UAS - Makalah Pacaran Dalam Islam
UAS - Makalah Pacaran Dalam Islam
MAKALAH
PACARAN DALAM ISLAM
Dosen Pengampu : Drs. H. Zulkifli Lubis, MA.
Disusun oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang senantiasa memberikan nikmat dan karunia
kepada umat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, Pacaran
dalam Islam tepat waktu. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada orangtua dan
teman-teman yang telah memberikan doa serta inspirasi dalam menyelesaikan makalah ini
sebagai syarat untuk memenuhi nilai Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Pendidikan
Agama Islam di jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (PG PAUD).
Makalah ini berisi tentang ketentuan yang ditetapkan agama Islam dalam meluruskan kata
Pacaran di dalam kehidupan sehari-hari, hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memutuskan diri untuk berpacaran, serta ketetapan hukum agama Islam dalam berpacaran.
Penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan masukan dan kritik yang membangun. Penulis mengucapkan terima kasih atas
perhatiannya, semoga makalah ini dapat berguna bagi mahasiswa dan pelaku pendidikan
lainnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
a.
b.
c.
d.
Latar Belakang......................................................................................1
Rumusan Masalah.................................................................................2
Tujuan Penulisan...................................................................................2
Manfaat Penulisan.................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
a.
b.
c.
d.
Definisi Pacaran....................................................................................3
Hukum Berpacaran dalam Islam...........................................................4
Perspektif Hukum Islam tentang Berpacaran.......................................6
Konsep Islam Mengatur Hubungan Sepasang Remaja.........................9
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan...........................................................................................12
b. Saran.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................13
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cinta kepada lawan jenis merupakan hal yang fitrah bagi manusia. Karena
cinta-lah, keberlangsungan hidup manusia bisa terjaga. Oleh sebab itu, Allah Taala
menjadikan wanita sebagai perhiasan dunia dan kenikmatan bagi penghuni surga.
Islam sebagai agama yang sempurna juga telah mengatur bagaimana menyalurkan
fitrah cinta tersebut dalam syariatnya yang rahmatan lil alamin.
Bagi sebagian besar remaja, pacaran merupakan hal yang sudah dianggap biasa terjadi
di dalam lingkup masyarakat dan pergaulan zaman sekarang. Pacaran identik dengan
bersatunya laki-laki dan perempuan yang belum muhrim dengan pernyataan cinta dari
salah satu pihak yang menjadi symbol adanya ikatan diantara keduanya.Pada masa
ini, seorang remaja biasanya mulai "Naksir" lawan jenisnya sehingga ia berupaya
melakukan pendekatan untuk mendapatkan kesempatan mengungkapkan isi hatinya.
Setelah pendekatannya berhasil dan lawan jenis menyambut, keduanya mulai
berpacaran.
Di kalangan remaja sekarang ini, pacaran menjadi identitas yang sangat
dibanggakan. Biasanya seorang remaja akan bangga dan percaya diri jika sudah
memiliki pacar. Sebaliknya, remaja yang belum memiliki pacar dianggap kurang gaul.
Karena itu, mencari pacar di kalangan remaja tidak saja menjadi kebutuhan biologis
tetapi juga menjadi kebutuhan
12
sangat penting untuk dibahas agar kita dapat mengetahui dan memahaminya sesuai
norma agama dan ketentuan-ketentuan di dalam agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Topik yang dibahas di dalam makalah ini melahirkan rumusan masalah yang
diantaranya adalah :
a. Apakah yang dimaksud dengan Pacaran?
b. Apakah Islam membolehkan Pacaran?
c. Bagaimana perspektif hukum Islam tentang berpacaran?
d. Bagaimana konsep Islam mengatur hubungan sepasang remaja?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dibuatnya makalah ini mengenai Pacaran dalam Islam yakni agar kita :
a. Mengetahui hukum berpacaran dalam agama Islam
b. Mengetahui bagaimana Islam mengatur urusan hubungan antara laki-laki dan
perempuan
c. Mengetahui bagaimana pacaran yang benar sesuai kaidah norma agama yang
berlaku di Islam
d. Memahami etika pergaulan yang sesuai dengan ajaran Islam
D. Manfaat Penulisan
a. Mampu menginstropeksi dirinya sendiri setelah membaca makalah ini
b. Berusaha untuk tidak menyalahi aturan islam mengenai berpacaran karena tahu
alasan dan sebab-akibat yang akan terjadi
c. Timbulnya rasa takut terhadap Allah SWT.
