Anda di halaman 1dari 25

TUGAS INDIVIDU

PJBL
LOWER URINARY TRACT INFECTION

Disusun Oleh :
Cicilia Gorreti Putri
135070200111013
Kelompok 1
Reguler 1

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Urinary Tract Infection atau Infeksi saluran kemih merupakan infeksi
yang terjadi pada saluran kemih akibat proliferasi suatu mikroorganisme.
Adanya mikroorganisme dalam urine yang dibuktikan dalam urinalisis dan
kultur urine merupakan hal yang memperkuat adanya ISK atau UTI.
Prevelensi penyakit saluran kemih (ISK) antara usia 15-60 tahun jauh lebih
banyak. Wanita menderita ISK bagian bawah dengan perbandingan kurang
lebih dua kali sekitar pubertas dan lebih dari 10 kali pada usia 60 tahun.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita
adalah bentukan selaput mukus yang didukung oleh estrogen di kandung
kemih.

Mukus

ini

mempunyai

fungsi

sebagai

antimikroba.

Pada

menopause, kadar estrogen menurun dan sistem perlindungan ini lenyap


sehingga pada wanita yang sudah mengalami menopause rentan terkena
infeksi saluran kemih. Proteksi terhadap infeksi saluran kemih pada wanita
dan pria, terbentuk oleh sifat alami urin yang asam dan berfungsi sebagai
antibakteri. Infeksi saluran kemih pada pria jarang terjadi, pada pria
dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang paling sering adalah
prostitis atau hyperplasia prostat.
Prevalensi ISK yang tinggi dikarenakan beberapa faktor diantaranya
adalah penurunan status imun, hygiene yang tidak terjaga dengan baik
serta dapat pula terjadi karena kurangnya pengetahuan terhadap hygiene
itu sendiri. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai UTI atau ISK penting,
terutama Lower UTI yang banyak terjadi karena sangat rentan oleh infeksi
mikroorganisme.
1.2

TUJUAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Untuk mengetahui konsep umum Lower Urinary Tract Infection serta
asuhan keperawatan yang diberikan pada lower UTI.
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
- Untuk mengetahui definisi lower UTI
- Untuk mengetahui epidemiologi lower UTI
- Untuk menjelaskan patofisiologi lower UTI
- Untuk menjelaskan faktor resiko lower UTI
- Untuk mengetahui manifestasi klinis lower UTI
- Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik lower UTI

Untuk mengetahui penatalaksanaan medis pada masing-masing

klasifikasi lower UTI


Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada lower UTI

BAB II
TEORI DAN KONSEP
2.1
1.

KONSEP UMUM
DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) atau Urinary Tract Disease adalah
suatu infeksi yang menyerang saluran kemih mulai dari ginjal, ureter,
vesika

urinaria,

serta

uretra

yang

ditandai

dengan

adanya

mikroorganisme tertentu dalam urine. Infeksi saluran kemih pada


bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama Escherichia coli dimana resiko dan beratnya meningkat
dengan

kondisi

seperti

refluks

vesikouretral,

obstruksi

saluran

perkemihan, statis perkemihan, pemakaian instrumen uretral baru,


septikemia. (Susan Martin Tucker, dkk, 1998).
UTI (Urinary Tract Infection) dibagi menjadi dua yaitu UTI bawah
dan UTI atas. UTI atas dibagi menjadi dua yaitu Pielonefritis akut dan
kronik. Sedangkan UTI bawah dibagi menurut jenis kelamin yaitu pada
wanita antara lain sistitis dan sindrom uretra akut. Sedangkan pada
pria dibagi menjadi sistitis, prostatitis, dan uretritis.
Urinary Tract Infection dapat dibagi menjadi lokasinya menjadi 2
macam yaitu :
a. Urinary Tract Infection Atas
UTI atas merupakan infeksi UTI oleh mikroorganisme yang
terjadi di ginjal. UTI atas dapat dibagi menjadi 2 yaitu:
- Pielonefritis Akut : merupakan proses inflamasi yang terdapat
pada parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
Pielonefritis akut ini juga disebut nefritis tubulointerstitial
infeksiosa

akuta

karena

inflamasi

ini

awalnya

hanya

mengenai daerah interstitial dan pelvis renal serta dapat juga


-

mengenai tubulus renal.


