PENDAHULUAN
.
Latar Belakang
Diare merupakan penyebab utama kematian balita di seluruh dunia. Di
Indonesia, diare adalah penyebab kematian kedua pada balita setelah ISPA.
Menurut perkiraan UNICEF, setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal
dunia karena diare. Buang air besar dalam bentuk cairan sampai lebih dari
tiga kali dalam satu hari ini akan mengakibatkan penderitanya kehilangan
cairan tubuh hingga akhirnya menyebabkan dehidrasi tubuh.
Fenomena tersebut cukup menyita perhatian masyarakat. Namun
sayangnya masih banyak masyarakat yang kurang mengetahui apa yang
menyebabkan diare dan pentingnya pencegahan diare. Padahal diare yang
menyebabkan dehidrasi tubuh ini membuat tubuh tidak dapat berfungsi
dengan baik dan dapat membahayakan jiwa penderitanya.
Pada tahun 2014 lalu terdapat banyak kasus diare di Desa Keniten
Kecamatan Kedungbanteng. Tidak hanya remaja dan dewasa, penyakit ini
juga menyerang anak-anak bahkan balita. Pada kasus tersebut, sebagian
besar penderitanya adalah balita. Setelah kami melakukan peninjauan
kepada beberapa warga Desa Keniten, ternyata masih banyak warga Desa
yang kurang pengetahuannya tentang diare, faktor penyebabnya, cara
pencegahan serta pengobatan diare.
Banyak warga Desa yang belum
Tujuan
A. Tujuan Umum
Menganalisis kasus diare di Desa Keniten Kecamatan Kedungbanteng
khususnya pada balita.
B. Tujuan Khusus
a. Menginformasikan tentang penyakit diare serta faktor
penyebahnya.
b. Menginformasikan tentang cara pencegahan dan pengobatan diare.
c. Mengarahkan warga untuk lebih menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
GAMBARAN UMUM
I.
Wilayah
administrasi
Kecamatan
Kedungbanteng
II.
Tabel
II.1.
2)
4)
BAB III
PENCAPAIAN PROGRAM KESEHATAN
Definisi
Promosi kesehatan
yaitu
program
pelayanan
kesehatan
C.
Puskesmas
Kedungbanteng
melakukan
peningkatan
promosi kesehatan
Perilaku Masyarakat
Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat di bidang
kesehatan melalui penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) baik
di masyarakat maupun di institusi dalam rangka penurunan angka kematian
bayi, balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan
yang tinggi.
A. Rumah Tangga yang Melaksanakan PHBS
Rumah tangga yang dipantau pada tahun 2010 sebanyak 6.488
rumah tangga (49,61%) yang ber-PHBS strata pratama adalah
sebanyak 3.135 rumah tangga (48%), strata madya sebanyak 3.110
rumah tangga (48%), strata utama sebanyak 243 rumah tangga (4%),
dan sedangkan pada strata paripurna tidak ditemukan Belum
mencukupi target indikator yaitu sebesar 65%.
B. Air Bersih
Ketersediaan air di Kecamatan Kedungbanteng berasal dari
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum).
Dari 14 desa di
Dari
79
Posyandu
yang
ada
di
wilayah
Puskesmas
79
Posyandu
yang
ada
di
wilayah
Puskesmas
79
Posyandu
yang
ada
di
wilayah
Puskesmas
III.
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat
kesehatan di samping perilaku dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa indikator
penting yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah sebagai
berikut:
A. Air Bersih
Ketersediaan air di Kecamatan Kedungbanteng berasal dari
PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum). Dari 14 desa di Kecamatan
Kedungbanteng, sudah 80% masyarakat memiliki akses untuk air
bersih dan ditargetkan pada tahun 2019, 100% masyarakat sudah
memiliki sendiri sumber air bersih di rumah masing-masing.
Ketercapaian tersebut dihambat oleh pihak puskesmas yang tidak
memiliki wewenang.
1. Jamban Sehat
Kebanyakan
pentingnya
masyarakat
jamban
sehat,
masih
meskipun
belum
sudah
sadar
akan
mengetahui
Pelayanan kesehatan
A. Pelayanan persalinan
Perkiraan jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas
Kedungbanteng sebanyak 1.028 persalinan, adapun persalinan pada
tahun 2010 sebanyak 1.028 persalinan yang semuanya ditolong oleh
tenaga kesehatan (100%). Sedangkan target Indonesia Sehat 2010
adalah 77% yang berarti target tersebut telah tercapai.
bayi dari bayi yang ada sebanyak 977 atau sebesar 101,02%.
