyon Kesehatan
(Yonkes) I Kostrad Bogor dikarenakan kondisinya tersebut. Selama di Yonkes, pasien tidak
diberikan tugas wajib. Pasien hanya diminta untuk apel dan bersih-bersih markas. Tidak lama
setelah pasien dipindahkan, pasien dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto dan dirawat. Setelah
selesai perawatan, pasien dipulangkan kembali ke Yonkes. Namun tidak lama kemudian
(tidak sampai 1 bulan) pasien berperilaku aneh dengan bertelanjang bulat dikarenakan pasien
merasa tidak suci lagi dan ingin memotong alat kelaminnya dengan golok, sehingga pasien
dibawa kembali ke RSPAD. Apabila ditanya, pasien menjawab pertanyaan namun tidak
sesuai.
Selama di Yonkes pasien mengatakan tidak bisa diam dengan berjalan-jalan terus.
Ketika ditanyakan alasannya, pasien mengatakan ada bisikan-bisikan yang menyuruhnya
seperti itu. Di Masjid Yonkes, pasien sering melihat hantu berupa sosok manusia namun
hanya memiliki setengah potongan horizontal tubuh manusia dari pinggang ke kaki.
Menurutnya, hantu tersebut hanya menakut-nakuti pasien dengan menampakkan sosoknya
tetapi tidak mengeluarkan suara apapun sehingga pasien menjadi ketakutan dan menggigil.
Untuk mengatasi rasa ketakutannya pasien mempunyai jimat berupa cincin dan alquran yang
diyakini dapat mengusir hantu sehingga pasien merasa aman dan tidak takut lagi.
Pada bulan Januari 2011 pasien dibawa ke RSPAD karena bicara kacau dan
perilakunya aneh. Pasien kemudian dirawat di Paviliun Amino.
Pada bulan April 2011 setelah dirawat 4 bulan, pasien diperbolehkan pulang ke
Yonkes.
Menurut pernyataan pasien, dirinya bolak-balik di rawat karena halusinasi imajinasi
dan kalau pulang dari perawatan biasanya pergi ke guru ngaji atau dukun. Menurut mereka
( guru ngaji atau dukun) tidak ada kelainan.
Riwayat Penyakit Medis
Menurut pernyataan pasien, pasien pernah menderita penyakit malaria pada saat
operasi militer ke daerah Samolaki, Ambon sekitar tahun 2005. Awal mulanya pasien diberi
minuman keras oleh seniornya, setelah itu pasien merasa menggigil sehingga dibawa ke
Rumah Sakit di kesatuannya. Setelah dirawat selama 2 minggu dan tidak ada perubahan,
pasien dirujuk ke Rumah Sakit Kesdam Pattimura di Ambon. Setelah kondisi pasien
membaik, pasien diperbolehkan pulang dan melakukan rawat jalan di Rumah Sakit di
kesatuannya. Pasien mengatakan semenjak kecil hingga sekarang, pasien tidak pernah
mengalami kejang, trauma atau luka fisik, pingsan, maupun kehilangan kesadaran yang
disebabkan oleh sebab apapun.
Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat Psikoaktif
Pasien mengatakan mulai merokok sejak SLTP. Hal tersebut pasien lakukan karena
terpengaruh oleh teman-temannya dan bahkan didukung oleh Ayahnya yang memang
perokok. Pasien merokok makin lama makin sering frekuensinya, dari satu batang per hari
hingga satu bungkus per hari. Sampai sekarang pasien masih suka merokok walau
frekuensinya agak berkurang. Pasien sering diingatkan oleh dokter yang memeriksa pasien
untuk berhenti merokok, namun pasien mengatakan susah untuk berhenti merokok, apalagi
didukung oleh lingkungan terdekat pasien yang memang banyak orang merokok.