Pielonefritis Kronis : merupakan akibat lanjut dari infeksi
bakteri

berkepanjangan

atau

infeksi

sejak

masa

kecil.

Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter dengan


atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan

jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik


yang spesifik.
b. Urinary Tract Infection Bawah
UTI bawah merupakan infeksi saluran kemih yang menyerang
saluran kemih bawah. UTI bawah dibagi menurut jenis kelamin
yaitu pada pria dan wanita. UTI bawah dibagi menjadi :
- Pada Pria
Sistitis : merupakan infeksi yang terjadi pada kandung
kemih yang mengakibatkan inflamasi dan kongesti
mukosa. Sistitis ini disebabkan oleh adanya invasi
mikroorganisme didalam kadung kemih yang ditandai

ditemukannya bakteri di dalam urine.


Prostatitis : peradangan pada kelenjar prostat yang
diakibatkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

terjadinya nyeri dan kesulitan berkemih.


Epididimitis : peradangan pada epididimis

diakibatkan oleh mikroorganisme seperti bakteri.


Uretritis : peradangan pada uretra yang diakibatkan

yang

mikroorganisme seperti bakteri. Contohnya bakteri


-

gonococcus.
Pada wanita
Sistitis : merupakan infeksi yang terjadi pada kandung
kemih yang mengakibatkan inflamasi dan kongesti
mukosa. Sistitis ini disebabkan oleh adanya invasi
mikroorganisme didalam kadung kemih yang ditandai

ditemukannya bakteri di dalam urine.


Sindrom Uretra Akut : merupakan presentasi klinis
sistisis

tanpa

ditemukan

mikroorganisme

(steril)

sehingga sering dinamakan sistisis bakterialis.


2.

EPIDEMIOLOGI
Jumlah kejadian Urinary Tract Infection ini dipengaruhi oleh banyak
faktor

seperti

usia,

gender,

prevalensi

bakteriuria,

dan

faktor

predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih


termasuk ginjal. Mikroorganisme atau agen penyebab UTI atau Infeksi
Saluran Kemih dapat menyerang laki-laki maupun perempuan dalam
berbagai usia. Perempuan pada usia lebih dari 65 tahun cenderung
memiliki prevalensi yang tinggi terhadap ISK dibandingkan dengan
laki-laki dengan usia yang sama. ISK berulang pada laki-laki jarang

dilaporkan, kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi


bakteriuria asimtomatik lebih sering ditemukan pada perempuan.
Prevalensi selama periode sekolah 1 % meningkat menjadi 5% selama
periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi asimtomatik meningkat
mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai faktor
predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit
ginjal polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi
ginjal, nefropati analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan
dan peserta KB dengan table progesterone, serta kateterisasi.

Prevalensi ISK pada usia kurang dari satu tahun lebih banyak terjadi
pada laki-laki daripada perempuan sedangkan pada umur 1-5 tahun
angka kejadian ISK atau UTI lebih banyak terjadi pada perempuan
daripada laki-laki demikian juga pada usia 6-15 tahun. Pada usia 16-35
hingga lebih dari 65 tahun prevalensi terjadinya ISK lebih banyak
terjadi pada perempuan daripada laki-laki.

3.

PATOFISIOLOGI

Faktor predisposisi, faktor


eksogen endogen

Adanya Infeksi Mikroorganisme


(bakteri, virus)

Imun menurun,
menopause,
hygiene

Tidak teratasi

Menuju
uretra
Inflama
si
Mengakibatkan
iritasi

Disuria

Mikroorganisme
naik ke VU

Iritasi

Mikroorganis
me ke ureter

Terjadi
refluks
vesikourete
Mikroorganis
me menuju
ginjal

Infeksi
ureter

NYERI
AKUT
Daya tampung
VU menurun

Sering berkemih
disertai nyeri
(polaksuria)
Frekuensi ke toilet
sering

Nyeri
pinggang

Infeksi
Ginjal
Eritrosit

Hb

Suplai O2

Lema
h

INTOLERAN
AKTIVITAS

ETIOLOGI
Penyebab terjadinya Urinary Tract Infection ada bermacam macam. Terutama
pada UTI atau Infeksi Saluran Kemih bawah antara lain :
a. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan ISK, antara lain:
1) Escherichia Coli: 90 % penyebab ISK uncomplicated (simple) yaitu
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing
tak baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia
lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya
mengenai mukosa superficial kandung kemih.
2) Pseudomonas, Proteus, Klebsiella : penyebab ISK complicated yaitu
ISK yang disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap antibiotik,
ISK ini sering kali terjadi pada keadaan seperti kelainan abnormal
saluran kencing, kelainan faal ginjal, dan infeksi karena organisme
virulen.
3) Enterobacter, staphylococcus epidemidis, enterococci, dan-lain-lain.
b. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut, antara lain:
1) Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat
2)
KURANG
3)
PENGETAHUA
4)
5)
6)