DPT 1+HB1
Bayi yang diimunisasi DPT1+HB1 sebanyak 1.057 bayi atau sebesar
108,19%.
3.
DPT 3+HB3
Bayi yang diimunisasi DPT 3 sebanyak 1.054 bayi atau sebesar
107,88%.
4. Polio 4
Bayi yang diimunisasi Polio 4 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
pada tahun 2010 sebanyak 1.011 bayi atau sebesar 103,48%.
5.
Campak
Bayi
yang
diimunisasi
campak
di
wilayah
Puskesmas
PUS
berdasarkan
data
dari
BPPKB
Kecamatan
10
b.
atau sebesar 87,19% dari 1.124 orang ibu hamil yang datang.
5. Wanita usia subur dengan status Imunisasi TT
Pada tahun 2010 di Wilayah Puskesmas Kedungbanteng wanita
usia subur sebanyak 14.613 orang dengan rincian:
a. Sedangkan jumlah perempuan yang mendapatkan pelayanan
TT1 sebanyak 14.613 orang atau sebesar 100%
b. Dan perempuan yang mendapatkan pelayanan TT2 sebanyak
1.140 orang atau sebesar 10,69%.
6. Bayi yang diberi ASI eksklusif
Pada tahun 2010 di wilayah Puskesmas Kedungbanteng
terdapat bayi yang lahir sebanyak 503 bayi usia 0-6 bulan dan yang
mendapat ASI ekslusif sebanyak 236 bayi atau sebesar 46,92%.
7.
11
8.
MKJP
1) IUD
Pada tahun 2010 peserta KB aktif dengan kontrasepsi
IUD sebanyak 528 orang atau sebesar 7,13%.
2) MOP/MOW
Pada tahun 2010 di wilayah puskesmas Kedungbanteng
peserta KB aktif dengan kontrasepsi MOP/MOW
sebanyak 239 orang atau 49,71%.
ii.
IMPLANT
Pada tahun 2010 di wilayah Kedungbanteng peserta
KB aktif dengan kontrasepsi implant sebanyak 689 orang
atau sebesar 139,45%
iii.
NON MKJP
1)
Suntik
Pil
Kondom
12
13
BAB IV
ANALISIS MASALAH
I.
i.
ii.
iii.
iv.
14
Posyandu Balita
i. Pemberian makanan tambahan
c.
d.
ii.
Pemantauan BB
iii.
Imunisasi
iv.
v.
Posyandu Lansia
i.
ii.
Penyuluhan
iii.
Senam sehat
iv.
v.
ii.
4. Tugas Operasional:
a. Melaksanaan KIA- KB
b. Memeriksa ibu hamil, ibu menyusui dan anak- anak di
puskesmas maupun posyandu.
c. Menyampaikan cara pemberian makanan tambahan bagi yang
membutuhkan dan penyuluhan dalam bidang KIA/ KB/ Gizi
d. Melakukan imunisasi
e. Melatih dukun bayi
f. Mengamati perkembangan mental bayi dan anak
g. Koordinator bidan desa
h. Membantu surveillance penyakit menular
15
JUMLAH PUS, PESERTA KB, PESERTA KB BARU, DAN KB AKTIF MENURUT KECA
PUSKESMAS
TAHUN
NO
KECAMATAN
DESA/KELUARAHAN
JUMLAH PUS
1
1
2
KEDUNGBANTENG
3
KENITEN
KEDUNGBANTENG
KEDUNGBANTENG
2010
PESERTA KB BARU
JUMLAH
5
883
100
820
109
16
KEBOCORAN
KARANGSALAM
KENITEN
760
140
632
120
1,526
187
KARANGNANGKA
674
125
DAWUHAN WETAN
771
127
DAWUHAN KULON
550
140
BASEH
824
159
10
KALISALAK
546
84
11
WINDUJAYA
462
100
12
KALIKESUR
475
104
13
KUTALIMAN
799
102
14
MELUNG
418
104
10,140
1,701
JUMLAH (KAB/KOTA)
Tabel IV.1. Jumlah PUS, peserta KB baru dan KB aktif Puskesmas Kedungbanteng
Puskesmas)Kedungbanteng
17
C. Perbaikan Gizi
1. Sasaran (Target)
Seluruh warga Kedungbanteng berusia kurang dari 5 tahun
2.
a.
b.
c.
