Case Trauma
Case Trauma
Nama Mahasiswa
: Nella
Tanda Tangan :
NIM
: 11-2014-282
Dokter Pembimbing
1. IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Tn. U
Umur : 16 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
cervical,
1
Breathing
Circulation
Disability
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
:
Paru-paru :
Inspects : Bentuk normal, simetris dalam statis dan dinamis, retraksi sela iga (-)
Palpasi : nyeri tekan -, vocal fremitus sama kuat di kedua lapang paru
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler (+/+), wheezing(-/-), Ronkhi (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Ictus cordis tak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba ics V midclavicula line sinistra, kuat angkat
2
Perkusi
batas atas: ics II parasternal line sin.
batas kanan : midsternal line
batas kiri: ics V midclavicula line sin.
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler murni, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Datar, tidak terdapat luka post op, ataupun kelainan lainnya
Palpasi : Supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, nyeri tekan (-) di daerah perut
bawah, defense muskular(-)
Perkusi : Timpani, meteorismus (-), pekak (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Kanan
Kiri
Tonus
normotonus
normotonus
Massa
normotrofi
normotrofi
Sendi :
normal
normal
Gerakan :
normal
normal
Kekuatan :
Edem :
(-)
(-)
Lain-lain :
8. STATUS LOKALIS
Look
Feel
Move
9.
DIAGNOSIS
Rupture tendon fleksor digitorum longus digiti 1 ( manus dextra )
Hasil
Nilai Normal
Satuan
15,6
12,6
46
5
212
5,27
11,5-18
4,6-10,2
37-54
0-20
150-400
3,8-6,5
g/dl
K/uL
%
mm/1jam
K/uL
M/uL
0
0
0
43
6
69
0-1
0-3
0-5
25-50
2-10
50-80
%
%
%
%
%
%
86,9
80-100
fL
HER (MCH)
KHER (MCHC)
Faktor Pembekuan
Masa Perdarahan
Masa Pembekuan
Gula Darah Sewaktu
Fungsi Ginjal
Ureum
Creatinine
Uric Acid
29,6
34,1
26-32
31-36
pg
g/dl
3
10
90`
1-6
4-15
Menit
Menit
16
0,7
6,2
20-40
0,5 0,15
2,5 7
Rontgen
12. RINGKASAN
1 jam SMRS Os terkena kaca aquarium dan mengenai telapak tangan sebelah
kanan. Kaca tersebut mengenai telapak tangan kanan sehingga memotong tendon
tendon fleksor digitorum longus digiti 1 pada manus dextra. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan ada nyeri serta keterbasan gerakan.
13. PENATALAKSANAAN
- Infus RL 20 tpm
- ATS injeksi
- Ceftriakson 2 x 1 ampul
- Ketorolac 1 ampul
- Nonflamin 3 x 1
- Observasi TTV setiap setengah jam.
5
Rencana Operasi
Tinjauan pustaka
1. Definisi tendon
6
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang. Otot
rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang, sehingga
memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak dalam banyak
cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan menyebabkan terjadinya
gerakan.1
2. Anatomi Tendon
Tendon terdiri dari jaringan padat \dan jaringan ikat fibrosa yang tersusun
secara pararel. Endotendon mengelilingi jaringan tendon dan epitendon mengelilingi
unit tendon keseluruhan. Kedua jaringan ikat membawa suplai darah instrinsik ke
struktur internal tendon. Selubung tendon terdapat diatas tempat tendon melintasi
sendi. Selubung tendon terdiri dari dua lapisan, lapisan parietal di luar dan lapisan
visceral di dalam. Selubung ini mensekresikan cairan sinovial untuk membantu
tendon bergerak. Tendon, yang berselubung, mesotendonnya membawa suplai darah
ekstrinsik ke tendon. Tendon yang tidak berselubung ditutupi oleh paratendon, yang
memungkinkan tendon untuk bergerak dan memasok suplai darah ekstrinsik.2
Flexor Digitorum Superficialis (FDS) berasal dari berbagai tempat di bagian
volar dari distal humerus, ulna dan radius serta dihubungkan jaringan fibrous
aponeurosis yang menyelimuti saraf median dan selubung pembuluh darah ulna pada
lengan bawah. Pada bagian tengah lengan bawah, muscle belly superfisial dibagi
menjadi empat, bagian superfisial dan profunda. Bagian superfisial menjadi tendon
pada jari tengah dan jari manis, bagian profunda menjadi tendon pada jari telunjuk
dan jari kelingking. FDS pada jari kelingking tidak selalu ditemukan pada setiap
orang. Flexor Digitorum Profundus (FDP) berorigin pada anteromedial aspek dari
ulna dan jaringan interoseus membran dan lebih dorsal dari FDS. FDP dari jari
telunjuk, mempunyai muscle belly sendiri.
