Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN
.

Latar Belakang
Diare merupakan penyebab utama kematian balita di seluruh dunia. Di
Indonesia, diare adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah ISPA.
Menurut perkiraan UNICEF, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal
dunia karena diare. Buang air besar dalam bentuk cairan sampai lebih dari
tiga kali dalam satu hari ini akan mengakibatkan penderitanya kehilangan
cairan tubuh hingga akhirnya menyebabkan dehidrasi tubuh.
Fenomena tersebut cukup menyita perhatian masyarakat. Namun
sayangnya masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui apa yang
menyebabkan diare dan pentingnya pencegahan diare. Padahal diare yang
menyebabkan dehidrasi tubuh ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa penderitanya.
Pada tahun 2014 lalu terdapat banyak kasus diare di Desa Keniten
Kecamatan Kedungbanteng. Tidak hanya remaja dan dewasa, penyakit ini
juga menyerang anak-anak bahkan balita. Pada kasus tersebut, sebagian
besar penderitanya adalah balita. Setelah kami melakukan peninjauan
kepada beberapa warga Desa Keniten, ternyata masih banyak warga Desa
yang kurang pengetahuannya tentang diare, faktor penyebabnya, cara
pencegahan serta pengobatan diare.
Banyak warga Desa yang belum

mengetahui akan pentingnya

kebersihan lingkungan yang merupakan salah satu faktor penting dalam


kejadian diare. Sehingga banyak di antara mereka yang kurang
memperhatikan kebersihan lingkungannya. Hal tersebut tidak hanya
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dari warga Desa Keniten ini,
namun faktor ekonomi juga berpengaruh terhadap kejadian diare di Desa
ini. Beberapa warga tidak mempunyai kamar mandi serta jamban pribadi,
sehingga warga menggunakan jamban bersama untuk Buang Air Besar
(BAB). Selain itu pola hidup yang kurang sehat seperti tidak mencuci
tangan sebelum makan serta sebelum melakukan aktifitas dan kurangnya

perhatian terhadap hygiene sanitasi makanan juga banyak ditemukan di


Desa Keniten. Perilaku waga yang kurang memperhatikan kebersihan
tersebut sangat mempengaruhi tingkat penyebaran diare. Oleh karena
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat penyebaran diare tersebut di
atas, maka kelompok kami akan menganalisis lebih lanjut tentang kasus
penyakit diare di Desa Keniten Kecamatan Kedungbanteng ini.
II.

Tujuan
A. Tujuan Umum
Menganalisis kasus diare di Desa Keniten Kecamatan Kedungbanteng
khususnya pada balita.
B. Tujuan Khusus
a. Menginformasikan tentang penyakit diare serta faktor
penyebahnya.
b. Menginformasikan tentang cara pencegahan dan pengobatan diare.
c. Mengarahkan warga untuk lebih menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

BAB II
GAMBARAN UMUM
I.

Keadaan Geografis Puskesmas Kedungbanteng

Gambar II.1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Kedungbanteng.


Puskesmas Kedungbanteng berada di dalam wilayah Kecamatan
Kedungbanteng.

Wilayah

administrasi

Kecamatan

Kedungbanteng

mencakup empat belas desa yaitu Baseh, Keniten, Dawuhan Kulon,


Dawuhan Wetan, Kalikesur, Kalisalak, Karangnangka, Karangsalam Kidul,
Kebocoran, Kedung banteng, Keniten, Kutaliman, Melung dan Windujaya.

II.

Keadaan Demografi Puskesmas Kedungbanteng

Tabel
II.1.

Keadaan Demografi Kecamatan Kedungbanteng.


Berdasarkan data kependudukan, dari 14 desa seperti yang dalam
tabel kependudukan, jumlah keseluruhan penduduk di wilayah kerja
Puskesmas Kedungbanteng pada tahun 2013 adalah sebesar 51.328 orang
dengan jumlah laki-laki 26.193 dan jumlah total perempuan 25.135. Pada
wilayah kerja Puskesmas Kedungbanteng, Desa Keniten merupakan desa
dengan kepadatan penduduk tertinggi dengan jumlah 7.856 orang sedangkan
Desa Melung merupakan desa dengan kepadatan penduduk terendah dengan
jumlah 1.938.
III.

Tingkat Sosial Dan Ekonomi


Desa Kedungbanteng memiliki 1.337 Kepala Keluarga (KK) namun
data KK yang kami dapatkan pada tahun 2012 dari desa yaitu
sebanyak 1.328 Kelapa Keluarga. Jumlah penduduk 4.385 jiwa yang terdiri
dari 2.405 Laki-laki dan 2.430 perempuan dengan rata-rata setiap keluarga
terdiri dari 3 sampai 4 anggota keluarga.
1)

Jumlah penduduk awal tahun 2015 yaitu :


a) Laki-laki: 2.405 orang
b) Perempuan : 2.430 orang
c) Jumlah keseluruhan : 4.835 orang
d)Jumlah Kepala Keluarga: 1.337 KK

2)

Pertumbuhan penduduk sepanjang tahun 2015 :

a)Jumlah kelahiran: 136 orang


b)Jumlah kematian: 43 orang
3)

Jumlah penduduk menurut pendidikan :


a)Tamat SD: 2.812 orang
b)Tamat SMP: 701 orang
c)Tamat SMA: 745 orang
d)Diploma I dan II: 43 orang
e)S1: 76 orang
f)S2 : 1 orang

4)

Jumlah penduduk menurut mata pencahariannya :


a)Petani: 1.025 orang
b)Buruh : 305 orang
c)Pertukangan: 78 orang
d)Karyawan swasta : 255 orang
e)Pegawai Negri Sipil: 105 orang
f)ABRI/POLRI: 11 orang
g)Pensiunan: 91 orang
h)Jasa: 385 orang
i)Wiraswasta: 112 orang
j)Pedagang: 725 orang

BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN

Pembangunan kesehatan di Kabupaten Banyumas pada umumnya dan di


wilayah Puskesmas Kedungbanteng pada khususnya diarahkan pada masalah
rendahnya derajat kesehatan, status gizi dan kesejahteraan sosial. Maka
pembangunan kesehatan diarahkan dalam upaya perbaikan kesehatan masyarakat
melalui perbaikan gizi, kebersihan lingkungan, pemberantasan penyakit menular,
penyediaan air bersih, serta pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas Kedungbanteng yang telah
dilaksanakan sampai dengan saat ini belum dapat dikatakan berhasil meskipun
angka kematian bayi dan angka kematian ibu sudah menurun, serta masyarakat
Kedungbanteng sudah lebih mengerti akan arti pentingnya perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS).
Hasil yang dicapai pada pembangunan kesehatan di wilayah Puskesmas
Kedungbanteng dapat dilihat dari indikator-indikator di bidang derajat kesehatan,
perilaku masyarakat, kesehatan lingkungan serta pelayanan kesehatan.
I.

Derajat Kesehatan Masyarakat


Dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat, salah satu hal yang
bisa dilakukan yaitu promosi kesehatan.
A.

Definisi
Promosi kesehatan

yaitu

program

pelayanan

kesehatan

puskesmas yang diarahkan untuk membantu masyarakat agar hidup


sehat secara optimal melalui kegiatan penyuluhan (individu,
B.

kelompok, maupun masyarakat).


Ruang Lingkup Kegiatan
1. Pengembangan media promosi kesehatan dan teknologi
komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)
a. Puskesmas Kedungbanteng mengembangkan media dan
sarana promosi kesehatan
b. Mengembangkan pendekatan dan teknologi promosi
kesehatan
2. Pengembangan upaya kesehatan bersumber masyarakat, dan
generasi muda

C.

Puskesmas

Kedungbanteng

melakukan

peningkatan

pendidikan kesehatan kepada masyarakat:


1. Menyelenggarakan penyebarluasan informasi kesehatan melalui
penyuluhan
2. Melakukan home visit
3. Lalu meningkatkan kemampuan tenaga pengelola program
II.

promosi kesehatan
Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat di bidang
kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik
di masyarakat maupun di institusi dalam rangka penurunan angka kematian
bayi, balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang tinggi.
A. Rumah Tangga yang Melaksanakan PHBS
Rumah tangga yang dipantau pada tahun 2010 sebanyak 6.488
rumah tangga (49,61%) yang ber-PHBS strata pratama adalah
sebanyak 3.135 rumah tangga (48%), strata madya sebanyak 3.110
rumah tangga (48%), strata utama sebanyak 243 rumah tangga (4%),
dan sedangkan pada strata paripurna tidak ditemukan Belum
mencukupi target indikator yaitu sebesar 65%.
B. Air Bersih
Ketersediaan air di Kecamatan Kedungbanteng berasal dari
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).