pengosongan kandung
kemih yang kurang efektif
Mobilitas menurun
NutrisiTidak
yang sering kurang baik
Sistemteratasi
imunitas menurun, baik seluler maupun humoral
Adanya hambatan pada aliran urin
Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat.

PERUBAHAN POLA
ELIMINASI

4.

FAKTOR RESIKO
Faktor resiko terjadinya lower UTI antara lain :
- Usia
Semakin meningkat usia seseorang maka makin beresiko
menderita ISK karena dipengaruhi oleh penurunan status
imun. Prevalensinya meningkat hingga 20% pada usia 80
-

tahun.
Kateter
ISK banyak terjadi pada individu yang terpasang kateter.
Infeksi ini dapat terjadi akibat tindakan pemasangan yang
tidak steril ataupun setelah pemasangan kateter tidak
diperhatikan kebersihan kateter tersebut sehingga bakteri
dapat masuk melalui kateter menuju ke saluran kemih.
Bakteri yang paling banyak ditemukan adalah E. coli. Bakteri
lain yang ditemukan adalah P.aeruginosa, K. pneumonia,
Staphylococcus

epidermidis,

dan

enterococcus.

Pada

kateterisasi jangka panjang, bakteri yang banyak ditemukan


-

adalah E. Coli.
Perawatan di ICU
National Nosocomial Infections Surveillance System dilakukan
pada pasien ICU, dari studi tersebut didapatkan kesimpulan
bahwa ISK merupakan infeksi terbanyak pada pasien kritis di
ICU. Disebutkan bahwa penyebabnya adalah penggunaan
antibiotik yang tinggi multipel pada satu pasien sehingga
menimbulkan peningkatan resistensi terhadap antimikroba.
Selain itu tidak sterilnya perawatan di ICU serta lama tinggal
di rumah sakit juga dapat menjadi faktor resiko terjadinya

lower UTI.
Penggunaan Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang tidak rasional secara jangka
panjang dapat menimbulkan infeksi termasuk infeksi di
saluran

kemih

karena

dapat

meningkatkan

kerentanan

terhadap bakteri E. Coli dimana bakteri ini adalah penyebab


terbanyak terjadinya UTI.
5.

MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis pada lower Urinary Tract Infection antara lain nyeri
pada suprapubik, nokturia (sering berkemih pada malam hari), disuria
(nyeri saat berkemih), polaksiuria (sering berkemih tapi sedikit dan

disertai nyeri), stranguria(sakit saat berkemih dengan frekuensi yang


sering disertai nyeri pada abdomen).
Gejala Umum :

Sering ingin kencing namun kencing yang dikeluarkan sangatlah

sedikit.
Kesakitan saat kencing / BAK.
Rasa sakit sampai terbakar pada kandung kemih.
Pada perempuan merasakan ketidaknyamanan pada tulang kemaluan.
Air kencingnya sendiri bisa berwarna putih, cokelat, dan kemerahan.
Rasa sakit pada punggung, mual, dan muntah.
Demam muncul bila ginjal sudah kena.
Gejala infeksi saluran kemih berdasarkan umur penderita adalah
sebagai berikut :

0 1 bulan : gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah dan diare,


kejang, koma, panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya, ikterus

(sepsis).
1 bulan 2 tahun : panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya,
gangguan pertumbuhan, anoreksia, muntah, diare, kejang, koma, kolik
(anak menjerit keras), air kemih berbau / berubah warna, kadang-

kadang disertai nyeri perut / pinggang.


