Anda di halaman 1dari 9

UJI FISIOLOGI BAKTERI

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


Oleh : Kelompok 3
Ika Oktaviana (120341521848)
Saidatun Nimah (120341521873)
Sulis El Fitro (120341521813)
Anggun Wulandari (120341521808)
Nurlita Lestariani (120341521812)
Afrizal Mammaliang Nurdin (120341521851)
Muhammad Zulhariadi (120341521866)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
OKTOBER 2012

A. Topik

: Uji Fisiologi Bakteri

B. Hari, Tanggal Praktikum

: Rabu, 10 Oktober 2012.

C. Tujuan

: 1. Untuk

menguji

kemampuan

bakteri

menghidrolisis amilum
2. Untuk

menguji

kemampuan

bakteri

menghidrolisis protein
2. Untuk

menguji

kemampuan

bakteri

menghidrolisis lemak
D. Dasar Teori
Dalam kehidupan, mahluk hidup memerlukan energi yang diperoleh dari
proses metabolisme. Metabolisme terjadi pada semua mahluk hidup termasuk
kehidupan mikroba. Pada hewan atau tumbuhan yang berderajat tinggi enzim
yang di sediakan untuk keperluan metabolisme reatif stabil, selama terjadi
perkembangan individu memang terjadi perubahan susunan enzim, akan tetapi
pada pergantian lingkungan perubahan itu sangat kecil.
Untuk keperluan identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri,
selain dipelajari sifat-sifat morfologinya perlu pula dipelajari sifat-sifat biokimia
dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan. Ada beberapa macam
penngujian, sifat biokimia, antara lain adalah uji adanya hidrolisis amilum,
protein, dan lemak.
Karakterisasi dan klasifikasi sebagian besar mikrobia seperti bakteri
berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada
beberapa tipe media, memproduksi tipe metabolit tertentu yang dideteksi dengan
interaksi mikrobia dengan reagen test yang menghasilkan warna reagen. Reaksireaksi dalam sel akan teridentifikasi dengan melakukan pengujian-pengujian
tertentu. Sel akan memberikan respon sesuai dengan kemampuan yang
dimilikinya, misalnya menghasilkan enzim katalase, enzim gelatinase atau
kemampuan untuk menghidrolisis lemak.
Karakterisasi Bakteri dilakukan pada isolat bakteri yang telah lolos
seleksi dengan cara melakukan berbagai pemeriksaan laboratoris agar isolat
bakteri tersebut dapat dikelompokkan dalam suatu golongan. Karakterisasi yang

umumnya dilakukan meliputi karakterisasi morfologi bertujuan untuk mengamati


baik morfologi koloni maupun morfologi sel bakteri pada isolat bakteri yang telah
lolos seleksi. Ketika ditumbuhkan dalam media yang bervariasi, mikroorganisme
akan

menunjukkan

penampakan

makroskopis

yang

berbeda-beda

pada

pertumbuhannya. Perbedaan ini disebut dengan karakteristik kultur, yang


digunakan sebagai dasar untuk memisahkan mikroorganisme dalam kelompok
taksonomik. Isolat bakteri yang diperoleh diamati morfologi koloni dengan
melihat bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi pada medium agar lempeng, agar
tegak dan agar miring. Sedangkan morfologi sel ditentukan dengan melihat olesan
biakan yang sudah diwarnai dibawah mikroskop dan melihat bagaimana bentuk
sel, sifat gram dan kemampuan membentuk spora dari bakteri tersebut.
Ciri fisiologi ataupun biokimia merupakan kriteria yang amat penting di
dalam identifikasi spesimen bakteri yang tak dikenal karena secara morfologis
biakan atau pun sel bakteri yang berbeda dapat tampak serupa, tanpa hasil
pengamatan fisiologis yang memadai mengenai organik yang diperiksa maka
penentuan spesiesnya tidak mungkin dilakukan. Karakteristik dan klasifikasi
sebagian mikroba seperti bakteri berdasarkan pada reaksi enzimatik ataupun
biokimia. Mikroba dapat tumbuh pada beberapa tipe media memproduksi tipe
metabolit tentunya yang dideteksi dengan interaksi mikroba dengan reagen test
yang mana menghasilkan perubahan warna reagen.
Uji fisiologi biasanya identik dengan uji biokimia. Uji-uji biokimia yang
biasanya dipakai dalam kegiatan identifikasi bakteri atau mikroorganisme yang
antara lain uji katalase, koagulase, uji nitrit, hidrolisis gelatin, uji hidrolisis kanji,
uji hidrogen sulfit dan lain-lain. Pengujian biokimia merupakan salah satu hal
yang sangat penting dalam dunia mikrobiologi.
Melalui percobaan uji biokimia ini, praktikan dapat mengetahui beberapa
teknik pengujian secara biokimia yang akan sangat membantu dalam
pengidentifikasian mikroorganisme. Hasil yang diperoleh dalam percobaan
selanjutnya akan dicocokan pada literatur (buku determinan), sehingga akan
diketahui jenis dan nama dari mikroorganisme yang diuji tersebut berdasarkan