(Balita)
Program dan Kegiatan
Penigkatan status gizi perempuan
Peningkatan status gizi dalam rangka KHPPIA
Peningkatan pemantauan konsumsi zat gizi yang memadai dan
18
Kedungbanteng
19
RUMAH
KECAMATAN
DESA/KELURAHAN
KEDUNGBANTENG
JUMLAH
JUMLAH
SELURUHNYA
DIPERIKSA
DIPERIKSA
KENITEN
1,129
598
52.97
KEDUNGBANTENG
1,073
576
53.68
KEBOCORAN
1,077
538
49.95
900
468
52.00
1,856
744
40.09
KARANGSALAM
KENITEN
20
6
7
8
9
10
11
12
13
14
KARANGNANGKA
952
496
52.10
DAWUHAN WETAN
979
438
44.74
DAWUHAN KULON
758
462
60.95
BASEH
966
456
47.20
KALISALAK
693
328
47.33
WINDUJAYA
557
292
52.42
KALIKESUR
575
316
54.96
1,058
548
51.80
506
228
45.06
13,079
6,488
49.61
KUTALIMAN
MELUNG
JUMLAH (KAB/KOTA)
Tabel IV.2. Presentase Rumah Sehat Puskesmas Kedungbanteng (Sumber : Laporan Promkes Pus
21
II.
Perumusan Masalah
A. Kesehatan Lingkungan (Kesling)
Permasalahan yang ada:
1. Masih banyak warga yang belum memiliki rumah sehat
a. Tidak ada septitank
b. Tidak ada TPS/TPA
c. Tidak ada tempat pembuangan limbah
d. Kurangnya sumber air bersih yang layak
2. Kurangnya perhatian dari pihak pemerintah dan pihak terkait
terhadap kesehatan lingkungan
Pemecahan masalah:
a. Mengadakan penyuluhan tentang bagaimana rumah yang
sehat.
b. Pengadaan jamban atau MCK.
c. Lebih memperhatikan lagi keadaan masyarakatnya dengan
pembinaan
kader-kader
yang
baik
tentang
kesehatan
lingkungan.
B. KIA-KB
Permasalahan yang ada:
1. Angka kematian bayi 1/4017
2. Kurangnya oengetahuan mengenai ASI eksklusif dan MP-ASI
Pemecahan masalah:
Penyuluhan mengenai pemanfaatan ASI yang baik
C. P2M
1. Diare
Permasalahan yang ada:
a. Kurang kebiasaan mencuci tangan
b. Balita bermain-main di tanah
c. Kebersihan balita setelah BAK dan BAB kurang dijaga
d. Sanitasi kurang
e. Buang air besar tidak di jamban
f. Kurangnya perhatian dari pemerintah dan pihak terkait
Pemecahan masalah:
i
22
23
III.
Prioritas Masalah
Penyusunan prioritas masalah dilakukan dalam sebuah kelompok
menggunakan sistem skor relatif. Ada beberapa metode yang dapat
digunakan, yaitu metode Delbeq, Delphi, Hanlon, Relative Worth, dan
Forced Ranking. Dalam mencari prioritas masalah kesehatan yang terjadi di
daerah sekitar Puskesmas Banyumas, peneliti menggunakan metode Hanlon.
Metode Hanlon didasarkan pada 4 kriteria, kemudian prioritas
masalah ditentukan berdasarkan hasil skoring 4 kriteria tersebut. Kriteria
tersebut adalah:
Tabel IV. 3 Komponen A = Besarnya masalah
Besarnya masalah
Skor
10
10 24,9%
1 9,9%
24
0,1 0,9%
< 0,1%
Skor
Severity
Skor
Cost
Skor
Very Urgent
10
Very Severe
10
Very Costly
10
Urgent
Severe
Costly
Some Urgent
Moderate
Moderate Cost
Little Urgent
Minimal
Minimal Cost
Not Urgent
None
No Cost
Skor
10
25
Masalah
ISPA
Diare
Febris
Dermatitis
Faringitis
Besaran
10,15 %
0,013 %
0,02 %
0,03%
0,01%
26
Komponen B
No
1
2
3
4
5
Masalah
ISPA
Diare
Febris
Dermatitis
Faringitis
Urgency
Low Urgency
Moderate
Moderate
Moderate
Moderate
Severity
Severe
Severe
Moderate
Moderate
Moderate
Cost
Moderate
Costly
Low cost
Moderate
Moderate
Komponen C
No
1
2
3
4
5
Masalah
ISPA
Diare
Febris
Dermatitis
Faringitis
Ketersediaan Solusi
43%
85%
53%
49%
51%
Komponen D
Kriteria PEARL
Jawaban ya dan tidak, ya diberikan skor 1, tidak diberikan skor 0 (nol).