Dari 14 desa di

Kecamatan Kedungbanteng, sudah 80% masyarakat memiliki


akses untuk air bersih dan ditargetkan pada tahun 2019, 100%
masyarakat sudah memiliki sendiri sumber air bersih di rumah
masing-masing. Ketercapaian tersebut dihambat oleh pihak
puskesmas yang tidak memiliki wewenang.
C. Posyandu
Di wilayah Puskesmas Kedungbanteng terdapat 79 buah
Posyandu , adapun menurut tingkat perkembangan Posyandu dapat
dirinci sebagai berikut :
1. Posyandu Pratama

Dari

79

Posyandu

yang

ada

di

wilayah

Puskesmas

Kedungbanteng tedapat 9 Posyandu Pratama atau sebesar 11,39


%.
2. Posyandu Madya
Dari

79

Posyandu

yang

ada

di

wilayah

Puskesmas

Kedungbanteng terdapat 48 Posyandu Madya atau sebesar


60,76%.
3. Posyandu Purnama + Mandiri
Dari

79

Posyandu

yang

ada

di

wilayah

Puskesmas

Kedungbanteng terdapat 22 Posyandu Purnama atau sebesar


27,85%. Sedangkan untuk posyandu Mandiri tidak ditemukan.
Dibandingkan dengan tahun 2008 tidak mengalami perubahan.
Berdasarkan Indikator Indonesia Sehat untuk persentase posyandu
belum mencapai target yaitu sebesar 40% untuk Posyandu
Purnama dan Mandiri. Perlu diadakan pembinaan agar Posyandu
yang telah ada agar dapat menjadi Posyandu yang Purnama dan
Mandiri.

III.

Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat
kesehatan di samping perilaku dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator
penting yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai
berikut:
A. Air Bersih
Ketersediaan air di Kecamatan Kedungbanteng berasal dari
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Dari 14 desa di Kecamatan
Kedungbanteng, sudah 80% masyarakat memiliki akses untuk air
bersih dan ditargetkan pada tahun 2019, 100% masyarakat sudah
memiliki sendiri sumber air bersih di rumah masing-masing.
Ketercapaian tersebut dihambat oleh pihak puskesmas yang tidak
memiliki wewenang.

1. Jamban Sehat
Kebanyakan
pentingnya

masyarakat

jamban

sehat,

masih

meskipun

belum
sudah

sadar

akan

mengetahui

pentingnya air bersih dan sehat. Banyak keluarga di Kecamatan


Kedungbanteng yang masih memanfaatkan WC umum (satu WC
dipakai beberapa keluarga), sungai, maupun kolam untuk
kepentingan BABnya. Pemerintah sudah mengupayakan agar
masyarakat sadar atas pentingnya jamban sehat. Namun mereka
masih beranggapan bahwa jamban di atas kolam tidak dapat
menimbulkan penyakit, melihat orang tua mereka yang umurnya
lama meskipun memakan ikan di kolam tersebut.
2. Sampah
Pengelolaan sampah di Kecamatan Kedungbanteng sudah
ada. Sebagian besar warga di Desa Keniten mengumpulkan
sampah dan membakar atau menimbunnya sendiri di pekarangan
rumah. Meskipun demikian, di setiap RW sudah disediakan satu
gerobak dan satu petugas yang nantinya akan dibawa ke TPS.
Sudah >70% rumah memiliki tempat sampah di depan rumah
masing-masing. Sistem pengelolaan sampah masih open
dumping. Untuk pengolahan sampah, masih belum berjalan.
Ironisnya, meskipun sampah sudah dipisahkan antara yang
organic dan anorganik, ketika sudah sampai di truk yang akan
membawa sampah ke TPA, sampah tersebut dijadikan satu.
Pengolahan sampah juga dihambat oleh petugas puskesmas yang
tidak memiliki wewenang sampai ke TPA.
IV.

Pelayanan kesehatan
A. Pelayanan persalinan
Perkiraan jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas
Kedungbanteng sebanyak 1.028 persalinan, adapun persalinan pada
tahun 2010 sebanyak 1.028 persalinan yang semuanya ditolong oleh
tenaga kesehatan (100%). Sedangkan target Indonesia Sehat 2010
adalah 77% yang berarti target tersebut telah tercapai.

B. Bayi yang telah diimunisasi


1. BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani posyandu sebanyak 987
2.

bayi dari bayi yang ada sebanyak 977 atau sebesar 101,02%.
DPT 1+HB1
Bayi yang diimunisasi DPT1+HB1 sebanyak 1.057 bayi atau sebesar
108,19%.

3.

DPT 3+HB3
Bayi yang diimunisasi DPT 3 sebanyak 1.054 bayi atau sebesar

107,88%.
4. Polio 4
Bayi yang diimunisasi Polio 4 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
pada tahun 2010 sebanyak 1.011 bayi atau sebesar 103,48%.
5.

Campak
Bayi

yang

diimunisasi

campak

di

wilayah

Puskesmas

Kedungbanteng pada tahun 2010 sebanyak 1.057 bayi atau sebesar


108,19%.
C. Peserta KB terhadap PUS
Jumlah

PUS

berdasarkan

data

dari

BPPKB

Kecamatan

Kedungbanteng, untuk wilayah Puskesmas Kedungbanteng adalah


sebanyak 10.140 PUS, sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak
1.701 orang atau 16,78% dari PUS dan jumlah peserta KB aktif
sebanyak 3.307 atau sebesar 32,57% dari PUS.
1. Cakupan Desa UCI
Pada tahun 2010 wilayah Puskesmas Kedungbanteng
pencapaian Desa UCI adalah 100% secara keseluruhan dari total 14
Desa yang ada di Keacamatan Kedungbanteng.
2. Desa terkena KLB yang ditangani -24 jam
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
terdapat 3 KLB dan ditangani seluruhnya atau 100%. Adapun KLB
yang terjadi adalah kasus keracunan makanan di Desa Dawuhan
Wetan, Kutaliman dan Welung yang ditangani < 24 jam sebesar
100% dengan target Indonesia Sehat 2010 adalah 100%.

10

3. Penderita dan kematian,


CFR KLB menurut jenis KLB dan Desa yang terserang
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng terdapat
KLB dengan jumlah penduduk yang terancam sebanyak 11.531
orang dan penderita 13 orang (0,11%)
4. Ibu hamil yang mendapat pelayanan Fe1, Fe3
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas Kedungbanteng terdapat
ibu hamil sebanyak 1.124 orang dengan rincian:
a. Mendapatkan pelayanan Fe1 sebanyak 1.124 orang atau sebesar
100% dari 1.124 orang ibu hamil yang datang.
Ibu hamil yang mendapat pelayanan Fe2 sebanyak 980

b.

atau sebesar 87,19% dari 1.124 orang ibu hamil yang datang.
5. Wanita usia subur dengan status Imunisasi TT
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas Kedungbanteng wanita
usia subur sebanyak 14.613 orang dengan rincian:
a. Sedangkan jumlah perempuan yang mendapatkan pelayanan
TT1 sebanyak 14.613 orang atau sebesar 100%
b. Dan perempuan yang mendapatkan pelayanan TT2 sebanyak
1.140 orang atau sebesar 10,69%.
6. Bayi yang diberi ASI eksklusif
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
terdapat bayi yang lahir sebanyak 503 bayi usia 0-6 bulan dan yang
mendapat ASI ekslusif sebanyak 236 bayi atau sebesar 46,92%.
7.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut


a.Pelayanan dasar gigi
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng jumlah
penderita dengan tumpatan gigi tetap sebanyak 161 orang dan
pencabutan gigi tetap sebanyak 182 dengan demikian rasio
tambal/cabut sebesar 0,88%.UKGS (PROM-PREV)
b.

Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng


terdapat jumlah murid SD sebanyak 5.724 orang, sedangkan
murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 1.183 orang atau
sebesar 20,67%, murid SD yang perlu perawatan sebanyak 971
orang dan yang mendapat perawatan sebanyak 86 atau 8,86%.

11

8.

KK miskin mendapat pelayanan kesehatan


Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
jumlah KK miskin sebanyak 21.797 orang dan keluarga yang
mendapat pelayanan kesehatan sebanyak 17.438 orang atau sebesar
80%.
9. Peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi
a. Jumlah peserta KB aktif
i.

MKJP
1) IUD
Pada tahun 2010 peserta KB aktif dengan kontrasepsi
IUD sebanyak 528 orang atau sebesar 7,13%.
2) MOP/MOW
Pada tahun 2010 di wilayah puskesmas Kedungbanteng
peserta KB aktif dengan kontrasepsi MOP/MOW
sebanyak 239 orang atau 49,71%.

ii.

IMPLANT
Pada tahun 2010 di wilayah Kedungbanteng peserta
KB aktif dengan kontrasepsi implant sebanyak 689 orang
atau sebesar 139,45%

iii.

NON MKJP
1)

Suntik

Pada Tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng


peserta KB aktif suntik sebanyak 4.959 orang atau sebesar
922,75%
2)

Pil

Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng


peserta KB aktif Pil sebanyak 897 orang atau sebesar
173,02%
iv.

Kondom

12

Pada tahun 2010 di wilayah puskesmas Kedungbanteng


peserta KB aktif kondom sebanyak 96 orang atau 18,35%.
b. Jumlah peserta KB baru
i. MKJP
1) IUD
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
peserta KB IUD sebanyak 126 orang atau sebesar 96,89%.
2) MOP/MOW
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
peserta KB MOP/MOW sebanyak 20 orang atau sebesar
16,5%.
ii. IMPLANT
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
sebanyak 384 orang atau sebesar 282%.

iii. NON MKJP


1) Suntik
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
peserta KB suntik sebanyak 888 orang atau sebesar
720,3%
2) Pil
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
peserta KB pil sebanyak 281 orang atau sebesar
232,8%
3) Kondom
Pada tahun 2010 peserta KB kondom di wilayah
Puskesmas Kedungbanteng sebanyak 68 orang atau
sebesar 51,46%.