Kleinert dan Verdan membagi tendon fleksor menjadi lima zona anatomi.
Zona V : perbatasan tendon otot sampai dengan pintu masuk canalis Carpalia.
Zona IV : berada pada bagian bawah ligamen transversum carpalia.
Zona III : bagian ujung transverse karpal ligamen sampai dengan
fibrooseus palmar crease
Zona II : origo dari fibrooseus fleksor sheath sampai dengan insersi FDS
Tendon
7
3. Fungsi tendon
Setiap otot biasanya memiliki dua tendon untuk mengikat dua tulang yang
berbeda dengan otot yang melintasi sendi. Hal ini memungkinkan tendon untuk
bertindak sebagai katrol.
Tendon berfungsi sebagai kekuatan untuk tarikan otot ke tulang. Kontraksi
otot menarik tendon, kemudian tulang, sehingga terjadi gerakan. Tulang-tulang
berhubungan pada sendi oleh ligamen dan jaringan ikat lainnya, sehingga kontraksi
tendon menghasilkan gerakan-gerakan tertentu, tergantung pada otot dan sendi yang
terlibat.1
jahitan
ditransmisikan
langsung
ke
ujung
tendon
yang
berseberangan.
b. Kelompok kedua adalah penjahitan yang tegangannya ditransmisikan
langsung menyebrangi pertemuan kedua tendon melalui benang jahit,
kekuatan regangannya (tensile strength) bergantung pada kekuatan penjahitan
itu sendiri, sebagai contoh adalah teknik Bunnel.
c. Pada kelompok ketiga, penjahitan ditempatkan perpendicular terhadap
gelendong kolagen (collagen bundles), dan kemudian dikencangkan,
contohnya dalah jahitan Puuvertaft (fish-mouth weave). Urbaniak menyatakan
bahwa teknik jahitan kelompok pertama, menghasilkan kekuatan regang yang
paling lemah, sehingga tidak dianjurkan untuk perbaikan tendon. Teknik
jahitan kelompok ketiga, menghasilkan kekuatan regang yang paling kuat, tapi
5. Grasping Suture
Bunnells criss-cross adalah contoh klasik dari jenis jahitan ini. Teknik ini
jarang dipakai lagi, karena dianggap jahitan criss-crossnya akan mengganggu sirkulasi
intratendinous.
Teknik Kleinert yang merupakan modifikasi dari Bunnell, dianggap lebih
aman terhadap sirkulasi karena jahitan ini hanya satu kali menyilang, dan secara
teknis lebih mudah melakukannya.
Teknik Kessler merupakan modifikasi dari teknik Mason Allen. Teknik ini
efektif untuk perbaikan tendon di jari dan tangan. Kekurangannya adalah simpulnya
berada di permukaan luar tendon sehingga menghalangi gliding tendon.
Modifikasi Kessler merupakan jahitan dengan dua buah core suture yang
ditambah dengan continous epitendinous suture pada tempat ruptur. Teknik ini
digunakan hanya mengunakan satu buah benang jahit dan simpulnya diletakan di
permukaan dalam tendon yang terpotong. Kekurangannya adalah benang jahitan sulit
untuk menggelincir melalui tendon untuk mendekatkan kedua ujung tendon yang
terpotong. Jarum melalui permukaan yang terpotong, keluar dari permukaan tendon,
kemudian jahitan masuk tendon kembali secara tranversal, keluar di sisi sebelahnya.
selanjutnya, jarum melalui permukaan tendon yang terpotong menyeberang ke
potongan tendon lawannya, keluar tendon, masuk ke tendon kembali secara
tranversal, masuk kembali ke tendon yang terpotong, tendon diaproksimasi dan
disimpulkan.
Teknik Tajima menggunakan dua benang jahit yang double arm (dua jarum).
dengan demikian benangnya dapat dipakai dengan tarikan tendon melalui selubung
tendon dan di bawah pulley di lokasi-lokasi sulit. Keuntungan lainnya adalah
simpulnya terletak di dalam permukaan tendon yang terpotong.
Teknik Strickland merupakan modifikasi gabungan dari teknik Kessler dan
Tajima. Pada teknik ini selain terdapat dua buah simpul di permukaan dalam tendon
yang terpotong juga terdapat empat simpul yang diketatkan di dalam tendon, pada
empat tempat saat jahitan akan melintang/tranversal.