rekasi-reaksi kimia yang ditimbulkannya dan apakah reaksi tersebut positif atau
negatif.
Metabolisme merupakan serentetan reaksi kimia yang terjadi dalam sel.
Dalam metabolisme ada dua fase yaitu katabolisme dan anabolisme. Metabolime
ini selalu terjadi dalam sel hidup karena di dalam sel hidup terdapat enzim yang
diperlukan untuk membantu berbagai reaksi kimia yang terjadi. Suatu proses
reaksi kimia yang terjadi dapat menghasilkan energi dan dapat pula memerlukan
energi untuk membantu terjadinya reaksi tersebut. Bila dalam suatu reaksi
menghasilkan energi maka disebut reaksi eksergonik, dan apabila untuk dapat
berlangsungnya suatu reaksi diperlukan energi, reaksi ini disebut reaksi
endergonik
Kegiatan metabolisme meliputi proses perubahan yang dilakukan untuk
sederetan reaksi enzim yang berurutan. Secara singkat kegiatan proses ini disebut
tansformasi zat. Hasil kegiatan ini akan dihasilkan nutrien sederhana seperti
glukosa, asam lemak berantai panjang atau senyawa-senyawa aromatik yang dapat
digunakan sebagai bahan untuk proses neosintetik bahan sel.

E. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan:
Bahan yang digunakan:
F. Prosedur Kerja
G. Data Pengamatan
Keterangan:
+++ = kemampuan menghidrolisa tinggi, dengan adanya warna jernih di
sekitar goresan bakteri dan warna jernih tersebut lebih banyak dibandingkan
dengan medium lainnya

++ = kemampuan menghidrolisa sedang, adanya warna jernih di sekitar


goresan bakteri
+ = kemampuan menghidrolisa rendah, adanya sedikit warna jernih di sekitar
goresan bakteri dan warna tersebut paling sedikit jika dibandingkan dengan
medium lainnya
- = tidak menghirolisis
Adanya kemampuan menghidrolisis protein ini ditunjukkan dengan adanya
warna jernih di sekitar goresan bakteri
H. Analisis Data
I.

Pembahasan

Hidrolisis Amilum
Amilum merupakan karbohidrat yang masuk dalam jenis polisakarida.
Polisakarida

merupakan

makromolekul,

polimer

dengan

beberapa

monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik. Benerapa


polisakarida berfungsi sebagai materi simpanan atau cadangan yang nantinya
ketika diperlukan akan dihidrolisis untuk menyediakan gula bagi sel
(Campbell, 2002). Kemampuan untuk memanfaatkan gula atau unsur yang
berhubungan dengan konfigurasi yang berbeda dari glukosa merupakan hasil
kemampuan organisme untuk mengubah substrat menjadi perantara-perantara
sebagai jalur untuk fermentasi glukosa (Kusnani, 2003).
Berdasarkan hasil pengamatan metabolisme bakteri, tampak bahwa semua bakteri,
baik Escerichia coli, Bacillus subtilis, dan Streptococcus aureus mampu
menghidrolisis amilum. Bukti bahwa kesemua bakteri tersebut mampu
menghidrolisis amilum adalah adanya daerah jernih atau bening yang terdapat
di sekitar koloni bakteri yang sedang tumbuh (hasil inokulasi). Kemampuan
untuk menghidrolisis amilum menjadi glukosa, maltosa, dan dekstrin karena
mempunyai enzim amilase.
Amilum tidak dapat langsung digunakan, sehingga bakteri harus menghidrolisis
amilum terlebih dahulu menjadi molekul sederhana dan masuk ke dalam sel
(Kaiser, 2005). Menurut Hadioetomo (1990), fungsi uji positif hidrolisis