d. Mampu menjaga diri dan pandangannya kepada orang yang bukan muhrimnya
e. Memperbaiki etika pergaulan dan mengetahui batasan-batasannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Pacaran
Pacaran dalam bahasa Indonesia berasal dari kata dasar pacar, yang kemudian
diberi akhiranan. Terdapat beberapa pengertian pacaran dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yaitu :
12
a. Pacar
12
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji dan sesuatu jalan yang buruk." (QS. Al-Isra, 17 : 32).
Hal-hal yang termasuk ke dalam zina antara lain, saling memandang, merajuk atau
manja, bersentuhan (berpegangan tangan, berpelukan, berciuman, dll), berdua-duaan,
dan lainnya. Dikarenakan unsur-unsur ini dilarang dalam agama Islam, maka tentu
saja hal-hal yang di dalamnya terdapat unsur tersebut adalah dilarang, termasuk
dengan aktifitasnya yakni Pacaran. Hal ini sebagaimana telah disebutkan dalam hadits
berikut:
Dari Ibnu Abbas r.a. dikatakan:
"Tidak ada yang ku perhitungkan lebih menjelaskan tentang dosa-dosa kecil dari
pada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Allah telah menentukan bagi anak Adam bagiannya dari zina yang pasti dia
lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat), zinanya lidah adalah
mengucapkan (dengan syahwat), zinanya hati adalah mengharap dan menginginkan
(pemenuhan nafsu syahwat), maka farji (kemaluan) yang membenarkan atau
mendustakannya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)
Dalil di atas kemudian juga diperkuat lagi oleh beberapa hadits dan ayat Al-Qur'an
berikut :
"Janganlah seorang laki-laki berdua-duaan dengan wanita kecuali bersama
mahramnya." (HR. Al-Bukhari dan Imam Muslim)
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah seorang lakilaki sendirian dengan seorang wanita yang tidak disertai mahramnya. Karena
sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan." (HR. Imam Ahmad)
"Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, itu lebih baik dari pada
menyentuh wanita yang tidak halal baginya." (Hadist Hasan, Thabrani dalam Mu'jam
Kabir 20/174/386)
Telah berkata Aisyah r.a. "Demi Allah, sekali-kali dia (Rasul) tidak pernah menyentuh
tangan wanita (bukan mahram) melainkan dia hanya membai'atnya (mengambil
janji) dengan perkataaan." (HR. Al-Bukhari dan Ibnu Majah).
12
"Wahai Ali, janganlah engkau meneruskan pandangan haram (yang tidak sengaja)
dengan pandangan yang lain. Karena pandangan yang pertama mubah untukmu.
Namun yang kedua adalah haram." (HR. Abu Dawud, Ath-Tirmidzi dan dihasankan
oleh Al-Albani)
"Pandangan itu adalah panah beracun dari panah-panah iblis. Maka barang siapa
yang memalingkan (menundukan) pandangannya dari kecantikan seorang wanita,
ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberikan di hatinya kelezatan sampai pada
hari Kiamat." (HR. Imam Ahmad)
Dari Jarir bin Abdullah r.a. dikatakan: "Aku bertanya kepada Rasulallah SAW tentang
memandang (lawan-jenis) yang (membangkitkan syahwat) tanpa disengaja. Lalu
beliau memerintahkan aku mengalihkan (menundukan) pandanganku." (HR. Imam
Muslim)
12
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya Dialah menciptakan untukmu isteri isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya,
dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang
demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. ArRum : 21)
Allah telah menjadikan rasa cinta dalam diri manusia baik pada laki - laki
maupun perempuan. Dengan adanya rasa cinta, manusia bisa hidup berpasangpasangan. Adanya pernikahan tentu harus didahului rasa cinta. Seandainya tidak ada
cinta, pasti tidak ada orang yang mau membangun rumah tangga. Seperti halnya
hewan, mereka memiliki instink seksualitas tetapi tidak memiliki rasa cinta, sehingga
setiap kali bisa berganti pasangan. Hewan tidak membangun rumah tangga.