2 6 tahun : panas / hipotermia tanpa diketahui sebabnya, tidak dapat
menahan kencing, polakisuria, disuria, enuresis, air kemih berbau dan
berubah

warna,

diare,

muntah,

gangguan

pertumbuhan

serta

anoreksia.
6 18 tahun : nyeri perut / pinggang, panas tanpa diketahui sebabnya,
tidak dapat menahan kencing, poliuria, disuria, enuresis, air kemih
berbau dan berubah warna.
Gejala pada uretritis meliputi :

Mukosa memerah dan oedema


Terdapat cairan eksudat yang purulent
Ada ulserasi pada uretra
Adanya rasa gatal yang menggelitik
Adanya nanah awal refleks berkemih (miksi)
Nyeri pada saat refleks berkemih (miksi)
Kesulitan untuk memulai refleks berkemih (miksi)
Nyeri pada abdomen bagian bawah.
Gejala pada sistitis meliputi :

Diuria (nyeri waktu berkemih)

Peningkatan frekuensi berkemih


Perasaan ingin berkemih
Adanya sel-sel darah putih dalam urin
Nyeri punggung bawah atau suprapubik
Demam yang disertai adanya darah dalam urine pad kasus yang
parah.

6.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk menunjang diagnosa
Urinary Tract Infection antara lain adalah analisa urine secara rutin,
pemeriksaan urine dengan mikroskop, kultur urine, serta melihat
jumlah bakteri yang terdapat pada urine. Pada urinalisis umumnya
didapatkan

hasil

leukositosis

yaitu

terdapat

>5

leukosit/lapang

pandang besar sedimen air kemih. Hasil tersebut perlu dilanjutkan


dengan kultur urine karena leukositosis dapat pula disebabkan oleh
inflamasi. Serta ditemukan adanya hematuria yang ditandai dengan
adanya 5-10 eritrosit/LPB. Pada kultur urine dinyatakan positif ISK
apabila ditemukan adanya 1 bakteri/lapang pandang besar atau
terdapat kriteria sebagai berikut :

Wanita, simtomatik
>102organisme koliform/ml urin plus piuria, atau
10 5organisme pathogen apapun/ml urin, atau
Adanya pertumbuhan organisme pathogen apapun pada urin
yang diambil dengan cara aspirasi suprapubik

Laki-laki, simtomatik
>103organisme patogen/ml urin

Pasien asimtomatik
105 organisme patogen/ml urin pada 2 contoh urin berurutan.
Hitung koloni : hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter

urin dari urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter
dianggap sebagai criteria utama adanya infeksi.
Metode tes
1) Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka
psien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

2) Tes Penyakit Menular Seksual (PMS):


Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal, klamidia
trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).
3) Tes- tes tambahan:
Untuk mengetahui faktor penyebab ISK dapat pula dilakukan USG, foto
polos perut, serta pielografi IV, namun radiografi tersebut di atas hanya
boleh dilakukan dengan indikasi yang kuat. Urogram intravena (IVU).
Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan
untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus
urinarius, adanya batu, massa renal atau abses, hodronerosis atau
hiperplasie prostate. Urogram IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi
dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi
penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.
7.

PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis pada ISK bawah atau Lower UTI secara
umum antara lain adalah dengan memperbanyak intake cairan, terapi
antibiotik yang adekuat, serta terapi simptomatik dengan cara :
-

Pemberian

antibiotika tunggal seperti ampisilin 3 gram,

trimetoprim 200mg yang umumnya akan bereaksi selama 48


-

jam.
Bila terdapat infeksi menetap disertai kelainan urinalisi

(lekositoria) diperlukan terapi konvensional selama 5-10 hari


Pemeriksaan mikroskopik urin dan biakan urin tidak

diperlukan bila semua gejala hilang dan tanpa lekositoria.


Penatalaksanaan sesuai klasifikasi Lower UTI antara lain :
1. Sistitis
Penatalaksanaan dari cystitis tipe infeksi adalah :
o