9
dibandingkan dengan modifikasi Kessler. Dasar ini dipakai oleh Kubota dalam
pemilihan jahitan epitendinous-nya.4
Teknik modifikasi Kessler 2 Strand
Pertama jarum masuk dari permukaan dalam tendon yang terpotong, keluar
10
( sumber : emedicine.medscape.com )
( sumber : emedicine.mdscape.com )
11
12
( sumber : emedicine.medscape.com )
mengenai
intrumentasi
mikro
contohnya
mikroskop.
Teknik
penyambungan dan rehabilitasi pos operasi sama dengan ruptur zona II.4
13
Latihan gerak
awal dan saat pembedahan, iskemia tendon, imobilisasi jari, adanya jarak pada lokasi
yang disambung serta eksisi selubung tendon.
Penyembuhan tendon setelah trauma akut sama seperti jaringan lunak yang
lain melalui proses inflamasi, proliferasi dan remodeling. Respon inflamasi timbul
akibat invasi sel dari luar yang meningkatkan terbentuknya jaringan granulasi dan
vaskularisasi pada beberapa hari setelah trauma. Akhir minggu ke-1 terjadi migrasi
fibroblas dari paratenon, terjadi proses reparasi dan sintesis kolagen. Orientasi sel dan
komponen kolagen masih bersifat random dan tegak lurus axis longitudinal, setelah
terjadinya fase remodeling komponen ini menjadi lebih teratur dan tersusun paralel
sesuai aksis tendon. Fase ini berakhir sampai dengan 6-12 bulan yang ditandai dengan
maturasi kolagen yang terbentuk. Jika tendon tidak mengalami stres, proses
remodeling ini tidak terjadi. Stres terarah ini akan meningkatkan sekresi kolagen dan
ikatan antar serat kolagen sehingga meningkatkan kekuatannya.
Pada tendon yang mempunyai selubung tendon (tendon sheath), sel-sel untuk
proses penyembuhan diduga berasal dari ujung tendon yang terpotong atau dari
selubung tendon dan akan membentuk parut.
Penyembuhan tendon eksogen dan endogen serta pengembalian fungsi tendon
yang baik memerlukan kemampuan teknik operasi yang baik sehingga ujung tendon
yang putus dapat tersambung rapat. Hal ini bergantung jenis benang yang digunakan
(suture material), kekuatan yang dihasilkan dengan teknik penjahitan yang tepat dan
teknik pengikatannya (knotting). Teknik operasi harus dapat menjaga kemungkinan
rusaknya vaskularisasi tendon. Pasca operatif diperhatikan program mobilisasi aktif
tendon untuk mengurangi terbentuknya adesi dan meningkatkan kekuatan tendon.1,4
9. Rehabilitasi
Berdasarkan laporan penelitian dari Gelberman dkk., mengkonfirmasikan
bahwa hasil yang memuaskan akan dapat dicapai dengan menggunakan dua buah cara
teknik mobilisasi. Pertama, metode Kleinert, aktif ekstensi dari jari dapat dicapai
dengan teknik pasif fleksi menggunakan karet yang dilekatkan pada kuku jari dan
pergelangan tangan. Teknik kedua metode Harmer, Young dan Harmon serta Duran
dan Houser. Mengontrol gerakan pasif dengan memblok bagian belakang dari jari.
Rentang keamanan lebih meningkat apabila teknik penjahitan dengan teknik.
Multistrand.4
Gambar 4. Teknik rehabilitasi menurut Kleinert.
15
( sumber : emedicine.medcape.com)
Setelah dilakukan reparasi tendon fleksor, pergelangan tangan dan tangan
dilakukan pemasangan bidai posterior. Sebagai tambahan, jari yang tendonnya putus
diposisikan fleksi dengan menggunakan karet yang berjangkar di pergelangan tangan.
Pada posisi ini jari dapat aktif ekstensi dan pasif fleksi. Pada jangka waktu 3 minggu
dilakukan aktif fleksi dan ekstensi terbatas pada posisi fleksi 40-60 derajat. Pada 3-8
minggu, karet elastik dilekatkan pada perban elastis di pergelangan tangan. Setelah
traksi karet dihilangkan dipasang bidai pada malam hari selama 6-8 minggu. 4
Daftar Pustaka
1. Strickland JW. Flexor tendon acute injuries In Greens operative orthopedic hand
surgery. 4th ed. Philadelpia: Churchill Livingstone; 2009 : 1851 60.
2. Thompson JC. Hand section. In: Netters Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. 1st
ed. Philadelphia: Elsevier Inc; 2002 : 121 45
3. De jong, Syamsuhidaja. Sistem musculoskeletal dalam buku ajar ilmu bedah. Edisi
ke-3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007.1051-8
4. Leddy JP. Flexor tendons acute injuries. In: Operative hand surgery. New York:
Churchill Livingstone; 2003: 1823 45.
16