P : Propiety : kesesuaian program dengan masalah.
E : Economic : apakah secara ekonomi bermanfaat.
A : Acceptability: apakah bisa diterima masyarakat.
R : Resources: Adakah sumber daya untuk menyelesaikan masalah.
L: Legality: Tidak bertentangan dengan aturan hukum yang ada.
No
1
2
Masalah
ISPA
Diare
BS B
8
2
U
4
6
C
6
8
8
8
B
6
7,3
D (A+B)x
NPT
6
1
C
84
93,3
84
93,3
1
1
27
Febris
3
5,3
0
6
43,98
43,98
48
48
48
48
Dermatiti
3
6
s
Faringitis
100%
84%
76%
80%
80%
76%
60%
60%
B
S
44%
40%
20%
0%
1
Definisi diare
28
Penyebab diare
Oralit
makanan,
setelah
menggunakan
kamar
kecil
atau
29
sebagai
parameter
kesehatan
sosial
dapat
sangat
Untuk
menjual,menyimpan
dan ciri
30
31
100%
90%
80%
70%
60%
50%
b
c
40%
30%
20%
10%
0%
1
32
Keterangan:
1
Berapa banyak warga yang pernah terkena diare sejak tahun 2015
a
Cukup ( 20 - 50 orang )
Sedikit ( 1 20 orang )
Tidak ada
WC Pribadi
WC Umum
Sungai
Kolam
WC Pribadi
WC Umum
Sungai
Kolam
Kebun
Sungai
Kolam
Kebun
PDAM
Sungai
Sumur
Baik
Cukup
Buruk
33
EKSTERNAL
1
Untuk pertanyaan tentang jumlah warga yang terkena diare pada tahun 2015
dari 25 responden 92% menjawab sekitar 1-20 orang yang terkena diare.
Jumlah penderita yang terhitung sedikit ini dikarenakan masyarakat desa
Keniten sudah bisa menjaga kesehatan baik pribadi masing-masing ataupun
menjaga kesehatan lingkunganya.
34
35
36
perilaku mencuci tangan dengan sabun dengan benar dan tepat dapat
mencegah terjadinya diare serta pengolahan makanan yang tepat, termasuk
mencuci tangan sebelum memasak juga dapat mencegah angka kejadian
diare pada balita (Environmental Health Perspective, 1999)
37
60%
b
c
40%
20%
0%
1
38
Keterangan
1
Kebiasaan balita
a
Baik
Cukup
Kurang
Imunitas balita
a
Lengkap
Cukup
Tidak lengkap
39
INTERNAL
1
Dari factor internal, kebiasaan balita di desa Keniten sendiri sudah baik, 7
responden menjawab balitanya senang memasukkan benda atau jari ke
mulut, bermain di tanah sebanyak 5 responden, dan selanjutnya kebersihan
dari balita setelah BAB/BAK dibersihkan sebanyak 13. Menghisap jari atai
memasukkan benda ke mulut dan berada bermain di lingkungan yang kotor
merupakan salah satu factor yang berhubungan dengan terjadinya kejadian
diare pada balita (Alamsyah, 2002).
Dari data imunitas balita, semua responden menjawab balitanya lahir cukup
bulan. Serta 25 responden menjawab balitanya mendapat imunisasi lengkap.
imunisasi yang lengkap juga memberikan tambahan system imun pada bayi,
serta ASI eksklusif juga memiliki beberapa aspek yang berguna bagi bayi,
yaitu sebagai gizi dalam tumbuh kembang anak, kesehatan pada
gastrointestinal serta imunologis, dan pencegah penyakit termasuk diare
(Chairuddin P. Lubis, 2003).
40
IV 4. Faktor Observasional
120%
100%
80%
Baik
60%
Cukup
Kurang
40%
20%
0%
1
41
42
OBSERVASIONAL
1
Keadaan lantai dari para warga di desa Keniten sudah bersih, hampir semua
sudah menggunakan lantai ubin/keramik walaupun masih ada beberapa
ruangan yang lantainya masih di semen. Selain itu, ada beberapa rumah
yang masih menggunakan tanah sebagai lantainya. Hal ini tentu saja dapat
memicu terjadinya diare, karena kebersihan rumah tidak terjaga jika tidak
menggunakan lantai yang kedap air.