Pasien juga mengatakan pernah mengkonsumsi minuman beralkohol. Pertama kali
pasien mengkonsumsi minuman anggur ketika pasien bersekolah di SLTA karena dipengaruhi
oleh teman dekatnya. Ketika di kesatuan, pasien semakin sering minum minuman keras dari
mulai anggur hingga bir putih. Frekuensi pasien minum minuman keras makin hari semakin
sering karena disuruh oleh senior di kesatuannya. Hal ini didukung karena pasien sering
bersama senior dan teman-temannya pergi ke Diskotik. Tidak hanya minuman keras, pasien
juga mengaku pernah mengkonsumsi obat jenis ektasi, namun hanya dikonsumsi bila diberi
oleh seniornya.
3. Riwayat Pernikahan
Menurut pasien, dirinya belum menikah, dan saat ini pasien sudah memiliki kekasih.
Pasien mengatakan ingin segera menikah.
4. Agama
Menurut pasien, dirinya beragama Islam dan pasien cukup taat menjalankan ibadah
agama seperti berdoa dan sholat 5 waktu.
5. Aktivitas Sosial
Menurut pasien, sebelum melakukan pekerjaan sebagai TNI-AD, dirinya sangat
menyukai kegiatan olah raga yang dilakukan di lingkungan rumahnya seperti Sepak
Bola.
6. Riwayat Hukum
Menurut pasien, dirinya tidak pernah menjalani hukuman atau terlibat pelanggaran
hukum.
7. Riwayat Psikoseksual
Menurut pasien, dirinya adalah seorang heteroseksual dan pernah melakukan
hubungan seksual sebelum menikah. Ketika di Kesatuan, setiap akhir pekan pasien
sering diajak ke Diskotik oleh seniornya. Di tempat tersebut, pasien mengenal
perempuan pekerja seks komersial untuk kemudian berhubungan seksual. Apabila
tidak melakukan hubungan seksual dengan perempuan, pasien biasanya melakukan
masturbasi namun frekuensinya tidak terlalu sering.
8. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, memiliki satu orang adik lakilaki berumur 24 tahun dan satu orang adik perempuan 21 tahun. Ayah pasien adalah
seorang nelayan, dan ibu pasien adalah ibu rumah tangga. Hubungan pasien dengan
keluarganya menurut pasien baik-baik saja dan pasien dekat dengan seluruh
keluarga. Ayah pasien sudah meninggal sekitar tahun 2010 dan menurut pasien,
ayahnya meninggal karena sakit tanpa mengetahui apa penyebabnya. Ibu pasien saat
ini masih tinggal di Kebumen dan adik perempuan pasien saat ini tinggal dan
7
Genogram
Keterangan :
= pasien
= meninggal
= perempuan
= meninggal
= laki-laki
= tinggal
Di Yonkes, pasien tidak dituntut untuk melakukan pekerjaan tertentu. Pasien hanya
sering disuruh untuk mengikuti apel dan bersih-bersih.
10. Persepsi Pasien Tentang Diri dan Kehidupannya
Pasien menyadari bahwa saat ini ia berada di bangsal jiwa Paviliun Amino dan tahu
bahwa tempat ini adalah untuk pasien dengan gangguan jiwa. Pasien merasa bosan
bila harus tinggal lama di bangsal amino, pasien mengatakan ingin segera pulang
karena ingin urus nikah dengan pacar. Pasien mempunyai keinginan untuk
dipindahkan di kampung halamannya dan bekerja di Kesatuan yang dekat dengan
rumahnya.
11. Persepsi Keluarga Tentang Diri dan Kehidupannya
Tidak didapatkan informasi dari pihak keluarga. Pasien mengatakan keluarga pasien
mengerti akan penyakitnya dan mendukung pasien untuk segera sembuh.
IV. STATUS MENTAL
Diperiksa pada tanggal 6 Februari 2012
A. Deskripsi Umum
i.
Penampilan
Pasien berjenis kelamin lakilaki dengan penampilan sesuai dengan usianya.
Perawakan tinggi kurus, berkulit sawo matang, rambut pendek, hitam.
Perawatan diri cukup.
ii.
iii.
B.
: eutim
Afek
: terbatas
Keserasian
C. Bicara
Pembicaraan spontan, artikulasi jelas, volume suara cukup, menjawab sesuai
pertanyaan.
D. Gangguan Persepsi
Halusinasi auditorik dan visual saat ini disangkal.
