LANDASAN TEORI
1.1
a.
Tujuan Percobaan
Tujuan percobaan ini dilaksanakan adalah
Mengetahui mekanisme pengeringan dengan membuat kurva karakteristik
b.
c.
d.
e.
1.2
Landasan Teori
Pengeringan merupakan kegiatan mengubah suatu material berbentuk padatan,
besar jika perbedaan antara kelembaban nisbi udara pengering dengan udara sekitar
bahan semakin besar (Yusra, 2011).
Salah satu faktor yang mempercepat proses pengeringan adalah kecepatan angin
atau udara yang mengalir. Udara yang tidak mengalir menyebabkan kandungan uap
air di sekitar bahan yang dikeringkan semakin jenuh sehingga pengeringan semakin
lambat (Yusra, 2011). Tujuan pengeringan untuk mengurangi kadar air bahan sampai
batas
perkembangan organisme
dan
kegiatan
enzim
yang
dapat menyebabkan
pembusukan terhambat atau bakteri terhenti sama sekali. Dengan demikian bahan yang
dikeringkan mempunyai waktu simpan lebih lama (Yusra, 2011)
.
1.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengeringan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengeringan terbagi menjadi faktor
ekternal dan faktor internal. Faktor eksternal berpengaruh pada saat benda padatan msih
ditutupi oleh lapisan air bebas di permukaannya. Pada kondisi ini variabel eksternal yang
paling penting antara lain adalah humiditas, temperatur, laju dan arah aliran, bentuk fisik
dari padatan dan agitasi yang diinginkan (Siagian, 2008). Faktor eksternal mempengaruhi
penguapan pada permukaan dari difusi uap dari permukaan padatan ke lingkungan sekitar
yang melewati lapisan tipis udara yang bersentuhan dengan permukaan. Karena
pengeringan pada tahap ini berhubungan dengan perpindahan massa saat sebuah gas
bersentuhan dengan cairan, maka hal yang terpenting untuk diperhatikan adalah
karakteristik kesetimbangan dari padatan basah (Siagian, 2008).
Faktor internal terjadi setelah pengeringan tahap awal selesai dimana air bebas
dipermukaan padatan sudah habis dikeringkan dan terjadi perbedaan kelembaban yang
tinggi antara permukaan padatan dan bagian dalam padatan yang masih basah (Siagian,
2008). Selain itu juga terjadi perbedaan temperatur antara medium yang basah dengan
medium yang kering shingga terjadi gradien temperatur antar medium. Hal ini
menyebabkan perpindahan kelembaban air dalam ke permukaan, yang berjalan dengan
cara difusi, gaya kapilerm tekanan internal karena penyusutan selama pengeringan
(Siagian, 2008).
1.2.3
Alat Pengeringan
Di antara berbagai macam pengering komersial yang ada, hanya
keperluan tersebut adalah tray drier, screen conveyor drier, tower drier,
rotary drier, screw conveyor drier, fluid-bed drier, dan flash drier.
Tray Drier
Salah satu alat pengering yang ada adalah tray drier yang beroperasi sacara batch,
dimana bahan yang dikeringkan berada di suatu tempat tertentu (di tray) sedang gas
(biasanya digunakan udara) mengalir secara terus-menerus melalui bahan yang
dikeringkan dan menguapkan airnya. Operasi secara batch ini di industri merupakan
proses yang relatif mahal dan hanya sesuai dengan bahan tertentu saja. Tetapi untuk skala
laboratorium alat ini sangat bermanfaat untuk mempelajari pengetahuan fundamental
tentang pengeringan seperti misalnya mekanika fluida, kimia permukaan, struktur
padatan, perpindahan massa dan panas yang kesemuanya itu sangat berpengaruh terhadap
proses pengeringan.
Contoh tray drier ditunjukkan pada Gambar 2.1 Pengering ini
terdiri dari sebuah ruang dari logam lembaran yang berisi dua buah
truk yang mengandung rak-rak H. Setiap rak mempunyai sejumlah
piringan sebagai penapis tempat bahan yang akan dikeringkan
diletakkan. Piringan ini umumnya berukuran 30 in2, dengan ketebalan
2 sampai 6 in. Udara panas disirkulasikan pada kecepatan 7 sampai 15
ft/detik di antara piringan dengan bantuan kipas C dan motor D,
mengalir melalui pemanas E. Sekat-sekat G membagi udara tersebut
secara seragam di atas susunan talam tadi. Sebagian udara basah
diventilasikan keluar melalui talang pembuang B; sedangkan udara
segar masuk melalui pemasuk A. Rak-rak itu disusun di atas roda truk I
sehingga pada akhir siklus pengeringan truk itu dapat ditarik keluar
dari ruang pengering dan dibawa ke bagian akhir untuk off loading
bahan yang selesai dikeringkan.
merupakan bagian pendinginan untuk zat padat kering. Udara yang dipanaskan terlebih
dahulu biasanya masuk dari bawah menara dan keluar dari atas sehingga terdapat aliran
berlawanan arah. Turbo drier berfungsi sebagian dengan pengeringan sirkulasi silang,
seperti pada tray drier dan sebagian dengan mengontakkan partikel-partikel melalui gas
panas pada waktu partikel itu jatuh dari piringan yang satu ke piringan berikutnya.
Laju putar selongsong umumnya rendah, antara 2 sampai 30 putaran per menit.