13

BAB IV
ANALISIS MASALAH
I.

i.
ii.
iii.
iv.

Analisis Potensi dan Kebutuhan


A. Promosi Kesehatan
1. Sasaran (Target)
Ibu menyususui,anak sekolah,keluarga inti
2. Program dan Kegiatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)
a. Peningkatan kualitas PHBS
Program pencucian tangan massal
Pemanfaatan dan pengelolaan air bersih
Pengelolaan tempat pembuangan sampah
Pengelolaan tempat pembuangan limbah
b. Peningkatan kinerja Posyandu
c. Pendataan UKBM
3. Sarana dan Pra Sarana
Pusat Kesehatan Desa (PKD)
B. KIA dan KB
1. Sasaran (Target)
Ibu hamil, Ibu menyusui, Calon pengantin, Pasangan usia subur
(PUS), Lansia dan Balita.
2. Program
a. Meningkatkan KIA dengan program KHPPIA
b. Peningkatan mutu pelayanan KIA

14

c. Peningkatan surveilans dan pencegahan penyakt termasuk


imunisasi program KHPPIA
3. Kegiatan:
a. Pemeriksaan ibu hamil, Anak- anak dan KB Suntik, Pelayanan
KB (IUD, Imunisasi (BCG, Hepatitis, Combo, Polio)
b.

Posyandu Balita
i. Pemberian makanan tambahan

c.

d.

ii.

Pemantauan BB

iii.

Imunisasi

iv.

Penyuluhan ASI eksklusif

v.

Penanganan Diare (Pemberian oralit)

Posyandu Lansia
i.

Pemeriksaan dan pengobatan

ii.

Penyuluhan

iii.

Senam sehat

iv.

Rujukan untuk pelaksanaan perawatan lanjut

v.

Pemberian makanan tambahan

Pelayanan dan penyuluhan KB


i.

Pemantauan gizi ibu hamil dan anak- anak

ii.

Penyuluhan kepada bidan desa (2 bidan)

4. Tugas Operasional:
a. Melaksanaan KIA- KB
b. Memeriksa ibu hamil, ibu menyusui dan anak- anak di
puskesmas maupun posyandu.
c. Menyampaikan cara pemberian makanan tambahan bagi yang
membutuhkan dan penyuluhan dalam bidang KIA/ KB/ Gizi
d. Melakukan imunisasi
e. Melatih dukun bayi
f. Mengamati perkembangan mental bayi dan anak
g. Koordinator bidan desa
h. Membantu surveillance penyakit menular

15

i. Pencatatan dan pelaporan


j. Kunjungan ke rumah- rumah
k. Membantu dokter melaksanakan fungsi manajemen
l. Ikut serta dalam perkembangan PKMD di wilyah kerjanya

5. Sarana dan Pra Sarana


Posyandu Balita dan Lansia, vaksin imunisasi (BCG, polio,
campak, dll), alat kontrasepsi (KB spiral,IUD,suntik, dll).

JUMLAH PUS, PESERTA KB, PESERTA KB BARU, DAN KB AKTIF MENURUT KECA
PUSKESMAS
TAHUN

NO

KECAMATAN

DESA/KELUARAHAN

JUMLAH PUS

1
1

2
KEDUNGBANTENG

3
KENITEN

KEDUNGBANTENG

KEDUNGBANTENG
2010
PESERTA KB BARU
JUMLAH
5

883

100

820

109

16

KEBOCORAN

KARANGSALAM

KENITEN

760

140

632

120

1,526

187

KARANGNANGKA

674

125

DAWUHAN WETAN

771

127

DAWUHAN KULON

550

140

BASEH

824

159

10

KALISALAK

546

84

11

WINDUJAYA

462

100

12

KALIKESUR

475

104

13

KUTALIMAN

799

102

14

MELUNG

418

104

10,140

1,701

JUMLAH (KAB/KOTA)

Tabel IV.1. Jumlah PUS, peserta KB baru dan KB aktif Puskesmas Kedungbanteng
Puskesmas)Kedungbanteng

17

C. Perbaikan Gizi
1. Sasaran (Target)
Seluruh warga Kedungbanteng berusia kurang dari 5 tahun
2.
a.
b.
c.

(Balita)
Program dan Kegiatan
Penigkatan status gizi perempuan
Peningkatan status gizi dalam rangka KHPPIA
Peningkatan pemantauan konsumsi zat gizi yang memadai dan

kebiasaan PHBS balita


3. Sarana dan Pra Sarana
a. Posyandu
b. Posyandu Purnama
c. Posyandu Mandiri
d. Posyandu Purnama dan Mandiri
D. Kesehatan Lingkungan
1. Sasaran (Target)
Masyarakat umum merupakan sasaran utama penyehatan
lingkungan.
2. Program dan Kegiatan
a. Peningkatan kualitas lingkungan permukiman
b. Survailan air
c. Klinik sanitasi
d. Pembinaan dan penyuluhan kesehatan ke tempat kerja
industry yang belum memenuhi syarat kesehatan
e. Penyusunan profil kesehatan
f. Stimulan sanitasi dasar (jamban keluarga)
3. Sarana dan Pra Sarana
a. Rumah sehat
b. Tempat-tempat umum

18

E. Pemberantasan Penyakit Menular


1. Sasaran (Target)
Warga Kedungbanteng secara umum.
2. Program dan Kegiatan
Pemberantasan penyakit menular
3. Sarana dan Pra Sarana
a. Sarana kesehatan laborat kesehatan
Laboratorium
kesehatan
Puskesmas

Kedungbanteng

melaksanakan pemeriksaan golongan darah, HB, TB paru,dan


malaria.
b. Obat generic
Menurut sumber dari gedung obat Puksesmas Kedugbanteng
untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat telah
tersedia obat generic dan seluruh jenis obat generic yang
dibutuhkan tersedia.
F. Balai Pengobatan Dasar
1. Sasaran (Target)
Seluruh warga Kedungbanteng.
2. Program dan Kegiatan
a. Peningkatan kelembagaan dana sehat
b. Peningkatan alat kesehatan untuk Puskesmas Keliling
c. Pengembangan Puskesmas Keliling paradigm baru
d. Peningkatan sarana dan prasarana di Puskesma Keliling
e. Peningkatan kesehatan lansia
3. Sarana dan Pra Sarana
Menurut sumber dari gedung obat Puksesmas Kedungbanteng
untuk melaksanakan pelayanan kepada masyarakat telah tersedia
obat generic dan seluruh jenis obat generic yang dibutuhkan
tersedia.
4. 3 Besar Penyakit di Puskesmas Kedungbanteng
a. Diare
b. Pneumonia
c. Campak

19

PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT DESA


PUSKESMAS KEDUNGBANTENG
TAHUN 2010
N
O
1
1
2
3
4
5

RUMAH
KECAMATAN

DESA/KELURAHAN

KEDUNGBANTENG

JUMLAH

JUMLAH

SELURUHNYA

DIPERIKSA

DIPERIKSA

KENITEN

1,129

598

52.97

KEDUNGBANTENG

1,073

576

53.68

KEBOCORAN

1,077

538

49.95

900

468

52.00

1,856

744

40.09

KARANGSALAM
KENITEN

20

6
7
8
9
10
11
12
13
14

KARANGNANGKA

952

496

52.10

DAWUHAN WETAN

979

438

44.74

DAWUHAN KULON

758

462

60.95

BASEH

966

456

47.20

KALISALAK

693

328

47.33

WINDUJAYA

557

292

52.42

KALIKESUR

575

316

54.96

1,058

548

51.80

506

228

45.06

13,079

6,488

49.61

KUTALIMAN
MELUNG

JUMLAH (KAB/KOTA)

Tabel IV.2. Presentase Rumah Sehat Puskesmas Kedungbanteng (Sumber : Laporan Promkes Pus

21

II.