E. Gangguan Pikiran
Arus Pikiran
Asosiasi longgar. Pasien mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu
sama lain.
Proses Pikiran
Tidak logis. Pasien terkadang mengatakan hal-hal yang tidak masuk akal dan tidak
sesuai dengan kenyataannya.
Isi Pikiran
Waham bizarre
-
Pasien saat itu merasa sakit mata, radang, darah keluar dari pori-pori mata.
Pasien bertelanjang bulat dikarenakan pasien merasa tidak suci lagi dan ingin
memotong alat kelaminnya dengan golok.
Waham paranoid
-
Pasien merasa ketakutan ada roh-roh halus yang masuk tidak berbentuk, takut
di santet, merasa di kutuk oleh Tuhan karena menjadi PKI tapi pasien merasa
bukan PKI.
Pasien menganggap Tuhan itu curang, bikin orang sakit, Tuhan buat surga tapi
juga buat neraka.
Hanibal.
Waham kebesaran
-
11
: Baik
Kesadaran
: Compos Mentis
Status gizi
: Cukup
Tekanan darah
:120/80 mmHg
Frekuensi Nadi
: 80 kali/menit
Frekuensi Nafas
: 20 kali/menit
Suhu
: Afebris
Mata
Thoraks
Abdomen
Ekstremitas
2. Status Neurologis
GCS
: 15
: Negatif
: Tidak ada
Motorik
: 5/5/5/5
Sensorik
Mood eutim dengan afek yang terbatas dan serasi antara afek dengan isi pikir. Proses
pikir pasien berpikir secara tidak logis. Bentuk pikir asosiasi longgar. Terdapat gangguan
isi pikir pada pasien, dan saat ini ditemukan adanya waham paranoid, waham kebesaran,
waham bizarre. Saat ini tidak terdapat gangguan persepsi seperti ilusi dan halusinasi
auditorik maupun visual. Reality Test Ability pasien terganggu dengan tilikan derajat 1.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum, status gizi, serta tanda vital yang
baik, status interna dan neurologis dalam batas normal.
VII. FORMULASI DIAGNOSIS
Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola alam pikir, perasaan, dan perilaku
yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya
(disability) dalam berbagai fungsi psikososial, pekerjaan, dan aktivitas sehari-hari
pasien.
Berdasarkan riwayat penyakit, pasien tidak pernah menderita penyakit yang secara
fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak. Berdasarkan pemeriksaan fisik, juga tidak
ditemukan kelainan yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak. Oleh
karena itu, gangguan mental organik dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan
riwayat penyalahgunaan zat psikoaktif, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan adanya gangguan dalam bentuk gangguan persepsi dan isi
pikiran. Selain itu, hubungan pasien dengan realitas di sekitarnya juga terganggu
sehingga pada pasien ini menderita gangguan psikotik.
Aksis I
Berdasarkan anamnesa riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan, tidak
ditemukan adanya faktor organobiologik dimana pasien tidak pernah mengalami trauma
kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak
sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik
(F00-F09) dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan riwayat penyalahgunaan zat
psikoaktif, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan.
Pada pasien didapatkan riwayat gangguan psikiatri sebelumnya dengan psikopatologi
berupa gejala positif yang menonjol seperti waham paranoid, waham kebesaran, waham
bizarre, dan halusinasi auditorik commanding serta visual. Selain itu sejak tahun 2006
14
pasien sudah belasan kali di rawat dengan gejala-gejala yang tidak pernah hilang seperti
pasien masih terganggu dengan rutinitasnya di Batalyon: bosan kerja, sering kabur,
sering juga merasa ketakutan tidak pernah hilang gejalanya. Saat ini pada pasien
ditemukan adanya gangguan dalam penilaian realita berupa mood eutim dan afek yang
terbatas. Terdapat gangguan isi pikir pada pasien, dan saat ini ditemukan adanya waham
paranoid, waham kebesaran, waham bizarre.Saat ini tidak terdapat gangguan persepsi
seperti ilusi dan halusinasi auditorik maupun visual. Pada pasien dapat disimpulkan
mengalami gejala gangguan skizofrenia paranoid karena terdapat gejala skizofrenia.