Koefisien perpindahan kalor didasarkan atas keseluruhan permukaan dalam selongsong,
biarpun selongsong tersebut hanya 10 sampai 60 persen terisi. Koefisien itu bergantung
pada pembebanan di dalam selongsong dan kecepatan conveyor. Nilainya untuk
kebanyakan zat padat berkisar antara 17 sampai 57 W/m 2.0C. Screw conveyor drier dapat
menangani zat padat yang terlalu halus atau terlalu lengket bila dikeringkan pada rotary
drier. Pengering ini tertutup seluruhnya, dan memungkinkan recovery uap zat pelarut
tanpa terlalu banyak pengenceran oleh udara atau bahkan tanpa pengenceran sama sekali.
Bila dilengkapi dengan pengumpan yang sesuai, pengering ini dapat dioperasikan dalam
vakum. Jadi sangat sesuai untuk mengeluarkan zat pelarut yang mudah menguap dari zat
padat yang basah dengn pelarut, seperti sisa dari operasi pengurasan.
1.2.4
Kelembaban
Pada proses pengeringan biasanya cairan yang diuapkan adalah air dan gas yang
digunakan adalah udara. Kelembaban untuk sistem udara air dibedakan menjadi dua
yaitu:
1. Kelembaban absolut massa : Y '
W A kg air
W B kg udara
n A mol air
n B mol udara
w
(Y ' w Y ' )
0,236
Yang mana;
tg = suhu udara (oF)
tw = suhu bola basah (oF)
w = entalpi penguapan air pada tw
Y = kelembaban jenuh udara pada tw
PH 2O
Y ' w 0.622
760 PH 2O
kg air
kg udara
Yang mana;
PH2O = tekanan uap jenuh air pada suhu tw, dapat didekati dengan persamaan
Antoine sebagai berikut:
ln PH 2O 18,3036
3816,44
T 46,13
suhu tertentu dengan dalam waktu cukup lama, maka akan dicapai keadaan
kesetimbangan dimana kandungan air pada zat padat tidak berubah. Kandungan air pada
kondisi ini disebut kadar air kesetimbangan.
Pada prinsipnya, air dalam bahan padat berada dalam dua keadaan. Sejumlah air
berada dalam pori-pori padatan karena adanya tegangan permukaan dan disebut
unbounded water atau air bebas. Air ini mempunyei tekanan uap dan panas laten
penguapan sama dengan air murni. Sedang air yang berada dalam bahan padat dan
mempunyai interaksi dengan bahan padat misalnya, air kristal atau air yang ada pada
permukaan zat padat misalnya air teradsorpsi disebut air terikat atau bounded water. Air
terikat ini akan mempunyai tekanan uap yang lebih kecil dari air murni.
1.2.6
hubungan antara kadar air dan waktu pengeringan, seperti terlihat pada gambar.
Kadar
. B
air
(X)
. C
. D
X*
. E
Waktu, t (menit)
L s X
A t
(1)
Yang mana;
Ls = berat padatan kering (kg)
A
= waktu (menit)
kg air
jam.m 2
A
D
E
X*
Gambar 1.6. Kurva Hubungan Kadar Air Padatan dengan Kecepatan Pengringan.
temperatur bahan. Periode ini (AB) disebut periode penyesuaian awal dan biasanya sangat
pendek dibanding keseluruhan operasi.
Setelah temperatur kesetimbangan tercapai, maka periode kecepatan pengeringan
tetap dimulai (BC). Pada periode ini akan terjadi penguapan cairan dari permukaan
padatan, kecepatan penguapan di permukaan tersebut masih bisa diimbangi oleh difusi
maupun efek kapiler air dari dalam padatan ke permukaan padatan. Dengan demikian
permukaan padatan akan tetap basah.
Setelah mencapai kadar air kritis Xc, kecepatan difusi air dari dalam padatan tidak
bisa mengimbangi kecepatan penguapan di permukaan padatan. Dengan demikian akan
terjadi tempat-tempat kering (dry spot). Ini akan mengurangi kecepatan pengeringan dan
disebut periode kecepatan menurun yang pertama (CD).
Pada periode (DE), kecepatan pengeringan ditentukan oleh kecepatan difusi dari
dalam permukaan padatan. Ini akan terus berlangsung sampai tercapai kadar air
kesetimbangan X*.
1.2.7
Mekanisme Pengeringan
Dalam proses pengeringan, proses perpindahan massa dan perpindahan panas
merupakan salah satu faktor yang perlu diperhatikan. Pada permukaan bahan akan
terbentuk lapisan tipis air dan juga terbentuk lapisan tipis udara, yang sering disebut
lapisan film. Dengan adanya beda konsentrasi air di permukaan padatan dan di udara
pengering maka air akan menguap dan berpindah dari bahan ke udara pengering.
X
Y*
fasa padatan
Y
fasa gas
Persamaan perpindahan massa dari fasa padat ke fasa gas dapat dituliskan sebagai
berikut:
N = Ky (Y*-Y)
(2)
Yang mana;
Ky
(3)
h = 0,01 G0,8
(4)
Yang mana;
h
Btu
lb
ft/det.
Btu
pada suhu padatan.
lb
DAFTAR PUSTAKA
Geankoplis, Christie J.1993. Transport Process and Unit Operations, third edition. Allyn
and Bacon Inc, Boston.
Hardjono. 1989. Operasi Teknik Kimia II, edisi pertama. Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.
Siagian, P.S., 2008, Pengeringan Pada Produk Jamu, Tesis, Universitas Indonesia,
Depok.
Tim Penyusun. 2014. Penuntun Praktikum Laboratorium Teknik Kimia II. Program Studi
Teknik Kimia S1, Fakultas Teknik, Universitas Riau, Pekanbaru.
Yusra, 2011, Bab 5. Teknik Pengawetan dengan Pengeringan dan Pengasapan, Teknik
Pengawetan dengan Pengeringan dan Pengasapan