Perumusan Masalah
A. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
Permasalahan yang ada:
1. Masih banyak warga yang belum memiliki rumah sehat
a. Tidak ada septitank
b. Tidak ada TPS/TPA
c. Tidak ada tempat pembuangan limbah
d. Kurangnya sumber air bersih yang layak
2. Kurangnya perhatian dari pihak pemerintah dan pihak terkait
terhadap kesehatan lingkungan
Pemecahan masalah:
a. Mengadakan penyuluhan tentang bagaimana rumah yang
sehat.
b. Pengadaan jamban atau MCK.
c. Lebih memperhatikan lagi keadaan masyarakatnya dengan
pembinaan

kader-kader

yang

baik

tentang

kesehatan

lingkungan.
B. KIA-KB
Permasalahan yang ada:
1. Angka kematian bayi 1/4017
2. Kurangnya oengetahuan mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI
Pemecahan masalah:
Penyuluhan mengenai pemanfaatan ASI yang baik
C. P2M
1. Diare
Permasalahan yang ada:
a. Kurang kebiasaan mencuci tangan
b. Balita bermain-main di tanah
c. Kebersihan balita setelah BAK dan BAB kurang dijaga
d. Sanitasi kurang
e. Buang air besar tidak di jamban
f. Kurangnya perhatian dari pemerintah dan pihak terkait
Pemecahan masalah:
i

Mengurangi dan mencegah penyebaran infeksi


1) Ajarkan cara mencuci tangan yang benar pada orang tua dan
pengunjung
2) Segera bersihkan dan angkat bekas baung air besar dan
tempatkan pada tempat yang khusus
3) Gunakan standar pencegahan universal (seperi; gunakan
sarung tangan dan lain-lain)

22

4) Tempatkan pada ruangan yang khusus


5) Bila bayi tidak toleran dengan ASI berikan formula yang
rendah laktosa
ii Meningkatkan pengetahuan orang tua
1) Kaji tingkat pemahaman orang tua
2) Ajarkan tentang prinsip diit dan kontrol diare
3) Ajarkan pada orang tua tentang pentingnya cuci tangan
untuk menghindari kontaminasi
4) Jelaskan tentang penyakit, perawatan dan pengobatan
5) Jelaskan pentingnya kebersihan
iii Perencanaan Pemulangan
1) Jelaskan penyebab diare
2) Ajarkan untuk mengenal komplikasi diare
3) Ajarkan untuk mencegah penyakit diare dan penularan;
ajarkan tentang standar mencegahan
4) Ajarkan perawatan anak; pemberian makanan dan minuman
(misalnya;oralit)
5) Ajarkan mengenal tanda-tanda dehidrasi, ubun-ubun dan
mata cekung, turgor kulit tidak elastis, membran mukosa
kering
6) Jelaskan obat-obatan yang diberikan; efek samping dan
kegunaannya
2. Pneumonia
Permasalahan yang ada:
a. Kurangnya kesadaran untuk menciptakan rumah sehat
b. Pengetahuan kurang
c. Banyak warga yang merokok di dalam rumah
Pemecahan masalah:
Penyuluhan mengenai pneumonia dan cara-caraefektif
pencegahannya.
3. Campak
Permasalahan yang ada:
Cakupan imunisasi yang kurang dari standar, karena masih
didapatkan kasus campak di lapangan. Sedangakan nilai absolute

23

mengenai persentase cakupan imunisasi campak tidak terdapat


dalam data yang kami jadikan sebagai acuan.
Pemecahan masalah:
Meningkatkan usaha cakupan imunisasi dengan memaksimalkan
sumber daya puskesmas dan memberikan penyuluhan atau
sosialisasi pentingnya imunisasi bagi masyarakat.
D. Perbaikan Gizi
Permasalahan yang ada:
Berdasarkan informasi dari salah satu kader desa didapat bahwa
terdapat bayi yang berada di bawah garis merah (BGM). Hal ini dapat
disebabkan oleh pengetahuan dan akses mencapai makanan sehat yang
kurang.
Pemecahan masalah:
Sudah terlaksana (ditangani dengan baik oleh pihak terkait) dengan
cara diberikan bantuan makanan dan susu.

III.

Prioritas Masalah
Penyusunan prioritas masalah dilakukan dalam sebuah kelompok
menggunakan sistem skor relatif. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan, yaitu metode Delbeq, Delphi, Hanlon, Relative Worth, dan
Forced Ranking. Dalam mencari prioritas masalah kesehatan yang terjadi di
daerah sekitar Puskesmas Banyumas, peneliti menggunakan metode Hanlon.
Metode Hanlon didasarkan pada 4 kriteria, kemudian prioritas
masalah ditentukan berdasarkan hasil skoring 4 kriteria tersebut. Kriteria
tersebut adalah:
Tabel IV. 3 Komponen A = Besarnya masalah
Besarnya masalah

Skor

(jumlah populasi yang terkena)


25%

10

10 24,9%

1 9,9%

24

0,1 0,9%

< 0,1%

Tabel IV. 4 Komponen B = Keseriusan masalah


Urgency

Skor

Severity

Skor

Cost

Skor

Very Urgent

10

Very Severe

10

Very Costly

10

Urgent

Severe

Costly

Some Urgent

Moderate

Moderate Cost

Little Urgent

Minimal

Minimal Cost

Not Urgent

None

No Cost

Tabel IV. 5. Komponen C = Ketersediaan solusi


Keefektifan

Skor

Sangat efektif (80 100%)

10

Efektif (60 80%)

Cukup efektif (40 60%)

Kurang efektif (20 40%)

Tidak efektif (0 20%)

Komponen D = Kriteria PEARL (Propiety, Economic, Acceptability,


Resources, dan Legality)
Jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, tidak diberikan skor 0 (nol)
P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah.
E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat.
A : Acceptability: apakah bisa diterima masyarakat.

25

R : Resources: Adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah.


L: Legality: Tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada.

Setelah dilakukan skoring, akan didapatkan nilai prioritas dasar (NPD)


dan nilai prioritas total (NPT). Nilai NPD dan NPT terbesar
menunjukan prioritas utama.

NPD dapat dihitung dengan rumus :

Nilai Prioritas Dasar (NPD) = (A+B) C

NPT dapat dihitung dengan rumus :


Nilai Prioritas Total (NPT) = [(A+B) C] x D

Berdasarkan praktek lapangan yang telah dilaksanakan di


Puskesmas Kedung Banteng.Didapatkan permasalahan yang terdapat di
daerah Kedung Banteng yaitu ISPA, Diare, Febris, Dermatitis,
Faringitis. Prioritas Masalah dapat dilakukan dengan menggunakan
metode HANLON seperti yang telah dijelaskan diatas,untuk lebih
spesifik dan lebih lanjutnya yaitu :
Komponen A
No
1
2
3
4
5

Masalah
ISPA
Diare
Febris
Dermatitis
Faringitis

Besaran
10,15 %
0,013 %
0,02 %
0,03%
0,01%

26

Komponen B
No
1
2
3
4
5

Masalah
ISPA
Diare
Febris
Dermatitis
Faringitis

Urgency
Low Urgency
Moderate
Moderate
Moderate
Moderate

Severity
Severe
Severe
Moderate
Moderate
Moderate

Cost
Moderate
Costly
Low cost
Moderate
Moderate

Komponen C
No
1
2
3
4
5

Masalah
ISPA
Diare
Febris
Dermatitis
Faringitis

Ketersediaan Solusi
43%
85%
53%
49%
51%

Komponen D
Kriteria PEARL
Jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, tidak diberikan skor 0 (nol).
P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah.
E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat.
A : Acceptability: apakah bisa diterima masyarakat.
R : Resources: Adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah.
L: Legality: Tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada.

No
1
2

Masalah
ISPA
Diare

BS B

8
2

U
4
6

C
6
8

8
8

B
6
7,3

D (A+B)x

NPT

6
1

C
84
93,3

84
93,3

1
1

27

Febris

3
5,3

0
6

43,98

43,98

48

48

48

48

Dermatiti

3
6

s
Faringitis

Berdasarkan teori Hanlon mengenai prioritas masalah, Diare menjadi salah


satu masalah paling utama untuk dilakukan Case Health Analysis.
IV.

Analisis Penyebab Masalah


Analisis penyebab masalah merupakan kegiatan untuk mengkaitkan
masalah dengan faktor-faktor penyebabnya dan dasaruntuk melakukan
pemecahan masalah. Analisa penyebab masalah menggunakan risk factor,
direct, dan indirect contributing factor. Sebelumnya analisis penyebab
masalah diperoleh dari data primer dan sekunder yang telah dikumpulkan.
Data primer diambil langsung dari responden dengan mengisi kuesioner
yang telah dibuat pada 25 responden yang mempunyai balita.
IV 1. Grafik Tingkat Pengetahuan
120%
100%

100%
84%
76%

80%

80%

76%
60%

60%

B
S

44%
40%
20%
0%
1

Gambar IV. 1. Grafik Pengetahuan


Keterangan:
1

Definisi diare
28

Penyebab diare

Cara mencegah diare

Pertolongan pertama pada diare

Oralit

Hal yang harus diperhatikan dalam mengkonsumsi makanan

Cara membuat susu formula


Pengetahuan :
1

Untuk pertanyaan tentang definisi diare dari 25 responden 100 %


masyarakat Keniten menjawab benar tentang definisi diare. Dari jumlah
tersebut bisa dikatakan masayarakat Keniten sudah mengerti tentang
penyakit diare. Ini bisa dipengaruhi oleh baiknya tingkat pengetahuan ibu
balita terhadap diare di daerah Keniten. Serta mudahnya akses ibu balita
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari bidan dan Puskesmas
setempat. Sehingga dapat meningkatkan pengetahuan tentang penyakit
diare tersebut. Kebanyakan masyarakat Keniten mengerti apa itu diare
karena putra-putri mereka sudah pernah terkena diare.

Untuk pertanyaan kuesioner tentang penyebab diare dari 25 responden di


desa Keniken sekitar 76% masyarakat Keniten menjawab benar tentang
penyebab diare. Dari data tersebut masyarakat Keniten bisa dikatakan
cukup memahami apa penyebab dari penyakit diare. Ini dipengaruhi oleh
keaktifan para kader dan bidan desa yang memberikan sosialisasi tentang
penyebab diare.