Oleh karena itu, berdasarkan PPDGJ III ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah
F20.X0 yaitu Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan.
Aksis II
Belum cukup informasi untuk menegakkan diagnosis, sehingga diperlukan eksplorasi
lebih mendalam mengenai ciri kepribadian pasien.
Aksis III
Tidak ditemukan adanya kelainan atau gangguan fisik yang bermakna.
Aksis IV
Masalah keinginan untuk dipindahkan dan bekerja di Kesatuan yang dekat dengan
rumahnya.
Aksis V
Menurut PPDGJ-III, dinilai GAF saat masuk rumah sakit adalah 50-41, dimana terdapat
disabilitas berat dengan gejala berat (serious). Sedangkan GAF sekarang 60-51, terdapat
gejala sedang (moderate), disabilitas sedang.
V. EVALUASI MULTI AKSIAL
Aksis I
Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V
: Tidak ada
2. Psikologik
-
Gangguan persepsi
Proses pikir
: Asosiasi longgar
Isi pikir
bizarre (+).
-
Tilikan
Mood
: Eutim
pasien
Memberikan informasi tentang manfaat obat, pentingnya keteraturan
XI. PROGNOSIS
16
Quo ad vitam
: dubia
Quo ad functionam
: dubia
IX. DISKUSI
Pada pasien ditegakkan diagnosis Skizofrenia Paranoid Berkelanjutan berdasarkan
riwayat psikiatri, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan status mental pada pasien dan
disesuaikan dengan pedoman diagnostik PPDGJ III, kriteria skizofrenia, yaitu pada pasien
didapatkan riwayat gangguan psikiatri sebelumnya dengan psikopatologi berupa gejala positif
yang menonjol seperti waham paranoid, waham kebesaran, waham bizarre, dan halusinasi
auditorik commanding serta visual. Selain itu sejak tahun 2006 pasien sudah belasan kali di
rawat dengan gejala-gejala yang tidak pernah hilang seperti pasien masih terganggu dengan
rutinitasnya di Batalyon: bosan kerja, sering kabur, sering juga merasa ketakutan tidak pernah
hilang gejalanya.Saat ini pada pasien ditemukan adanya gangguan dalam penilaian realita
berupa mood eutim dan afek yang terbatas. Terdapat gangguan isi pikir pada pasien, dan saat
ini ditemukan adanya waham paranoid, waham kebesaran, waham bizarre.Saat ini tidak
terdapat gangguan persepsi seperti ilusi dan halusinasi auditorik maupun visual. Pada pasien
dapat disimpulkan mengalami gejala gangguan skizofrenia paranoid karena terdapat gejala
skizofrenia.
Gejala
1. Satu gejala yang amat jelas:
17
umum diagnosis skizofrenia, terdapat halusinasi dan atau waham yang menonjol dan terdapat
gangguan afek.
Pedoman diagnosis skizofrenia paranoid:
-
Sebagai tambahan:
1. Halusinasi dan atau waham harus menonjol
a. Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau
halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung
(humming), atau bunyi tawa (laughing).
b. Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain
perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.
c. Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of
control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity yang beraneka ragam
adalah yang paling khas.
2. Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
18
Pada pasien ini memenuhi kriteria diagnosis skizofrenia karena adanya riwayat
halusinasi auditorik dan visual serta waham paranoid, kebesaran, bizarre yang berlangsung
sejak tahun 2006, dimana timbulnya keluhan tersebut bukan disebabkan akibat gangguan
fisiologik langsung atau gangguan akibat penggunaan zat psikoaktif, sehingga gangguan
organik dan gangguan akibat penggunaan zat psikotik dapat disingkirkan.