Menyatakan cinta sebagai kejujuran hati tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Karena tidak ada satu pun ayat atau hadis yang secara eksplisit atau implisit
melarangnya. Islam hanya memberikan batasan-batasan antara yang boleh dan yang
tidak boleh dalam hubungan laki-laki dan perempuan yang bukan suami istri.
12
12
12
yang diharamkan oleh Allah, mesti mempunyai dampak yang negatif di masyarakat.
Kita lihat saja di Amerika Serikat, bagaimana akibat adanya free sex, timbul berbagai
penyakit. Banyak anak-anak yang terlantar, anak yang tidak mengenal ayahnya,
sehingga timbul komplikasi jiwa dan sebagainya. Oleh karena itu, jalan keluar bagi
para pemuda yang tidak kuat menahannya adalah :
a.
b.
c.
d.
shaleh yang akan selalu mengingatkan kita kepada jalan yang lurus.
e. Dan ingat bahwa Allah telah menjanjikan kepada para anak muda yang sabar
menahan pacaran dan zina yaitu dengan bidadari, yang kalau satu diantaranya f.
f. menampakkan wajahnya ke alam dunia ini, setiap laki-laki yang memandangnya
pasti akan jatuh pingsan karena kecantikannya.
g.
h.
12
i. BAB III
j. PENUTUP
k.
A. Kesimpulan
l. Islam tidak pernah mengharamkan cinta. Islam mengarahkan cinta agar ia berjalan
pada koridornya. Bila bicara cinta di antara lawan jenis, satu-satunya jalan adalah
dengan pernikahan, yang dengannya cinta menjadi halal dan penuh keberkahan.
Sebaliknya, Islam melarang keras segala jenis interaksi cinta yang tidak halal alias
menjurus kepada hal-hal berbau zinah atau maksiat. Bukan karena apa pun, tapi
karena Islam adalah agama yang memuliakan manusia dan mencegah kerusakankerusakan yang akan terjadi pada diri manusia itu sendiri. "Tidak ditemukan jalan lain
bagi dua orang yang saling mencintai selain menikah" (HR. Ibnu Majah)
m. Islam mempunyai khitbah dimana konsep hubungan ini sangat dianjurkan bagi
seseorang yang telah menaruh hati kepada lawan jenis dan bermaksud untuk menikah.
Akan tetapi hubungan ini harus tetap terbingkai dalam nilai-nilai kesalehan, sehingga
kedekatan hubungan yang bisa menimbulkan potensi fitnah sudah di luar konsep ini.
Karena sesungguhnya rasa cinta adalah fitrah yang diberikan Allah SWT kepada
setiap insan manusia. Hal yang harus diperhatikan adalah etika dalam bergaul dengan
lawan jenis, seperti tidak melakukan hal yang mengarah pada zina, tidak menyentuh
dan berduaan dengan lawan jenis yang bukan muhirmnya, menjaga pandangan, serta
menutup aurat. Maka dari itu, manusia perlu menahan hawa nafsunya jika belum
merasa berkecukupan dan mapan baik materi ataupun iman bagi pasangannya kelak.
n.
B. Saran
o. Berdasarkan isi makalah ini, sebaiknya pacaran tidak dilakukan karena lebih banyak
membawa mudaratnya daripada manfaatnya. Jika memang ingin menyalurkan
perasaan karena tertarik pada lawan jenis, disarankan untuk melakukan khitbah
dengan tidak merugikan pihak laki-laki atau perempuan dan mempunyai tujuan yang
jelas yakni pernikahan. Sesungguhnya pacaran yang baik adalah setelah menikah
karena pasangan sudah berstatus halal bagi kedua belah pihak.
12
p.
DAFTAR PUSTAKA
q.
r.
s.
https://googleusercontent.com
t.
http://blogbaru2011.wordpress.com/2011/12/20/hukum-pacaran-menurut-
agama-islam/
u.
12
http://beni.yu.tl/hukum-berpacaran-menurut-islam-beserta-d.xhtml