Untuk pertanyaan tentang pencegahan diare dari 25 responden di desa


Keniten sekitar 76% yang menjawab benar. Berarti bisa dikatakan cukup
banyak masyarakat Keniten yang sudah mengerti bagaimana cara
pencegahan diare. Sedangkan yang belum mengerti cara pencegahan
diare yaitu sekitar sisanya. Ini disebabkan kebanyakan dari warga
Keniten belum mengetahui cara penyimpanan dan pengolahan makanan
yang baik dan benar. Penjamahan makanan sering sekali dapat menjadi
sumber utama kontaminasi, sehingga tangan harus dicuci dengan teratur
memakai sabun dan air bersih serta mengalir, khususnya sebelum
mengolah

makanan,

setelah

menggunakan

kamar

kecil

atau

29

membersihkan tinja balita dan setelah memegang makanan mentah,


sampah makanan atau zat kimia, serta mencuci tangan anak sebelum
memberinya makan. Higiene personal yang terlibat dalam pengolahan
makanan perlu diperhatikan untuk menjamin makanan, disamping itu
untuk mencegah terjadinya penyebaran penyakit melalui makanan
sebagai salah satunya adalah penyakit diare (Purnawijayanti H.A, 2001 ).
4

Untuk pertanyaan tentang pertolongan pertama tentang penyakit diare


dari 25 responden sekitar 84% masyarakat menjawab benar. Dalam hal
ini juga bisa dikatakan banyak masyarakat desa Keniten mengerti akan
pertolongan pertama pada penyakit diare. Dan sekitar sisanya belum
mengerti mengenai pencegahan penyakit diare. Ini disebabkan karena
kurangnya pengetahuan akan pertolongan pertama terhadap diare.
Pengetahuan

sebagai

parameter

kesehatan

sosial

dapat

sangat

menentukan kesehatan masyarakat. Masyarakat dapat terhindar dari


penyakit asalkan pengetahuan kesehatan dapat ditingkatkan sehingga
perilaku sosialnya ikut menjadi sehat ( Slamet, 1994).
5

Untuk pertanyaan tentang pengertian,kegunaan dan cara membuat oralit


dari 25 responden sekitar 60% sudah menjawab benar. Namun pada cara
pembuatan oralit kebanyakan masyarakat Keniten belum banyak yang
mengerti secara paham. Hal ini dikarenakan putra-putri mereka tidak
begitu menyukai oralit sehingga para orang tua mereka lebih suka
langsung membawa ke bidan dan menggunakan obat bidan. Sehingga
mereka tidak terbiasa membuat oralit.

Untuk

pertanyaan tentang tempat

menjual,menyimpan

dan ciri

makananan yang sudah tidak layak konsumsi dari 25 responden sekitar


80% sudah menjawab dengan benar. Itu artinya masyarakat Keniten
sudah paham dan mengerti tentang pemilihan dan penyimpanan makanan
yang baik. Dan juga ciri-ciri makanan yang sudah tidak layak konsumsi.
Hal ini juga berpengaruh kepada status gizi karena status gizi adalah
keadaan tubuh yang diakibatkan oleh konsumsi makanan, penyimpanan
dan penggunaan makanan ( Reksodikusumo, 1994). Bisa dikatakan status
gizi balita pada masyarakat Keniten sudah cukup baik.

30

Untuk pertanyaan tentang cara membuat susu formula dari 25 responden


sekitar 44 % menjawab benar dan 56% menjawab salah. Itu artinya
pemahaman tentang pembuatan makanan pendamping seperti susu
formula pada masyarakat Keniten masih kurang. Ini disebabkan karena
kebanyakan masyarakat desa Keniten memberikan ASI secara tidak tepat
seharusnya setelah 6 bulan yaitu pemberian ASI ekslusif balita bisa
diberikan MP ASI (Makanan Pendamping Air Susu Ibu). Tetapi pada
masyarakat Keniten kebanyakan setelah 6 bulan diberi ASI sampai usia 2
tahun atau lebih. Ini yang menyebabkan sulitnya balita menerima
makanan selain ASI sehingga ibu juga tidak terbiasa memberikan
makanan selain ASI.

31

IV 2. Grafik Faktor Eksternal yang mempengaruhi diare pada masyarakat

100%
90%
80%
70%
60%

50%

b
c

40%

30%
20%
10%
0%
1

Gambar IV. 2. Grafik Eksternal

32

Keterangan:
1

Berapa banyak warga yang pernah terkena diare sejak tahun 2015
a

Sering (> 50 orang)

Cukup ( 20 - 50 orang )

Sedikit ( 1 20 orang )

Tidak ada

Kebiasaan masyarakat sekitar biasa membuang air besar


a

WC Pribadi

WC Umum

Sungai

Kolam

Kebiasaan keluarga biasa membuang air besar dan kecil


a

WC Pribadi

WC Umum

Sungai

Kolam

Kebun

Kebiasaan keluarga biasa membuang sampah


a

Sungai

Kolam

Kebun

Tempat sampah bersama

Sumber air yang digunakan


a

PDAM

Sungai

Sumur

Kebiasaan orangtua/ wali


a

Baik

Cukup

Buruk

33

EKSTERNAL
1

Untuk pertanyaan tentang jumlah warga yang terkena diare pada tahun 2015
dari 25 responden 92% menjawab sekitar 1-20 orang yang terkena diare.
Jumlah penderita yang terhitung sedikit ini dikarenakan masyarakat desa
Keniten sudah bisa menjaga kesehatan baik pribadi masing-masing ataupun
menjaga kesehatan lingkunganya.

Kebiasaan masyarakat sekitar biasa membuang air besar


64% warga desa Keniten yang menjadi responden menyatakan bahwa
sebagian besar warga Keniten menggunakan WC Pribadi sebagai tempat
buang air besar Sepengetahuan warga Keniten yang menjadi responden, di
lingkungannya 12% warga menggunakan kolam, 16% menggunakan wc
umum, dan sisanya buang air besar di sungai.
Kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan harus dikeluarkan dari dalam tubuh seperti tinja, air seni dan CO 2.
Masalah pembuangan kotoran manusia merupakan masalah pokok karena
kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multikompleks.
Beberapa penyakit yang dapat disebarkan oleh tinja manusia antara lain :
tipus, diare, disentri, kolera, bermacam-macam cacing seperti cacing gelang,
kremi, tambang, pita, schistosomiasis. Syarat pembuangan kotoran antara
lain, tidak mengotori tanah permukaan, tidak mengotori air permukaan,
tidak mengotori air tanah, kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat
dipergunakan oleh lalat untuk bertelur atau berkembang biak, kakus harus
terlindung atau tertutup, pembuatannya mudah dan murah (Notoatmodjo,
2003).
Di beberapa tempat sering sekali tinja manusia digunakan sebagai pupuk
tanaman atau sayuran dicuci dengan air permukaan yang sudah tercemari
tinja sehingga meningkatkan terjadinya penularan. Wabah juga dapat terjadi
jika air untuk keperluan rumah tangga bagi masyarakat luas tercemari feases
manusia, terutama di waktu hujan, dimana selokan mampat tersumbat
sampah, air dan kotorannya meluap kemana-mana (entjang dalam
Eirlangga, 2009).

34

Kebiasaan keluarga biasa membuang air besar dan kecil


Mayoritas responden menggunakan wc pribadi untuk buang air besar yaitu
sebesar 84%. Hal ini berarti kesadaran sebagian besar responden terhadap
lingkungan sudah cukup baik. Akan tetapi bangunan jamban/wc/kakus yang
memenuhi syarat kesehatan terdiri dari : rumah kakus, lantai kakus,
sebaiknya semen, slab, closet tempat feses masuk, pit sumur penampungan
feses atau cubluk, bidang resapan, bangunan jamban ditempatkan pada
lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau,
disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih. (Notoatmodjo
dalam Warman, 2011)
Namun sayangnya, tidak dapat dipungkiri jika 30% responden masih belum
peduli pada jamban sehat dan membuang air besar di kolam atau biasa
disebut Overhung latrine, yaitu rumah kakusnya dibuat di atas kolam,
selokan, kali, rawa dan lain-lain. Feses dapat mengotori air permukaan
(Notoatmodjo dalam Warman, 2011)

Kebiasaan warga menggunakan kolam dan sungai


Berdasarkan hasil kuesioner, 76% warga menggunakan sungai sebagai
tempat buang air besar namun di samping itu, tidak sedikit warga yang
mencuci dan mandi di tempat yang sama. Hal ini memperlihatkan bahwa
sebagian warga menggunakan air yang telah terkontaminasi kotoran untuk
mandi dan mencuci. Ditambah lagi anak-anak sering main disana, anakanak sangat rentan untuk terkena diare.
Air dalam alam mengandung zat makanan untuk keperluan jasad renik dan
mikro-organisme. Bila di dalam air terdapat parasit pathogen berarti terjadi
kontaminasi dengan tanah atau pembuangan kotoran (tinja). Seseorang
dapat terjangkit penyakit-penyakit yang ditularkan melalui air apabila orang
tersebut minum air atau mencuci peralatan makan dengan air yang
terkontaminasi (Eirlangga, 2009). Karena penyakit diare merupakan
penyakit yang sumber penularannya dapat dari makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi bakteri atau virus yang kemudian dikonsumsi oleh
orang sehat,air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bias

35

membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab diare (Hiswani,


2003).
5

Sumber air yang digunakan


Pada desa Keniten, 83% responden menggunakan PDAM sebagai sumber
air bersih dan sisanya menggunakan air sumur.
Syarat air minum ditentukan oleh syarat fisik, kimia dan bakteriologis.
Syarat fisik yakni, air tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih
dengan suhu sebaiknya di bawah suhu udara sehingga terasa nyaman. Syarat
kimia yakni, air tidak mengandung zat kimia atau mineral yang berbahaya
bagi kesehatan misalnya CO2, H2S, NH4. Syarat bakteriologis yakni, air
tidak mengandung bakteri E. coli yang melampaui batas yang ditentukan,
kurang dari 4 setiap 100 cc air. Pada prinsipnya semua air dapat diproses
menjadi air minum. Sumber-sumber air ini antara lain : air hujan, mata air,
air sumur dangkal, air sumur dalam, air sungai & danau (Warman, 2011).
Namun diperlukan pemeriksaan terlebih dahulu pada air sungai dan sumur
desa Keniten mengenai sumber air bersih terkait standar E. coli yang dapat
menyebabkan diare.
Penyakit diare bersumber pada penyakit menular yang disebarkan oleh air
(water borne disease) penyakit ini hanya dapat menyebar apabila mikroba
penyebabnya dapat masuk dalam air yang digunakan oleh warga sehari-hari
(Hiswani, 2003). .