Keadaan kamar mandi dari para responden sudah cukup baik, karena
beberapa rumah sudah mulau memiliki jamban di rumahnya, selebihnya
mereka menggunakan kolam atau sungai sebagai tempat untuk buang air.
Padahal penyakit diare bersumber pada penyakit menular yang disebarkan
oleh air (water borne disease) penyakit ini hanya dapat menyebar apabila
mikroba penyebabnya dapat masuk dalam air yang digunakan oleh warga
sehari-hari (Hiswani, 2003). Kebiasaan buang air tidak pada jamban tentu
menjadi salah satu factor yang dapat membuat diare. Selain itu, kebersihan
dari bak mandi juga masih kurang, walaupun kebanyakan dari warga sudah
menggunakan sabun untuk kebersihan badan mereka.
43
Keadaan tempat sampah yang dimiliki warga desa Keniten sudah baik,
tetapi masih ada beberapa yaitu 7 responden yang belum memiliki tempat
sampah yang cukup memadai. Kebanyakan warga sekitar 5 responden juga
membuang sampah pada kebunnya, dan dibiarkan menumpuk begitu saja,
jika tidak mereka membakar sampah itu. Ada satu tempat bernama pereng,
yang dijadikan sebagai tempat pengumpulan sampah dari warga sekitar, di
pereng, sampah ditumpuk begitu saja, dan sangat jarang sekali ada yang
membakarnya ataupun megnolahnya. Pengelolaan limbah atau sampah cair
juga masih dibuang seadanya, limbah dapur atau cucian dialirkan ke sungai,
sehingga ini dapat menyebabkan terkontaminasinya air sungai.
Dan
V.
Pemecahan Masalah
Berdasarkan hasil pengambilan data faktor risiko Diare menunjukkan
bahwa penyebab masalah diare pada balita di Desa Keniten adalah
rendahnya pengetahuan masyarakat tentang diare sehingga mereka tidak
dapat melakukan upaya pencegahan. Oleh karena itu, kami membuat
alternatif pemecahan masalah sebagai berikut:
44
sko
Sko
Very
r
10
Very
r
10
large
Large
Medi
8
6
um
Small
Very
sko C
Sk
Very
r
10
Very
or
10
sustainable
Sustainable 8
Intermediat 6
Responsive
Responsive
Intermediat
8
6
costly
Costly
Moderate
8
6
Low
e
Some
cost
Minimal
sustainable
Not
responsive
No
cast
No cost
Small
sustainable
M (Magnitude)
responsive
I (Intensity)
V (Sensitivitas)
C (Cost)
N
o
MIV/
128
54
18
Penyuluha
1.
2.
3.
n tentang
diare
Visit door
to door
Pembagia
n
leaflet
dan poster
45
46
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
47
pengetahuan
masyarakat
: Ahmad Fauzi
Sekertaris
Bendahara
Seksi Acara
Seksi Perlengkapan
: M Edo Antariksa
Diptyo Fajar santoso
Seksi Dokumentasi
: Yulinar Firdaus Y
Seksi Konsumsi
: Diany Larasati
Dewi Wahyu Wulandari
F. Pokok Kegiatan
48
tempat
pembuangan
limbah
ataupun
tempat
LCD
2.
Layar
3.
Speaker
4.
Mikrofon
H. Pelaksanaan
Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal
Waktu
: 13.00 WIB
Tempat
Susunan acara
49
Jam
Kegiatan
13.00 13.10
13.10-13.15
Pre test
Penyampaian materi
13.15 13.30
13.30 - 13.50
13.50 14.10
14.10 14.20
Hiburan
14.20 14.30
Post test
14.31 14.37
= Rp 550.000,00
PENGELUARAN
Konsumsi peserta 50 x @ Rp 3.000,00
=Rp 150.000,00
=Rp
12.000,00
=Rp
30.000,00
=Rp
60.000,00
Fotocopy :
50
=Rp. 20.000,00
=Rp. 11.000,00
=Rp 60.000,00
=Rp 135.000,00
=Rp 50.000,00
=Rp 22.000,00
+
=Rp 550.000,00
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
51
1.
2.
kecamatan Kedungbanteng.
Penyebab diare di Desa Keniten adalah kurangnya
pengetahuan masyarakat terhadap penyakit diare meliputi factor penyebab,
cara pencegahan, pengobatan diare, dan pentingnya program hidup bersih
dan sehat.