Pengobatan
Penatalaksanaan pada pasien ini mencakup terapi farmakologis dan nonfarmakologis. Terapi
farmakologis yang diberikan adalah antipsikotik. Pada pasien ini diberikan antipsikotik
atipikal yaitu risperidone. Antipsikotik atipikal diberikan karena dapat mengatasi gejala
negatif yang lebih menonjol dari gejala positif pada skizofrenia paranoid, serta memiliki efek
samping ekstrapiramidal yang minimal dibandingkan antipsikotik tipikal. Pada pasien,
diberikan risperidone dengan dosis awal 2 x 3 mg per oral. Risperidone memiliki kelebihan
karena dapat diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Terapi nonfarmakologis pada
pasien ini berupa psikoedukasi kepada pasien dan keluarga atau orang-orang yang
bertanggungjawab kepada pasien. Kepada pasien diberikan informasi dan edukasi mengenai
gejala dan gangguan yang dialami pasien, tentang manfaat obat dan pentingnya keteraturan
minum obat, serta efek samping yang mungkin timbul akibat pemberian obat. Diharapkan
pula pasien dapat menyampaikan keluhan kepada dokter apabila muncul efek samping yang
menimbulkan rasa tidak nyaman pada pasien. Pada keluarga atau orang-orang yang
bertanggungjawab kepada pasien juga diberikan informasi mengenai penyakit pada pasien,
faktor penyebab, perjalanan penyakit, serta prognosisnya. Informasi mengenai manfaat obat,
pentingnya keteraturan minum obat, pentingnya kontrol secara rutin, dan efek samping obat
juga disampaikan. Yang tak kalah penting adalah edukasi mengenai pentingnya peran mereka
dalam mendukung pengobatan dan mencegah kekambuhan pada pasien. Hal yang
memperingan prognosis pada pasien ini adalah adanya faktor pencetus yang jelas, pasien
masih bekerja, memiliki jaminan kesehatan untuk pengobatan. Faktor yang memperburuk
prognosis adalah onset usia muda, dan riwayat rawat inap yang sering.
19
2004 :
-Tugas Militer ke
Ambon
-Saat bertugas
melihat temannya
meninggal di
depan mata
-Kembali ke
Batalyon Armed
dari Ambon
-Terjadi perubahan
perilaku
(penyendiri,
pendiam, tidak
berinteraksi
dengan lingkungan
2006 :
- Waham aneh
(bizarre)
-Waham paranoid
-Dirawat di Paviliun
Amino, RSPAD
Gatot Soebroto
Pertengahan 2010 :
-Dipindah ke
Yonkes
-Berperilaku aneh
-Bicara ngelantur
-Tidak mau
melakukan
pekerjaan
-Waham bizarre
-Waham kebesaran
-Halusinasi
auditorik
- Halusinasi visual
-Sering keluar
masuk rawat inap
di Paviliun Amino
Januari 2011 :
-Bicara kacau,
perilaku aneh
-Waham aneh
(bizarre)
-Halusinasi
visual
-Kembali dirawat
di Paviliun
Amino
Desember 2012 :
-Kabur dari Yonkes
karena ingin pulang ke
April 2011
:
kampung
halaman
-Setelah
-Tersesat
di dirawat
Cirebon,
4 bulan,
dijemput
baliktidak
ke Yonkes
ada
- Ketakutan
akan
psikopatologi
jin,setan,
tuhan
yang muncul
-Waham
paranoid
-Diperbolehkan
-Waham
kebesaran
pulang
-Tidak
maukeberbicara,
Yonkes
sikap
diam
-Tidak menjawab
pertanyaan
-Tidak melakukan
pekerjaan
-Tidak minum obat
-Mood eutim
-Afek terbatas
-Dirawat di Paviliun
Amino
DAFTAR PUSTAKA
20
Indonesia.
Konsensus
FOLLOW UP
21
Tangga
Pemeriksaan
Diagnosis/Perkemb
Terapi
angan pasien
08/02/12
12.00
WIB
Makan
cukup,
Pasien
tidur
malam
menceritakan
Skizofrenia Paranoid
Risperidone 2 x 3
mg
pulas.
tentang
menyakitinya.
Menurut
pasien,
yang
mencoba
menyakiti
karena
merasa
jenuh
dengan
yang
abadi.
Saat
masih
kecil,
di
kutuk
Tuhan.Pasien
merasa
Laki2
sesuai
usia,
22
08.00
WIB
Skizofrenia Paranoid
Risperidone 2 x 3
mg
Laki2
sesuai
usia,
23