Kebiasaan orangtua/ wali


Kebiasaan orang tua/wali pada desa Keniten, 88% sudah baik, dan sisanya
12% sudah cukup. Karena kebanyakan orangtua/wali, memilih memasak
sendiri daripada membeli makanan di warung, kemudian mencuci perabotan
makan dengan air mengalir, selalu mengecek tanggal kadaluarsa makanan,
pada kebiasaan mencuci tangan kebanyakan sudah dengan benar melakukan
cuci tangannya, dan kebersihan dari botol susu balita sudah baik dilihat dari
datanya. Kekurangan dari kebiasaan orangtua masih mencuci tangan
menggunakan sabun serta cuci tangan sebelum memasak. Padahal, mencuci
tangan dengan sabun bertujuan untuk menghilangkan kotoran dan debu
yang melekat di kulit serta mengurangi jumlah mikroorganisme sementara,

36

perilaku mencuci tangan dengan sabun dengan benar dan tepat dapat
mencegah terjadinya diare serta pengolahan makanan yang tepat, termasuk
mencuci tangan sebelum memasak juga dapat mencegah angka kejadian
diare pada balita (Environmental Health Perspective, 1999)

37

IV 3. Grafik Faktor internal yang mempengaruhi diare pada masyarakat


120%
100%
80%
a

60%

b
c

40%
20%
0%
1

Gambar IV. 3. Grafik Internal

38

Keterangan
1

Kebiasaan balita
a

Baik

Cukup

Kurang

Imunitas balita
a

Lengkap

Cukup

Tidak lengkap

Makanan yang dikonsumsi balita


a
b
c

Pemberian ASI ekslusif pertama pada balita


Makanan pendamping ASI pertama dan usia saat pemberian makanan
pendamping
Jenis makanan pendamping ASI :
- Instant (misal : SUN, promina, dll)
- Mengolah sendiri

39

INTERNAL
1

Dari factor internal, kebiasaan balita di desa Keniten sendiri sudah baik, 7
responden menjawab balitanya senang memasukkan benda atau jari ke
mulut, bermain di tanah sebanyak 5 responden, dan selanjutnya kebersihan
dari balita setelah BAB/BAK dibersihkan sebanyak 13. Menghisap jari atai
memasukkan benda ke mulut dan berada bermain di lingkungan yang kotor
merupakan salah satu factor yang berhubungan dengan terjadinya kejadian
diare pada balita (Alamsyah, 2002).

Dari data imunitas balita, semua responden menjawab balitanya lahir cukup
bulan. Serta 25 responden menjawab balitanya mendapat imunisasi lengkap.
imunisasi yang lengkap juga memberikan tambahan system imun pada bayi,
serta ASI eksklusif juga memiliki beberapa aspek yang berguna bagi bayi,
yaitu sebagai gizi dalam tumbuh kembang anak, kesehatan pada
gastrointestinal serta imunologis, dan pencegah penyakit termasuk diare
(Chairuddin P. Lubis, 2003).

Dari data makanan yang dikonsumsi oleh balita, 25 responden menjawab


balitanya sudah diberi ASI eksklusif, kemudian pemberian makanan
pendamping kebanyakan instan, serta seikit yang memrikan makanan
gabungan antara instan dan membuat sendiri. Dalam hal ini ASI eksklusif
memiliki beberapa aspek yang berguna bagi bayi, yaitu sebagai gizi dalam
tumbuh kembang anak, kesehatan pada gastrointestinal serta imunologis,
dan pencegah penyakit termasuk diare (Chairuddin P. Lubis, 2003).
Pemberian ASI eksklusif seharusnya dapat mencegah terjadinya angka
kejadian diare, karena seperti yang disebutkan di atas, ASI dapat
meningkatkan imunitas balita. Sedangkan pemberian makanan pendamping
yang tepat dan pada waktu yang tepat dapat membuat system pencernaan
balita menjadi lebih baik, tetapi apabila pemberian makanan pendamping
tidak tepat, maka dapat menyebabkan sakit perut atau bahkan menjadi diare.

40

IV 4. Faktor Observasional

120%
100%
80%
Baik

60%

Cukup
Kurang

40%
20%
0%
1

41

Gambar IV. 4. Grafik Observasi

42

OBSERVASIONAL
1

Keadaan lantai dari para warga di desa Keniten sudah bersih, hampir semua
sudah menggunakan lantai ubin/keramik walaupun masih ada beberapa
ruangan yang lantainya masih di semen. Selain itu, ada beberapa rumah
yang masih menggunakan tanah sebagai lantainya. Hal ini tentu saja dapat
memicu terjadinya diare, karena kebersihan rumah tidak terjaga jika tidak
menggunakan lantai yang kedap air.

Keadaan kamar mandi dari para responden sudah cukup baik, karena
beberapa rumah sudah mulau memiliki jamban di rumahnya, selebihnya
mereka menggunakan kolam atau sungai sebagai tempat untuk buang air.
Padahal penyakit diare bersumber pada penyakit menular yang disebarkan
oleh air (water borne disease) penyakit ini hanya dapat menyebar apabila
mikroba penyebabnya dapat masuk dalam air yang digunakan oleh warga
sehari-hari (Hiswani, 2003). Kebiasaan buang air tidak pada jamban tentu
menjadi salah satu factor yang dapat membuat diare. Selain itu, kebersihan
dari bak mandi juga masih kurang, walaupun kebanyakan dari warga sudah
menggunakan sabun untuk kebersihan badan mereka.

Kebersihan dapur warga di desa Keniten lumayan baik, mereka sudah


menempatkan tempat sampah, ataupun tempat untuk mencucui piring,
walaupun untuk tempat mencuci perabotan masih ada yang dipisah di luar
dan menggunakan air pancuran dari kolam serta air sungau atau sumur
untuk membilasnya, penggunaan air dari kolam dan dari sungai dapat
menjadi salah satu factor, karena dikhawatirkan air tersebut sudah
terkontaminasi mikroba penyebab diare. Karena penyakit diare merupakan
penyakit yang sumber penularannya dapat dari makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi bakteri atau virus yang kemudian dikonsumsi oleh
orang sehat, air yang sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat
bias membuat orang tersebut terpapar dengan agent penyebab diare
(Hiswani, 2003). Untuk tempat perabotan makan sudah disimpan dengan
baik, penyimpanan makanan yang sudah siap saji juga sudah disimpan
dengan baik agar tidak ada lalat atau serangga lain yang masuk. Untuk

43

penyimpanan bahan mentah, tidak semua menyimpan pada kulkas karena


keterbatasan biaya.
4

Keadaan tempat sampah yang dimiliki warga desa Keniten sudah baik,
tetapi masih ada beberapa yaitu 7 responden yang belum memiliki tempat
sampah yang cukup memadai. Kebanyakan warga sekitar 5 responden juga
membuang sampah pada kebunnya, dan dibiarkan menumpuk begitu saja,
jika tidak mereka membakar sampah itu. Ada satu tempat bernama pereng,
yang dijadikan sebagai tempat pengumpulan sampah dari warga sekitar, di
pereng, sampah ditumpuk begitu saja, dan sangat jarang sekali ada yang
membakarnya ataupun megnolahnya. Pengelolaan limbah atau sampah cair
juga masih dibuang seadanya, limbah dapur atau cucian dialirkan ke sungai,
sehingga ini dapat menyebabkan terkontaminasinya air sungai.

Dan

menyebabkan diare, karena penyakit diare merupakan penyakit yang sumber


penularannya dapat dari makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi
bakteri atau virus yang kemudian dikonsumsi oleh orang sehat,air yang
sudah tercemar apabila digunakan oleh orang sehat bias membuat orang
tersebut terpapar dengan agent penyebab diare (Hiswani, 2003).
5

Data dari responden yang kami kumpulkan menggambarkan bahwa balita


yang lahir di desa Keniten lahir cukup bulan semua,dan status gizi mereka
baik, tidak ada yang BGM. Namun begitu,jpernah ada balita yang BGM,
akan tetapi kasus itu sudah ditangani oleh bidan desa dan puskesmas
setempat. Gizi dan imunitas bayi sangat erat hubungannya dengan daya
tahan balita tersebut akan penyakit, sehingga tidak mudah terserang
penyakit.