SARAN
1. Para orang tua sebaiknya lebih mengontrol dan mengawasi anak-anaknya
untuk berperilaku sehat dimanapun mereka berada.
2. Para masyarakat hendaknya lebih teliti dan hati hati dalam memilih
makanan untuk dikonsumsi, baik dari segi penyimpanan, pengolahan, dan
kelayakan pangan (tanggal kadaluarsa, bau, rasa, dan warna).
3. Pengendalian serta bimbingan perilaku hidup bersih dan sehat serta
pengetahuan lain terkait penyakit diare sebaiknya dilakukan secara merata
dan dengan koordinasi yang baik, mulai dari puskesmas kepada bidan,
bidan kepada kader desa, kader kepada masyarakat desa hingga ke
komunitas paling kecil yaitu orangtua kepada anaknya.
DAFTAR PUSTAKA
52
Tembalang
Muhammadiyah
Kota
Semarang.
Semarang
Available
Semarang:
from
Universitas
URL
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-nurunnajmi-52522-bab2.pdf
Environemental Health Perspective.1999. Preventing Child from Diarrhea
Disease. USA: National Institute of Environmental Health Services.
Hiswani. 2003. Diare Merupakan Salah Satu Masalah Kesehatan Masyarakat
yang Kejadiannya Sangat Erat dengan Sanitasi Lingkungan. Sumatera
Utara:USU.
Irianto, Joko. 2010. Prediksi Keparahan Diare menurut Faktor-faktor yang
Berpengaruh
pada
Anak
Balita
di
Indonesia.
Available
from
53
URL:
http://www.psikomedia.com/article/view/Kontes-Blogging-
2011/2356/Hubungan-Faktor-Lingkungan,-Sosial-Ekonomi-danPengetahuan-Ibu-dengan-Kejadian-Diare-Akut-Pada-Balita-di-KelurahanPekan-Arba-Kecamatan-Tembilahan-Kabupaten-Indragiri-Hilir/
LAMPIRAN
IDENTITAS RESPONDEN
54
Jenis kelamin :
Usia
Pekerjaan
Alamat
Pendidikan
B. Identitas balita
Nama
Jenis kelamin :
Usia
Berat Badan
Tinggi Badan :
LEMBAR KUESIONER
Cara pengisian :
Isilah titik titik atau pilih salah satu pilihan yang tersedia dengan cara
menyilang/mencoret
.
FAKTOR PENGETAHUAN
55
3. Menurut Bapak/Ibu, apa saja yang dapat kita lakukan untuk mencegah
diare ?
5. Oralit
a. Menurut Bapak/Ibu, apa yang dimaksud dengan oralit ?
..
c. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara pembuatannya ?
56
..
b. Tempat penyimpanan makanan
..
c. Ciri makanan tidak layak konsumsi
..
..
7. Menurut Bapak/Ibu, bagaimana cara membuat susu formula yang baik ?
Bagaimana Takarannya
Air yang digunakan
: ................................................
FAKTOR EKSTERNAL
57
d. Tidak ada
2. Sepengetahuan Bapak/Ibu, di manakah
58
Tidak
Tidak
biasa
menggunakan
kolam
dan
sungai
untuk
a. Mandi
b. Mencuci
c. Buang air besar
d. Tempat bermain anak anak
8. Sumber
air
yang
digunakan
untuk
minum/masak
berasal
dari..
a. PDAM
b. Sungai
c. Sumur
9. Kebiasaan orangtua/ wali
a. Memasak sendiri / membeli makan di warung
b. Mencuci alat makan dengan air mengalir / di 1 ember
c. Selalu mengecek tanggal kadaluarsa makanan / Tidak pernah
d. Mencuci tangan (silang pilihan yang sesuai)
59
FAKTOR INTERNAL
A. Kebiasaan balita
a.
b.
LEMBAR OBSERVASIONAL
1. Keadaan lantai
a. Tanah / ubin
..
61
b. Kebersihan lantai
..
2. Keadaan kamar mandi
a. Kondisi jamban
..
b. Kondisi bak mandi
..
c. Sabun yang digunakan
..
d. Sumber air di kamar mandi
..
3. Keadaan dapur
a. Tempat sampah di dapur
..
b. Tempat cuci piring
62
..
c. Penyimpanan alat alat makan
..
d. Penyimpanan bahan makanan
-
..
..
Tempat sampah
.
.
.
.
Pembuangan Limbah
a. Selokan kotor / bersih
b. Tersumbat / tidak
c. Tertutup / terbuka
d. Banyak lalat / tidak
63
64