Minum banyak cairan untuk mengeluarkan bakteri yang ada

dalam urine
Pemberian antibiotic oral selama 3 hari, jika infeksinya kebal AB

o
o
o

7 10 hari
Atropine untuk meringankan kejang otot
Fenazopridin untuk mengurangi nyeri
Membuat suasana air kemih menjadi basa yaitu dengan

meminum baking soda yang di larutkan dalam air


Pembedahan, bila ada sumbatan aliran kemih atau kelainan
struktur

Penatalaksanaan pada cystitis tipe non infeksi :


o
o

Meningkatkan intake cairan 2 3 liter/hari


Kaji haluan urine terhadap perubahan warna, bau, dan pola
berkemih, masukan dan haluan setiap 8 jam serta hasil urinalisis

ulang
o Bersihkan daerah perineum dari depan ke belakang
o Hindari sesuatu yang membuat iritasi, contoh : CD dari nylon
o Istirahat dan nutrisi adekuat
o Kosongkan kandung kemih segera setelah merasa ingin BAK
2. Sindroma Uretra Akut (SUA)
Pemberian antibiotik secara adekuat. Infeksi klamidia diberikan
tetrasiklin. Infeksi disebabkan mikroorganisme anaerobic diperlukan
antimikroba yang serasi, misal golongan kuinolon.
3. Prostatitis
Pemberian antibiotik, pereda nyeri, serta dianjurkan

untuk

menjalani tirah baring.


4. Uretritis
Memberikan antibiotik, memperbanyak intake urine, serta menjaga
kebersihan daerah genetalia agar tidak terinfeksi oleh bakteri.

2.2

ASKEP

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
A. Identitas Klien
Nama

: .................................... No. RM

:....................................

Usia

: ..........tahun

:....................................

Jenis kelamin

: .................................... Tgl. Pengkajian :....................................

Alamat

:..................................... Sumber informasi...................................

Tgl. Masuk

:
No. telepon

:..................................... Nama

klg.

Dekat

yg

bisa

dihubungi:
Status pernikahan

:.....................................

.....................................

Agama

:..................................... Status

:....................................

Suku

:..................................... Alamat

:....................................

Pendidikan

:..................................... No. telepon

:....................................

Pekerjaan

:..................................... Pendidikan

:....................................

Lama berkerja

:..................................... Pekerjaan

:....................................

B. Status kesehatan Saat Ini


1. Keluhan utama

Klien mengeluh sakit saat berkemih, sering berkemih malam hari, urine
sedikit disertai nyeri
2. Lama keluhan

3. Kualitas keluhan

4. Faktor pencetus

5. Faktor pemberat

6. Upaya yg. Telah dilakukan :


7. Diagnosa medis

: Urinary Tract Infection

C. Riwayat Kesehatan Saat Ini


Klien mengeluh sakit saat berkemih, sering berkemih malam hari, urine sedikit
disertai nyeri
D.Riwayat Kesehatan Terdahulu
1. Penyakit yang pernah dialami:
a. Kecelakaan (jenis & waktu)

:...............................................................................

b. Operasi (jenis & waktu)

:...............................................................................

c. Penyakit:
Kronis

:..................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................
...................................................................................................

Akut

: Riwayat Infeksi Saluran kemih, Riwayat Batu ginjal.................

d. Terakhir masuki RS :..................................................................................................


2. Alergi (obat, makanan, plester, dll):
3. Imunisasi:
4. Kebiasaan:
5. Obat-obatan yg digunakan:
E. Riwayat Keluarga
F. Riwayat Lingkungan
G.Pola Aktifitas-Latihan
-

Gangguan tidur karena sering berkemih malam hari


Frekuensi berkemih sering dan disertai rasa sakit
Kesulitan beraktivitas karena nyeri suprapubik dan sering berkemih

H.Pola Nutrisi Metabolik


- Nausea
- mual muntah
- nyeri abdomen
I. Pola Eliminasi
-

Adanya riwayat ISK


Pola berkemih yang sering
Adanya disuria
Adanya urgensi yang mendorong untuk berkemih
Bau urine menyengat
Perubahan warna urine, konsentrasi dan volume
Adanya nyeri suprapubis
Adanya nyeri panggul
Terjadi peningkatan suhu tubuh

J. Pola Interaksi Sosial


- kesulitan bersosialisasi karena sering ke kamar mandi
K. Pola Seksualitas
- nyeri suprapubik sehingga kehidupan seksual terganggu
L. Pemeriksaan Fisik

1. Palpasi kandung kemih


2. Inspeksi
a)Pengkajian

warna,

daerah
jumlah,

bau

meatus
dan

b)Pengkajian pada costovertebralis


M.

Hasil Pemeriksaan Penunjang


- Urin
Ditemukan adanya bakteri dalam urine

N.Terapi

kejernihan

urine

Analisa Data
Masalah

No.