V.

Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil pengambilan data faktor risiko Diare menunjukkan
bahwa penyebab masalah diare pada balita di Desa Keniten adalah
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare sehingga mereka tidak
dapat melakukan upaya pencegahan. Oleh karena itu, kami membuat
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:

44

Penyuluhan tentang Diare

Visit door to door

Pembagian leaflet dan poster


Penentuan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MIV/C (RINKE). Point tertinggi digunakan sebagai prioritas pemecahan
masalah.
Tabel IV. 6. Komponen RINKE
M

sko

Sko

Very

r
10

Very

r
10

large
Large
Medi

8
6

um
Small
Very

sko C

Sk

Very

r
10

Very

or
10

sustainable
Sustainable 8
Intermediat 6

Responsive
Responsive
Intermediat

8
6

costly
Costly
Moderate

8
6

Low

e
Some

cost
Minimal

sustainable
Not

responsive
No

cast
No cost

Small

sustainable

M (Magnitude)

responsive

: Seberapa luas program tersebut dapat menjangkau


suatu populasi.

I (Intensity)

: Seberapa lama program tersebut bertahan.

V (Sensitivitas)

: Seberapa besar masyarakat dapat memberikan


respon.

C (Cost)
N
o

: Seberapa banyak biaya yang dikeluarkan.


Kegiatan

MIV/

128

54

18

Penyuluha
1.

2.

3.

n tentang
diare
Visit door
to door
Pembagia
n

leaflet

dan poster
45

Tabel IV. 7. Alternatif Pemecahan Masalah


Point tertinggi adalah penyuluhan tentang diare.

46

BAB V
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)

POA dibentuk berdasarkan alternative yang telah ditentukan dalam


penyusunan alternative masalah. POA dibentuk dalam bentuk proposal kegiatan,
dan untuk kasus ini POAnya adalah sebuah penyuluhan.
A. Nama Kegiatan
Penyuluhan Upaya Pencegahan Diare di Desa Keniten
B. Latar Belakang Kegiatan
Diare adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga
kali dalam satu hari dan biasanya berlangsung berhari-hari. Diare
disebabkan oleh bakteri yang terinfeksi dari makanan yang terkontaminasi,
perilaku hidup tidak sehat, dan sebagainya.
Diare sampai saat ini masih menjadi masalah utama di masyarakat
yang sulit untuk ditanggulangi. Dari tahun ke tahun diare tetap menjadi
salah satu penyakit yang menyebabkan mortalitas dan malnutrisi pada
anak. Menurut data World Health Organization (WHO) pada tahun 2009,
diare adalah penyebab kematian kedua pada anak dibawah 5 tahun. Untuk
skala nasional berdasarkan data dari Profil Kesehatan Indonesia tahun
2008, penderita diare pada tahun tersebut adalah 8.443 orang dengan
angka kematian akibat diare adalah 2.5%. Angka ini meningkat dari tahun
sebelumnya, yaitu 1.7% dengan jumlah penderita diare adalah 3.661
orang. Untuk tahun 2006, penderita diare di Indonesia adalah 10.280 orang
dengan angka kematian 2.5%.
Di Desa Keniten, sebagian besar warganya masih belum
menerapkan perilaku hidup sehat. Hal tersebut dibuktikan dengan
membuang sampah tidak pada tempatnya, sampah hanya dibuang kedalam
lubang yang dibuat sendiri di kebun. Selain itu kebanyakan warga Keniten
buang air besar di kali, karena tidak mempunyai jamban sendiri. Salah satu
alasan warga Desa Keniten tidak mempunyai jamban, yaitu tidak
terdapatnya lahan yang cukup untuk pembuatan septic tank. Balita di Desa
Keniten juga masih banyak yang bermain tanah sehingga mudah sekali
untuk terjangkit penyakit, salah satunya adalah diare.

47

Untuk menurunkan angka kejadian penyakit diare di Desa Keniten


maka akan diadakan penyuluhan, dengan penyuluhan ini diharapkan dapat
memberikan penjelasan dan informasi kepada masyarakat tentang penyakit
diare.
C. Tujuan Kegiatan
1.

Menurunkan faktor resiko kejadian diare pada

balita di Desa Keniten


2.
Meningkatkan
3.

pengetahuan

masyarakat

mengenai diare dan cara pencegahan serta pengobatannya


Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat

pada masyarakat Desa Keniten


4.
Penggalakan pembangunan septic tank untuk
seluruh rumah di Desa Keniten
D. Sasaran
Kader dan seluruh warga di Desa Keniten
E. Panitia Pelaksana
Susunan Kepanitiaan Acara Penyuluhan Kesehatan
Ketua Panitia

: Ahmad Fauzi

Sekertaris

: Pratiwi Sekar Andjari

Bendahara

: Aulia Nurul Izzati

Seksi Acara

: Erine Della Aprilla


RR. Fera Pratiwi
Mona Montaz

Seksi Perlengkapan

: M Edo Antariksa
Diptyo Fajar santoso

Seksi Dokumentasi

: Yulinar Firdaus Y

Seksi Konsumsi

: Diany Larasati
Dewi Wahyu Wulandari

F. Pokok Kegiatan

48

Kegiatan ini merupakan serangkaian acara yang terdiri atas


penyuluhan dengan materi penyuluhan sebagai berikut :
1. Seluk beluk mengenai diare pada masyarakat,
2. Pengetahuan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada ibu dan
pada balita,
3. Pembangunan

tempat

pembuangan

limbah

ataupun

tempat

pembuangan akhir pada seluruh rumah warga (misal : pembangunan


septic tank).
Acara diisi dengan pemateri yang interaktif dan berwawasan luas,
terutama yang sudah dekat dengan warga di Desa Keniten. Pengemasan
acara dibuat seperti talkshow dengan dialog interaktif dengan para warga
sendiri, serta dilakukan pembagian doorprize untuk menarik minat warga.
G. Alat dan Sarana
1.

LCD

2.

Layar

3.

Speaker

4.

Mikrofon

H. Pelaksanaan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal

: Sabtu, 11 Juli 2015

Waktu

: 13.00 WIB

Tempat

: Balai Desa Keniten

Susunan acara

49

Jam

Kegiatan

13.00 13.10

Pembukaan : 1. Ketua Panitia


2. Pembimbing (dr. Daniel)
3. Kepala Puskesmas
4. Kepala Desa

13.10-13.15

Pre test
Penyampaian materi

13.15 13.30

Materi 1 : Diare dan cara penanggulangannya (dr. Daniel)

13.30 - 13.50

Materi 2 : PHBS (Kepala Puskesmas)

13.50 14.10

Sesi Tanya jawab

14.10 14.20

Hiburan

14.20 14.30

Post test

14.31 14.37

Penutupan (Penyerahan Plakat)

Tabel V. 1. Susunan Acara


I. Rencana Anggaran
PEMASUKAN
(Iuran Anggota Kelompok) @ Rp 50.000,00 x 11

= Rp 550.000,00

PENGELUARAN
Konsumsi peserta 50 x @ Rp 3.000,00

=Rp 150.000,00

Konsumsi tamu undangan 3 x @ Rp 4.000,00

=Rp

12.000,00

Air mineral 2 dus x @ Rp 15.000,00

=Rp

30.000,00

Plakat 2 x @Rp 30.000,00

=Rp

60.000,00

Fotocopy :

50

Leafleat100 x @Rp 200,00


Undangan 55 x @Rp 200,00
Hadiah kuis @Rp 15.000,00 x 4 orang
Blok Note 54 x @Rp 2.500,00
Dekorasi
Biaya tidak terduga

=Rp. 20.000,00
=Rp. 11.000,00
=Rp 60.000,00
=Rp 135.000,00
=Rp 50.000,00
=Rp 22.000,00
+
=Rp 550.000,00

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN

51

1.

Berdasarkan metode Hanlon yang digunakan untuk


prioritas masalah didapat diare menjadi prioritas masalah yang ada di

2.

kecamatan Kedungbanteng.
Penyebab diare di Desa Keniten adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit diare meliputi factor penyebab,
cara pencegahan, pengobatan diare, dan pentingnya program hidup bersih
dan sehat.

SARAN
1. Para orang tua sebaiknya lebih mengontrol dan mengawasi anak-anaknya
untuk berperilaku sehat dimanapun mereka berada.
2. Para masyarakat hendaknya lebih teliti dan hati hati dalam memilih
makanan untuk dikonsumsi, baik dari segi penyimpanan, pengolahan, dan
kelayakan pangan (tanggal kadaluarsa, bau, rasa, dan warna).
3. Pengendalian serta bimbingan perilaku hidup bersih dan sehat serta
pengetahuan lain terkait penyakit diare sebaiknya dilakukan secara merata
dan dengan koordinasi yang baik, mulai dari puskesmas kepada bidan,
bidan kepada kader desa, kader kepada masyarakat desa hingga ke
komunitas paling kecil yaitu orangtua kepada anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

52

AA. Muninjaya, G. 1999. Manajemen Kesehatan. EGC: Jakarta


Alamsyah. 2002. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dengan Kejadian Diare pada
Balita di Kecamatan Bangkinang Barat. Jakarta:UI.
Dinkes Sulawesi Selatan. 2010. Tatalaksana Penderita Diare. Available from
URL:http://www.dinkes-sulsel.go.id/new/images/pdf/.../pedoman
%20tatalaksana%20diare.pdf. (Diakses pada tanggal 6 Juli 2015)
Efiana. 2005. Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Keluarga
Disekitar TPA Sampah Desa Tanggan Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen.
Semarang:UNDIP.
Eirlangga, Lussiane Ratih. 2009. Hubungan Kondisi Lingkungan Rumah
Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kelurahan Rowosari
Kecamatan

Tembalang

Muhammadiyah

Kota

Semarang.