amilum pada bakteri ditandai dengan tampaknya area jernih di sekitar


pertumbuhan bakteri yang digoreskan. Adanya daerah jernih tersebut
disebabkan eksoenzim dan organisme menghidrolisis amilum dalam medium
agar.
Menurut Schegel (1994), fungi atau bakteri memproduksi -amilase sehingga
mampu menguraikan amilum dengan eksoenzim amilolitik tersebut amat luas
antara mikroorganisme, diantaranya bakteri Bacillus macerans, Bacillus
polimexa, dan Bacillus subtilis. Pada hasil pengamatan diketahui bahwa
Escerichia coli memiliki kemmapuan paling tinggi dalam menghidrolisis
amilum karena daerah jernih yang ditunjukkan disekitar koloni Escerichia
coli paling luas dibandingkan dengan bakteri yang lain. Bila ditinjau dari
pendapat Schegel tersebut dimungkinkan jumlah sel Escerichia coli yang
diinokulasikan pada medium lebih banyak jumlahnya. Sehingga jumlah sel
yang melakukan metabolisme semakin banyak, dan daerah jernih yang
ditunjukkan pun terlihat paling luas.
Pada uji adanya hidrolisis amilum digunakan larutan iodium pada tahap akhir.
Iodium digunakan sebagai indikator adanya amilum, bila medium yang
mengandung pati atau amilum diberi iodium maka akan nampak warna biru.
Namun jika pati atau amilum tersebut telah terhidrolisis maka warnanya akan
jernih atau bening. Warna jernih tersebut mengindikasikan bahwa pati atau
amilum sudah terhidrolisis oleh eksoenzim pada bakteri (Hadioetomo, 1990).
Menurut Kaiser (2005) warna jernih atau bening pada sekeliling bakteri
setelah ditambahkan iodium disebabkan karena amilum tidak dapat bereaksi
lama dengabn iodium. Pada ketigta bakteri yang diamati, kesemuanya mampu
menghidrolisis amilum, hal ini menunjukkan bahwa bakteri-bakteri tersebut
menghasilkan enzim -amilase.
Hidrolisis Lemak
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data ketiga bakteri Escerichia coli,
Bacillus subtilis, dan Streptococcus aureus dapat menghidrolisis lemak, dan
yang mempunyai kemampuan paling tinggi untuk menghidrolisis lemak
adalah Streptococcus aureus. Hal ini terlihat dari intensitas yang ditunjukkan

dalam warna merah yang terdapat di bawah pertumbuhan bakteri


Streptococcus aureus. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah enzim lipase yang
dihasilkan oleh bakteri ini paling besar jika dibandingkan dengan bakteri
lainnya. Kemampuan enzim lipase dalam memecahkan molekul lemak
menjadi asam lemak dan gliserol paling besar.
Tempat hidup Streptococcus aureus yang biasanya tinggal pada wajah dan
umumnya menimbulkan jerawat bagi pasiennya merupakan bukti pendukung
bahwa Streptococcus aureus optimum dalam menghidrolisis lemak sebagai
sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangan sel.
Menurut Gaman, dkk (1981) lemak merupakan campuran trigleserida yang terdiri
atas 1 molekul gliserol yang berikatan dengan 3 molekul asam lemak. Lemak
memiliki sifat antara lain: tidak larut dalam air, bila dipanaskan akan terjadi
perubahan pada titik cair, titik asap dan titik nyala, serta plastis dan bentuknya
mudah berubah-ubah bila mendapat tekanan, bisa mengalami nketengikan,
dan reaksi dengan alkali aakan membentuk sabun dan gliserol. Enzim lipase
mampu menghidrolisis lemak dan memecahkan menjadi 3 molekul asam
lemak dan 1 molekul gliserol, reaksi kimia yang menunjukkan hidrolisis
tersebut adalah sebagai berikut:
Hidrolisis Protein
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data pada medium lempeng Skim Milk
Agar (SMA) yang digunakan untuk menidentifikasi bakteri yang dapat
menghidrolisa kasein, ketiga jenis bakteri (Escerichia coli, Bacillus subtilis,
dan Streptococcus aureus) tersebut dapat menghidrolisis protein. Kemampuan
bakteri dalam menghidrolisis protein ditunjukkan dengan terbentuknya daerah
bening/jernih di sekitar goresan (tempat pertumbuhan bakteri yang
diinokulasikan). Hal ini sesuai dengan pendapat Hadioetomo (1990) yang
menyatakan bahwa uji positif ditandai dengan tampaknya area jernih di
sekitar pertumbuhan organisme yang digoreskan.
Dari ketiga bakteri (Escerichia coli, Bacillus subtilis, dan Streptococcus aureus)
tersebut