Data

Etiologi

DS:

Faktor

Pasien mengeluh sakit

presipitasi

saat berkemih dengan

volume

urine

sedikit,

Bakteri berkembang biak

serta

nyeri

pada

Infeksi

DO:

bakteri

pada kultur urine

dan

suprapubik
Didapatkan

predisposisi

keperawatan
Nyeri akut

ISK Bawah

Reaksi Inflamasi

Pelepasan mediator inflamasi

Merangsang sensorik nyeri

Nyeri suprapubis

Disuria

NYERI AKUT
Faktor
predisposisi

DS:
-

presipitasi

Klien
mengeluh
berkemih

sering
dengan

disertai rasa sakit


Ditemukan
dikultur

Bakteri berkembang biak

Infeksi

DO:
dalam

dan

bakteri

urine

saat

ISK Bawah

Reaksi Inflamasi

Pelepasan mediator inflamasi

Perubahan pola
eliminasi

Vasodilatasi pembuluh darah

Aliran darah ke pembuluh


renal

Peningkatan volume darah

Peningkatan suplai darah filtrasi

Laju filtrasi > laju rearbsorpsi

Elektrolit dan air hanya diserap


sedikit

Cairan dalam lumen

Peningkatan volume urine

Peningkatan

frekuensi

dan

volume berkemih

Poliuria

DS :
- Pasien

terus

bertanya

tentang

PERUBAHAN POLA ELIMINASI


Faktor
predisposisi
dan

Defisit

presipitasi

pengetahuan

keadaannya

Bakteri berkembang biak

DO :

Infeksi

ISK Bawah

Reaksi Inflamasi

Tidak teratasi


DEFISIT PENGETAHUAN

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan infeksi uretra,
kandung kemih dan struktur traktus urinarius lain.
Kriteria hasil : Tidak nyeri waktu berkemih, tidak nyeri pada perkusi
panggul
Intervensi

a. Pantau haluaran urine terhadap perubahan warna, baud an pola


berkemih, masukan dan haluaran setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis
ulang
Rasional

untuk

mengidentifikasi

indikasi

kemajuan

atau

penyimpangan dari hasil yang diharapkan


b.

Catat lokasi, lamanya intensitas skala (1-10) penyebaran nyeri.


Rasional

: membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan penyebab

nyeri
c.

Berikan tindakan yang membuat pasien merasa nyaman, seperti pijatan


punggung, lingkungan istirahat
Rasional

d.

: meningkatkan relaksasi, menurunkan tegangan otot.

Bantu atau dorong penggunaan nafas berfokus


Relaksasi

: membantu mengarahkan kembali perhatian dan untuk

relaksasi otot.
e.

Berikan perawatan perineal


Rasional

f.

: untuk mencegah kontaminasi uretra

Jika dipaang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2 kali per hari.
Rasional

: Kateter memberikan jalan bakteri untuk memasuki kandung

kemih dan naik ke saluran perkemihan.


g.

Kolaborasi dengan dokter apabila terjadi perubahan warna urine,


perubahan pola berkemih, atau pasien mengalami sering berkemih
dalam jumlah sedikit serta perasaan ingin berkemih yang terus menerus,
terjadi kebocoran urine, serta mengalami nyeri pada daerah suprapubis
yang menetap.
Rasional

: Temuan- temuan ini dapat memeberi tanda kerusakan

jaringan lanjut dan perlu pemeriksaan luas


h.

Kolaborasi

pemberian

analgesik

sesuai

kebutuhan

dan

evaluasi

keberhasilannya
Rasional
nyeri

: analgesic memblok lintasan nyeri sehingga mengurangi

i.

Berikan antibiotic serta buat berbagai variasi sediaan minum, termasuk


air segar. Pemberian air sampai 2400 ml/hari
Rasional

: akibat dari haluaran urin memudahkan berkemih sering dan

membantu membilas saluran berkemih


2. Perubahan pola eliminasi berhubungan dengan obstruksi mekanik
pada kandung kemih ataupun struktur traktus urinarius lain.
Kriteria hasil : Pola eliminasi membaik, tidak terjadi tanda-tanda gangguan
berkemih (urgensi, oliguri, disuria)
Intervensi :
a. Awasi pemasukan dan pengeluaran karakteristi urin
Rasional

: memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya

komplikasi
b. Tentukan pola berkemih pasien
c. Dorong meningkatkan pemasukan cairan
Rasional

: peningkatan hidrasi membilas bakteri.