Semarang

Available

Semarang:
from

Universitas
URL

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-nurunnajmi-52522-bab2.pdf
Environemental Health Perspective.1999. Preventing Child from Diarrhea
Disease. USA: National Institute of Environmental Health Services.
Hiswani. 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat
yang Kejadiannya Sangat Erat dengan Sanitasi Lingkungan. Sumatera
Utara:USU.
Irianto, Joko. 2010. Prediksi Keparahan Diare menurut Faktor-faktor yang
Berpengaruh

pada

Anak

Balita

di

Indonesia.

Available

from

URL:www.litbang.depkes.go.id/aktual/diare/prediksi.pdf. (Diakses pada


tanggal 6 Juli 2015)
Lubis, Chairuddin P. 2003. Peranan Air Susu Ibu Dalam Mencegah Diare dan
Penyakit Usus Lainnya. Sumatera Utara:USU.
Reksodikusumo, S., 1989. Penilaian Status Gizi Secara Antopomatri. Jakarta :
Bagian Proyek Pendidikan Akademi Gizi.
Slamet SJ. Kesehatan lingkungan. Yogyakarta : Gadjah mada university press,
1994)
Tim penyusun. 2005. Profil Kesehatan Kecamatan Kedungbanteng Tahun 2005.
Puskesmas Kedungbanteng: Purwokerto

53

Tim penyusun. 2008. Profil Kesehatan Kecamatan Kedungbanteng tahun 2008.


Puskesmas Kedungbanteng: Purwokerto
Toth, Peter P. 2006. Buku Saku Dokter Keluarga University of Iowa: Diare Akut
dan Diare Kronis. EGC: Jakarta
Warman, Yance. 2011. Hubungan Faktor Lingkungan, Sosial Ekonomi dan
Pengetahuan Ibu dengan Kejadian Diare Akut Pada Balita di Kelurahan
Pekan Arba Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Available
from

URL:

http://www.psikomedia.com/article/view/Kontes-Blogging-

2011/2356/Hubungan-Faktor-Lingkungan,-Sosial-Ekonomi-danPengetahuan-Ibu-dengan-Kejadian-Diare-Akut-Pada-Balita-di-KelurahanPekan-Arba-Kecamatan-Tembilahan-Kabupaten-Indragiri-Hilir/

LAMPIRAN

IDENTITAS RESPONDEN

54

A. Identitas orang tua / wali


Nama

Jenis kelamin :
Usia

Pekerjaan

Alamat

Pendidikan

B. Identitas balita
Nama

Jenis kelamin :
Usia

Berat Badan

Tinggi Badan :

LEMBAR KUESIONER
Cara pengisian :
Isilah titik titik atau pilih salah satu pilihan yang tersedia dengan cara
menyilang/mencoret
.

FAKTOR PENGETAHUAN

1. Menurut Bapak/Ibu, apa yang dimaksud dengan diare ?

2. Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang dapat menyebabkan diare ?

55

3. Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang dapat kita lakukan untuk mencegah
diare ?

4. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana pertolongan pertama apabila terkena


diare ?

5. Oralit
a. Menurut Bapak/Ibu, apa yang dimaksud dengan oralit ?

b. Menurut Bapak/Ibu, apa kegunaan oralit ?

..
c. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara pembuatannya ?

56

6. Menurut Bapak/Ibu, hal yang harus diperhatikan ketika mengkonsumsi


makanan
a. Tempat menjual makanan

..
b. Tempat penyimpanan makanan

..
c. Ciri makanan tidak layak konsumsi

..

..
7. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara membuat susu formula yang baik ?
Bagaimana Takarannya
Air yang digunakan

: ................................................

: Air dingin/suam-suam kuku/mendidih

FAKTOR EKSTERNAL

1. Menurut sepengetahuan Ibu/Bapak, berapa banyak warga di Desa yang


pernah terkena diare sejak tahun 2015?
a. Sering (> 50 orang)
b. Cukup ( 20 - 50 orang )
c. Sedikit ( 1 20 orang )

57

d. Tidak ada
2. Sepengetahuan Bapak/Ibu, di manakah

masyarakat sekitar biasa

membuang air besar ?


a. WC Pribadi
b. WC Umum
Jumlah WC umum .......
c. Sungai
d. Kolam
Alasan warga tidak BAB di
WC : ..........................................................................................................................
...............................................................................................
3. Di manakah Ibu/Bapak dan keluarga biasa membuang air besar dan kecil ?
a. WC Pribadi
b. WC Umum
Jumlah WC umum .......
c. Sungai
d. Kolam
e. Kebun
Alasan keluarga tidak BAB di
WC : ..........................................................................................................................
...................................................................................
4. Di manakah Ibu/Bapak dan keluarga biasa membuang sampah ?
a. Sungai
b. Kolam
c. Kebun
d. Tempat sampah bersama
5. Tempat penampungan sampah

58

a. Apakah di Desa Keniten terdapat tempat penampungan sampah?


-

Ada ( Sungai / TPA )

Tidak

b. Berapa jarak tempat penampungan sampah tersebut dengan


pemukiman penduduk? (< 100m / > 100 m )
c. Jumlah tempat penampungan sampah .........
6. Tempat penampungan limbah
a. Apakah di Desa Keniten terdapat tempat penampungan limbah ?
-

Ada ( Sungai / TPA )

Tidak

b. Berapa jarak tempat penampungan limbah tersebut dengan


pemukiman penduduk? (< 100m / > 100 m )
c. Jumlah tempat penampungan limbah ........
7. Warga

biasa

menggunakan

kolam

dan

sungai

untuk
a. Mandi
b. Mencuci
c. Buang air besar
d. Tempat bermain anak anak
8. Sumber

air

yang

digunakan

untuk

minum/masak

berasal

dari..
a. PDAM
b. Sungai
c. Sumur
9. Kebiasaan orangtua/ wali
a. Memasak sendiri / membeli makan di warung
b. Mencuci alat makan dengan air mengalir / di 1 ember
c. Selalu mengecek tanggal kadaluarsa makanan / Tidak pernah
d. Mencuci tangan (silang pilihan yang sesuai)

59

Tidak pernah mencuci tangan

Mencuci tangan dengan air

Mencuci tangan dengan air dan sabun

Mencuci tangan sebelum makan

Mencuci tangan sesudah makan

Mencuci tangan sesudah BAB

Mencuci tangan setelah bekerja

Mencuci tangan sebelum memasak

Mencuci tangan setelah membersihkan BAB anak

e. Mencuci botol bayi dengan air panas sebelum digunakan (Ya/Tidak )


f. Mencuci empeng dengan air panas sebelum digunakan (Ya/Tidak )
g. Menutup botol bayi jika sedang tidak digunakan (Ya/Tidak)

FAKTOR INTERNAL
A. Kebiasaan balita
a.

Memasukkan benda ke dalam mulut / tidak

b.

Bermain tanah / tidak

c. Dibersihkan badannya setelah BAB dan BAK / tidak


d. Menggunakan empeng bayi / tidak
e. Menghisap jari/jempol
B. Imunitas balita
a.Lahir cukup bulan / Tidak ( ............ bulan )
b. Imunisasi lengkap / tidak ( kurang imunisasi .............. )
c.ASI ekslusif / Tidak ( berapa bulan)
C. Makanan yang dikonsumsi balita
a.

ASI ekslusif mulai umur ....... bulan hingga ....... bulan


b. Makanan pendamping ASI pertama adalah ......................
pada umur ....... bulan
c. Jenis makanan pendamping ASI :
-

Instant (misal : SUN, promina, dll)


Mengolah sendiri
60

Cara pengolahan : ( Tim / blender / dihaluskan dengan


sendok )

LEMBAR OBSERVASIONAL
1. Keadaan lantai
a. Tanah / ubin

..

61

b. Kebersihan lantai

..
2. Keadaan kamar mandi
a. Kondisi jamban

..
b. Kondisi bak mandi

..
c. Sabun yang digunakan

..
d. Sumber air di kamar mandi

..
3. Keadaan dapur
a. Tempat sampah di dapur

..
b. Tempat cuci piring

62

..
c. Penyimpanan alat alat makan

..
d. Penyimpanan bahan makanan
-

Bahan makanan siap saji

..

Bahan makanan mentah

..

4. Keadaan saluran pembuangan limbah dan sampah


-

Tempat sampah
.
.
.
.

Ada tutup / Tidak


Model berlubang lubang / tertutup
Banyak lalat / tidak
Dekat dengan makanan / tidak

Pembuangan Limbah
a. Selokan kotor / bersih
b. Tersumbat / tidak
c. Tertutup / terbuka
d. Banyak lalat / tidak

5. Melihat KMS untuk mengetahui


-

Lahir cukup bulan / tidak

63

Status gizi balita

64

Anda mungkin juga menyukai