mempunyai

kemampuan

menghidrolisis

yang

berbeda-beda

sebagaimana disebutkan pada data hasil pengamatan, dari data hasil

pengamatan

secara

berurutan

berdasarkan

kemampuannya

dalam

menghidrolisis protein dari yang paling tinggi sampai yang paling rendah
adalah Bacillus subtilis, Escerichia coli, dan Streptococcus aureus. Perbedaan
kemampuan dalam memghidrolisis protein dimungkinkan disebabkan karena
prosuksi

eksoenzim

yang

berupa

enzim

protease

yang

berbeda.

Dimungkinkan Bacillus subtilis memiliki kemampuan menghasilkan protease


lebih banyak dibandingkan Escerichia coli, dan Streptococcus aureus.
Adapun kemungkinan lain dari perbedaan kemampuan menghidrolisis protein
adalah jumlah sel bakteri dari tiap jenis yang diinokulasikan pada medium
tidak sama sehingga mempengaruhi hasil hidrolisis protein tersebut yang
ditandai dengan perbedaan jumlah koloni yang tumbuh pada medium.
Perbedaan jumlah sel bakteri pada tiap jenis bakteri dapat memberikan
pengaruh yang nyata. Semakin banyak jumlah sel bakteri, maka semakin
banyak sel yang melakukan metabolisme, akibatnya semakin luas daerah
jernih pada medium.
Hidrolisis protein terjadi karena adanya reaksi enzimatis. Bakteri yang
mempunyai eksoenzim mampu menghidrolisis kasein, yang menyababkan
suspensi (medium) akan menjadi daerah jernih di sekeliling pertumbuhan
bakteripertumbuhan bakteri. Kaiser (2005) menyatakan bahwa jika bakteri
yang mempunyai eksoenzim mampu menghidrolisis kasein, maka suspensi
kan menjadi daerah jernih di sekeliling daerah pertumbuhan bakteri.
Protein merupakan senyawa penting dalam tubuh organisme hidup. Medium yang
digunakan untuk mengetahui adanya hidrolisis protein adalah terbuat dari
susu skim yang dicampur agar dan aquades, dimana di dalam susu skim
tersebut terkandung kasein yang nantinya akan terhidrolisis menjadi peptida
dan asam amino.
Bakteri melakukan hidrolisis berbagai protein menjadi asam amino tunggal
dengan tujuan menggunakan asam amino tersebut untuk sintesis protein dan
molekul seluler yang lain atau sebagai sumber energi (Kaiser, 2005). Dalam
pengamatan kami, daerah jernih terbentuk di sekitar daerah pertumbuhan
bakteri, hal ini disebabkan oleh kasein yang nampak putih dalam suspensi

koloid (medium SMA) telah terhidrolisis menjadi peptida dan asam amino
yang hasilnya berupa energi yang digunakan untuk metabolisme pertumbuhan
dan perkembangan sel.
J.

Kesimpulan

K. Daftar Pustaka
Adila, Restu Fauzia. 2011. Uji Karakteristik Biokimia dan Fisiologi
Bakteri.http://tautomerandilazno.blogspot.com/2012/03/uji-karakteristikbiokimia-dan.html. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.
Aidabio. 2011. Uji Metabolisme bakteri. http://aida-abi.blogspot.com/ 2008 /
07/uji-metabolisme-bakteri.html. Diakses tanggal 11 Oktober 2012.
Dwijoseputro. 1998. Dasar- dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan.
Entjang, Indan. 2001. Mikrobiologi dan Parasitologi. Bandung: PT. Citra Aditya
Bakti.
Hastuti, Sri Utami. 2012. Penuntun Praktikum Mikrobiologi. Malang: UMM
Press.
Pelczar, Michael J., Chan, E.C.S. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta:
Universitas Indonesia-Press.
Subandi. 2012. Mikrobiologi; Perkembangan Kajian, dan Pengamatan dalam
Persfektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset

Anda mungkin juga menyukai