d. Kaji keluhan kandung kemih penuh


Rasional

retensi

urin

dapat

terjadi

menyebabkan

distensi

jaringan(kandung kemih/ginjal)
e. Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran
Rasional

: akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit

dapat menjadi toksik pada susunan saraf pusat


f. Ubah posisi pasien setiap dua jam kecuali terdapat kontraindikasi
Rasional: untuk mencegah statis urin
g. Kolaborasi

dengan

tindakan

memantau

pemeriksaan

laboratorium,

elektrolit, BUN, dan kreatinin


Rasional

: pengawasan terhadap disfungsi ginjal

h. Lakukan tindakan untuk memelihara asam urin dengan cara tingkatkan


masukan sari buah berri dan berikan obat-obat untuk meningkatkan
asam urin.
Rasional: asam urin menghalangi tumbuhnya kuman. Peningkatan
masukan sari buah dapat berpengaruh dalm pengobatan infeksi saluran
kemih.
3. Kurangnya

pengetahuan

tentang

kondisi,

prognosis,

dan

kebutuhan pengobatan berhubungan dengan kurangnya sumber


informasi.

Kriteria hasil

: menyatakan mengerti tentang kondisi, pemeriksaan

diagnostic, rencana pengobatan, dan tindakan perawatan diri preventif.


Intervensi

a. Kaji ulang proses penyakit dan harapan yang akan datang


Rasional

: memberikan pengetahuan dasar dimana pasien dapat

membuat pilihan berdasarkan informasi.


b.

Berikan informasi tentang :


sumber

infeksi,

pemberian

tindakan

antibiotic,

untuk

mencegah

pemeriksaan

penyebaran,

diagnostic:

tujuan,

jelaskna
gambaran

singkat, persiapan yang dibutuhkan sebelum pemeriksaan, perawatan


sesudah pemeriksaan.
Rasional

: pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi

ansietas dan membantu mengembankan kepatuhan klien terhadap


rencan terapetik.
c.

Pastikan pasien atau orang


terdekat telah menulis perjanjian untuk perawatan lanjut dan instruksi
tertulis untuk perawatan sesudah pemeriksaan
Rasional

: instruksi verbal dapat dengan mudah dilupakan

d.

Instruksikan
menggunakan obat

pasien

untuk

yang diberikan, minum sebanyak kurang lebih

delapan gelas per hari khususnya sari buah berri.


Rasional

: Pasien sering menghentikan obat mereka, jika tanda-tanda

penyakit mereda. Cairan menolong membilas ginjal. Asam piruvat dari


sari buah berri membantu mempertahankan keadaan asam urin dan
mencegah pertumbuhan bakteri
e.

Berikan kesempatan kepada


pasien untuk mengekspresikan perasaan dan masalah tentang rencana
pengobatan.
Rasional

Untuk

mendeteksi

isyarat

indikatif

kemungkinan

ketidakpatuhan dan membantu mengembangkan penerimaan rencana


terapeutik.

BAB III
PENUTUP
3.1

KESIMPULAN
Infeksi saluran kemih (ISK) atau Urinary Tract Infection adalah
adanya infeksi mikroorganisme yang terjadi pada saluran kemih, yang
banyak disebabkan oleh bakteri Eschericia coli. Penderita ISK kebanyakan
adalah wanita karena uretra wanita yang lebih pendek sehingga bakteri
kontaminan lebih mudah melewati jalur ke kandung kemih. Lower UTI
dibagi berdasarkan jenis kelamin, yaitu sistitis serta SUA pada wanita dan
sistitis, epididimitis, uretritis pada laki-laki.
Asuhan keperawatan yang diberikan pada Urinary Tract Infection
secara umum berdasarkan diagnosa yang ada yaitu nyeri akut, perubahan
pola eliminasi, serta kurang pengetahuan.

3.2

SARAN
Diharapkan dari makalah ini, pembaca dapat mengetahui konsep
umum Infeksi Saluran Kemih terutama bagian bawah serta mengetahui
bagaimana menjaga hygiene serta asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien ISK. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan
apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anne Griffin Perry, A. Potter. 2005. Fundamental Keperawatan edisi 4. Jakarta :


EGC.
Kowalak, Jennifer. 2009. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa: I Made
Kariasa, Ni made Sumarwati. Edisi: 3. Jakrta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai